Abstrak: Motivasi adalah sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam
diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.
Tujuan tertentu dalam bentuk aktivitas pendidikan salah satunya belajar, dalam
belajar seorang peserta didik harus memiliki rasa kenyamanan, keseriusan dan
semangat, sehingga tujuan pembelajaran sesuai dengan sistem pendidikan nasional
dapat tercapai dengan baik.
Sejalan dengan hal tersebut Maslow mengemukakan Dalam proses belajar,
motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam
belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda
bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala
sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu
selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya.
Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan sumber
belajar, dan lingkungan untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan baru.
Tiga kata kunci dalam pembelajaran begitu penting, yakni: proses interaksi, sumber
dan lingkungan, serta pengetahuan dan keterampilan baru. Pembelajaran menurut
al-Ghazali menekankan pentingnya perubahan perilaku, khususnya akhlak, dalam
belajar. Al- Ghazali juga menegaskan bahwa perubahan, perbaikan, dan
peningkatan akhlak akan dapat di capai sepanjang dilakukan melalui usaha dan
latihan moral yang sesuai. Oleh karena itu motivasi pengajaran dan pembelajaran
merupakan satu kesatuan yang harus dimiliki oleh setiap diri masing-masing peserta
didik.
39
Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan Keislaman ISSN : 2685-2853 (Cetak)
Belajar merupakan kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan,
sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak akan pernah ada pendidikan. Sebagai suatu
proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin
ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya psikologi pendidikan dan
psikologi belajar.1
Sejalan dengan hal itu dalam belajar dilakukan transfer ilmu yang dilakukan
oleh seorang pendidik dan peserta didik sering kita sebut dengan proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran peserta didik dituntut untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang dituntut untuk setiap bidang mata pelajaran. Oleh karena
itu, seorang peserta didik harus lebih giat dan tekut serta semangat yang tinggi untuk
menuju keberhasilan dalam belajar.
Semangat dalam belajar dari diri siswa akan timbul apabila adanya dorongan
atau motivasi yang datang baik dari dalam diri peserta didik, guru, orangtua, maupun
lingkungan tempat tinggalnya. Motivasi dibangun sedemikian rupa di dalam kelas
maupun luar kelas, tujuannya untuk mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Di
kelas seorang guru dapat membangun motivasi belajar siswa dengan berbagai cara,
dari mulai pendekatan metode pembelajaran, media pembelajaran maupun cara
mengelola kelas. dengan demikian motivasi pembelajaran dan pengajaran peserta
didik di sekolah akan terbangun dan dapat berpengaruh terhadap sosial kehdupan
ditengah-tengah masyarakat.
1
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rajawali Pers, Ed. Revisi. 14, 2015), h. 59.
2
Kamisa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Surabaya: Cahaya Agency, Cet. , 2013), h. 371.
3
J.P. Chaplin, Dictionary of Psychology, terj. Kartini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi
(Jakarta: Rajawali Pers, Ed. 1, 2011), h. 311.
40
Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan Keislaman ISSN : 2685-2853 (Cetak)
4
John W. Santrock, Educational Psychologi, 2 Edition, terj. Tri Wibowo B. S, Psikologi
Pendidikan: Edisi Kedua (Jakarta: Kencana, Ed. 2, Cet. 4, 2011), h. 510.
5
Fauziah Naution, Psikologi Umum (buku, tidak diterbitkan), h. 166.
6
Mardianto, Psikologi Pendidikan: Landasan Bagi Pengembangan Strategi Pembelajaran
(Medan: Perdana Publishing, Cet. 1, 2012), h. 178.
7
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, Ed. Revisi, Cet. 2, 2011),
h. 148.
41
Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan Keislaman ISSN : 2685-2853 (Cetak)
tertentu, seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan aktualisasi
diri, mengetahui dan mengerti, dan kebutuhan estetik. Kebutuhan-kebutuhan inilah
menurut Maslow yang mampu memotivasi tingkah laku individu. Oleh karena itu,
apa yang seseorang lihat sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang
ia lihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri.8
2. Pengertian Pengajaran
Dilihat dari KBBI pengajaran diartikan sebagai proses, perbuatan, cara
mengajar atau mengajarkan, perihal mengajar, segala sesuatu mengenai mengajar,
tentang pengalaman, peristiwa yang dialami atau dilihatnya. 9
Dengan demikian pengajaran dapat dipahami yaitu suatu proses belajar yang
dilaksanakan oleh seorang pendidik. Pendidik harus mahir dalam proses belajar. Baik
itu dari segi cara mengajar, pengalaman mengajar dan lain-lain.
Lebih jauh menurut Tohorin mengenai pengajaran yang dilakukan seorang
guru kepada siswanya. Seperti yang kita ketahui bahwa guru memgang peran yang
amat sentral dalam keseluruhan proses pengajaran. Guru pun dituntut untuk mampu
mewujudkan perilaku mengjar secara tept agar terjadi perilaku belajar yang efektif
pula dalam diri siswa. Di samping itu, guru diharapkan mampu menciptakan
interaksi belajar-mengajar yang sedemikian rup, sehingga siswa mewujudkan
kualitas perilaku belajarnya secara efektif. Guru pun dituntut untuk mampu
menciptakan situasi belajar-mengajar yang kondusif, karena kondusivitas situasi
belajar-mengajar dapat dijadikan indikasi keberhasilan mengajar. Tanpa situasi yang
kondusif, proses belajar-mengajar tidak akan bias terwujud.10
Dengan demikian bahwa sebuah pengajaran dalam proses belajar yang lebih
ditekankan adalah seorang guru. Guru harus mampu menciptakan suasana belajar
untuk mendorong semangat belajar siswanya, sehingga dapat menciptakan dan
menghasilkan siswa yang mandiri, efektif dan berintelektual.
3. Pengertian Pembelajaran
8
Ibid., h. 148-149.
9
Kamisa, Kamus…., h. 19.
10
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam: Berbasis Integrasi dan
Kompetisi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Ed. Revisi 5, 2014), h. 93.
42
Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan Keislaman ISSN : 2685-2853 (Cetak)
11
Khdijah, Dosen Psikologi Pendidikan Islam UIN SU Medan, Penejelasan Kuliah, Pukul
08.00-10.00 Wib, tanggal 26 November 2015.
12
Mardianto, Psikologi…., h. 48.
13
Al rasyidin dan Wahyuddin Nur Nasution, Teori Belajar dan Pembelajaran (Medan:
Perdana Publishing, Cet. 1, 2011), h. 83.
43
Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan Keislaman ISSN : 2685-2853 (Cetak)
Eksplorasi Motivasi
Eksplorasi motivasi menurut penulis diartikan sebagai memperoleh
pengetahuan yang lebih banyak mengenai motivasi atau menggali lebih jauh tentang
motivasi dalam psikologi pendidikan Islam.berkenaan tentang ini penulis akan
menjelaskan eksplorasi motivasi diantaranya:
1. Tujuan Motivasi
Menurut Ngalim Purwanto, Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan
motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul
keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh
hasil atau mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang guru, tujuan motivasi adalah untuk
menggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemauannya
untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai
dengan yang diharapkan dan ditetapkan di dalam kurikulum sekolah. Sebagai contoh,
seorang guru memberikan pujian kepada seorang siswa yang maju ke depan kelas
dan dapat mengerjakan hitungan matematika di papan tulis. Dengan pujian itu, dalam
diri anak tersebut timbul rasa percaya diri, di samping itu timbul keberaniannya
sehingga ia tidak takut dan tidak malu lagi jika disuruh maju ke depan kelas. 15
Dari pemaparan di atas, jelas bahwa setiap tindakan motivasi mempunyai
tujuan. Makin jelas tujuan yang diharapkan atau yang akan di capai, makin jelas pula
bagaimana tindakan memotivasi itu dilakukan. Tindakan memotivasi akan lebih
dapat berhasil jika tujuannya jelas dan disadari oleh yang dimotivasi serta sesuai
dengan kebutuhan orang yang dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan
14
Al Rasyidin dan Wahyuddin Nur Nasution, Teori…., h. 84.
15
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. 22, 2007),
h. 73.
44
Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan Keislaman ISSN : 2685-2853 (Cetak)
16
Santrock, Psikologi…., h. 514.
17
Dimayati, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 97-100.
45
Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan Keislaman ISSN : 2685-2853 (Cetak)
18
Suyanto dan Asep Jihad, Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru Profesional
(Yogyakarta: Multi Pressindo, Cet. 2, 2013), h. 71-73.
46
Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan Keislaman ISSN : 2685-2853 (Cetak)
47
Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan Keislaman ISSN : 2685-2853 (Cetak)
19
Santrock, Psikologi…., 531.
48
Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan Keislaman ISSN : 2685-2853 (Cetak)
2. Teori Naluri
Pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang dalam hal
ini disebut naluri yaitu:
a. Dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri;
b. Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan diri;
c. Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan/mempertahankan jenis.
Dengan dimilikinya ketiga naluri pokok itu, maka kebiasaan-kebiasaan
ataupun tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia yang diperbuatnya sehari-hari
mendapat dorongan atau digerakkan oleh ketiga naluri tersebut. Oleh karena itu,
menurut teori ini, untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang
akan dituju dan perlu dikembangkan.
3. Teori Reaksi yang Dipelajari
Teori ini berpanndangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak
berdasarkan naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari
20
Ngalim, Psikologi...., h. 74-78.
49
Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan Keislaman ISSN : 2685-2853 (Cetak)
dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Orang belajar paing banyak dari
lingkungan kebudayaan di tempat ia hidup dan dibesarkan. Oleh karena itu, teori ini,
disebut juga teori lingkungan kebudayaan. Menurut teori ini, apabila seorang
pemimpin ataupun seorang pendidik akan memotivasi anak buah atau anak didiknya,
pemimpin ataupun pendidik itu hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang
kehidupan dan kebudayaan orang—orang yang dipimpinnya..
4. Teori Daya Pendorong
Teori ini merupakan perpaduan antara “teori naluri” dengan “teori reaksi
yang dipelajari”. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu
dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Oleh karena itu,
menurut teori ini, bila seorang pendidik ingin memotivasi anak didiknya, ia harus
mendasarkannya atas daya pendorong, yaitu atas naluri dan juga reaksi yang
dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang dimilikinya. Memotivasi anak didik
yang sejak kecil dibesarkan di daerah Gunung Kidul misalnya, kemungkinan besar
akan berbeda dengan cara memberikan motivasi kepada anak yang dibesarkan di
kota Medan meskipun masalah yang dihadapinya sama.
5. Teori Kebutuhan
Teori motivasi yang sekarang banyak dianut orang adalah teori kebutuhan.
Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya
adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan
psikis. Oleh karena itu, menurut teori ini, apabila seseorang pendidik bermaksud
memberikan motivasi kepada seseorang, ia harus berusaha mengetahui terlebih
dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang yang akan dimotivasinya.
Salah satu pakar psikologi mengenai teori ini adalah Abraham Maslow,
Maslow mengemukakan adanya lima tingkatan kebutuhan pokok manusia. Kelima
tingkatan kebutuhan pokok inilah yang kemudian dijadikan pengertian kunci dalam
mempelajari motivasi manusia. Adapun kelima tingkat kebutuhan pokok yang
dimaksud adalah:
a) Kebutuhan fisiologis: Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar, yang
bersifat primer dan vital, yang menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar
dari organisme manusia seperti kebutuhan akan pangan, sandang dan
papan, kesehtan fisik, kebutuhan seks, dsb.
50
Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan Keislaman ISSN : 2685-2853 (Cetak)
Pengelolaan Kelas
Ruang belajar merupakan tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran,
lazimnya berbentuk ruangan kelas. Selama berjam-jam siswa berada di tempat
tersebut. Selama itu pula terjadi interaksi antara guru dan siswa. Ruangan tersebut
tentunya harus ditata sedemikian rupa sehingga kegiatan pembelajaran dapat
berlangsung secara optimal.
Untuk memahami tentang pengelolaan kelas. Maka penulis akan menjabarkan
tentang.
1. Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas menurut Made Pidarta adalah keterampilan bertindak
seorang guru yang didasarkan kepada kepada pengertian tentang sifat-sifat kelas dan
kekuatan yang mendorong mereka bertindak. Selanjutnya berusaha untuk memahami
dan mendiagnosa situasi kelas dan kemampuan untuk bertindak selektif serta kreatif
untuk memperbaiki kondisi, sehinga dapat menciptakan situasi belajar dan mengajar
yang baik. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan adalah, sifat-sifat kelas, kekuatan
51
Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan Keislaman ISSN : 2685-2853 (Cetak)
21
Made Pidarta, Pengelolaan Kelas (Surabaya: Usaha Nasional, 1987), h. 9.
22
Ibid., h. 11-12.
23
Suyanto, Bagaimana…., h. 89-90.
52
Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan Keislaman ISSN : 2685-2853 (Cetak)
kepemimpinan guru yang tepat yang digunakan dalam pengelolaan kelas akan
mengoptimalkan dan memaksimalkan keberhasilan pengelolaan kelas tersebut. 24
Kesimpulan
1. Motivasi, pengajaran dan pembelajaran sangat erat hubungannya yaitu
motivasi merupakan pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang
ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu yaitu tujuan
pembelajaran.
2. Dalam pembelajaran dan pengajaran di sekolah pendidik dan peserta didik
yang menjadi objek dalam proses pendidikan. Dengan demikian tujuan
pembelajaran akan tercapai. Hal ini juga harus dibarengi dengan kemampuan
seorang guru dalam memberikan motivasi dalam diri siswa baik dengan cara
memilih metode pembelajaran yang bervariatif maupun dengan cara
pengelolaan kelas yang baik. Sehingga siswa terus bersemangat dalam
melaksanakan proses pembelajaran di sekolah
DAFTAR PUSTAKA
Al Rasyidin dan Wahyuddin Nur Nasution. Teori Belajar dan Pembelajaran, Medan:
Perdana Publishing, Cet. 1, 2011.
Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, Ed. Revisi, Cet. 2,
2011.
Kamisa. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Surabaya: Cahaya Agency, Cet. , 2013.
24
Suyanto, Bagaimana…., h. 118.
53
Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan Keislaman ISSN : 2685-2853 (Cetak)
Suyanto dan Asep Jihad. Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru Profesional,
Yogyakarta: Multi Pressindo, Cet. 2, 2013.
Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar, Jakarta: Rajawali Pers, Ed. Revisi. 14, 2015.
54