Anda di halaman 1dari 13



Hukum Kirchoff dan Hukum Ohm

HUKUM KIRCHOFF
Sesuai dengan namanya, bunyi Hukum Kirchoff dicetuskan oleh ahli Fisika yang berasal dari
Jerman bernama Gustav Robert Kirchoff. Penelitian Gustav Kirchoff ini membahas perihal
konduksi listrik.

Di dalam rangkaian listrik, jumlah dari arus yang berada di seluruh cabang dan bertemu di titik
manapun ialah nol.

Dalam rangkaian listrik tertutup, jumlah gaya gerak listrik yang berada di rangkaian tersebut
sama dengan hambatan atau resistansi di kali dengan arus.

Bunyi Hukum Kirchoff 1

Pada kehidupan sehari-hari, kerap kali kita menemukan rangkaian listrik yang terdiri dari
berbagai hubungan. Artinya, rangkaian listrik tersebut mempunyai banyak cabang dan juga titik
simpul.

Titik simpul ini ialah hasil pertemuan dari tiga cabang atau lebih. Perhatikan gambar berikut ini:
Jumlah dari arus yang masuk ke dalam titik simpul tersebut sama dengan jumlah arus yang
keluar. Hukum ini juga dapat disebut dengan hukum kekekalan muatan listrik.

bunyi Hukum Kirchoff 1 ialah :

“Jumlah dari kuat arus listrik yang masuk ke dalam suatu titik simpul sama dengan jumlah kuat
arus listrik yang keluar dari titik simpul tersebut

Secara matematika, Hukum Kirchoff 1 dapat dituliskan dengan rumus :

Perhatikan gambar rangkaian listrik ini :

Arus yang mengalir pada I1 = 5 A, I2 = 10 A, dan I3 = 2 A, berapakah jumlah arus yang ada
pada I4?

Penyelesaian:

Apabila jumlah dari arus yang masuk sama dengan arus yang keluar, maka:

I1 + I4 = I2 + I3

5 A + I4 = 10 A + 2 A

I4 = 12 A – 5A

I4 = 7 A
Jadi, jum;ah kuat arus pada I4 sebesar 2A.

Hukum Kirchoff 1 ini dapat dikombinasikan dengan hubungan listrik seri dan parallel yang ada
di Hukum Ohm.

Hubungan seri mempunyai tujuan untuk memperbesar hambatan pada rangkaian dan sebagai
pembagi tegangan. Pada hubungan seri, arus yang melalui tiap-tiap hambatan memiliki nilai
yang sama.

Sedangkan untuk hubungan listrik paralel, beda potensial (V) atau tegangan yang melalui tiap-
tiap resistor dengan besar yang sama.

Hubungan listrik paralel memiliki tujuan untuk memperkecil hambatan yang ada pada rangkaian
dan sebagai alat pembagi arus.

Bunyi Hukum Kirchoff 2

Hukum Kirchoff 2 memiliki fungsi untuk rangkaian listrik yang lebih rumit, yang tak bisa
disederhanakan dengan menggunakan Hukum Kirchoff 1. Rangkaian listrik ini biasanya
merupakan rangkaian listrik yang tertutup atau yang biasa disebut dengan loop.

Pada rangkaian listrik yang tertutup, tak hanya sekadar menggunakan satu sumber tegangan atau
gaya gerak listrik (GGL), tetapi bisa dua atau pun lebih.
Di dalam sebuah rangkaian tertutup, jumlah aljabar dari gaya gerak listrik dengan penurunan
tegangan sama dengan nol.

Secara matematis, rumus Hukum Kirchoff II dapat dituliskan sebagai berikut :

Ketika menyelesaikan rangkaian listrik yang tertutup menggunakan Hukum Kirchoff 2, gunakan
langkah-langkah berikut ini :

Memilih arah loop pada masing-masing pada lintasan yang tertutup. Pemilihan arah loop bebas,
tetapi biasanya arah loop searah dengan arah arus guna untuk mempermudah dalam
pengerjaannya.

Penurunan tegangan (IR) memiliki nilai negatif apabila arah loop berlawanan dengan arah arus.
Penurunan tegangan (IR) akan akan memiliki nilai positif apabila arah loop searah dengan arah
arus.

Ketika mengikuti arah loop dan sumber tegangan yang dijumpai terlebih dahulu ialah kutub
positif maka GGL juga memiliki tanda positif, pun begitu pula sebaliknya.

HUKUM OHM
Dalam Ilmu Elektronika, Hukum dasar Elektronika yang wajib dipelajari dan dimengerti oleh
setiap Engineer Elektronika ataupun penghobi Elektronika adalah Hukum Ohm, yaitu Hukum
dasar yang menyatakan hubungan antara Arus Listrik (I), Tegangan (V) dan Hambatan (R).
Hukum Ohm dalam bahasa Inggris disebut dengan “Ohm’s Laws”. Hukum Ohm pertama kali
diperkenalkan oleh seorang fisikawan Jerman yang bernama Georg Simon Ohm (1789-1854)
pada tahun 1825. Georg Simon Ohm mempublikasikan Hukum Ohm tersebut pada Paper yang
berjudul “The Galvanic Circuit Investigated Mathematically” pada tahun 1827.

Bunyi Hukum Ohm

Pada dasarnya, bunyi dari Hukum Ohm ialah :

“Besar arus listrik (I) yang mengalir melewati sebuah penghantar atau konduktor akan
berbanding lurus dengan beda potensial / tegangan (V) yang diterapkan kepadanya dan akan
berbanding terbalik dengan hambatannya (R)”.

Secara matematis, Hukum Ohm bisa dirumuskan menjadi persamaan seperti berikut ini :
V=IxR

I=V/R

R=V/I

Dimana :

V = Voltage (Beda Potensial atau Tegangan yang satuan unitnya adalah Volt (V))
I = Current (Arus Listrik yang satuan unitnya adalah Ampere (A))
R = Resistance (Hambatan atau Resistansi yang satuan unitnya adalah Ohm (Ω))

Dalam pengaplikasiannya, kita bisa menggunakan Teori Hukum Ohm yang berada di dalam
Rangkaian Elektronika guna untuk memperkecilkan arus listrik, tegangan, dan juga untuk
memperoleh resistansi (nilai hambatan) yang sesuai.

Contoh Kasus dalam Hukum Ohm

Supaya lebih jelas dalam memahami Hukum Ohm, kita dapat melakukan Praktikum dengan
menggunakan sebuah Rangkaian Elektronika Sederhana seperti berikut ini :

Praktikum ini membutuhkan sebuah DC Generator (Power Supply), Voltmeter, Amperemeter,


dan sebuah Potensiometer yang sesuai dengan nilai yang diperlukan.

Dari gambar Rangkaian Elektronika yang sederhana, maka kita bisa membandingkan Teori
Hukum Ohm dengan hasil yang didapatkan dari Praktikum dalam hal menghitung Arus Listrik
(I), Tegangan (V) dan juga Resistansi/Hambatan (R).

Menghitung Arus Listrik (I)

Rumus yang bisa digunakan untuk menghitung Arus Listrik ialah I = V / R

Contoh Kasus 1 :

Setting Power Supply atau DC Generator yang dipakai untuk menghasilkan Output Tegangan
10V, kemudian atur Nilai Potensiometer ke 10 Ohm. Berapakah nilai dari Arus Listrik (I) ?
Masukan nilai Tegangan yakni 10V dan juga Nilai Resistansi dari Potensiometer yaitu 10 Ohm
ke dalam Rumus Hukum Ohm seperti berikut ini :

I=V/R

I = 10 / 10

I = 1 Ampere

Maka hasilnya ialah 1 Ampere.

Contoh Kasus 2 :

Setting DC Generator atau Power Supply untuk menghasilkan Output Tegangan 10V, kemudian
atur nilai Potensiometer ke 1 kiloOhm. Berapakah nilai Arus Listrik (I)?
Konversi terlebih dahulu nilai resistansi 1 kiloOhm ke satuan unit Ohm. 1 kiloOhm = 1000 Ohm.
Lalu, masukan nilai Tegangan 10V dan juga nilai Resistansi dari Potensiometer 1000 Ohm ke
dalam Rumus Hukum Ohm seperti berikut ini :

I=V/R

I = 10 / 1000

I = 0.01 Ampere atau 10 miliAmpere

Maka hasilnya adalah 10mA

Menghitung Tegangan (V)

Rumus yang akan digunakan guna untuk menghitung Tegangan atau Beda Potensial adalah V = I
x R.

Contoh Kasus :

Pertama, atur nilai hambatan atau resistansi (R) Potensiometer ke 500 Ohm, lalu atur DC
Generator (Power supply) hingga mendapatkan jumlah Arus Listrik (I) 10mA. Berapakah
Tegangannya (V) ?Konversikan terlebih dulu unit Arus Listrik (I) yang masih satu miliAmpere
menjadi satuan unit Ampere yakni : 10mA = 0.01 Ampere. Lalu, masukan nilai Resistansi
Potensiometer 500 Ohm dan nilai Arus Listrik 0.01 Ampere ke Rumus Hukum Ohm seperti
berikut ini :

V=IxR

V = 0.01 x 500

V = 5 Volt
Maka nilainya ialah 5Volt.

Menghitung Resistansi / Hambatan (R)

Rumus yang akan digunakan guna untuk menghitung Nilai Resistansi adalah R = V / I

Contoh Kasus :

Jika nilai Tegangan pada Voltmeter (V) ialag 12V dan nilai Arus Listrik (I) di Amperemeter
yakni 0.5A. Maka, Berapakah nilai Resistansi pada Potensiometer ?

Pertama, masukan nilai Tegangan 12V dan Arus Listrik 0.5A kedalam Rumus Ohm seperti
Berikut ini :

R=V/I

R = 12 /0.5

R = 24 Ohm

Maka nilai Resistansinya adalah 24 Ohm

Soal dan Pembahasan

1. Pada contoh rangkaian sederhana dalam gambar sebelumnya, kuat arus yang mengalir pada
I1=20 Ampere, I2=4 Ampere dan I4=8 Ampere.

Tentukan nilai I3.


Pembahasan:
Diketahui :

I1 = 20 Ampere

I2 = 4 Ampere

I4 = 8 Ampere

Ditanyakan: I3 =… ?

Jawaban :

Berdasarkan data-data yang terdapat pada soal no. 1 dapat diselesaikan dengan hukum Kirchoff 1
yakni,

ΣI masuk = ΣI keluar

I1 = I2 + I3 + I4

20 = 4 + I3 + 8

20 = 12 +I3

I3 = 20-12= 8 Ampere

Maka didapatkan besar kuat arus pada I3 adalah 8 Ampere.

2. Pada rangkaian sederhana tersebut, kuat arus yang mengalir pada I1=15 Ampere, I3=7
Ampere, I4=8 Ampere serta I5=5 Ampere. Tentukanlah nilai I2.
Pembahasan:

Diketahui :

I1 = 15 Ampere

I3 = 7 Ampere

I4 = 8 Ampere

I5 = 5 Ampere

Ditanyakan: I2 =… ?

Jawaban :

Berdasarkan data-data yang ada pada soal no. 2 dapat diselesaikan dengan hukum Kirchoff 1
yakni,

ΣImasuk = ΣIkeluar

I1 + I2 = I3 + I4 + I5

20 + I2 = 7 + 8 + 5

I2 = 20-15

I2 = 20-15= 5 Ampere

Maka didapatkan besar kuat arus pada I2 adalah 5 Ampere.

1.Berapa kuat arus yang mengalir pada sebuah rangkaian arus listrik apabila R1 = 3 ohm, R2 = 2
ohm, dan R3 = 1 ohm serta є1 = 12 Volt dan є2 = 24 Volt .
Pembahasan:

Diketahui :

R1 = 3 ohm

R2 = 2 ohm

R3 = 1 ohm

є1 = 12 Volt

є2 = 24 Volt

Ditanyakan: I =… ?

Jawaban :

Berdasarkan data-data yang ada soal no. 2 dapat diselesaikan dengan menggunakan hukum
Kirchoff 2

Langkah:

Pertama, tentukan arah loop. Supaya lebih mudah, arah loop sama dengan arah arus listrik (I)

Dari gambar arus listrik(I) bertemu kutub (+) pada є1 sehingga memiliki nilai positif є1 (+)
sedangkan є2 memiliki nilai negatif є2 (-)

Supaya lebih mudah dalam perhitungan dan juga penulisan maka ditulis secara berurutan Σє +
ΣIR = 0

IR2 + є1 + IR1 + IR3 -є2 = 0


I(2) + 12 + I(3) + I(1) -24 =0

6I-12=0

I=12/6= 2 Ampere

Maka didapatkan besar kuat arus pada I adalah 2 Ampere.

2.Apabila diketahui ε1 = 16 V; ε2 = 8 V; ε3 = 10 V; R1 = 12 ohm; R2 = 6 ohm; dan R3 = 6 ohm.


Maka, besar kuat arus lisrik I ialah…

Pembahasan:

Diketahui :

ε1 = 16 V

ε2 = 8 V

ε3 = 10 V

R1 = 12 ohm

R2 = 6 ohm

R3 = 6 ohm.

Ditanyakan: I =… ?

Jawab:
Pertama, tentukan arah loop. Loop 1 (Sebelah Kiri):

Perhitungan dimulai dari R1

Σє + ΣIR = 0

IxR1 – ε1 + I1xR2 = 0

I(6) – 16 + I1(6) = 0

12I + 6I1 = 16 …..> dibagi 2

6I + 3I1 =8

karena I1+I2=I

maka

6(I1+I2) +3I1 = 8

6I1 + 6I2 + 3I1 = 8

9I1 + 6I2 = 8

Loop 2

Pada loop 2, arah arus I1 berlawanan dengan arah loop sehingga, I1 bernilai negatif (-), sehingga

Σє + ΣIR = 0

I2xR3 + ε2 – I1xR2 + ε3 = 0

I2(6) + 8  – I1(6) + 10 = 0

6I2 – 6I1 + 18 = 0
– 6I1 + 6I2 = -18

Eliminasi

9I1 + 6I2 = 8

– 6I1 + 6I2 = -18

—————– (-)

15I1 + 0 = 26

I1 = 26/15 A

-6I1 + 6I2 = -18 …..> -6(26/15) + 6I2 = -18…> I2=12/5 A

I=I1+I2= (26/15) + (12/5) = 4,13 A

Maka didapatkan besar kuat arus pada I adalah 4,13 Ampere.

Anda mungkin juga menyukai