Anda di halaman 1dari 32

[Type text]

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari hari kita banyak berhubungan dengan listrik,
seperti menonton televisi kita memerlukan listrik, lampu yang menyala karena
adanya listrik seperti arus, tegangan daya, dan yang lainnya tidak dapat secara
langsung kita tanggapi dengan panca indra kita. Untuk memungkinkan
pengukuran, maka besaran listrik ini ditransformasikan melalui suatu
fenomena fisis ke dalam besaran yang memungkinkan untuk diamati oleh
panca indra. Dengan demikian kegiatan yang dilakukan untuk mengubah
besaran listrik kedalam suatu fenomena fisis dikenal sebagai pengukuran
beban listrik.
Alat ukur listrik adalah alat yang dibutuhkan mendeteksi secara akurat dan
menampilkan kuantitas elektrik dalam bentuk yang bisa dibaca oleh manusia.
Seorang teknis elektronik biasanya memiliki alat ukur wajib yang digunakan
untuk keperluan teknis yaitu avometer yang merupakan gabungan dari fungsifungsi alat ukur amperemeter untuk mengukur amperemeter (kuat arus listrik).
Voltmeter untuk mengukur volt (tegangan listrik) dan ohmmeter untuk
mengukur ohm (hambatan listrik).
Oleh karena itu diadakan percobaan tentang instrumentasi pengukuran
listrik yang menggunakan alat ukur amperemeter, voltmeter, dan multimeter
agar kita mengetahui penggunaan, fungsi dan hambatan alat ukur tersebut,
serta penerapannya pada suatu rangkaian listrik.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Menjelaskan cara perancangan dan membuat catu daya dengan keluaran
yang bervariasi
2. Menjelaskan cara pengukuran beberapa besaran listrik yang penting
dengan alat ukur amperemeter, voltmeter, dan multimeter.
3. Mengetahui skema posisi yang benar untuk mengukur kuat arus dan beda
tegangan secara serentak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

[Type text]

Alat ukur listrik adalah alat yang dibuat untuk mendeteksi secara akurat dan
menampilkan kuantitas elektrik dalam bentuk yang bisa dibaca oleh manusia.
Biasanya yang bisa dibaca dalam bentuk skala analog maupun digital. Seorang
teknisi biasanya memiliki alat ukur wajib yang mereka gunakan untuk berbagai
keperluan teknisi yaitu voltmeter untuk mengukur volt (besar tegangan listrik),
amperemeter untuk mengukur kuat arus listrik, avometer yang merupakan
gabungan dari fungsi alat ukur amperemeter, voltmeter dan ohmmeter (untuk
mengukur hambatan listrik).
a. Amperemeter
Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus listrik.
Amperemeter dapat dibuat atas susunan mikroamperemeter dan shunt yang
berfungsi untuk deteksi arus pada rangkaian baik arus yang kecil sedangkan untuk
arus yang besar ditambah dengan hambatan hambatan shunt. Amperemeter
bekerja sesuai dengan gaya Lorentz gaya magnetis. Arus yang mengalir pada
kumparan yang selimuti medan magnet akan menimbulkan gaya Lorentz yang
dapat menggerakan jarum amperemeter. Semakin besar arus yang mengalir maka
semakin besar pula simpangannya.
b. Voltmeter
Voltmeter adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengukur tegangan listrik.
Dengan ditambah alat multiplier akan dapat meningkatkan kemampuan
pengukuran alat voltmeter berkali-kali lipat.
Gaya magnetik akan timbul dari interaksi antara medan magnet dan kuat arus.
Gaya magnetik tersebut akan mampu membuat jarum alat pengukur voltmeter
bergerak saat ada arus listrik. Semakin besar arus listrik yang mengalir maka
semakin besar simpangan jarum yang terjadi.
c. Multimeter
Multimeter dibagi menjadi dua jenis yaitu multimeter analog dan multimeter
digital. Multimeter analog lebih banyak dipakai untuk kegunaan sehari-hari.
Kelebihan multimeter analog adalah mudah dalam pembacaannya dengan
tampilan yang lebih simple. Sedangkan kekurangannya adalah akurasinya rendah,
jadi untuk pengukuran yang memerluka ketelitian tinggi sebaiknya menggunakan
multimeter digital. Multimeter digital memiliki akurasi yang tinggi, dan
kegunaannya lebih banyak dibandingkan dengan multimeter analog, yaitu

[Type text]

memiliki tambah-tambahan satuan yang lebih teliti,dan juga opsi pengukuran


yang lebih banyak lagi, tidak terbatas pada ampere, volt, dan ohm saja. Tetapi
multimeter digital memiliki kekurangan yaitu susah untuk memonitor tegangan
yang tidak stabil.
Hukum kirchoff pertama kali ditemukan oleh Gustaf Robert Kirchoff.
Seorang fisikawan Jerman yang berkontribusi pada pemahaman konsep dasar
teori rangkaian listrik, spektrus kopi, dan emisi radiasi benda hitam yang
menghasilkan benda-benda yang dipanaskan.
Hukum kirchoff merupakam hokum kekekalan listrik yang menyatakn bahwa
jumlah muatan listrik yang ada pada sebuah system tertutup dan tetap. Hal ini
berarti dalam sebuah rangkaian bercabang. Jumlah kuat arus listrk yang masuk
pada suatu cabang yang sama dengan jumlah kuat arus listrik yang keluar pada
cabang itu. Untuk lebih jelasnya tentang hukum 1 kirchoff, perhatikan rangkaian
berikut.

I =I 1 + I 2+ I 3

(2.1)

Hukum II kirchoff adalah hokum kekekalan energy yang diterapkan dalam suatu
rangkaian tertutup. Hokum ini menyatakan bahwa jumlah auabar dari GGL (gaya
gerak listrik) sumber beda potensial dalam sebuah rangkaian tertutup (loop) sama
dengan nol, secara matematis hokum II kirchoff dirumuskan dengan persamaan.

[Type text]

E+ V =0

(2.2)

Dimana Vadalah beda potensial komponen dalam rangkaian (kecuali sumber ggl),
dan E adalah ggl sumber. Untuk lebih jelasnya mengenai hokum II kirchoff.
Perhatikan sebuah rangkaian yang tertutup.
I . R+ IrE=0

(2.3)

E=I ( R+r )

(2.4)

I =E( R+r )

(2.5)

Persamaan satu dapat dituliskan dalam bentuk lain, seperti berikut


I . R=E . I . R

(2.6)

Dimana I.R adalah beda potensial pada komponen resistor R, yang juga
sering disebut dengan tegangan jepit

Hukum Arus Kirchoff

[Type text]

Arus memiliki titik percabangn sama Bbeban sar dengan arus yang
meninggalkan titik tersebut
I 1 + I 4 =I 2 + I 3

(2.7)

Hukum ini juga disebut hokum 1 kirchoff, hukum titik kirchoff, hokum
percabangan kirchoff.
Hukum Ohm
Ohm yang dimaksud diatas bukan om om biasa tetapi Ohm yang luar
biasa. Ohm diambil dari nama tokoh fisika George Simon Ohm. Dia merupakan
ilmuan yang berhasil menentukan hubungan antara beda potensial dengan arus
listrik. Selain tiu dia juga menenmukan bahwa perbandingan antara beda potensial
di suatu beban listrik dengan arus yang mengalir pada beban listrik tersebut
menghasilkan angka yang konstan. Konstanta ini kemudian di kenal dengan
Hambatan listrik (R). Untuk menghargai jasanya maka satuan Hambatan listrik
adalah Ohm ().
Bunyi hukum Ohm hampir setiap buku berbeda beda, mungkin karena
Mbah Ohm udah keduluan meninggal. Tetapi secara garis besar semuanya hampir
sama, dari hasil semedi sambil membaca buku fisika penulis dapat merangkum
ada 2 bunyi hukum Ohm yaitu :
Besarnya arus listrik yang mengalir sebanding dengan besarnya beda
potensial (Tegangan). Untuk sementara tegangan dan beda potensial dianggap
sama walau sebenarnya kedua secara konsep berbeda. Secara matematika di
tuliskan I V atau V I, Untuk menghilangkan kesebandingan ini maka perlu

[Type text]

ditambahkan sebuah konstanta yang kemudian di kenal dengan Hambatan (R)


sehingga persamaannya menjadi V = I.R. Dimana V adalah tegangan (volt), I
adalah kuat arus (A) dan R adalah hambatan (Ohm).
Perbandingan antara tegangan dengan kuat arus merupakan suatu bilangan
konstan yang disebut hambatan listrik. Secara matematika di tuliskan V/I = R atau
dituliskan V = I.R.
Keduanya menghasilkan persamaan yang sama, tinggal anda menyukai dan
menyakini yang mana silakan pilih saja karena keduanya benar dan ada buku
literaturnya.
Fungsi utama hukum Ohm adalah digunakan untuk mengetahui hubungan
tegangan dan kuat arus serta dapat digunakan untuk menentukan suatu hambatan
beban listrik tanpa menggunakan Ohmmeter. Kesimpulan akhir hukum Ohm
adalah semakin besar sumber tegangan maka semakin besar arus yang dihasilkan.
Kemudian konsep yang sering salah pada siswa adalah hambatan listrik
dipengaruhi oleh besar tegangan dan arus listrik. Konsep ini salah, besar kecilnya
hambatan listrik tidak dipengaruhi olehbesar tegangan dan arus listrik tetapi
dipengaruhi oleh panjang penampang, luas penampang dan jenis bahan.
Arus listrik yang terdapat dalam suatu area ketika muatan lisrik diarahkan ke
suatu titik ke titik lain dalam area tersebut. Misalnya muatan bergerak melewati
sebuah kawat. Jika suatu muatan dipindahkan melalui suatu luas penampang
melintang kawat yang diketahui dalam satuan waktu t, maka arus yang melewati
kawat tersebut adalah :
Disini, q dalam Coulomb, t dalam detik, dan I dalam ampere (A). Sesuai
dengan kebiasaan arah arus sama dengan muatan positif. Jadi, aliran electron
kearah kan an bersesuaian dengan arah arus kiri.
Hambatan (Q) sebuah kawat atau benda lain adalah ukuran beda potensial (V)
yang harus berpasangan antara benda tersebut. Beda potensial (V) yang harus
berpasangan antara benda tersebut sehingga arus sebesar satu ampere dapat
mengalir melewatinnya.
Suatu hambatan adalah Ohm, diman symbol digunakan

[Type text]

Hukum ohm sebelumnya terdiri atas dua bagian. Bagian pertama tidak lain
adalah devinisi hambatan, yaitu V=I.R. sering hubungan ini dinamai hokum ohm.
Akan tetapi, hokum ohm juga menyatakan hubungan R adalah suatu konstanta
yang tidak tergantung pada V maupun I, bagian kedua hokum ohm ini tidak
seluruhnya benar hubungan V=I.R dapat diterapkan pada resistor apa saja, dimana
V adalah beda potensial antara kedua ujung hambatan dan I adalah arus yang
mengalir didalamnya, sedangkan R adalah hambatan (resistensi) resistor tersebut.
Beda potensial diterapkan sepanjang kawwat medan listrik, yang ditimbulkan
menerapkan kakas pada setiap electron didalam kawat. Dengan demikian dari
hasil yang diperoleh jika memberikan suatu sumber tegangan pada kawat yang
berbeda, maka diperoleh arus yang berbeda pula. Karakteristik dari kawat
konduktor tersebut dikaitkan dengan pengertian resonansi kawat.
Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus listrik,
umumnya alat ini dipakai oleh teknisi elektronik dalam alat multimeter listrik
yang disebut avometer gabungan dari fungsi amperemeter, voltmeter dan
ohmmeter.
Voltmeter adalh suatu alat yang berfungsi untuk mengukur tengangan listrik.
Dengan ditambahkan alat multiplier akan meningkatkan kemampuan alat
voltmeter berkali-kali lipat.
Ohmmeter adalah alat yang digumakan untuk mengukur hambatan listrik yang
merupakan suatu daya yang mampu menahan aliran listrik pada konduktor. Alat
tersebut menggunakan galvanometer untuk melihat besarnya arus listrik yang
kemudian dikalibrasi dalam satuan ohm.
Resistor adalah komponen elektronik dua kutub yang didisain untuk menahan
arus

listrik

dengan

kutubnya.pengukuran

menggunakan
hambatan

dengan

tegangan

listrik

menggunakan

diantara
amperemeter

kedua
dan

voltmeter. Rangkaian seri terdiri dari hambatan yang akan diukur sebuah
amperemeter yang digunakan sebuah batrai, arusnya diukur oleh hambatan
rendah. Beda potensial diukur dengan dihubungkan terminal-terminal (tegangan
jepit, voltase) dari sebuah batrai atau generator ketika menghasilkan arus I
berkaitan dengan gaya listriknya E dan hambatan dalam r sebagai berikut
1. Ketika mengalirkan arus

[Type text]

Tegangan termal = ggl ( penurunan tegangan pada hambatan dalam)


V =E . Ir
2. Ketika menerima arus
Tegangan terminal = (ggl) + (penurunan tegangan pada hambatan dalam)
3. Ketika tidak ada arus
Tegangan terminal = ggl batrai atau generator hambatan jenis = hambatan
R dari sebuah kawat dengan panjang L dan luas penampan A adalah
R= p

L
A

dimana p adalah konstanta yang disebut hambatan jenis

(resistivitas). (soedoja.1999).
Dipasaran banyak sekali jenis resistor yang dijual. Tapi tiap resistor mempunyai
kegunaan masing-masing. Secara umum, resistor dapat dibagi menjadi dua
macam, yaitu resistor tetap dan resistor variable.
Resistor tetap dalah hanya memiliki nilai hambat tertentu. Nilai tersebut telah
ditetapkan oleh pabrik pembuatnya dan tidak diubah-ubah. Resistor ini ada yang
dibuat dari padatan karbon, lapisan logam tipis, lapisan karbon tipis, atau lilitan
kawat.
Resistor yang terbuat dari padatan karbon cukup banyak sekali dijual.
Resistor ini tersedia dalam berbagai macam nilai hambatan dan ukuran. Setelah
ditentukan nilai hambatannya, percobaan utama antara tiap jenis resistor adalah
bercampurnya melapeskan panas./ resistor mengalami kenaikan sukhu ketika
digunakan. Maikn besar pula kenaikan suhu yang timbul (Brosnick, 1999).
Besar nilai hambatan karbon tidak tertulus dalam komponennya. Nilai
hambatan nilai hambatan resisitor jenis ini dapat ditentukan dari warna yang
melingkar badan komopnen.
Arus ( current ) adalah sebarang gerak muatan dari satu daerah ke daerah
lainnya. Sebagian besar pemakaian teknologi muatan yang bergerak. Sebagian
besar pemakaian teknologi muatan yang bergerak melibatkan arus semacam ini.
Dalam situasi elektrostatis medan listrik itu adalah nol dimanapun di dalam
konduktor diam. Dalam logam biasa seperti tembaga atau aluminium, sejumlah
electron bebas bergerak di dalam material konduksi itu. Elektron-elekron bebas ini

[Type text]

bergerak secara acak dalam semua arah, agak menyerupai molekul-molekul yang
berupa gas tetapi dengan laju yang jauh lebih besar yang ordenya sebesar 10 6 m/s (
1982, Zemansky ).
Kerapatn arus j dalam sebuah konduktor bergantung pada medan lisrik E
dan pada sifat-sifat material itu. Umumnya, ketergantungan ini dapat agak rumit.
Tetapi untuk beberapa material, khususnya logam, pada sebuah suhu yang
diberikan, j hampir berbanding langsung dengan E, dan rasio besarnya E dan
besarnya j adalah konstan. Hubungan ini di namakan hukum ohm yang ditemukan
pada tahun 1826 oleh fisikawan Jerman, Georgi Simon ohm, ( 1787-1854).
Perkataan hukum seharusnya dalam tanda kutip, karena hukum ohm, seperti
persamaan gas ideal dan hukum Hooke, adalah sebuah model yang di idealkan
yang menjelaskan perilaku dari beberapa material cukup baik tetapi bukan
merupakan deskripsi umum dari semua materi
( 1991, Paul ).
Kita mendefinisikan resistinitas ( resistivity ) sebuah material sebagai rasio dari
besarnya medan listrik dan kerapatan arus.
P=

E
j

(2.8)

Semakin besar resistivitasi, semakin besar pula medan yang diperlukan untuk
menyebabkan sebuah kerapatan arus yang diberikan, atau semakin kecil pula
kerapatan arus yang di sebabkan oleh senuah medan yang diberikan. Dari
persamaan (2.1) satuan adalah ( v/m ) / ( A/m2 ) = V. m/A.I V/A dinamakan
satu ohm ( 1 ; kita menggunakan huruf Yunani , atau omega, yang sama
bunyinya dengan ohm). Maka satuan SI untuk adalah . m (ohm-meter ).
Nilai-nilai representative dari resistivitas diberikan dalam tabel 2.1. sebuah
konduktor sempurna akan mempunyai resistivitas nol, dan sebuah isolator
sempurna akan mempunyai resistivitas tak terhingga. Logam dan campuran logam
mempunyai resistivitas logam sebanyak factor yang sangat besar, yang ordenya
sebesar 1022 (1990, paul).
Kebalikan resistivitas adalah konduktivitas (oonductivitas). Satuanya
adalah (.m)-1. Konduktor listrik yang baik mempunyai konduktivitas yang lebih

[Type text]

besar dari isolator. Konduktivitas adalah analogi listrik langsung dari


konduktivitas termal. Dengan membandingkan tabel 2.1, memperlihatkan bahwa
konduktor listrik yang baik, seperti logam, biasanya juga merupakan konduktor
kalor yang baik. Konduktor listrik yang butruk, seperti keramik dan material
plastic, adalah juga konduktor termal yang buruk ( 1991, Paul ).
Dalam sebuah logam, electron bebas yang mengangkut muatan dalam
konduksi listrik yang menyediakan mekanisme utama untuk konduksi kalor.
Zat
Konduktor

(.m)
1,47 x 10-8

Logam = perak
Tembaga

1,72 x 10-8

Emas

2,44 x 10-8

Aluminium

2,75 x 10-8

Campuran
Logam = magnesium

100 x 10-8

nikrom
Semi konduktor = grafit
silikon
Isolator = kuningan

44 x 10-8
3,5 x 10-5
2300
5 x 10-4

Kaca

1010 1014

Belerang

1015

kayu

108 1011

Tabel 2.1 Resistivitas pada suhu kamar (20C)


Semikonduktor mempunyai resistivitas pertengahan (intermediet) diantara
resistivitas logam dan resistivitas isolator Material semikonduktor ini sangat
penting karena resistivitasnya dipengaruhi oleh suhu dan oleh sejumlah kecil
ketak murnian (1991, Paul).
Sebuah material yang menuruti hukum ohm secara baik dinamakan sebuah
konduktor ohmik atau sebuah konduktor linear untuk material seperti itu, pada
suatu suhu yang diberikan, adalah sebuah konstanta yang tak bergantung pada

[Type text]

nilai E. banyak material memperlihatkan penyimpangan yang nyata dari perilaku


hukum ohm; material itu adalah material non ohmik, atau material nonlinear.
Dalam material ini, J bergantung pada E dengan cara yang rumit
Analogi dengan aliran fluida dapat merupakan pertolongan besar dalam
mengembangkan intuisi mengenai arus listrik dan rangkaian listrik. Misalnya,
dalam membuat anggur atau sirup maple, produk itu kadang-kadang di saring
untuk membuang endapan. Sebuah pompa memaksa fluida itu melalui saringan di
bawah tekanan, jika laju dalam aliran itu (analog dengan J) sebanding dengan
selisih tekanan diantara arah aliran naik dan arah aliran ke bawah (analog dengan
E), maka perilaku ini analog dengan hukum ohm
Resistivitas sebuah konduktor logam hampir selalu bertambah dengan
dengan suhu yang semakin bertambah. Jika suhu bertambah, ion-ion konduktor itu
bergetar dengan amplitudo yang makin besar, yang membuat lebih cenderung
terjadi

tumbukan

electron

yang

bergerak

dengan

ion;

ini

merintangi

penyimpangan diktron melalui konduktor sehingga akan merintangi arus pada


jangkauan suhunya kecil (sampai dengan kurang lebih 100C) resistivitas sebuah
logam secara aproksimasi dapat diyatakan oleh persamaan
(T )==[I + (T T o)]

(2.9)

dimana o adalah resistivitas pada suatu suhu acuan To (sering kali diambil
sebagai 0C atau 20C) dan (T) adalah resistivitas pada suhu T, yang dapat lebih
tinggi atau lebih rendah dari pada T0. Factor a dinamakan koefisien suhu
resistivitas (temperature ooefficien of resistivity). Beberapa nilai representif
diberikan tabel 2.1. resistivitas campuran logam manganin secara praktis tidak
tergantung dari suhu

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Paktikum Fisika Dasar II tentang Instrumentasi Pengukuran Listrik,
dilaksanakan pada tanggal 26 maret 2012, pukul 10.00-12.00 WITA,
bertempat di laboratorium Fisika Dasar, gedung C, lantai 3, Fakultas

[Type text]

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas mulawarman,


Samarinda.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Amperemeter
3.2.2 Voltmeter
3.2.3 Multimeter
3.2.4 Catu daya
3.2.5 Penghubung arus listrik
3.2.6 Beberapa buah hanbatan
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Disusun rangkaian pada gambar 1a, dan diukur arus yang lewat di X,
dicatat hasilnya.

Gambar 1.a
3.3.2

Diubah susunan rangkaian seperti gambar 2b, dan diukur tegangannya,


dicatat hasilnya.

3.3.3

Gambar 2.b
Diulangi point 1 dan 2 untuk beberapa buah hambatan (X), dicatat
hasilnya.

[Type text]

3.3.4

Gambar 5.a
Dihitung habatan dalam sebuah amperemeter, dihubungkan rangkaian
seperti gambar 4a, diubah kedudukan R. dicatat penunjukan V dan A.

3.3.5

Gambar 4.a
Digunakan sebuah multimeter untuk menunjukan besarnya hambatan
yang disambungkan seri atau paralel.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Pengukuran kuat arus
Resistor I
N

E (Volt)

I (Ampere)

O
1
2

4
6

0,075
0,11

[Type text]

0,15

E (Volt)

I (Ampere)

O
1
2
3

4
6
8

0,1
0,15
0,21

Resistor II

4.1.2 Pengukuran Tegangan


Resistor I
N

E (Volt)

I (Ampere)

O
1
2
3

4
6
8

3,6
5,6
7,4

E (Volt)

I (Ampere)

O
1
2
3

4
6
8

7,8
5,4
7,2

Resistor II

4.1.3 Pengukuran kuat arus dan tegangan


N

E (Volt)

I (Ampere)

V (Volt)

O
1
2
3

4
6
8

0,75
0,11
0,15

3
5
7

[Type text]

Diketahui :
Warna resistor I :
Kuning, ungu, hitam, emas :

RI =47 10 0 5

Warna resistor II :
Jingga, jingga, hitam, emas :
4.2 Perhitungan
4.2.1 Perhitungan tanpa KTP
4.2.1.1 Pengukuran kuat arus
Resistor I
V 1=I R
0,075 47
3,525Volt

V 2=I R
0,11 47
5,17 Volt

V 3=I R
0,15 47

RII =33 100 5

[Type text]

7,05Volt
Resistor II
V 1=I R
0,1 47

4,7 Volt
V 2=I R
0,15 47

7,5Volt
V 3=I R
0,21 47

9,87 Volt
4.2.1.2 Pengukuran tegangan
Rsistor I
I1 =

V
R
3,525
33

0,106 A

[Type text]

I2 =

V
R
5,17
33

0,156 A

I3 =

V
R
7,05
33

0,213 A

Resistor II
I1 =

V
R
4,7
33

0,142 A

I2 =

V
R
7,5
33

[Type text]

0,227 A

I3 =

V
R
9,87
33

0,299 A

4.2.2 Pehitungan dengan KTP


1
V = 0,2=0,06Volt
3
1
I = 0,005=1,66
3
1
R= 1=0,33 A
3
4.2.2.1 Pengukuran kuat arus
Resistor I
V 1= R 2 I 2+ I 2 I 2
( 47 ) ( 1,66 ) + ( 0,075 ) ( 0,33 )
2

(2209 )( 2,755 ) + ( 5,625 ) ( 0,018)


( 6085,795 )+(0,6675)

[Type text]

6086,4025

78,015Volt

V 2= R 2 I 2+ I 2 I 2
( 47 ) ( 1,66 ) + ( 0,11 ) ( 0,33 )
2

(2209 )( 2,755 ) + ( 0,012 ) ( 0,018)


( 6085,795 )+(0,00216)

6085,797

78,011 Volt

V 3= R 2 I 2+ I 2 I 2
( 47 ) ( 1,66 ) + ( 0,15 ) ( 0,33 )
2

(2209 )( 2,755 ) + ( 0,0225 )( 0,018)


( 6085,795 )+(0,00405)

6085,799

78,0115 Volt

Resistor II

[Type text]

V 1= R 2 I 2+ I 2 I 2
(33 ) ( 1,66 ) + ( 0,075 ) ( 0,33 )
2

(1089 )( 2,755 ) + ( 0,625 ) ( 0,018)


(3000,195 )+(0,6075)

3000,8025

54,779Volt

V 2= R 2 I 2+ I 2 I 2
(33 ) ( 1,66 ) + ( 0,11 ) ( 0,33 )
2

(1089 )( 2,755 ) + ( 0,012 ) (0,018)


(3000,195 )+ ( 0,00216 )

3000,197

54,774 Volt

V 3= R 2 I 2+ I 2 I 2
(33 ) ( 1,66 ) + ( 0,16 ) ( 0,33 )
2

(1089 )( 2,755 ) + ( 0,0225 ) ( 0,018)

[Type text]

(3000,195 )+ ( 0,00405 )
3000,1997

54,774 Volt
4.2.2.2 Pengukuran tegangan
Resistor I
V
2
R

1 2
( ) V 2+
R
I 1=
3
2
(47)

1
( ) (0,06)2 +
47

3
2209

( 0,0212 )( 0,0036 ) +

( 0,0000763 )+ (0,00135 ) (0,018)


2

[Type text]

0,032 10

(6 )
( 0,0000763 ) +

0,03207 106
3

0,179 10
V
R2

1 2
( ) V 2+
R
I 2=
5
(47)2

1 2
2
) (0,06) +
47

5
2209

( 4,494 104 ) ( 0,0036 )+

( 0,016 104 ) + (0,00226 )2 (0,018)


0,091 10

(6 )
( 0,016 104 ) +

[Type text]

0,107 1010
0,327 105
V
R2

1 2
( ) V 2+
R
I 3 =
7
(47)2

1 2
) (0,06)2 +
47

7
2209

4
( 4,494 10 ) ( 0,0036 )+

( 0,016 10 ) + (0,00316 ) (0,018)


4

0,179 10

(6 )
( 0,016 104 ) +

0,195 1010
5

0,441 10

[Type text]

Resistor II
V
R2

1 2
( ) V 2+
R
I 1=
3
(33)2

1 2
2
) (0,06) +
33

3
1089

( 0,0302 ) ( 0,0036 ) +

( 0,0009 )( 0,0036 )+ (0,00275 ) ( 0,018)
2

7,56 10
( 3,24 10 ) +(6)(0,018)

6

0,136 10
( 3,24 106 ) +(6)

3,376 1012
12

1,837 10

[Type text]

V
R2

1 2
( ) V 2+
R
I 2=
5
(33)2

1 2
2
) (0,06) +
33

5
1089

( 0,0009 ) ( 0,0036 ) +

( 3,24 106 ) +(0,004392)( 0,018)


0,037 10
( 3,24 106 ) +(6)

3,277 1012
6

1,810 10

[Type text]

V
R2

1 2
( ) V 2+
R
I 3 =
7
(33)2

1 2
2
) (0,06) +
33

7
1089

( 0,0009 ) ( 0,0036 ) +

41,144 10
(6)(0,018)
( 3,24 106 ) +

41,144 10
( 3,24 106 ) +(6)

44,384 1012
6,662 106
4.2.3 Pehitungan KTP Mutlak
4.2.3.1 Pengukuran kuat arus

[Type text]

Resistor I

( V 1 V 1 ) Volt=(3,525 78,015)Volt
( V 2 V 2 ) Volt=(5,17 78,011) Volt
( V 3 V 3 ) Volt =(7,05 78,0115 )Volt
Resistor II

( V 1 V 1 ) Volt=(4,7 54,779)Volt
( V 2 V 2 ) Volt=(7,5 54,774)Volt
( V 3 V 3 ) Volt =(9,87 54,774)Volt
4.2.3.2 Pengukuran tegangan
Resistor I
I 1 I 1=0,106 A 0,179 103
I 2 I 2 =0,165 A 0,327 105
I 3 I 3 =0,213 A 0,441 105
Resistor II
I 1 I 1=0,142 A 1,837 106
I 2 I 2 =0,227 A 1,810 106

[Type text]

I 3 I 3 =0,299 A 6,662 106


4.2.4 Perhitungan KTP Relatif
4.2.4.1 Pengukuran kuat arus
Resistor I
V1
78,015
100 =
100 =22
V1
3,525
V2
78,011
100 =
100 =15
V2
5,17
V3
78,0115
100 =
100 =15
V3
7,05
Resistor II
V1
54,779
100 =
100 =11
V1
4,7
V2
54,774
100 =
100 =73
V2
7,5
V3
54,774
100 =
100 =55
V3
9,87
4.2.4.2 Pengukuran Tegangan
Resistor I
I1
0,179 103
100 =
100 =0,16
I1
0,106

[Type text]

I2
0,327 105
100 =
100 =0,01
I2
0,165
I3
0,441 105
100 =
100 =0,02
I3
0,213
Resistor II
I1
1,837 106
100 =
100 =0,012
I1
0,142
6
I2
1,810 10
100 =
100 =0,007
I2
0,227

I3
6,662 106
100 =
100 =0,002
I3
0,299

4.3 Pembahasan
Resistor memiliki nilai toleransi karena bertujuan untuk mengetahui
perbedaan maksimum antara nilai resistor yang dimaksud dengan kenyataan harga
resistor itu sendiri ketika dilakukan pengukuran.
Data dari rangkaian 1, 2, dan 3 terdapat perbedaan data yang disebabkan
oleh perbedaan susunan rangkaian, dimana pada rangkaian 1 pengambilan datanya
memakai rangkaian seri, sedangkan pada pengambilan data 2 menggunakan
rangkaian paralel, dan pada pengambilan data 3 menggunakan rangkaian
gabungan antara rangkaian seri dan paralel , itulah hal yang menyebabkan
terjadinya perbedaan data.

[Type text]

Faktor kesalahan yang terjadi selama praktikum adalah kurangnya


keterampilan praktikan dalam menyusun suatu rangkaian seri maupun paralel.
Aplikasi instrumentasi pengukuran listrik dalam kehidupan sehari-hari
adalah pemasangan saklar pelampung pada tangki air. Di dalam tangki
penampung dipasang saklar yang berpelampung, apabila air penuh sesuai dengan
ketinggian yang diinginkan, maka pelampung tersebut mengubah kondisi saklar
dan saklar akan memutuskan aliran listrik kepompa air begitu pula sebaliknya jika
ketinggian air turun maka pasokan listrik dan air pun akan bertambah.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

[Type text]

1. Alat ukur yaitu catu daya sangat diperlukan untuk mengukur besar arus
dan hambatan pada komponen-komponen seperti resistor.
2. Voltmeter berfungsi untuk mengukur beda tegangan listrik. Untuk
mengukur tegangn listrik, voltmeter dipasang paralel terhadap beban, gaya
magnetik akan timbul dari interaksi antara medan megnet dan kuat arus.,
gaya magnetic tersebut akan mampu membuat jarum alat pengukuran
voltmeter bergerak saat ada arus listrik. Semakin besar arus listrik yang
mengalir maka semakin besar pula simpangannya.
3. Skema posisi yang benar untuk mengukur kuat arus dan beda tegangan
secara serentak adalah
ket ;

A : Amperemeter
V : Voltmeter
X : Resistor

Gambar 3.a
5.2 Saran
Sebaiknya saat pembacaan harga arus maupun tegangan posisi mata harus
sejajar agar lebih teliti pada hasil pengukuran

DAFTAR PUSTAKA

[Type text]

Dr. Peter Soedajo. 1999. Fisika Dasar. Andi Ofset : Yogyakarta.


Dr. Soedjara, Sapcie. Dr Osamu, Mishino. 1994. Pengukuran dan Alat-alat Ukur
Lisrtik. PT. Pradinya Paramita : Jakarta.
Gru, Tan Ik dan Sutrisno. 1979. Fisika Dasar Listrik, Magnet dan Termofisika.
ITB : Bandung.
Haliday. dan Reshick. 1991. Fisika Jilid 1. Erlangga : Jakarta.
Kanginan, M. 2006. Fisika. Erlangga : Jakarta.
Krane, K. 1992. Fisika Teknik. Erlangga : Jakarta.
Mismail, Bidiono. 1981. Rangkaian listrik. Universitas Brawijaya : Malang.
Stephan, Brasnik, M. D. 1996. Intisari Fisika. Tripokretes : Jakarta.
Sugiri. 2004. Elektronika Dasar dan Peripheral Komuter. Andi Ofset :
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai