Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PSIKOLOGI

MOTIVASI, PENGAJARAN, DAN PEMBELAJARAN


Dosen Pengampu

Didudun Oleh
Stefania Jeliani (C1C123045)
Suci Indah Sari (C1C123049)
Yulinar Tiara Sari (C1C123010)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNVERSITAS MEGAREZKY
2023

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................…….i


DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………….....…………………………1

A. Latar Belakang………………………...………………………………………….1

B .Rumusan Masalah…………………………….....…………………………….2

C. Tujuan penulisan ………..………………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………….3

A. Mengeksplorasi Motivasi………..………………………………………….. 3

B. Motivasi Untuk Meraih Sesuatu Atau Tujuan …………………….. 4

C. Motivasi,Hubungan Dan Sosiokultular

BAB III PENUTUP………………………………………………………………… 7

A. Kesimpulan……………………………………..…………………………….…. 7

B. Saran……………………………………………………………….………………. 8

DAFTAR PUSTAKA………………...........…………………………………….. 8

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kesempatan
untuk menyelesaikan makalah yang berjudul “Motivasi Pengajaran dan pembelajaran“ tepat pada
waktunya .Adapun tujuan dari penulisan Makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Psikologi ,

Makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagaimana Motivasi dan
pengajaran dan pembelajaran. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nurhadifah Amaliyah,
S.Pd., M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Psikologi dan semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

Kami menyadari masih banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu kami
mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah ini dapat
menambah wawasan dan memberikan manfaat kepada kita semua.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Motivasi adalah sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke
dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan tertentu dalam bentuk
aktivitas pendidikan salah satunya belajar, dalam belajar seorang peserta didik harus
memiliki rasa kenyamanan, keseriusan dan semangat, sehingga tujuan pembelajaran sesuai
dengan sistem pendidikan nasional dapat tercapai dengan baik.

Sejalan dengan hal tersebut Maslow mengemukakan Dalam proses belajar, motivasi sangat
diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan
mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan
dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya.
Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu
selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya.

Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan sumber belajar, dan
lingkungan untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan baru. Tiga kata kunci dalam
pembelajaran begitu penting, yakni: proses interaksi, sumber dan lingkungan, serta
pengetahuan dan keterampilan baru. Pembelajaran menurut al-Ghazali menekankan
pentingnya perubahan perilaku, khususnya akhlak, dalam belajar. Al- Ghazali juga
menegaskan bahwa perubahan, perbaikan, dan peningkatan akhlak akan dapat di capai
sepanjang dilakukan melalui usaha dan latihan moral yang sesuai. Oleh karena itu motivasi
pengajaran dan pembelajaran merupakan satu kesatuan yang harus dimiliki oleh setiap diri
masing-masing peserta didik.

Belajar merupakan kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar
sesungguhnya tak akan pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu
mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan,
misalnya psikologi pendidikan dan psikologi belajar.

Sejalan dengan hal itu dalam belajar dilakukan transfer ilmu yang dilakukan oleh seorang pendidik
dan peserta didik sering kita sebut dengan proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran peserta
didik dituntut untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dituntut untuk setiap bidang mata
pelajaran. Oleh karena itu, seorang peserta didik harus lebih giat dan tekut serta semangat yang
tinggi untuk menuju keberhasilan dalam belajar.

Semangat dalam belajar dari diri siswa akan timbul apabila adanya dorongan atau motivasi yang
datang baik dari dalam diri peserta didik, guru, orang tua, maupun lingkungan tempat tinggalnya.
Motivasi dibangun sedemikian rupa di dalam kelas maupun luar kelas, tujuannya untuk mencapai
tujuan belajar yang diharapkan. Di kelas seorang guru dapat membangun motivasi belajar siswa
dengan berbagai cara, dari mulai pendekatan metode pembelajaran, media pembelajaran maupun
cara mengelola kelas. dengan demikian motivasi pembelajaran dan pengajaran peserta didik di
sekolah akan terbangun dan dapat berpengaruh terhadap sosial kehidupan ditengah-tengah
masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian motivasi?
2. Apa pengertian pengajaran?
3. Apa pengertian pembelajaran?
4. Bagaimana eksplorasi motivasi?
5. Apa motivasi, hubungan dan sosiokultural?
6. Bagaimana pengelolaan kelas?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian motivasi
2. Untuk mengetahui pengertian pengajaran
3. Untuk mengetahui pembelajaran
4. Untuk mengetahui eksplorasi motivasi
5. Untuk mengetahui motivasi, hubungan dan sosiokultural
6. Untuk mengetahui pengelolaan kelas

BAB II PEMBAHASAN

Pengertian Motivasi, Pengajaran dan Pembelajaran

A. Pengertian Motivasi

Secara etimologi motivasi di ambil dari kata motif. Dalam KBBI motif diartikan dengan sebab yang
menjadi dorongan atau yang menimbulkan semangat, sedangkan motivasi adalah dorongan. Dalam
kamus lengkap psikologi motivasi diartikan sebagai dorongan. Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi
adalah suatu dorongan, perangsang yang membangkitkan semangat individu.

Lebih jauh pengertian motivasi secara terminologi menurut beberapa pendapat para ahli dan cerdik
cendekiawan, memberikan uraian sebagai berikut:

a. Menurut John W. Santrock mengemukakan motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah,
dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energy, terarah
dan bertahan lama.

b. Fauziah Nasution mengemukakan bahwa motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong
seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu.

c. Mardianto mengemukakan bahwa motivasi adalah terkait dengan dorongan yang terdapat pada
diri seseorang untuk melakukan sesuatu.

d. Oemar Hamalik dalam Djamarah mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan Energy
di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk
mencapai tujuan.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah sebagai suatu pendorong
yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan
tertentu. Tujuan tertentu dalam bentuk aktivitas pendidikan salah satunya belajar, dalam belajar
seorang peserta didik harus memiliki rasa kenyamanan, keseriusan dan semangat, sehingga tujuan
pembelajaran sesuai dengan sistem pendidikan nasional dapat tercapai dengan baik.

Sejalan dengan hal tersebut Maslow mengemukakan Dalam proses belajar, motivasi sangat
diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin
melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu
tidak menyentuh kebutuhannya.

Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu selama
sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya. Sangat percaya bahwa tingkah laku manusia
dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu, seperti kebutuhan fisiologis, rasa
aman, rasa cinta, penghargaan aktualisasi diri, mengetahui dan mengerti, dan kebutuhan estetik.
Kebutuhan-kebutuhan inilah menurut Maslow yang mampu memotivasi tingkah laku individu. Oleh
karena itu, apa yang seseorang lihat sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang ia
lihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri.8

B. Pengertian Pengajaran

Dilihat dari KBBI pengajaran diartikan sebagai proses, perbuatan, cara mengajar atau
mengajarkan, perihal mengajar, segala sesuatu mengenai mengajar, tentang pengalaman, peristiwa
yang dialami atau dilihatnya.

Dengan demikian pengajaran dapat dipahami yaitu suatu proses belajar yang dilaksanakan oleh
seorang pendidik. Pendidik harus mahir dalam proses belajar. Baik itu dari segi cara mengajar,
pengalaman mengajar dan lain-lain. Lebih jauh menurut Tohorin mengenai pengajaran yang
dilakukan seorang guru kepada siswanya.

Seperti yang kita ketahui bahwa guru memegang peran yang amat sentral dalam keseluruhan proses
pengajaran. Guru pun dituntut untuk mampu mewujudkan perilaku mengajar secara tepat agar
terjadi perilaku belajar yang efektif pula dalam diri siswa. Di samping itu, guru diharapkan mampu
menciptakan interaksi belajar-mengajar yang sedemikian rupa, sehingga siswa mewujudkan kualitas
perilaku belajarnya secara efektif. Guru pun dituntut untuk mampu menciptakan situasi belajar-
mengajar yang kondusif, karena kondusivitas situasi belajar-mengajar dapat dijadikan indikasi
keberhasilan mengajar. Tanpa situasi yang kondusif, proses belajar-mengajar tidak akan bias
terwujud.

Dengan demikian bahwa sebuah pengajaran dalam proses belajar yang lebih ditekankan adalah
seorang guru. Guru harus mampu menciptakan suasana belajar untuk mendorong semangat belajar
siswanya, sehingga dapat menciptakan dan menghasilkan siswa yang mandiri, efektif dan
berintelektual.

C. Pengertian Pembelajaran

Menurut Khadijah dalam kuliah psikologi pendidikan Islam mengemukakan bahwa pembelajaran
adalah interaksi antara guru dan peserta didik dalam lingkungan sekolah/kelas. Jadi dapat dikatakan
bahwa pembelajaran ditujukan untuk pendidik dan peserta didik dalam lingkung proses belajar.

Selanjutnya mengenai pembelajaran. Mardianto menjelaskan bahwa pembelajaran adalah proses


interaksi antara peserta didik dengan sumber belajar, dan lingkungan untuk mendapatkan
pengetahuan dan keterampilan baru.

Tiga kata kunci dalam pembelajaran begitu penting, yakni: proses interaksi, sumber dan lingkungan,
serta pengetahuan dan keterampilan baru. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran ternyata tidak berdiri sendiri artinya tidak hanya dilakukan oleh anak tanpa melibatkan
orang lain, akan tetapi pembelajaran berinteraksi dengan berbagai hal.

Lebih jauh pembelajaran menurut Al-Ghazali dalam Al Rasyidin dan Wahyuddin Nur Nasution sangat
menekankan pentingnya perubahan perilaku, khususnya akhlak, dalam belajar. Al- Ghazali juga
menegaskan bahwa perubahan,

perbaikan, dan peningkatan akhlak akan dapat di capai sepanjang dilakukan melalui usaha dan
latihan moral yang sesuai. Hal ini penting, sebab fungsi agama yang utama adalah membimbing
manusia memperbaiki akhlak. Rasul sendiri diutus Allah SWT adalah untuk memperbaiki akhlak
manusia agar berakhlak dengan akhlak yang mulia. Itu berarti, jika akhlak tidak dapat diubah, maka
semua perintah dan teguran, anjuran dan ancaman agama tidak akan berguna.13

Menurut Quasem dalam Al Rasyidin dan Nasution berkaitan dengan metode pembentukan perilaku
yang baik, setidaknya ada tiga metode pembelajaran yang dapat diterapkan guru. Pertama,
keramahan Ilahi sebagai sesuatu yang diberikan Allah Swt kepada anak sejak dilahirkan. Misalnya
nafsu amarahnya mematuhi perintah akal dan syariah, sehingga mereka baik secara alamiah. Kedua,
menahan diri (mujahadah) dan melatih diri (riyadlah), dengan bersungguh-sungguh melakukan amal
perbuatan yang bersumberkan akhlak yang baik sehingga menjadi kebiasaan dan sesuatu yang
menyenangkan. Ketiga, memperhatikan orang-orang baik dan bergaul dengan mereka. Karena secara
alamiah manusia bersifat peniru, tabiat seseorang tanpa sadar dapat terbentuk dari kebaikan dan
keburukan yang ditampilkan tabiat orang lain. Metode belajar (ta’alum) budi pekerti dan akhlak yang
baik melalui bergaul dengan orang-orang saleh, dianggap al-Ghazali sebagai prinsip dasar dalam
melatih anak-anak mengenali akhlak yang baik.

D. Eksplorasi Motivasi

Eksplorasi motivasi menurut penulis diartikan sebagai memperoleh pengetahuan yang lebih banyak
mengenai motivasi atau menggali lebih jauh tentang motivasi dalam psikologi pendidikan Islam.
Berkenaan tentang ini penulis akan menjelaskan eksplorasi motivasi diantara-Nya:

1. Tujuan Motivasi

Menurut Ngalim Purwanto, Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk
menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan
sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang guru, tujuan
motivasi adalah untuk menggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan
kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai
dengan yang diharapkan dan ditetapkan di dalam kurikulum sekolah. Sebagai contoh, seorang guru
memberikan pujian kepada seorang siswa yang maju ke depan kelas dan dapat mengerjakan
hitungan matematika di papan tulis. Dengan pujian itu, dalam diri anak tersebut timbul rasa percaya
diri, di samping itu timbul keberaniannya sehingga ia tidak takut dan tidak malu lagi jika disuruh maju
ke depan kelas.

Dari pemaparan di atas, jelas bahwa setiap tindakan motivasi mempunyai tujuan. Makin jelas tujuan
yang diharapkan atau yang akan di capai, makin jelas pula bagaimana tindakan memotivasi itu
dilakukan. Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil jika tujuannya jelas dan disadari oleh yang
dimotivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang yang dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang
akan memberikan motivasi harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang

kehidupan, kebutuhan, dan kepribadian orang yang akan dimotivasi.

2. Jenis Motivasi

Menurut Santrock motivasi dibedakan menjadi dua bagian yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi
intrinsik.

a. Motivasi Ekstrinsik
Adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan).
Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman.
Misalnya, murid mungkin belajar keras menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik.

b. Motivasi Intrinsik

Adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri).
Misalnya, murid mungkin belajar menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang
diujikan itu.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap
perilaku seseorang yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya. Orang berbuat sesuatu, karena
dorongan dari luar seperti adanya hadiah dan menghindari hukuman. Sedangkan motivasi
intrinsik adalah pada saat siswa menyadari pentingnya belajar, dan ia belajar sungguh-sungguh
tanpa disuruh orang lain.

3. Unsur-unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Dimayati unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar adalah sebagai berikut:

a. Cita-cita atau Aspirasi Siswa

Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti keinginan belajar berjalan, makan
makanan yang lezat, berebut permainan, dapat membaca, dapat menyanyi, dan lain-lain.
Selanjutnya, keberhasilan mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan
dikemudian hari menimbulkan cita-cita dalam kehidupan. Timbulnya cita-cita dibarengi oleh
perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa, dan nilai-nilai kehidupan.

b. Kemampuan Siswa

Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya.
Keinginan membaca perlu dibarengi dengan kemampuan mengenal dan mengucapkan bunyi huruf-
huruf. Kesukaran mengucapkan huruf “r” misalnya, dapat diatasi dengan dril/melatih ucapan “r”
yang benar. Latihan berulang-ulang menyebabkan terbentuknya kemampuan mengucapkan “r”.
dengan didukung kemampuan mengucapkan “r”, atau kemampuan mengucapkan huruf-huruf yang
lain, maka keinginan anak untuk membaca akan terpenuhi.

c. Kondisi Siswa

Kondisi siswa meliputi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang
sedang sakit, lapar, atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya, seorang
siswa yang sehat, kenyang, dan gembira akan mudah memusatkan perhatian. Anak yang sakit akan
enggan belajar. Anak yang marah-marah akan sukar memusatkan perhatian pada penjelasan
pelajaran. Dengan demikian kondisi jasmani dan rohani siswa berpengaruh pada motivasi belajar.

d. Kondisi Lingkungan Siswa

Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan
kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat terpengaruh oleh
lingkungan sekitar. Bencana alam, tempat tinggal yang kumuh, ancaman rekan yang nakal,
perkelahian antar siswa, akan mengganggu kesungguhan belajar. Sebaliknya, kampus sekolah yang
indah, pergaulan siswa yang rukun, akan memperkuat motivasi belajar.

4. Strategi Guru Untuk Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa


Menurut Suyanto, ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan
motivasi belajar siswa, sebagai berikut:

a. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik secara jelas dan terukur.


Pembelajaran hendaknya dimulai dari penjelasan guru mengenai tujuan yang hendak dicapainya
dalam proses pembelajaran. Makin jelas tujuan yang hendak dicapai, maka makin bisa
mendorong munculnya motivasi dalam belajar.
b. Memberikan hadiah.
Setiap anak ingin dihargai maka berilah hadiah untuk siswa yang berprestasi, baik prestasi besar
maupun prestasi kecil, seperti dapat menjawab pertanyaan guru.
c. Membuat saingan/kompetisi.
Guru berusaha membuat persaingan yang sehat di antara siswanya. Tujuannya, untuk
meningkatkan prestasi belajarnya atau berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai
sebelumnya.
d. Memberi pujian.
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian
yang diberikan bersifat membangun, rasional, dan tidak berlebihan.
e. Memberi hukuman.
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar
berlangsung. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut berkeinginan untuk
mengubah dirinya dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
f. Membangkitkan dorongan.
Sebagai motivator, guru sudah selayaknya memberikan dorongan kepada siswanya untuk terus
belajar. Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal kepada para siswa yang
sedang berupaya meraih semangat belajar.
g. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
Kebiasaan belajar yang baik bagi siswa hanya bisa dilakukan jika guru mau menjadi teladan bagi
siswanya.Dalam proses pembelajaran, terkadang siswa mengalami kesulitan belajar, baik secara
individual maupun kelompok. Posisi guru dalam konteks ini adalah menjadi “pembantu” siswa
yang mengalami kesulitan belajar. Saat ini, sifat terbuka guru sangat penting dan perlu bagi
siswa.
h. Menggunakan metode yang bervariasi.
Sangat penting untuk membuat proses pembelajaran tidak membosankan, sehingga siswa
termotivasi untuk belajar.

J. Menggunakan media.

Penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran haruslah disesuaikan dengan


tujuan pembelajaran.

E. Motivasi, Hubungan dan Konteks Sosiokultural

Menurut Santrock, motivasi mengandung komponen sosial. Selain motif untuk berprestasi, murid
juga punya motif sosial. Bahasan kita tentang dimensi sosial dari motivasi ini akan difokuskan pada
motif sosial, hubungan sosial, dan konteks sosiokultural dari murid yaitu:

1. Motif sosial adalah kebutuhan dan keinginan yang dikenal melalui pengalaman dengan dunia
sosial.
Kebutuhan sosial murid direfleksikan dalam keinginan mereka untuk popular di mata teman
sebaya dan kebutuhan punya satu kawan akrab atau lebih, dan keinginan untuk menarik di
mata orang yang mereka sukai.

2. Hubungan sosial adalah hubungan murid dengan orang tua, teman sebaya, kawan, guru dan
mentor, dan orang lain, dapat mempengaruhi prestasi dan motivasi sosial mereka.

3. Konteks sosiokultural adalah status sosial ekonomi, etnis, dan gender bisa mempengaruhi
motivasi dan prestasi. Status sosial ekonomi dan etnis dalam kelompok minoritas etnis.
Misalnya, banyak murid Asia punya orientasi prestasi akademik yang kuat, tetapi sebagian tidak.
Selanjutnya
gender. Misalnya. Murid lelaki lebih punya keyakinan kompetisi yang lebih tinggi ketimbang
murid wanita untuk pelajaran matematika dan olahraga, sedangkan murid keyakinan
perempuan lebih tinggi ketimbang murid lelaki untuk pelajaran bahasa inggris, membaca, dan
aktivitas
sosial. Perbedaan ini semakin bertambah setelah masa puber. Sejauh mana murid pria dan
wanita mencapai prestasi masih dipengaruhi oleh stereotip peran gender.

Selanjutnya. Motivasi dan hubungan dengan sosial budaya masyarakat berkenaan dengan teori-teori
motivasi. Beberapa teori motivasi menurut Ngalim yang akan dibicarakan dalam hal ini, diantara-Nya:

1. Teori Hedonisme

Hedone adalah bahasa Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan, atau kenikmatan. Hedonisme
adalah suatu aliran di dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia
adalah mencari kesenangan (hedone) yang bersifat duniawi. Implikasi dari teori ini ialah adanya
anggapan bahwa semua orang akan cenderung menghindari hal-hal yang sulit dan menyusahkan,
atau yang mengandung risiko berat, dan lebih suka melakukan sesuatu yang mendatangkan
kesenangan baginya.

Siswa di suatu kelas merasa gembira dan bertepuk tangan mendengar pengumuman dari kepala
sekolah bahwa guru matematika mereka sakit dan tidak dapat hadir untuk mengajar. Dan banyak lagi
contoh yang lain, yang menunjukkan bahwa motivasi itu sangat diperlukan. Para siswa pada contoh
tersebut harus diberi motivasi secara tepat agar tidak malas dan mau bekerja dengan baik.

2. Teori Naluri

Pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang dalam hal ini disebut naluri yaitu:

a. Dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri;

b. Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan diri;

c. Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan/mempertahankan jenis.

Dengan dimilikinya ketiga naluri pokok itu, maka kebiasaan-kebiasaan ataupun tindakan-tindakan
dan tingkah laku manusia yang diperbuatnya sehari-hari mendapat dorongan atau digerakkan oleh
ketiga naluri tersebut. Oleh karena itu, menurut teori ini, untuk memotivasi seseorang harus
berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan.

3. Teori Reaksi yang Dipelajari

Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak berdasarkan naluri-naluri, tetapi
berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Orang
belajar paling banyak dari lingkungan kebudayaan di tempat ia hidup dan dibesarkan. Oleh karena
itu, teori ini, disebut juga teori lingkungan kebudayaan. Menurut teori ini, apabila seorang pemimpin
ataupun seorang pendidik akan memotivasi anak buah atau anak didiknya, pemimpin ataupun
pendidik itu hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang—
orang yang dipimpinnya..

4. Teori Daya Pendorong

Teori ini merupakan perpaduan antara “teori naluri” dengan “teori reaksi yang dipelajari”. Daya
pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu
arah yang umum. Oleh karena itu, menurut teori ini, bila seorang pendidik ingin memotivasi anak
didiknya, ia harus mendasarkannya atas daya pendorong, yaitu atas naluri dan juga reaksi yang
dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang dimilikinya. Memotivasi anak didik yang sejak kecil
dibesarkan di daerah Gunung Kidul misalnya, kemungkinan besar akan berbeda dengan cara
memberikan motivasi kepada anak yang dibesarkan di kota Medan meskipun masalah yang
dihadapinya sama.

5. Teori Kebutuhan

Teori motivasi yang sekarang banyak dianut orang adalah teori kebutuhan. Teori ini beranggapan
bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi
kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis. Oleh karena itu, menurut teori ini,
apabila seseorang pendidik bermaksud memberikan motivasi kepada seseorang, ia harus berusaha
mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang yang akan dimotivasinya.

Salah satu pakar psikologi mengenai teori ini adalah Abraham Maslow, Maslow mengemukakan
adanya lima tingkatan kebutuhan pokok manusia. Kelima tingkatan kebutuhan pokok inilah yang
kemudian dijadikan pengertian kunci dalam mempelajari motivasi manusia. Adapun kelima tingkat
kebutuhan pokok yang dimaksud adalah:

a.) Kebutuhan fisiologis


Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar, yang bersifat primer dan vital, yang menyangkut
fungsi-fungsi biologis dasar dari organisme manusia seperti kebutuhan akan pangan,
sandang dan papan, kesehatan fisik, kebutuhan seks, dsb.
b.) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan
seperti terjamin keamanannya, terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang,
kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil, dsb.

c) Kebutuhan sosial yang meliputi antara lain kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan sebagai
pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan, kerja sama.

d) Kebutuhan akan penghargaan, termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan,


kedudukan, atau status, pangkat, dsb.

e) Kebutuhan akan aktualisasi diri, seperti kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki,
pengembangan diri secara maksimum, kreativitas dan ekspresi diri.

Jadi dapat disimpulkan dengan adanya kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka setiap kebiasaan,
tindakan dan sikap manusia yang diperbuatnya sehari-hari mendapat dorongan atau digerakkan oleh
tiga naluri tersebut.

F. Pengelolaan Kelas
Ruang belajar merupakan tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran, lazimnya berbentuk
ruangan kelas. Selama berjam-jam siswa berada di tempat tersebut. Selama itu pula terjadi interaksi
antara guru dan siswa. Ruangan tersebut tentunya harus ditata sedemikian rupa sehingga kegiatan
pembelajaran dapat berlangsung secara optimal.Untuk memahami tentang pengelolaan kelas. Maka
penulis akan menjabarkan tentang.

1. Pengertian Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas menurut Made Pidarta adalah keterampilan bertindak seorang guru yang
didasarkan kepada pengertian tentang sifat-sifat kelas dan kekuatan yang mendorong mereka
bertindak. Selanjutnya berusaha untuk memahami dan mendiagnosis situasi kelas dan kemampuan
untuk bertindak selektif serta kreatif untuk memperbaiki kondisi, sehingga dapat menciptakan situasi
belajar dan mengajar yang baik. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan adalah, sifat-sifat kelas,
kekuatan pendorong tindakan kelas, memahami situasi kelas, mendiagnosis situasi belajar, bertindak
selektif, bertindak kreatif dan untuk memperbaiki kondisi belajar.

Selanjutnya pengelolaan kelas didapat dideskripsikan sebagai proses mengorganisasi dan


mengkoordinasi kemauan murid-murid untuk menyelesaikan tujuan pendidikannya. Proses ini
membutuhkan seleksi dan penggunaan alat-alat yang cocok dengan problem pengelolaan dan situasi
kelas yang terjadi pada waktu tertentu.

Pengelolaan kelas menciptakan pola aktivitas yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi, guru-guru
akan menciptakan kondisi dan mempertahankannya sehingga individu-individu dapat memanfaatkan
rasionalnya, bakat kreatifnya terhadap tugas-tugas pendidikan yang menantang. Selanjutnya fungsi
pengelolaan kelas yaitu memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas dan
memelihara agar tugas-tugas itu dapat berjalan lancar .

2. Kondisi Pengelolaan Kelas

Menurut Suyanto suasana dan penataan ruang belajar hendaknya memperhatikan paling tidak
empat kondisi berikut:

a. Aksesibilitas, yakni siswa maupun guru mudah menjangkau alat dan sumber belajar yang sedang
digunakan dalam proses belajar-mengajar;

b. Mobilitas, yakni siswa dan guru mudah bergerak dari suatu bagian ke bagian lain dalam kelas;

c. Interaksi, yakni memudahkan terjadinya interaksi antara guru dan siswa maupun antar sesama
siswa;

d. Variasi kerja siswa, yakni memungkinkan siswa bekerja secara perseorangan, berpasangan,
ataupun kelompok secara variatif. Pengelolaan kelas akan menjadi sederhana untuk dilakukan
apabila guru memiliki motivasi kerja yang tinggi, dan guru mengetahui bahwa gaya kepemimpinan
situasional akan sangat bermanfaat bagi guru dalam melakukan tugas mengajarnya. Dengan
demikian pengelolaan kelas tidak dapat terlepas dari motivasi kerja guru, karena dengan motivasi
kerja guru ini akan terlihat sejauh mana motif dan motivasi guru untuk melakukan pengelolaan kelas,
sedangkan dengan gaya kepemimpinan guru yang tepat yang digunakan dalam pengelolaan kelas
akan mengoptimalkan dan memaksimalkan keberhasilan pengelolaan kelas tersebut.

Kesimpulan
1. Motivasi, pengajaran dan pembelajaran sangat erat hubungannya yaitu motivasi merupakan
pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata
untuk mencapai tujuan tertentu yaitu tujuan pembelajaran.

2. Dalam pembelajaran dan pengajaran di sekolah pendidik dan peserta didik yang menjadi objek
dalam proses pendidikan. Dengan demikian tujuan pembelajaran akan tercapai. Hal ini juga
harus dibarengi dengan kemampuan seorang guru dalam memberikan motivasi dalam diri siswa
baik dengan cara memilih metode pembelajaran yang bervariatif maupun dengan cara
pengelolaan kelas yang baik. Sehingga siswa terus bersemangat dalam melaksanakan proses
pembelajaran di sekolah

DAFTAR PUSTAKA

Al Rasyidin dan Wahyuddin Nur Nasution. Teori Belajar dan Pembelajaran, Medan: Perdana
Publishing, Cet. 1, 2011.

Dimayati. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, Ed. Revisi, Cet. 2, 2011.

Fauziah Naution, Psikologi Umum, (buku, tidak diterbitkan).J.P. Chaplin. Dictionary of Psychology, terj.
Kartini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: Rajawali Pers, Ed. 1, 2011.

Kamisa. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Surabaya: Cahaya Agency, Cet. , 2013.

Mardianto. Psikologi Pendidikan: Landasan Bagi Pengembangan Strategi Pembelajaran, Medan:


Perdana Publishing, Cet. 1, 2012.

Pidarta, Made. Pengelolaan Kelas, Surabaya: Usaha Nasional, 1987.

Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. 22, 2007.

Santrock, John W. Santrock. Educational Psychologi, 2 Edition, terj. Tri Wibowo B. S, Psikologi
Pendidikan: Edisi Kedua, Jakarta: Kencana, Ed. 2, Cet. 4, 2011.

Suyanto dan Asep Jihad. Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru Profesional, Yogyakarta: Multi
Pressindo, Cet. 2, 2013.

Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar, Jakarta: Rajawali Pers, Ed. Revisi. 14, 2015.

Tohirin. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam: Berbasis Integrasi dan Kompetisi, Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, Ed. Revisi 5, 2014.

Anda mungkin juga menyukai