Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Listrik merupakan suatu muatan yang terdiri dari muatan positif dan muatan negatif , dimana
sebuah benda akan dikatakan memiliki energi listrik apabila suatu benda itu mempunyai
perbedaan jumlah muatan .sedangkan muatan yang dapat berpindah adalah muatan negatif
dari sebuah benda,berpindahnya muatan negatif ini disebabkan oleh bermacam gaya atau
energi, misal energi gerak,energi panas dsb.perpindahan muatan negatif inilah yang disebut
dengan energi listrik.karena suatu benda akan senantiasa mempertahankan keadaan netral
atau seimbang antara muatan positif dan muatan negative. Sehingga apabila jumlah muatan
positif lebih besar dari muatan negative, maka benda tersebut mencari muatan negative untuk
mencapai keadaan seimbang.

Listrik memberi kenaikan terhadap 4 gaya dasar alami, dan sifatnya yang tetap dalam benda
yang dapat diukur. Dalam kasus ini, frasa "jumlah listrik" digunakan juga dengan frasa
"muatan listrik" dan juga "jumlah muatan". Ada 2 jenis muatan listrik: positif dan negatif.
Melalui eksperimen, muatan-sejenis saling menolak dan muatan-lawan jenis saling menarik
satu sama lain. Besarnya gaya menarik dan menolak ini ditetapkan oleh hukum Coulomb.
Beberapa efek dari listrik didiskusikan dalam fenomena listrik dan elektromagnetik.

Dengan listrik arus bolak-balik, Listrik bisa juga mengalir ke bumi (atau lantai rumah). Hal
ini disebabkan oleh sistem perlistrikan yang menggunakan bumi sebagai acuan tegangan
netral (ground). Acuan ini, yang biasanya di pasang di dua tempat (satu di ground di tiang
listrik dan satu lagi di ground di rumah).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu listrik dinamis?

2. Bagaimana hukum Ohm?


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN LISTRIK DINAMIS

Listrik dinamis adalah listrik yang dapat bergerak. cara mengukur kuat arus pada listrik
dinamis adalah muatan listrik dibagai waktu dengan satuan muatan listrik adalah coulumb
dan satuan waktu adalah detik. kuat arus pada rangkaian bercabang sama dengan kuata arus
yang masuk sama dengan kuat arus yang keluar. sedangkan pada rangkaian seri kuat arus
tetap sama disetiap ujung-ujung hambatan. Sebaliknya tegangan berbeda pada hambatan.
pada rangkaian seri tegangan sangat tergantung pada hambatan, tetapi pada rangkaian
bercabang tegangan tidak berpengaruh pada hambatan. semua itu telah dikemukakan oleh
hukum kirchoff yang berbunyi "jumlah kuat arus listrik yang masuk sama dengan jumlah
kuat arus listrik yang keluar". berdasarkan hukum ohm dapat disimpulkan cara mengukur
tegangan listrik adalah kuat arus × hambatan. Hambatan nilainya selalu sama karena
tegangan sebanding dengan kuat arus. tegangan memiliki satuan volt(V) dan kuat arus adalah
ampere (A) serta hambatan adalah ohm.

Hukum Kichoff I berbunyi : " Secara Aljabar jumlah arus-arus cabang pada suatu titik
pertemuan dalam rangkaian listrik selalu sama dengan nol ". (Sumber : Buku Rangkaian
Elektronika Dasar terbitan Ganeca Exact Bandung halaman 55 ) . Hukum kirchoff I ini
disebut sebagai Hukum Kirchoff arus.

Hukum Kirchoff II berbunyi : "Secara Aljabar jumlah gaya-gaya motor listrik (tegangan E)
dan kerugian-kerugian tegangan IxR dalam rangkaian listrik tertutup adalah sama dengan
nol". (Sumber : Buku Rangkaian Elektronika Dasar terbitan Ganeca Exact Bandung halaman
56 ) . Hukum kirchoff II ini disebut sebagai Hukum Kirchoff tegangan. Perbandingan antara
beda potensial dan kuat arus disebut resistansi

1. ARUS LISTRIK

Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang disebabkan dari pergerakan elektron-
elektron, mengalir melalui suatu titik dalam sirkuit listrik tiap satuan waktu. Arus listrik (I)
yang mengalir melalui penghantar didefinisikan sebagai banyaknya muatan listrik (Q) yang
mengalir setiap satu satuan waktu (t

I = Q/t

Secara matematis dapat dituliskan:

I = arus listrik (A)

Q = muatan listrik (C)


t = selang waktu

V = Beda potensial listrik dalam volt (V)

W = energi listrik dalam joule (J)

Q = muatan listrik dalam coulomb (C).

Arus listrik hanya akan terjadi dalam penghantar jika antara ujung-ujung penghantar terdapat
beda potensial (tegangan listrik). Alat ukur beda potensial listrik adalah volmeter. Dalam
rangkaian voltmeter dipasang paralel dengan hambatan (beban).

Contoh, Beda potensial antara ujung penghantaradalah 12 volt, hitunglah besarnya energi
listrik jika jumlah muatan yang mengalir sebesar 4 coulomb.

Diketahui:

V = 12 volt

Q=4C

W=?

Jawab:

W = V. Q

W = 12 volt x 4 C

W = 48 joule

Dalam rangkaian tertutup pemasangan voltmeter dan amperemeter dapat dilakukan bersama-
sama. Voltmeter dipasang paralel terhadap hambatan dan amperemeter dipasang seri terhadap
hambatan. Di laboratorium volmeter dapat dibuat dari rangkaian basic mater dan multiplier,
sedangkan ampere meter dapat di buat dari rangkaian basic meter dan shun. Baik shun
maupun multiplier memiliki batas ukur. Oleh karena itu dalam pembacaan sekalanya perlu
diperhatikan antara batas ukur dan pembacaan pada skala basic meter. Berikut ini cara
menggunakan basic meter dan cara pembacaannya.

Dalam rangkaian listrik, volt meter dipasang paralel terhadap alat listrik. Jika voltmeternya
dengan menggunakan kombinasi basic meter dan multiplier, maka pembacaan hasil
pengukurannya perlu memperhatikan sekala maksimum dan batas ukurnya.

Batas ukur maksimumnya = 10 volt


Sekala maksimumnya = 30 volt

Pengukuran dengan menggunakan basic mater dan multiplier yang memiliki spesifikasi
sebagai berikut:

Contoh, Batas ukur multiplier adalah 12 volt, skala maksimum basik meter adalah 120 volt,
jika jarum pada saat digunakan menunjukkan angka 40, maka hitunglah besrnya tegangan
listrik yang terukur

Diketahui:

Batas ukur : 12 volt

Skala maksimum : 120 volt

Pembacaan skala = 40

Jawab:

Hasil pengukuran = (12/120) x 40 volt

= 0,1 x 40 volt

= 4 volt

B. HUKUM OHM

Hukum Ohm merupakan hukum dasar dalam rangkaian elektronik. Hukum Ohm menjelaskan
hubungan antara tegangan, kuat arus dan hambatan listrik dalam rangkaian.

Besarnya tegangan listrik dalam sebuah rangkaian sebanding dengan kuat arus listrik.
Pernyataan ini di kenal sebagai hukum Ohm. Hal ini menyatakan bahwa tegangan listrik
dalam rangkaian akan bertambah jika arus yang mengalir dalam rangkaian bertambah.
Hubungan tersebut dapat di tuliskan dalam persamaan matematika.

V ~ I atau V = R I (Hukum Ohm)

R adalah konstanta yang disebut hambatan penghantar, satuannya adalah ohm (W)

Contoh, Arus listrik sebesar 2 A mengalir dalam rangkaian yang memiliki hambatan sebesar
2 ohm, hitunglah besarnya beda potensial antara ujung-ujung hambatan tersebut.

Diketahui:

I=2A
R = 2 ohm

V=?

Jawab:

V=IxR

V = 2 A x 2 ohm

V = 4 volt

Jika dalam hambatan R mengalir arus listrik I, maka antara ujung-ujung hambatan timbul
beda potensial V.

V = IR

Jika diantara ujung-ujung hambatan R terdapat beda potensial V, maka dalam hambatan pasti
mengalir arus listrik I

I = V/R

Jika arus listrik I mengalir dalam suatu penghantar dan antara ujung-ujung penghantar
muncul beda potensial V, maka dalam penghantar tersebut terdapat hambatan.

R = V/I

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Listrik dinamis adalah listrik yang dapat bergerak. cara mengukur kuat arus pada listrik
dinamis adalah muatan listrik dibagai waktu dengan satuan muatan listrik adalah coulumb
dan satuan waktu adalah detik. kuat arus pada rangkaian bercabang sama dengan kuata arus
yang masuk sama dengan kuat arus yang keluar. sedangkan pada rangkaian seri kuat arus
tetap sama disetiap ujung-ujung hambatan. Sebaliknya tegangan berbeda pada hambatan.
pada rangkaian seri tegangan sangat tergantung pada hambatan, tetapi pada rangkaian
bercabang tegangan tidak berpengaruh pada hambatan. semua itu telah dikemukakan oleh
hukum kirchoff yang berbunyi "jumlah kuat arus listrik yang masuk sama dengan jumlah
kuat arus listrik yang keluar". berdasarkan hukum ohm dapat disimpulkan cara mengukur
tegangan listrik adalah kuat arus × hambatan. Hambatan nilainya selalu sama karena
tegangan sebanding dengan kuat arus. tegangan memiliki satuan volt(V) dan kuat arus adalah
ampere (A) serta hambatan adalah ohm.
Hukum Kichoff I berbunyi : " Secara Aljabar jumlah arus-arus cabang pada suatu titik
pertemuan dalam rangkaian listrik selalu sama dengan nol ". (Sumber : Buku Rangkaian
Elektronika Dasar terbitan Ganeca Exact Bandung halaman 55 ) . Hukum kirchoff I ini
disebut sebagai Hukum Kirchoff arus.

B. SARAN

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka penulis mohon kritik
dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Arus_listrik

http://smpn2brebes.sch.id/materi/Arus%20Listrik%20Dalam%20Rngkaian/index.html

http://www.crayonpedia.org/mw/Listrik_Dinamis_9.1

http://www.edukasi.net/index.php?mod=script&cmd=Bahan%20Belajar/Materi%20Pokok/
view&id=507&uniq=all
Materi 2

Listrik Dinamis adalah listrik yang dapat bergerak. cara mengukur kuat arus pada listrik
dinamis adalah muatan listrik dibagai waktu dengan satuan muatan listrik adalah coulumb
dan satuan waktu adalah detik. kuat arus pada rangkaian bercabang sama dengan kuata arus
yang masuk sama dengan kuat arus yang keluar. sedangkan pada rangkaian seri kuat arus
tetap sama disetiap ujung-ujung hambatan. Sebaliknya tegangan berbeda pada hambatan.

Pada rangkaian seri tegangan sangat tergantung pada hambatan, tetapi pada rangkaian
bercabang tegangan tidak berpengaruh pada hambatan. semua itu telah dikemukakan oleh
hukum kirchoff yang berbunyi "jumlah kuat arus listrik yang masuk sama dengan jumlah
kuat arus listrik yang keluar". berdasarkan hukum ohm dapat disimpulkan cara mengukur
tegangan listrik adalah kuat arus × hambatan. Hambatan nilainya selalu sama karena
tegangan sebanding dengan kuat arus. tegangan memiliki satuan volt(V) dan kuat arus adalah
ampere (A) serta hambatan adalah Ohm.

A. ARUS LISTRIK

Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang disebabkan dari pergerakan elektron-
elektron, mengalir melalui suatu titik dalam sirkuit listrik tiap satuan waktu. Arus listrik (I)
yang mengalir melalui penghantar didefinisikan sebagai banyaknya muatan listrik (Q) yang
mengalir setiap satuan waktu (t).

I = Q/t

Secara matematis dapat dituliskan:

I = arus listrik (A)

Q = muatan listrik (C)

t = selang waktu
Contoh cara menghitung arus listrik:

1. Pada suatu penghantar mengalir muatan listrik sebanyak 60 coulomb selama 0,5 menit.
Hitunglah besar arus listrik yang mengalir pada penghantar tersebut ?

Penyelesaian:

Diketahui: Q = 60 C

t = 0,5 menit

= 30 sekon

Ditanyakan: I = ........ ?

Dijawab:

I = Q/t

I = 60 / 30

I = 2 ampere

Jadi besar kuat arus listrik yang mengalir pada penghantar 2 ampere.

Arus listrik dapat diukur dalam satuan Coulomb/detik atau Ampere. Contoh arus listrik dalam
kehidupan sehari-hari berkisar dari yang sangat lemah dalam satuan mikroAmpere (μA)
seperti di dalam jaringan tubuh hingga arus yang sangat kuat 1-200 kiloAmpere (kA) seperti
yang terjadi pada petir. Dalam kebanyakan sirkuit arus searah dapat diasumsikan resistansi
terhadap arus listrik adalah konstan sehingga besar arus yang mengalir dalam sirkuit
bergantung pada voltase dan resistansi sesuai dengan hukum Ohm.

Arus listrik merupakan satu dari tujuh satuan pokok dalam satuan internasional. Satuan
internasional untuk arus listrik adalah Ampere (A). Secara formal satuan Ampere
didefinisikan sebagai arus konstan yang, bila dipertahankan, akan menghasilkan gaya sebesar
2 x 10-7 Newton/meter di antara dua penghantar lurus sejajar, dengan luas penampang yang
dapat diabaikan, berjarak 1 meter satu sama lain dalam ruang hampa udara.
Arus yang mengalir masuk suatu percabangan sama dengan arus yang mengalir keluar
dari percabangan tersebut. i1 + i4 = i2 + i3

Untuk arus yang konstan, besar arus I dalam Ampere dapat diperoleh dengan persamaan:

I=Q/t

di mana I adalah arus listrik, Q adalah muatan listrik, dan t adalah waktu.

Sedangkan secara umum, arus listrik yang mengalir pada suatu waktu tertentu adalah

I =dQ/dt

Dengan demikian, dapat ditentukan jumlah total muatan yang dipindahkan pada rentang
waktu 0 hingga t melalui integrasi:

Sesubesaran skalar karena baik muatan (Q) maupun waktu (t) merupakan besaran
skalar. Dalam banyak hal sering digambarkan arus listrik dalam suatu sirkuit menggunakan
panah, salah satunya seperti pada diagram di atas. Panah tersebut bukanlah vektor dan tidak
membutuhkan operasi vektor. Pada diagram di atas ditunjukkan arus mengalir masuk melalui
dua percabangan dan mengalir keluar melalui dua percabangan lain. Karena muatan listrik
adalah kekal maka total arus listrik yang mengalir keluar haruslah sama dengan arus listrik
yang mengalir ke dalam sehingga i1 + i4 = i2 + i3. Panah arus hanya menunjukkan arah
aliran sepanjang penghantar, bukan arah dalam ruang.

Arah arus

DeFinisi arus listrik yang mengalir dari kutub positif (+) ke kutub negatif (-) baterai
(kebalikan arah untuk gerakan elektronnya)

Pada diagram digambarkan panah arus searah dengan arah pergerakan partikel bermuatan
positif (muatan positif) atau disebut dengan istilah arus konvensional. Pembawa muatan
positif tersebut akan bergerak dari kutub positif baterai menuju ke kutub negatif. Pada
kenyataannya, pembawa muatan dalam sebuah penghantar listrik adalah partikel-partikel
elektron bermuatan negatif yang didorong olehmedan listrik mengalir berlawan arah dengan
arus konvensional. Sayangnya, dengan alasan sejarah, digunakan konvensi berikut ini:

Panah arus digambarkan searah dengan arah pergerakan seharusnya dari pembawa
muatan positif, walaupun pada kenyataannya pembawa muatan adalah muatan negatif dan
bergerak pada arah berlawanan.

Konvensi demikian dapat digunakan pada sebagian besar keadaan karena dapat
diasumsikan bahwa pergerakan pembawa muatan positif memiliki efek yang sama dengan
pergerakan pembawa muatan negatif.

Rapat arus

Rapat arus (bahasa Inggris: current density) adalah aliran muatan pada suatu luas penampang
tertentu di suatu titik penghantar.]Dalam SI, rapat arus memiliki satuan Ampere per meter
persegi (A/m2).

di mana I adalah arus pada penghantar, vektor J adalah rapat arus yang memiliki arah
sama dengan kecepatan gerak muatan jika muatannya positif dan berlawan arah jika
muatannya negatif, dan dA adalah vektor luas elemen yang tegak lurus terhadap elemen. Jika
arus listrik seragam sepanjang permukaan dan sejajar dengan dA maka J juga seragam dan
sejajar terhadap dA

di mana A adalah luas penampang total dan J adalah rapat arus dalam satuan A/m2.

Kelajuan hanyutan

Saat sebuah penghantar tidak dilalui arus listrik, elektron-elektron di dalamnya bergerak
secara acak tanpa perpindahan bersih ke arah mana pun juga. Sedangkan saat arus listrik
mengalir melalui penghantar, elektron tetap bergerak secara acak namun mereka cenderung
hanyut sepanjang penghantar dengan arah berlawanan dengan medan listrik yang
menghasilkan aliran arus. Tingkat kelajuan hanyutan (bahasa Inggris: drift speed) dalam
penghantar adalah kecil dibandingkan dengan kelajuan gerak-acak, yaitu antara 10-5 dan 10-
4 m/s dibandingkan dengan sekitar 106 m/s pada sebuah penghantar tembaga.

TEGANGAN LISTRIK
Sumber tegangan listrik yaitu peralatan yang dapat menghasilkan beda potensial listrik secara
terus menerus. Beda potensial listrik diukur dalam satuan volt (V). Alat yang digunakan
adalah volmeter.

Beda potensial adalah usaha yang digunakan untuk memindahkan satuan muatan listrik .
hubungan antara energi listrik, muatan listrik dan beda potensial dapat dituliskan dalam
persamaan:

V= W/ Q

V = Beda potensial listrik dalam volt (V)

W = energi listrik dalam joule (J)

Q = muatan listrik dalam coulomb (C).

Arus listrik hanya akan terjadi dalam penghantar jika antara ujung-ujung penghantar
terdapat beda potensial (tegangan listrik). Alat ukur beda potensial listrik adalah volmeter.
Dalam rangkaian voltmeter dipasang paralel dengan hambatan (beban).

Contoh, Beda potensial antara ujung penghantaradalah 12 volt, hitunglah besarnya


energi listrik jika jumlah muatan yang mengalir sebesar 4 coulomb.

Diketahui:

V = 12 volt

Q=4C

W=?

Jawab:

W = V. Q

W = 12 volt x 4 C

W = 48 joule
Dalam rangkaian tertutup pemasangan voltmeter dan amperemeter dapat dilakukan
bersama-sama. Voltmeter dipasang paralel terhadap hambatan dan amperemeter dipasang seri
terhadap hambatan. Di laboratorium volmeter dapat dibuat dari rangkaian basic mater dan
multiplier, sedangkan ampere meter dapat di buat dari rangkaian basic meter dan shun. Baik
shun maupun multiplier memiliki batas ukur. Oleh karena itu dalam pembacaan sekalanya
perlu diperhatikan antara batas ukur dan pembacaan pada skala basic meter. Berikut ini cara
menggunakan basic meter dan cara pembacaannya.

Dalam rangkaian listrik, volt meter dipasang paralel terhadap alat listrik.

Jika voltmeternya dengan menggunakan kombinasi basic meter dan multiplier, maka
pembacaan hasil pengukurannya perlu memperhatikan sekala maksimum dan batas ukurnya.

Batas ukur maksimumnya = 10 volt

Sekala maksimumnya = 30 volt

Pengukuran dengan menggunakan basic mater dan multiplier yang memiliki


spesifikasi sebagai berikut:

Contoh, Batas ukur multiplier adalah 12 volt, skala maksimum basik meter adalah 120 volt,
jika jarum pada saat digunakan menunjukkan angka 40, maka hitunglah besrnya tegangan
listrik yang terukur

Diketahui:

Batas ukur : 12 volt

Skala maksimum : 120 volt

Pembacaan skala = 40

Jawab:

Hasil pengukuran = (12/120) x 40 volt

= 0,1 x 40 volt

= 4 volt
B. Hukum Ohm

Aliran arus listrik dalam suatu rangkaian tidak berakhir pada alat listrik. tetapi
melingkar kernbali ke sumber arus. Pada dasarnya alat listrik bersifat menghambat alus
listrik. Hubungan antara arus listrik, tegangan, dan hambatan dapat diibaratkan seperti air
yang mengalir pada suatu saluran. Orang yang pertama kali meneliti hubungan antara arus
listrik, tegangan. dan hambatan adalah Georg Simon Ohm (1787-1854) seorang ahli fisika
Jerman. Hubungan tersebut lebih dikenal dengan sebutan hokum ohm.

Setiap arus yang mengalir melalui suatu penghantar selalu mengalami hambatan. Jika
hambatan listrik dilambangkan dengan R. beda potensial V, dan kuat arus I, hubungan antara
R, V, dan I secara matematis dapat di tulis :

Sebuah penghantar dikatakan mempunyai nilai hambatan 1 Ω jika tegangan 1 V di


antara kedua ujungnya mampu mengalirkan arus listrik sebesar 1 A melalui konduktor itu.
Data-data percobaan hukum Ohm dapat ditampilkan dalam bentuk grafik seperti gambar di
samping. Pada pelajaran Matematika telah diketahui bahwa kemiringan garis merupakan
hasil bagi nilai-nilai pada sumbu vertikal (ordinat) oleh nilai-nilai yang bersesuaian pada
sumbu horizontal (absis). Berdasarkan grafik, kemiringan garis adalah α = V/T Kemiringan
ini tidak lain adalah nilai hambatan (R). Makin besar kemiringan berarti hambatan (R) makin
besar.

Artinya, jika ada suatu bahan dengan kemiringan grafik besar. bahan tersebut makin
sulit dilewati arus listrik. Komponen yang khusus dibuat untuk menghambat arus listrik
disebut resistor (pengharnbat). Sebuah resistor dapat dibuat agar mempunyai nilai hambatan
tertentu. Jika dipasang pada rangkaian sederhana, resistor berfungsi untuk mengurangi kuat
arus.
Namun, jika dipasang pada rangkaian yang rumit, seperti radio, televisi, dan
komputer, resistor dapat berfungsi sebagai pengatur kuat arus. Dengan demikian, komponen-
komponen dalam rangkaian itu dapat berfungsi dengan baik. Resistor sederhana dapat dibuat
dari bahan nikrom (campuran antara nikel, besi. krom, dan karbon). Selain itu, resistor juga
dapat dibuat dari bahan karbon. Nilai hambatan suatu resistor dapat diukur secara langsung
dengan ohmmeter. Biasanya, ohmmeter dipasang hersama-sama dengan amperemeter dan
voltmeter dalam satu perangkat yang disebut multimeter. Selain dengan ohmmeter, nilai
hambatan resistor dapat diukur secara tidak langsung dengan metode ampere meter / volt
meter.

C. Daya hantar listrik

Berdasarkan percobaan di atas. dapat disimpulkan bahwa besar hambatan suatu kawat
penghantar 1. Sebanding dengan panjang kawat penghantar. artinya makin panjang
penghantar, makin besar hambatannya, 2. Bergantung pada jenis bahan kawat (sebanding
dengan hambatan jenis kawat), dan 3. berbanding terbalik dengan luas penampang kawat,
artinya makin kecil luas penampang, makin besar hambatannya. Jika panjang kawat
dilambangkan ℓ, hambatan jenis ρ, dan luas penampang kawat A. Secara matematis, besar
hambatan kawat dapat di tulis :

Nilai hambatan suatu penghantar tidak bergantung pada beda potensialnya. Beda
potensial hanya dapat mengubah kuat arus yang melalui penghantar itu. Jika penghantar yang
dilalui sangat panjang, kuat arusnya akan berkurang. Hal itu terjadi karena diperlukan energi
yang sangat besar untuk mengalirkan arus listrik pada penghantar panjang. Keadaan seperti
itu dikatakan tegangan listrik turun. Makin panjang penghantar, makin besar pula penurunan
tegangan listrik.

D. Hukum I Kirchoff
Arus listrik yang melalui suatu penghantar dapat kita pandang sebagai aliran air
sungai. Jika sungai tidak bercabang, jumlah air di setiap tempat pada sungai tersebut sama.
Demikian Halnya dengan arus listrik.

Jumlah kuat arus yang masuk ke suatu titik percabangan sama dengan jumlah kuat
arus yang keluar dari titik percabangan tersebut. Pernyataan itu sering dikenal sebagai hukum
I Kirchoff karena dikemukakan pertama kali oleh Kirchoff. Maka diperoleh persamaan :

I1 + I2 = I3 + I4 + I5

I masuk = I keluar

E. Rangkaian Hambatan

· Rangkaian Seri

Berdasarkan hokum Ohm : V = IR, pada hambatan R1 terdapat tegangan V1 = IR1


dan pada hambatan R2 terdapat tegangan V2 = IR2. Karena arus listrik mengalir melalui
hambatan R1 dan hambatan R2, tegangan totalnya adalah VAC = IR1 + IR2 Mengingat VAC
merupakan tegangan total dan kuat arus listrik yang mengalir pada rangkaian seperti di atas
(rangkaian tak bercabang) di setiap titik sama maka :

VAC = IR1 + IR2

I R1 = I(R1 + R2)

R1 = R1 + R2 ; R1 = hambatan total

Rangkaian seperti di atas disebut rangkaian seri. Selanjutnya, R1 ditulis Rs (R seri)


sehingga Rs = R1 + R2 +...+Rn, dengan n = jumlah resistor. Jadi, jika beberapa buah
hambatan dirangkai secara seri, nilai hambatannya bertambah besar. Akibatnya, kuat arus
yang mengalir makin kecil. Hal inilah yang menyebabkan nyala lampu menjadi kurang terang
(agak redup) jika dirangkai secara seri. Makin banyak lampu yang dirangkai secara seri,
nyalanya makin redup. Jika satu lampu mati (putus), lampu yang lain padam.

· Rangakaian Paralel

Mengingat hokum Ohm : I = V/R dan I = I1 + I2, maka :

Pada rangkaian seperti di atas (rangkaian bercabang), V AB =V1 = V2 = V. Dengan


demikian, diperoleh persamaan :

Rangkaian yang menghasilkan persamaan seperti di atas disebut rangkaian paralel.


Oleh karena itu, selanjutnya Rtditulis Rp (Rp = R paralel). Dengan demikian,

diperoleh persamaan:

Berdasarkan persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam rangkaian paralel,


nilai hambatan total (Rp) lebih kecil dari pada nilai masing-masing hambatan penyusunnya
(R1 dan R2). Oleh karena itu, beberapa lampu yang disusun secara paralel sama terangnya
dengan lampu pada intensitas normal (tidak mengalami penurunan). Jika salah satu lampu
mati (putus), lampu yang lain tetap menyala.
MATERI 3

Pengertian rangkaian listrik terbuka dan tertutup – Rangkaian listrik merupakan rangkaian
yang terdiri dari komponen-komponen elektronika yang disusun dan dibentuk menjadi suatu
kesatuan sehingga nantinya komponen-komponen tersebut memiliki fungsi dan berguna.
Rangkaian listrik pun juga sering disebut dengan alat-alat listrik yang mempunyai hubungan
listrik misalnya saja adalah stop kontak, saklar, tombol, bola lampu dan masih banyak lagi
lainnya. Untuk bisa berguna, alat-alat listrik tersebut harus disusun sesuai dengan
rangkaiannya. Jika Anda salah dalam menyusun rangkaiannya, maka rangkaian listrik
tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya. Rangkaian listrik sendiri dibedakan menjadi
dua macam yaitu terbuka dan tertutup. Untuk bisa menyala rangkaian listrik itu harus bersifat
tertutup. Berikut ini adalah pengertian rangkaian listrik terbuka dan tertutup yang patut untuk
Anda ketahui :

Pengertian Rangkaian Listrik Terbuka

Pengertian rangkaian listrik terbuka adalah rangkaian listrik yang dirangkai dengan
sedemikian rupa, dimana salah satu bagian arusnya terbuka sehingga tidak terjadi aliran
listrik di dalamnya. Rangkaian listrik yang terbuka ini disebut juga dengan rangkaian listrik
yang terputus. Bisa saja Anda bayangkan, bagian saklar yang terputus atau terbuka tidak akan
memungkinkan ada arus listrik yang bisa melewatinya. Oleh sebab itulah, rangkaian listrik ini
harus bersifat tertutup agar aliran listrik bisa kembali berjalan.

Pengertian Rangkaian Listrik Tertutup

Agar bisa menyala, rangkaian listrik tentunya harus bersifat tertutup. Kondisi saklar yang
tertutup inilah yang nantinya bisa mengalirkan arus listrik sehingga rangkaian listrik bisa
menyala. Rangkaian listrik yang tertutup tersebut tidak memiliki pangkal dan juga tidak
memiliki ujung. Rangkaian ini terdiri dari beberapa komponen diantaranya adalah kawat
penghantar, alat untuk mengukur listrik dan juga sumber penghasil daya listrik. Sumber
penghasil daya listrik tersebut bisa berupa baterai.

Membuat Rangkaian Listrik Terbuka dan Tertutup

Agar Anda bisa lebih mengerti tentang pengertian rangkaian listrik terbuka dan tertutup, ada
baiknya Anda tahu bagaimana cara membuat rangkaian listrik terbuka dan tertutup tersebut.
Praktik akan membuat pengetahuan lebih sempurna dibandingkan dengan mengerti secara
teori saja. Untuk membuat rangkaian listrik tertutup, Anda membutuhkan bahan-bahan
seperti saklar, lampu, papan untuk merangkai, baterai dan juga

kabel.

Cara untuk membuat rangkaian tertutup dan terbuka ini sangat mudah sekali.

1. Langkah pertama adalah Anda harus merangkai saklar sedemikian rupa, Anda juga
harus merangkai lampu, kabel dan juga merangkai baterai pada papan rangkai tersebut.
Setelah Anda mampu merangkai rangkaian listrik tersebut.

2. Langkah kedua adalah Anda harus membuka saklar nya. Saklar yang terbuka inilah
yang dinamakan sebagai rangkaian listrik terbuka. Bola lampu akan tidak menyala hal itu
dikarenakan kondisi arus listrik yang terputus.

3. Langkah ketiga yang bisa Anda lakukan adalah dengan menutup saklar tersebut.
Amatilah kondisi dari bola lampu tersebut. Bola lampu akan menyala dikarenakan arus listrik
yang mampu mengalir ke bola lampu tersebut. Setelah Anda membuat rangkaian listrik
terbuka dan tertutup ini, kini Anda akan lebih memahami apa itu rangkaian listrik terbuka dan
tertutup tersebut.

Dari penjelasan diatas bisa disimpulkan bahwa rangkaian listrik yang terbuka adalah bentuk
dari suatu rangkaian listrik yang tidak bisa mengalir sebab tidak dihubungkan dengan
pemutus arus listrik seperti saklar listrik. Tidak hanya itu saja, rangkaian listrik yang terbuka
jalannya arus listrik menjadi diputus karena kondisi saklar yang terbuka. Berbeda dengan
rangkaian tertutup dimana rangkaiannya dilengkapi dengan pemutus arus listrik atau saklar.
Melalui penjelasan diatas, semoga Anda bisa lebih paham tentang pengertian rangkaian listrik
terbuka dan tertutup.
Contoh Soal Listrik Dinamis

1. Kuat arus di dalam sepotong kawat penghantar adalah 10 A. Berapa menit waktu yang
diperlukan oleh muatan sebesar 9.600 C untuk mengalir melalui penampang tersebut?

Jawaban:

Diketahui:

I = 10 A

Q = 9.600 C

Ditanyakan:

t…?

Penyelesaian:

I=Q/t

t = Q / I = 9.600 C / 10 A = 960 s atau 16 menit.

2. Sepotong kawat dihubungkan pada beda potensial 12 V. Jika kuat arus yang melalui kawat
tersebut 4 A, berapakah hambatan kawat tersebut?

Jawaban:

Diketahui:

V = 12 Volt

I=4A

Ditanyakatan:

R….?

Penyelesaian:

I=V/R
R = V / I = 12 V / 4 A = 3 Ohm.

Itulah pembahasan lengkap mengenai listrik dinamis, semoga dengan artikel ini Anda jadi
mengerti tentang pengertian listrik dinamis, rumus, beserta memahami contoh soal listrik
dinamis. Semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai