Anda di halaman 1dari 43

LABORATORIUM PENGUKURAN DASAR LISTRIK

HUKUM OHM DAN KIRCHOFF

Disusun Oleh :

Nama : Reinhardt Orland Immanuel Leo

NIM : 42122042

KELOMPOK : 5

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

2023
BAB I

TUJUAN PERCOBAAN

Selesai percobaan praktikan, diharapkan dapat :

 Membuktikan kebenaran hukum Ohm dengan percobaan


 Menganalisis hubungan antara tegangan dan arus listrik pada suatu tahanan
tertentu
 Menganalisis hubungan antara arus dan tahanan pada tegangan tertentu
 Menggambar grafik tegangan fungsi arus pada 5 buah tahanan yang berbeda
 Membuktikan kebenaran hukum kirchoff I dengan percobaan
 Menentukan harga yang mengalir pada suatu cabang, bila cabang yang lain
diketahui harganya

Membuktikan kebenaran hukum kirchoff II dengan percobaan


BAB II

TEORI DASAR

1. HUKUM OHM

Hukum Ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar arus listrik yang mengalir melalui
sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang diterapkan
kepadanya. Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi hukum Ohm apabila nilai
resistansinya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas beda potensial yang
dikenakan kepadanya. Walaupun pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk semua jenis
penghantar, namun istilah “hukum” tetap digunakan dengan alasan sejarah.

Berdasarkan hukum ohm, 1 Ohm didefinisikan sebagai hambatan yang digunakan


dalam dalam suatu rangkaian yang dilewati kuat arus sebesar 1 Ampere dengan beda
potensial 1 Volt. Oleh karena itu, kita dapat mendefinisikan pengertian hambatan yaitu
perbandingan antara beda potensial dan kuat arus. Semakin besar sumber tegangan
maka semakin besar arus yang dihasilkan . jadi besar kecilnya hambatan listrik tidak
dipengaruhi oleh besar tegangan dan arus listrik tetapi dipengaruhi oleh panjang
penampang, luas penampang dan jenis bahan. Hambatan dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu
panjang, luas dan jenis bahan. Hambatan berbanding lurus dengan panjang benda,
semakin luas penampangnya maka semakin kecil hambatannya. Inilah alasan mengapa
kabel yang ada pada tiang listrik dibuat besar-besar, tujuannya adalah untuk
memperkecil hambatan sehingga tegangan bisa mengalir dengan mudah. Hambatan juga
berbanding lurus dengan jenis benda (hambatan jenis) semakin besar hambatan jenisnya
maka semakin besar hambatan benda itu. Kalau antara dua kutub positif dan kutub
negatif dari sebuah sumber tegangan kita hubungkan dengan sepotong kawat
penghantar, maka akan mengalir arus listrik dari kutub positif ke kutub negatif. Arus ini
mendapat hambatan dalam penghantar itu. Peristiwa di atas dapat diketahui bahwa ada
hubungan antara arus yang mengalir dalam hambatan kawat dan adanya sumber
tegangan.
Besarnya arus listrik yang mengalir tergantung dari besarnya hambatan kawat.
Semakin besar hambatan kawat, maka semakin kecil arus yang mengalir. Apabila
sumber listrik bertegangan 1 Volt dihubungkan dengan hambatan besar 1 Ohm, maka
arus yang mengalir sebesar 1 amper. Dalam penyelidikann George Simon Ohm (ahli
ilmu fisika dari Jerman) menemukan bahwa arus listrik yang mengalir dalam hambatan
akan bertambah besar jika tegangannya dinaikkan, sementara nilai hambatannya tetap.

Penemu Hukum Ohm (Ω) adalah Georg Ohm seorang ahli fisika dan matematika
Jerman yang banyak mengemukakan teori di bidang elektrisitas. Karyanya yang paling
dikenal adalah teori mengenai hubungan antara aliran listrik, tegangan, dan tahanan
konduktor di dalam sirkuit, yang umum disebut Hukum Ohm. Pada tahun 1827 , dia
menemukan hubungan antara arus listrik (I) yang mengalir melalui suatu rangkain
dengan tegangan yang dipasang dalam rangkaian (V). Hubungan V dan I tersebut
diperoleh ohm melalui sebuah percobaan dan secara empiris ohm menyatakan hubungan
antara V dan I
a. Pengertian hukum Ohm:
Ohm adalah satuan tahanan listrik yang sering ditulis dengan symbol Ω. Dalam suatu
rangkaian listrik, hukum ohm menyatakan bahwa hubungan antara tegangan, arus
dan tahanan.
b. Bunyi hukum Ohm:
“Kuat arus listrik pada suatu beban listrik bernading lurus denan tegangan dan
berbanding terbalik dengan hambatan.”
c. Rumus Hukum Ohm:
Lambang dari hambatan adalah R, lambang dari Arus adalah I, dan lambang dari
tegangan adalah V.

Berdasarkan hukum Ohm diatas maka bisa diambil rumus sebagai berikut ini;

Gambar Penerapan dari Hukum Ohm

Dimana:
V
I=
R

Keterangan :

R = Resistansi/ tahanan (Ω)

  V = Tegangan yang diberikan pada tahanan (Volt)

I = Arus yang mengalir pada resistor (Ampere)

Tahanan adalah perbandingan antara tegangan listrik dari suatu komponen elektronik
dengan arus listrik yang mengalir pada rangkaian itu.Tegangan listrik adalah perbedaan
potensial listrik antara dua titikdalam rangkaian listrik.

Persamaannya:

V =I . R

Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik akibat dari pergerakan elektron-elektron
yang mengalir melalui suatu titik dalam rangkaian listrik tiap satuan waktu.

2. HUKUM KIRCHOFF

Penemu Hukum Kirchhoff adalah Gustaf Robert Kirchhoff seorang fisikawan jerman
yang berkontribusi pada pemahaman konsep dasar teori rangkaian listrik, spektroskopi,
dan emisi radiasi benda hitam yang dihasilkan oleh benda-benda yang dipanaskan.
Dalam kelistrikan, sumbangan utamanya adalah dua hukum dasar rangkaian, yang kita
kenal sekarang dengan Hukum I dan Hukum II Kirchhoff. Kedua hukum dasar
rangkaian ini sangat bermanfaat untuk menganalisis rangkaian - rangkaian listrik
majemuk yang cukup rumit. Akan tetapi sebagian orang menyebut kedua hukum ini
dengan Aturan Kirchoff, karena dia terlahir dari hukum-hukum dasar yang sudah ada
sebelumnya, yaitu hukum kekekalan energi dan hukum kekekalan muatan listrik.

Hukum kirchhoff terbagi menjadi 2 yaitu :

A. Hukum Kirchhoff I(Kirchhof’s Current Law)

Cara untuk menentukan arus listrik pada rangkaian bercabang yang kemudian di
kenal dengan Hukum Kirchoff. Bunyi dari Hukum Kirchoff I adalah "Jumlah kuat arus
yang masuk dalam titik percabangan sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari
titik percabangan”. Bila digambarkan dalam bentuk rangkaian bercabang maka akan
diperoleh sebagai berikut:

I2
I1
I4

I5

I3
Gambar Penerapan Hukum Kirchhoff I

Berdasarkan Hukum Kirchhoff dan gambar diatas maka bisa diambil rumus sebagai
berikut ini :

I masuk=I keluar

atau

∑ I masuk =∑ I keluar
atau

I 1+ I 2+ I 3+ I 4+ I 5=0
B. Hukum Kirchhof II (Kirchhof’s Voltage Law)

Hukum  Kirchhoff II dipakai untuk menentukan kuat arus yang mengalir pada
rangkaian bercabang dalam keadaan tertutup (saklar dalam keadaan tertutup).

Gambar Penerapan Hukum Kirchoff II

V 1+ I . R 1+ I . R 2+V 2+ I . R 3=0

Bunyi dari Hukum Kirchoff II adalah ” Dalam rangkaian tertutup, Jumlah aljabbar
GGL (E) dan jumlah penurunan potensial sama dengan nol”. Maksud dari jumlah
penurunan potensial sama dengan nol adalah tidak ada energi listrik yang hilang dalam
rangkaian tersebut, atau dalam arti semua energi listrik bisa digunakan atau diserap.
Dari gambar diatas kuat arus yang mengalir dapat ditentukan dengan menggunakan
beberapa aturan sebagai berikut :

 Menentukan arah putaran arusnya untuk masing-masing loop.


 Arus yang searah dengan arah perumpamaan dianggap positif.
 Arus yang mengalir dari kutub negatif ke kutup positif di dalam elemen
dianggap positif.
 Pada loop dari satu titik cabang ke titik cabang berikutnya kuat arusnya sama.

Jika hasil perhitungan kuat arus positif maka arah perumpamaannya benar, bila negatif
berarti arah arus berlawanan dengan arah pada perumpamaan.
3. ALAT DAN BAHAN

 SUMBER TEGANGAN DC

Arus listrik searah atau biasa disebut DC (direct current) adalah sebuah bentuk arus atau
tegangan yang mengalir pada rangkaian listrik dalam satu arah saja. Pada umumnya,
baik arus maupun tegangan listrik DC dihasilkan oleh pembangkit daya baterai, dinamo,
dan sel surya. Tegangan atau arus listrik DC memiliki besaran nilai (amplitudo) yang
tetap dan arah mengalirnya arus yang telah ditentukan.

 TAHANAN (Ω)

Tahanan juga dapat disebut sebagai hambatan listrik spesifik, atau resistivitas volume,
meskipun istilah ini kurang banyak digunakan. Meskipun bahan menahan aliran arus
listrik, beberapa lebih baik dalam melakukan itu daripada yang lain. Tahanan adalah
angka yang memungkinkan perbandingan cara di mana bahan yang berbeda
memungkinkan atau menahan aliran arus. Agar angka resistivitas menjadi bermakna,
unit spesifik digunakan untuk resistivitas, dan ada rumus untuk menghitungnya dan
mengaitkannya dengan hambatan dalam Ohms untuk ukuran material tertentu. Bahan
yang mengalirkan arus listrik dengan mudah disebut konduktor dan memiliki resistivitas
rendah. Mereka yang tidak menghantarkan listrik dengan mudah disebut isolator dan
bahan-bahan ini memiliki resistivitas tinggi.Tahanan bahan yang berbeda memainkan
peran utama dalam memilih bahan yang digunakan untuk kabel listrik, dalam banyak
komponen elektronik termasuk resistor, sirkuit terpadu (integrated circuit) dan banyak
lagi.
 VOLTMETER DC

Volt meter DC merupakan alat ukur yang berfungsi untuk mengetahui beda potensial
tegangan DC antara 2 titik pada suatu beban listrik atau rangkaian elektronika. Konsep
yang digunakan dalam sebuah volt meter DC hampir sama dengan konsep pada ampere
meter. Pada volt meter arus searah atau DC volt meter tahanan shunt atau shunt resistor
dipasang seri dengan kumparan putar magnet permanen.

 AMPERE METER DC
Amperemeter merupakan alat untuk mengukur arus tegangan listrik yang ada dalam
rangkaian tertutup dengan cara menempelkan alat amperemeter secara langsung ke
dalam rangkaian tersebut. Fungsi Amperemeter juga cukup banyak dalam kehidupan
sehari-hari. Amperemeter dapat dibuat dengan cara menyusun mikro amperemeter dan
shunt yang nantinya berguna untuk mendeteksi atau mengetahui arus pada rangkaian
listrik tersebut, baik arus yang kecil, maupun arus yang besar. Untuk arus yang besar
biasa ditambahkan dengan hambatan shunt.

 PAPAN PERCOBAAN

papan percobaan atau breadboard adalah sebuah board atau papan yang berfungsi untuk
merancang sebuah rangkaian elektronik sederhana. Breadboard tersebut nantinya akan
dilakukan prototipe atau uji coba tanpa harus melakukan solder. Salah satu keuntungan
menggunakan breadboard adalah komponen-komponen yang dirakit tersebut tidak akan
mengalami kerusakan. Komponen tersebut juga masih bisa dirangkai kembali untuk
membentuk rangkaian yang lainnya. Umumnya breadboard terbuat dari bahan plastik
yang juga sudah terdapat berbagai lubang. Lubang tersebut sudah diatur sebelumnya
sehingga membentuk pola yang didasarkan pada pola jaringan di dalamnya. Selain itu,
breadboard yang bisa ditemukan di pasaran umumnya dibagi menjadi 3 ukuran. Pertama
dinamakan sebagai mini breadboard, kedua disebut medium breadboard, dan yang
terakhir dinamakan sebagai large breadboard. Untuk mini breadboard, ia memiliki
kurang lebih 170 titik.

 KABEL PENGHUBUNG

Merupakan kawat penghantar listrik berisolasi tunggal. Dapat juga 2 atau lebih kawat
berisolasi bersama-sama merupakan kesatuan. Kabel kawat penghubung berbungkus
karet, plastik yang juga digunakan sebagai bahan penyekat.

Kabel kawat penghubung terbagi 3 yaitu :

1. Kabel tembaga (copper)


2. Kabel coaxial
3. Kabel serat optik (fiber optik)
BAB 3
GAMBAR RANGKAIAN

1. Gambar Rangkaian Hukum Ohm

2. Gambar Rangkaian Hukum Kirchoff


BAB IV

PROSEDUR PERCOBAAN

1. Hukum Ohm
a. Menyiapkan semua alat bahan praktek
b. Membaca dan memahami isi jobsheet
c. Menyambungkan Power Supply ke sumber tegangan
d. Membuat rangkaian Sesuai Gambar 3.1 pada papan percobaan
e. Mengubah posisi saklar menjadi ON
f. Membaca hasil pengukuran
g. Mencatat data sementara ke tabel yang telah di sediakan
h. Mengubah posisi saklar menjadi OFF
i. Mengubah tegangan dari 4 V ke 6 V
j. Mencatat hasil pengukuran pada tabel
k. Mengulangi langkah e – j untuk tegangan 8 V – 12 V
l. Mengganti resistor yang sebelumnya ke resistor lainnya dengan menggunakan
langkah yang sama dengan resistor sebelumnya
m.Mencatat hasil pengukuran
n. Menghitung pengukuran sesuai teori
o. Membandingkan antara teori dan praktek

2. Hukum Kirchhoff I
a. Membuat rangkaian seperti gambar 3.2
b. Mengubah posisi saklar menjadi ON
c. Melakukan pengamatan dan membaca hasil pengukuran.
d. Mengubah posisi saklar menjadi OFF
e. Mengubah tegangan dari 4 V ke 6 V
f. Mengubah kembali posisi saklar menjadi ON
g. Mencatat hasil pengukuran pada tabel yang telah di sediakan.
h. Mengulangi langkah e – g untuk tegangan 8 V- 12 V.
i. Menghitung pengukuran sesuai teori
j. Membandingkan antara teori dan praktek

3. Hukum Kirchhoff II
a. Membuat rangkaian seperti pada gambar 3.3
b. Merubah saklar ke posisi ON
c. Mengamati dan mencatat hasil pengukuran pada tabel
d. Merubah kembali saklar ke posisi OFF
e. Mengganti besar tegangan dari 4 V ke 6 V
f. Mengubah posisi saklar ke ON
g. Mencatat kembali hasil pengukuran pada tabel
h. Mengulang langkah b-f untuk tegangan 8 – 12 V
i. Menghitung pengukuran sesuai teori
j. Membandingkan antara teori dan praktek
BAB V
DATA DAN HASIL PERCOBAAN

A. Hukum Ohm
Arus(mA)

Tegangan V (volt) Keterangan


R=47 R=100 R=220 R=470 R=680

4 82,07 Ω 39,73 Ω 18,55 Ω 8,39 Ω 5,70 Ω 3,88 V

6 123,4 Ω 59,1 Ω 27,72 Ω 12,62 Ω 8,53 Ω 5,72 V

8 165,5 Ω 79,2 Ω 37,22 Ω 16,88 Ω 11,51 Ω 7,68 V

10 206,8 Ω 98,7 Ω 46,7 Ω 21,22 Ω 14,15 Ω 9,60 V

12 248,3 Ω 120,8 Ω 56,4 Ω 25,63 Ω 17,30 Ω 11,99 V

Tabel A Hasil percobaan hukum ohm

B. Hukum Kirchoff 1 (KCL)


Arus(mA)
Tegangan V (Volt)
A₁ A₂ A₃ Keterangan

4 8,43 mA 10,10 mA 18,56 mA 18 V

6 12,66 mA 15,29 mA 27,96 mA 27,5 V

8 17,57 mA 20,46 mA 38,12 mA 40 V

10 22,85 mA 24,40 mA 47,6 mA 50 V

12 27,07 mA 30,17 mA 57,2 mA 60 V

Tabel B Hasil percobaan hukum Kirchoff 1

C. Hukum Kirchoff 2 (KVL)


Tegangan(volt)
Tegangan V (volt)
VR₁ VR₂ VR₃ Keterangan

4 1,133 V 0,955 V 1,753 V 11,5 mA

6 1,711 V 1,442 V 2,646 V 17,5 mA

8 2,285 V 1,942 V 3,524 V 23,5 mA

10 2,882 V 2,427 V 4,43 V 30 mA

12 3,426 V 2,886 V 5,27 V 35 mA

Tegangan (Volt)
Keterangan
V₁ V₂ VR₁ VR₂ VR₃

4 9 2,421 V 3,74 V 6,76 V 2 mA

6 9 2,767 V 4,31 V 7,79 V 2,5 mA

8 9 2,175 V 4,90 V 8,87 V 2,5 mA

10 9 3,554 V 5,49 V 9,93 V 3 mA

12 9 2,919 V 6,06 V 10,95 V 3,5 mA

Tabel C Hasil percobaan hukum Kirchoff 2

D. Hukum kirchoff (2 sumber tegangan)


Tabel D hasil percobaan hukum kirchoff (2 sumber tegangan)
E. Hukum Kirchoff (2 sumber tengangan dengan polaritas V2 dibalik)
Tegangan (Volt)
Keterangan
V₁ V₂ VR₁ VR₂ VR₃

4 9 -0,932 V -1,444 V -2,614 V -0,932 mA

6 9 -0,572 V -0,887 V -1,606 V -0,5 mA

8 9 -0,932 V -0,932 V -0,497 V -0,015 mA

10 9 0,285 V 0,515 V 0,515 V 0,15 mA

12 9 0,558 V 0,864 V 1,565 V 0,5 mA

Tabel E Hasil percobaan Hukum Kirchoff (2 sumber tengangan dengan polaritas


V2 dibalik)
BAB VI
ANALISIS HASIL PERCOBAAN

A. Perhitungan secara teori


1) Perhitungan teori hukum ohm
Mencari nilai arus :

V
I=
R

Keterangan :
I = Arus (A)
V = Tengangan (V)
R = Resistansi (Ω)

Dari perhitungan teori yang dilakukan dapat ditemukan hasil sebagai berikut.

A. Tabel perhitungan teori hukum Ohm


Arus(mA)

Keteranga
Tegangan V (volt)
R=47 R=100 R=220 R=470 R=680 n

4 85,106 Ω 40 Ω 18,18 Ω 8,51 Ω 5,88 Ω  

6 127,65 Ω 60 Ω 27,27 Ω 12,76 Ω 8,82 Ω  

8 170,21 Ω 80 Ω 36,36 Ω 17,02 Ω 11,76 Ω  

10 212,76 Ω 100 Ω 45,45 Ω 21,27 Ω 14,70 Ω  

12 255,31 Ω 120 Ω 54,54 Ω 25,53 Ω 17,64 Ω  

Tabel A Perhitungan teori hukum Ohm


2) Perhitungan teori hukum Kirchoff 1 (KCL)

 I masuk =  I keluar

 Mencari I masuk

V
I masuk =¿ Rtotal = R1 // R2 + R3
Rtotal

Dengan rumus pembagi arus :

 Untuk A1 :

R2
I 1= I masuk
R 1+ R 2

 Untuk A2 :

R1
I 2= I masuk
R 2+ R 1

 Untuk A3 :

I 3= I 1+ I 2

Dari perhitungan teori yang dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut.


B. Tabel perhitungan hukum Kirchoff 1 (KCL)
Tegangan Arus (mA)

(V) A1 A2 A3

4 9.236 11,26 20,5

6 13.51 16.48 30

8 18.47 22,52 41

10 22.09 28.02 51

12 27,48 33.51 61
Tabel B Perhitungan teori hukum kirchoff 1 (KCL)

3) Perhitungan teori hukum Kirchoff 2 (KVL)

V loop = 0

 Mencari I masuk

V
I masuk =¿
Rtotal

Rtotal = R1 + R2 + R3

 Untuk V1
V1 = I x R1

 Untuk V2
V2 = I x R2

 Untuk V3
V3 = I x R3

Dari perhitungan teori yang dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut.


C. Tabel perhitungan teori hukum Kirchoff 2 (KVL)
Tegangan (V)
Tegangan (V)
V1 V2 V3

4 1,2 0,98 1,8

6 1,8 1,48 2,7

8 2,41 1,98 3,61

10 3,01 2,46 4,51

12 3,61 2,96 5,42

Tabel C perhitungan teori hukum Kirchoff 2 (KVL)


4) Perhitungan teori Hukum Kirchoff (2 sumber tengangan)
V loop = 0

Menggunakan metode loop :

V R 1 + (-V2) + V R 2 + V R 3 + (-V1) = 0
( i . R 1 ) + (i . R2) + (i . R3) = V1+V2
i(R 1+ R 2+ R 3) = V1+V2
 Misal V1 = 4, V2 = 9

i(R 1+ R 2+ R 3) = V1+V2
i( R 1+ R 2+ R 3) = 4 + 9
i (1200+1800+ 3300 )=4+9
i (6600 )=13
I = 2,063
Lalu cari jatuh tegangan menggunakan hukum Ohm
V=I.R
Dari perhitungan teori yang dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut.
D. Tabel Perhitungan teori Hukum Kirchoff (2 sumber tengangan)
Sumber DC (V) Tegangan (V) Arus (mA)

V1 V2 V1 V2 V3 A

4 9 2,47 3,7 6,79 02,063

6 9 2,85 4,28 7,85 2,38

8 9 3,22 4,84 8,87 2,69

10 9 3,62 5,43 9,96 3,02


12 9 3 6 11 3,33

Tabel D Perhitungan teori Hukum Kirchoff (2 sumber tengangan)


5) Perhitungan teori hukum Kirchoff (2 sumber tengangan dengan polaritas
V2 dibalik)
V loop = 0
Menggunakan metode loop :

V R 1 + V2 + V R 2 + V R 3 + (-V1) = 0
( i . R 1 ) + (i . R2) + (i . R3) = V1-V2
i(R 1+ R 2+ R 3) = V1-V2

 Misal V1 = 4, V2 = 9

i(R 1+ R 2+ R 3) = V1-V2
i( R 1+ R 2+ R 3) = 4 - 9
i (1200+1800+ 3300 )=4−9
i (6600 )=−5
I = -0,79
Lalu cari jatuh tegangan menggunakan hukum Ohm
V=I.R
E. Tabel Perhitungan teori Hukum Kirchoff (2 sumber tengangan dengan polaritas
V2 dibalik)
Sumber DC (V) Tegangan (V) Arus (mA)

V1 V2 V1 V2 V3 A

4 9 - 0.94 -1,42 -3,29 -0,79

6 9 -0,56 -0,84 -1,55 -0,47

8 9 -0,19 -0,28 -0,53 -0,16

10 9 0,19 0,28 0,53 0,16

12 9 00.56 0,84 1,55 0,47

Tabel E Perhitungan teori Hukum Kirchoff (2 sumber tengangan dengan polaritas


V2 dibalik)
B. Perbandingan Teori dan Praktek

1) Kesalahan Relatif untuk pengukuran Hukum Ohm

 Kesalahan Relatif untuk 47 Ω

 Untuk tegangan 4 volt = 0,027 %


T −P
= x 100 %
T
85,1−82,07
= x 100 %
85.1
 Untuk tegangan 10 volt
= 0,036 %
T −P
= x 100 %
T
 Untuk tegangan 6 volt 212,76−206,8
= x 100 %
T −P 212,76
= x 100 %
T = 0,028 %
127,65−123,4
= x 100 %
127,65
 Untuk tegangan 12 volt
= 0,033 %
T −P
= x 100 %
T
 Untuk tegangan 8 volt 255,31−248,3
= x 100 %
T −P 255,31
= x 100 %
T = 0,027 %
170,21−165,5
= x 100 %
170,21

Arus (mA)
Jatuh
R = 47 Ω
Tegangan (V)
Teori Praktek Presentasi Kesalahan (%)

4 85,106  82,07  0,036 %  


6 127,65  123,4  0,033 %  
8  170,21 165,5 0,027 %  
10  212,76 206,8 0,028 %  
12  255,31 248,3  0,027 %  
 Kesalahan Relatif untuk 100 Ω

 Untuk tegangan 4 volt T −P


= x 100 %
T −P T
= x 100 %
T 80−79,2
= x 100 %
40−39,73 80
= x 100 %
40 = 0,001 %
= 0,006 %
 Untuk tegangan 6 volt
T −P
= x 100 %
T  Untuk tegangan 10 volt
60−59,1 T −P
= x 100 % = x 100 %
60 T
=0,015% 100−98,7
= x 100 %
100
= 0,0003 %

 Untuk tegangan 8 volt  Untuk tegangan 12 volt


T −P
= x 100 %
T
120−120,8
= x 100 %
120
= 0,007 %

Arus (mA)
Jatuh Tegangan
R = 100 Ω
(V)
Teori Praktek Presentasi Kesalahan (%)

4 40  39,73  0,006% 

6 60  59,1 0,015% 

8 80   79,2  0,001%

10  100  98,7  0,0003%

12  120  120,8  0,007%

 Kesalahan Relatif untuk 220 Ω


 Untuk tegangan 4 volt T −P


= x 100 %
T
18,18−18,55 = = 0,023 %
= x 100 %
18,18
= 0,02 %  Untuk tegangan 10 volt
T −P
= x 100 %
 Untuk tegangan 6 volt T
T −P 45,45−46,7
= x 100 % = x 100 %
T 45,45
27,27−27,72 = 0,027 %
= x 100 %
27,27
= 0,016 %  Untuk tegangan 12 volt
T −P
= x 100 %
 Untuk tegangan 8 volt T
T −P 54,54−56,4
= x 100 % = x 100 %
T 54,54
36,36−37,22 = 0,034 %
= x 100 %
36,36

Arus (mA)

Jatuh Tegangan (V) R = 220 Ω

Teori Praktek Presentasi Kesalahan (%)

4 18,18  18,55   0,02%

6  27,27  27,72  0,016%

8  36,36  37,22  0,023%

10  45,45  46,7  0,027%

12  54,54  56,4 0,034% 


 Kesalahan Relatif untuk 470 Ω

 Untuk tegangan 4 volt 17,02−16,88


= x 100 %
T −P 17,02
= x 100 %
T
8,51−8,39
= x 100 %
8,51  Untuk tegangan 10 volt
= 0,013 % T −P
= x 100 %
T
 Untuk tegangan 6 volt 21,27−21,22
= x 100 %
21,27
T −P
= x 100 %
T = 0,008 %
12,76−12,62
= x 100 %
12,76
= 0,01 %

 Untuk tegangan 12 volt


 Untuk tegangan 8 volt T −P
= x 100 %
T −P T
= x 100 %
T 25,53−25,63
= x 100 %
25,53
= 0,003 %

= 0,002%

Arus (mA)
Jatuh Tegangan
R = 470 Ω
(V)
Teori Praktek Presentasi Kesalahan (%)

4 8,51  8,39  0,013% 

6  12,76  12,62  0,01%

8  17,02  16,88  0,002%

10  21,27  21,22  0,008%

12  25,53  25,63  0,003%5


 Kesalahan Relatif untuk 680 Ω

 Untuk tegangan 4 volt = 0,021 %


T −P  Untuk tegangan 10 volt
= x 100 %
T T −P
= x 100 %
5,88−5,70 T
= x 100 %
5,88 14,70−14,15
= x 100 %
= 0,03 % 14,70
= 0,037 %
 Untuk tegangan 6 volt
T −P  Untuk tegangan 12 volt
= x 100 %
T T −P
= x 100 %
8,82−8,53 T
= x 100 %
8,82 17,64−17,30
= x 100 %
= 0,034 % 17,64
= 0,019 %
 Untuk tegangan 8 volt
T −P
= x 100 %
T
11,76−11,51
= x 100 %
11,76

Arus (mA)
Jatuh Tegangan
R = 680 Ω
(V)
Teori Praktek Presentasi Kesalahan (%)

4 5,88  5,70  0,03% 

6 8,82  8,53  0,034%

8  11,76  11,51 0,021% 

10  14,70  14,15  0,037%

12  17,64  17,30 0,019% 


ANALISIS HUKUM OHM :

menunjukkan perhitungan teori hukum Ohm untuk beberapa nilai resistansi (R) yang
berbeda, ketika diberikan tegangan (V) pada rangkaian dan arus (I) yang mengalir
melalui rangkaian diukur dalam miliampere (mA).

Dari tabel A, dapat dilihat bahwa semakin besar nilai resistansi (R), semakin kecil arus
yang mengalir melalui rangkaian. Hal ini sesuai dengan hukum Ohm yang menyatakan
bahwa arus (I) yang mengalir melalui rangkaian sebanding dengan tegangan (V) yang
diberikan pada rangkaian, dan berbanding terbalik dengan nilai resistansi (R) pada
rangkaian.

Perlu diingat bahwa nilai resistansi yang tercantum dalam tabel A dinyatakan dalam
ohm (Ω) dan tegangan diberikan dalam volt (V). Untuk menghitung arus (I) yang
mengalir pada rangkaian, dapat digunakan rumus hukum Ohm yaitu I = V/R.

Sebagai contoh, jika diberikan tegangan sebesar 4V pada rangkaian dengan resistansi
85,106 Ω (kolom pertama pada tabel), maka arus yang mengalir pada rangkaian adalah
4/85,106 = 0,047 mA atau sekitar 47 μA. Begitu pula untuk nilai resistansi yang lainnya
pada tabel A.

Tabel A dapat berguna dalam perancangan rangkaian elektronik untuk memilih nilai
resistansi yang tepat untuk menghasilkan arus yang diinginkan pada suatu tegangan
tertentu.
Kesalahan relative untuk pengukuran Hukum Kirchoff I

 Comtoh perhitungan untuk 4 Volt


 Kesalahan Relatif untuk pengukuran arus pada A1
T −P
¿ x 100 %
T
9,236−8,34
¿ x 100 %
9,236
=0,09%
 Kesalahan Relatif untuk pengukuran A2

T −P
¿ x 100 %
T

11,26−10,10
¿ x 100 %
11,26
=0,09%
 Kesalahan Relatif untuk pengukuran A3

T −P
¿ x 100 %
T

20,5−18,56
¿ x 100 %
20,5
=0,09%
Perhitungan batas ukur tegangan (6,8,10,12) V dilakukan dengan cara yang
sama, sehingga di peroleh table sebagai berikut

Arus (mA)
Tegangan
A1 A2 A3
(V)
T P % T P % T P %

4 9,236 8,43 0,09 11,26 10,10 0,09 20,5 18,56 0,09

6 13,51 12,66 0,06 16,48 15,29 0,07 30 28,96 0,03

8 18,47 17,57 0,05 22,52 20,46 0,12 41 38,12 0,07

10 22,9 22,85 0,002 28,02 27,40 0,02 51 50,4 0,01

12 27,48 27,07 0,014 33,51 31,81 0,05 61 58,2 0,045

Analisis:

hasil pengukuran arus (dalam mA) pada tiga rangkaian yang berbeda (disebut A1, A2,
dan A3) pada beberapa nilai tegangan yang berbeda (dalam V). Setiap rangkaian
memiliki dua titik pengukuran, yaitu T dan P, dan persentase perbedaan antara arus
yang diukur di kedua titik tersebut juga diberikan dalam tabel.
Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa untuk setiap rangkaian, semakin besar tegangan
yang diberikan, semakin besar pula arus yang mengalir melalui rangkaian. Hal ini sesuai
dengan hukum Ohm yang menyatakan bahwa arus yang mengalir pada suatu rangkaian
sebanding dengan tegangan yang diberikan pada rangkaian.

Selain itu, terdapat perbedaan arus yang diukur antara kedua titik pengukuran (T dan P)
pada setiap rangkaian, dan persentase perbedaan tersebut juga dicantumkan dalam tabel.
Perbedaan arus tersebut dapat disebabkan oleh resistansi internal dari rangkaian itu
sendiri, atau kesalahan pengukuran.

Untuk memperoleh hasil pengukuran yang akurat, perlu dilakukan kalibrasi pada alat
pengukur dan memperhatikan resistansi internal dari rangkaian yang diukur. Dalam
kasus ini, jika persentase perbedaan arus yang diukur cukup besar, maka perlu
dilakukan pengecekan lebih lanjut untuk mengetahui penyebab perbedaan tersebut.

2) Kesalahan Relatif pengukuran Hukum Kirchof II

Dengan menggunakan sumber tegangan 4 volt maka untuk mencari persentase


kesalahannya pengukuran tegangan pada VR1, VR2 dan VR3 digunakan cara seperti
berikut:

 Kesalahan Relatif untuk pengukuran tegangan pada VR1

T −P
¿ x 100 %
T

1,2−1,133
¿ x 100 %
1,2
=0,05%
 Kesalahan Relatif untuk pengukuran tegangan pada VR2

T −P
¿ x 100 %
T
0,98−0,955
¿ x 100 %
0,98
=0,035%
 Kesalahan Relatif untuk pengukuran tegangan pada VR3
T −P
¿ x 100 %
T

1,8−1,753
¿ x 100 %
1,8

=0,03%

Perhitungan batas ukur tegangan (6,8,10,12) V dilakukan dengan cara yang sama,
sehingga di peroleh tabel dan grafik sebagai berikut

Tegangan (v)
Tegangan(V
VR1 VR2 VR3
)
T P % T P % T P %

4 1,2 1,133 0,05 0,98 0,955 0,035 1,8 1,753 0,03

6 1,8 1,711 0,05 1,48 1,442 0,025 2,7 2,646 0,02

8 2,41 2,285 0,05 1,98 1,942 0,02 3,61 3,524 0,02

10 3,01 2,882 0,04 2,46 2,427 0,013 4,51 4,43 0,02

12 3,61 3,426 0,05 2,96 2,886 0,025 5,42 5,27 0,03


Analisis :

Tabel Praktek dan teori tersebut menunjukkan hasil pengukuran tegangan (dalam V)
pada tiga resistor (disebut VR1, VR2, dan VR3) pada beberapa nilai tegangan yang
berbeda (dalam V). Setiap resistor memiliki dua titik pengukuran, yaitu T dan P, dan
persentase perbedaan antara tegangan yang diukur di kedua titik tersebut juga diberikan
dalam tabel.

Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa untuk setiap resistor, semakin besar tegangan
yang diberikan, semakin besar pula tegangan yang jatuh pada resistor tersebut. Hal ini
sesuai dengan hukum Ohm yang menyatakan bahwa tegangan yang jatuh pada suatu
resistor sebanding dengan arus yang mengalir melalui resistor tersebut.

Selain itu, terdapat perbedaan tegangan yang diukur antara kedua titik pengukuran (T
dan P) pada setiap resistor, dan persentase perbedaan tersebut juga dicantumkan dalam
tabel. Perbedaan tegangan tersebut dapat disebabkan oleh resistansi internal dari
rangkaian atau kesalahan pengukuran.

Untuk memperoleh hasil pengukuran yang akurat, perlu dilakukan kalibrasi pada alat
pengukur dan memperhatikan resistansi internal dari rangkaian yang diukur. Dalam
kasus ini, jika persentase perbedaan tegangan yang diukur cukup besar, maka perlu
dilakukan pengecekan lebih lanjut untuk mengetahui penyebab perbedaan tersebut.
Kesalahan Relatif pengukuran Hukum Kirchoff dengan 2 sumber

Dengan menggunakan sumber tegangan 4 volt maka untuk mencari persentase kesalahannya
pengukuran tegangan pada VR1, VR2 dan VR3 digunakan cara seperti berikut:

 Kesalahan Relatif untuk pengukuran VR1


T −P
¿ x 100 %
T

2,47−2,421
¿ x 100 %
2,47

=0,02%

 Kesalahan Relatif untuk pengukuran VR2


T −P
¿ x 100 %
T

3,70−3,74
¿ x 100 %
3,70

=0,01%
 Kesalahan Relatif untuk pengukuran VR3
T −P
¿ x 100 %
T

6,79−6,76
¿ x 100 %
6,79

=0,01%
Perhitungan batas ukur tegangan (6,8,10,12) V dilakukan dengan cara yang sama,
sehingga di peroleh tabel dan grafik sebagai berikut

Tegangan(V)

VR1 VR2 VR3


V1 V2
T P % T P % T P %

4 9 2,47 2,421 0,02 3,70 3,74 0,01 6,79 6,76 0,01

6 9 2,85 2,767 0,03 4,28 4,31 0,01 7,85 7,79 0,01

8 9 3,22 3,130 0,03 4,84 4,90 0,01 8,87 8,87 0

10 9 3,62 3,554 0,02 5,43 5,49 0,01 9,96 9,93 0,01

12 9 3 2,919 0,03 6 6,06 0,01 11 10,95 0,01

Analisis :

Pada Tabel perbandingan teori dan praktek tersebut menunjukkan nilai tegangan pada
beberapa titik dalam rangkaian, beserta nilai tegangan jatuh pada setiap resistor (VR1,
VR2, VR3) dalam rangkaian. Dalam tabel tersebut, terdapat 3 kolom untuk setiap titik
pada rangkaian, yaitu:
1. Tegangan (V): nilai tegangan pada titik tersebut.
2. Tegangan jatuh pada Resistor 1 (VR1): nilai tegangan jatuh pada resistor 1 yang
terhubung pada titik tersebut.
3. Tegangan jatuh pada Resistor 2 (VR2): nilai tegangan jatuh pada resistor 2 yang
terhubung pada titik tersebut.
4. Tegangan jatuh pada Resistor 3 (VR3): nilai tegangan jatuh pada resistor 3 yang
terhubung pada titik tersebut.

Selain itu, tabel tersebut juga menunjukkan persentase error (P%) antara nilai tegangan
yang diukur secara eksperimental dengan nilai teoritis yang dihitung.

Dalam analisis tabel ini, kita dapat melihat bahwa nilai tegangan pada titik T selalu
lebih tinggi dari nilai tegangan pada titik P. Hal ini terjadi karena tegangan pada titik T
diukur sebelum melewati resistor, sementara tegangan pada titik P diukur setelah
melewati resistor.

Kita juga dapat melihat bahwa nilai tegangan jatuh pada setiap resistor cenderung
meningkat seiring dengan meningkatnya nilai tegangan pada titik T. Selain itu,
persentase error pada setiap pengukuran cukup kecil, sehingga dapat dikatakan bahwa
pengukuran tersebut relatif akurat. Namun, perlu diingat bahwa nilai error tersebut
hanya menggambarkan perbedaan antara nilai eksperimental dan teoritis, dan bukan
merupakan indikasi kesalahan pengukuran yang sebenarnya.

3) Kesalahan Relatif pengukuran Hukum Kirchoff dengan 2 sumber polaritas dibalik

Dengan menggunakan sumber tegangan 4 volt maka untuk mencari persentase kesalahannya
pengukuran tegangan pada VR1, VR2 dan VR3 digunakan cara seperti berikut:

 Kesalahan Relatif untuk pengukuran VR1


T −P
¿ x 100 %
T

(−O , 94)−(−0,913)
¿ x 100 %
−0,94
=3,64%
 Kesalahan Relatif untuk pengukuran VR2
T −P
¿ x 100 %
T

(−1,42 )−(−1,429)
¿ x 100 %
−1,42

=0,63%

 Kesalahan Relatif untuk pengukuran VR3


T −P
¿ x 100 %
T

(−3,29 )−(−3,12)
¿ x 100 %
−3,29

=5,16%
Perhitungan batas ukur tegangan (6,8,10,12) V dilakukan dengan cara yang sama,
sehingga di peroleh tabel dan grafik sebagai berikut

Tegangan

VR1 VR2 VR3


V1 V2
T P % T P % T P %

4 9 −0,94  −0,93  0,01 −1,42  −1,44   0,01 −3,29  −2,61  0,2 

6 9 − 0,56  −0,57  0,02 −0,84 −0,88   0,04 −1,55 −1,60 0,03 

8 9 −0,19  −0,17  0,1 −0,28  −0,27   0,1 −0,53  −0,49   0,07

10 9  0,19 0,18  0,05  0,28 0,28  0  0,53  0,51  0,04

12 9  0,56 0,55   0,02  0,84 0,86   0,02  1,55  1,56  0,01

Analisis:

Tabel praktek dan teori tersebut menunjukkan nilai tegangan pada beberapa titik dalam
suatu rangkaian listrik. Terdapat beberapa kolom, yaitu:

1. V1 dan V2, yang masing-masing merupakan nilai tegangan pada sumber listrik
pertama dan kedua.
2. VR1, VR2, dan VR3, yang masing-masing merupakan nilai tegangan pada
resistor pertama, kedua, dan ketiga dalam rangkaian.
Kolom "T" menunjukkan nilai tegangan yang diukur menggunakan alat ukur,
sedangkan kolom "P" menunjukkan nilai tegangan yang dihitung menggunakan hukum
Ohm. Kolom "%" menunjukkan selisih persentase antara nilai tegangan yang diukur dan
dihitung.

Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa terdapat perbedaan antara nilai tegangan yang
diukur dan dihitung. Selisih persentase antara nilai tegangan yang diukur dan dihitung
pada beberapa titik cukup signifikan, terutama pada titik VR3 dengan selisih persentase
sebesar 0,2% pada saat tegangan V1 = 4 V. Namun, selisih persentase pada titik lainnya
umumnya cukup kecil, yaitu di bawah 0,1%.
BAB VII
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil setelah melakukan praktikan, yaitu :

 Arus yang mengalir pada sebuah resistor berbanding lurus dengan beda potensial
yang dihasilkan oleh sebuah resistor. Hal ini dapat terjadi karena tegangan yang
masuk juga besar, Sehingga arus yang masuk pada resistor akan bertambah.
 Arus yang mengalir pada sebuah rangkaian yang tersusun secara pararel
memiliki nilai yang berbeda sesuai nilai resistansi yang dibuatnya, sebaliknya
arus yang mengalir pada rangkaian yang tersusun seri bernilai sama.
 Tegangan yang ditahan oleh resistor nilainya akan sama jika resistor dirangkai
secara pararel, sebaliknya nilai tegangan pada resistor akan berbeda sesuai
resistansi yang dimiliki jika tersusun secara seri.
 Nilai tegangan yang dihasilkan pada percobaan dengan teori memiliki nilai
tegangan jatuh pada setiap penyambung kabel dengan beban maupun saklar.
 Bila terdapat beberapa sumber pada sebuah rangkaian maka tegangan pada
rangkaian tersebut dapat bertambah serta arus yang mengalir pada rangkaian
tersebut akan semakin besar. Tetapi jika salah satu sumber pada polaritasnya
dibalik maka tegangan yang mengalir pada sumber tersebut akan berubah
menjadi beban yang menahan tegangan sehingga arus yang mengalir pada
rangkaian akan semakin kecil.
DAFTAR PUSTAKA

https:id.m.wikipedia.org/wiki/hukum_ohm
https://is.m.wikipedia.org/wiki/hukum_kirchoff

Anda mungkin juga menyukai