Anda di halaman 1dari 16

Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan Keislaman ISSN : 2685-2853 (Cetak)

HUBUNGAN MOTIVASI, PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN


TERHADAP PESERTA DIDIK
Randi Purnama
Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Panca Budi Perdagangan
Randipurnama339@ymail.com

Abstrak: Motivasi adalah sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam
diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.
Tujuan tertentu dalam bentuk aktivitas pendidikan salah satunya belajar, dalam
belajar seorang peserta didik harus memiliki rasa kenyamanan, keseriusan dan
semangat, sehingga tujuan pembelajaran sesuai dengan sistem pendidikan nasional
dapat tercapai dengan baik.
Sejalan dengan hal tersebut Maslow mengemukakan Dalam proses belajar,
motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam
belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda
bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala
sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu
selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya.
Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan sumber
belajar, dan lingkungan untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan baru.
Tiga kata kunci dalam pembelajaran begitu penting, yakni: proses interaksi, sumber
dan lingkungan, serta pengetahuan dan keterampilan baru. Pembelajaran menurut
al-Ghazali menekankan pentingnya perubahan perilaku, khususnya akhlak, dalam
belajar. Al- Ghazali juga menegaskan bahwa perubahan, perbaikan, dan
peningkatan akhlak akan dapat di capai sepanjang dilakukan melalui usaha dan
latihan moral yang sesuai. Oleh karena itu motivasi pengajaran dan pembelajaran
merupakan satu kesatuan yang harus dimiliki oleh setiap diri masing-masing peserta
didik.

Kata Kunci: Motivasi, Pengajaran, Pembelajaran


Pendahuluan

39
Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan Keislaman ISSN : 2685-2853 (Cetak)

Belajar merupakan kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan,
sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak akan pernah ada pendidikan. Sebagai suatu
proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin
ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya psikologi pendidikan dan
psikologi belajar.1
Sejalan dengan hal itu dalam belajar dilakukan transfer ilmu yang dilakukan
oleh seorang pendidik dan peserta didik sering kita sebut dengan proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran peserta didik dituntut untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang dituntut untuk setiap bidang mata pelajaran. Oleh karena
itu, seorang peserta didik harus lebih giat dan tekut serta semangat yang tinggi untuk
menuju keberhasilan dalam belajar.
Semangat dalam belajar dari diri siswa akan timbul apabila adanya dorongan
atau motivasi yang datang baik dari dalam diri peserta didik, guru, orangtua, maupun
lingkungan tempat tinggalnya. Motivasi dibangun sedemikian rupa di dalam kelas
maupun luar kelas, tujuannya untuk mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Di
kelas seorang guru dapat membangun motivasi belajar siswa dengan berbagai cara,
dari mulai pendekatan metode pembelajaran, media pembelajaran maupun cara
mengelola kelas. dengan demikian motivasi pembelajaran dan pengajaran peserta
didik di sekolah akan terbangun dan dapat berpengaruh terhadap sosial kehdupan
ditengah-tengah masyarakat.

Pengertian Motivasi, Pengajaran dan Pembelajaran


1. Pengertian Motivasi
Secara etimologi motivasi di ambil dari kata motif. Dalam KBBI motif
diartikan dengan sebab yang menjadi dorongan atau yang menimbulkan semangat,
sedangkan motivasi adalah dorongan.2 Dalam kamus lengkap psikologi motivasi
diartikan sebagai dorongan. Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu
dorongan, perangsang yang membangkitkan semangat individu.3

1
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rajawali Pers, Ed. Revisi. 14, 2015), h. 59.
2
Kamisa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Surabaya: Cahaya Agency, Cet. , 2013), h. 371.
3
J.P. Chaplin, Dictionary of Psychology, terj. Kartini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi
(Jakarta: Rajawali Pers, Ed. 1, 2011), h. 311.

40
Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan Keislaman ISSN : 2685-2853 (Cetak)

Lebih jauh pengertian motivasi secara terminologi menurut beberapa


pendapat para ahli dan cerdik cendikiawan, memberikan uraian sebagai berikut:
a. Menurut John W. Santrock mengemukakan motivasi adalah proses yang
memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang
termotivasi adalah perilaku yang penuh energy, terarah dan bertahan
lama.4
b. Fauziah Nasution mengemukakan bahwa motivasi adalah segala sesuatu
yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu.5
c. Mardianto mengemukakan bahwa motivasi adalah terkait dengan
dorongan yang terdapat pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu.6
d. Oemar Hamalik dalam Djamarah mengemukakan bahwa motivasi adalah
suatu perubahan energy di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan
timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.7
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah
sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam
bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.
Tujuan tertentu dalam bentuk aktivitas pendidikan salah satunya belajar,
dalam belajar seorang peserta didik harus memiliki rasa kenyamanan, keseriusan dan
semangat, sehingga tujuan pembelajaran sesuai dengan sistem pendidikan nasional
dapat tercapai dengan baik.
Sejalan dengan hal tersebut Maslow mengemukakan Dalam proses belajar,
motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam
belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda
bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala
sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu
selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya. Sangat percaya bahwa
tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan

4
John W. Santrock, Educational Psychologi, 2 Edition, terj. Tri Wibowo B. S, Psikologi
Pendidikan: Edisi Kedua (Jakarta: Kencana, Ed. 2, Cet. 4, 2011), h. 510.
5
Fauziah Naution, Psikologi Umum (buku, tidak diterbitkan), h. 166.
6
Mardianto, Psikologi Pendidikan: Landasan Bagi Pengembangan Strategi Pembelajaran
(Medan: Perdana Publishing, Cet. 1, 2012), h. 178.
7
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, Ed. Revisi, Cet. 2, 2011),
h. 148.

41
Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan Keislaman ISSN : 2685-2853 (Cetak)

tertentu, seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan aktualisasi
diri, mengetahui dan mengerti, dan kebutuhan estetik. Kebutuhan-kebutuhan inilah
menurut Maslow yang mampu memotivasi tingkah laku individu. Oleh karena itu,
apa yang seseorang lihat sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang
ia lihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri.8

2. Pengertian Pengajaran
Dilihat dari KBBI pengajaran diartikan sebagai proses, perbuatan, cara
mengajar atau mengajarkan, perihal mengajar, segala sesuatu mengenai mengajar,
tentang pengalaman, peristiwa yang dialami atau dilihatnya. 9
Dengan demikian pengajaran dapat dipahami yaitu suatu proses belajar yang
dilaksanakan oleh seorang pendidik. Pendidik harus mahir dalam proses belajar. Baik
itu dari segi cara mengajar, pengalaman mengajar dan lain-lain.
Lebih jauh menurut Tohorin mengenai pengajaran yang dilakukan seorang
guru kepada siswanya. Seperti yang kita ketahui bahwa guru memgang peran yang
amat sentral dalam keseluruhan proses pengajaran. Guru pun dituntut untuk mampu
mewujudkan perilaku mengjar secara tept agar terjadi perilaku belajar yang efektif
pula dalam diri siswa. Di samping itu, guru diharapkan mampu menciptakan
interaksi belajar-mengajar yang sedemikian rup, sehingga siswa mewujudkan
kualitas perilaku belajarnya secara efektif. Guru pun dituntut untuk mampu
menciptakan situasi belajar-mengajar yang kondusif, karena kondusivitas situasi
belajar-mengajar dapat dijadikan indikasi keberhasilan mengajar. Tanpa situasi yang
kondusif, proses belajar-mengajar tidak akan bias terwujud.10
Dengan demikian bahwa sebuah pengajaran dalam proses belajar yang lebih
ditekankan adalah seorang guru. Guru harus mampu menciptakan suasana belajar
untuk mendorong semangat belajar siswanya, sehingga dapat menciptakan dan
menghasilkan siswa yang mandiri, efektif dan berintelektual.

3. Pengertian Pembelajaran

8
Ibid., h. 148-149.
9
Kamisa, Kamus…., h. 19.
10
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam: Berbasis Integrasi dan
Kompetisi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Ed. Revisi 5, 2014), h. 93.

42
Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan Keislaman ISSN : 2685-2853 (Cetak)

Menurut Khadijah dalam kuliah psikologi pendidikan Islam mengemukakan


bahwa pembelajaran adalah interaksi antara guru dan peserta didik dalam lingkungan
sekolah/kelas.11 Jadi dapat dikatakan bahwa pembelajaran ditujukan untuk pendidik
dan peserta didik dalam lingkung proses belajar.
Selanjutnya mengenai pembelajaran. Mardianto menjelaskan bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan sumber belajar, dan
lingkungan untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan baru. Tiga kata kunci
dalam pembelajaran begitu penting, yakni: proses interaksi, sumber dan lingkungan,
12
serta pengetahuan dan keterampilan baru. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran ternyata tidak berdiri sendiri artinya tidak hanya dilakukan oleh
anak tanpa melibatkan orang lain, akan tetapi pembelajaran berinteraksi dengan
berbagai hal.
Lebih jauh pembelajaran menurut al-Ghazali dalam al Rasyidin dan
Wahyuddin Nur Nasution sangat menekankan pentingnya perubahan perilaku,
khususnya akhlak, dalam belajar. Al- Ghazali juga menegaskan bahwa perubahan,
perbaikan, dan peningkatan akhlak akan dapat di capai sepanjang dilakukan melalui
usaha dan latihan moral yang sesuai. Hal ini penting, sebab fungsi agama yang utama
adalah membimbing manusia memperbaiki akhlak. Rasul sendiri diutus Allah Swt
adalah untuk memperbaiki akhlak manusia agar berakhlak dengan akhlak yang
mulia. Itu berarti, jika akhlak tidak dapat diubah, maka semua perintah dan teguran,
anjuran dan ancaman agama tidak akan berguna. 13
Menurut Quasem dalam al Rasyidin dan Nasution berkaitan dengan metode
pembentukan perilaku yang baik, setidaknya ada tiga metode pembelajaran yang
dapat diterapkan guru. Pertama, keramahan Ilahi sebagai sesuatu yang diberikan
Allah Swt kepada anak sejak dilahirkan. Misalnya nafsu amarahnya mematuhi
perintah akal dan syariah, sehigga mereka baik secara alamiah. Kedua, menahan diri
(mujahadah) dan melatih diri (riyadlah), dengan bersunggung-sungguh melakukan
amal perbuatan yang bersumberkan akhlak yang baik sehingga menjadi kebiasaan

11
Khdijah, Dosen Psikologi Pendidikan Islam UIN SU Medan, Penejelasan Kuliah, Pukul
08.00-10.00 Wib, tanggal 26 November 2015.
12
Mardianto, Psikologi…., h. 48.
13
Al rasyidin dan Wahyuddin Nur Nasution, Teori Belajar dan Pembelajaran (Medan:
Perdana Publishing, Cet. 1, 2011), h. 83.

43
Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan Keislaman ISSN : 2685-2853 (Cetak)

dan sesuatu yang menyenangkan. Ketiga, memperhatikan orang-orang baik dan


bergaul dengan mereka. Karena secara alamiah manusia bersifat peniru, tabiat
seseorang tanpa sadar dapat terbentuk dari kebaikan dan keburukan yang ditampilkan
tabiat orang lain. Metode belajar (ta’alum) budi pekerti dan akhlak yang baik
melalui bergaul dengan orang-orang saleh, dianggap al-Ghazali sebagai prinsip dasar
dalam melatih anak-anak mengenali akhlak yang baik.14

Eksplorasi Motivasi
Eksplorasi motivasi menurut penulis diartikan sebagai memperoleh
pengetahuan yang lebih banyak mengenai motivasi atau menggali lebih jauh tentang
motivasi dalam psikologi pendidikan Islam.berkenaan tentang ini penulis akan
menjelaskan eksplorasi motivasi diantaranya:
1. Tujuan Motivasi
Menurut Ngalim Purwanto, Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan
motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul
keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh
hasil atau mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang guru, tujuan motivasi adalah untuk
menggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemauannya
untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai
dengan yang diharapkan dan ditetapkan di dalam kurikulum sekolah. Sebagai contoh,
seorang guru memberikan pujian kepada seorang siswa yang maju ke depan kelas
dan dapat mengerjakan hitungan matematika di papan tulis. Dengan pujian itu, dalam
diri anak tersebut timbul rasa percaya diri, di samping itu timbul keberaniannya
sehingga ia tidak takut dan tidak malu lagi jika disuruh maju ke depan kelas. 15
Dari pemaparan di atas, jelas bahwa setiap tindakan motivasi mempunyai
tujuan. Makin jelas tujuan yang diharapkan atau yang akan di capai, makin jelas pula
bagaimana tindakan memotivasi itu dilakukan. Tindakan memotivasi akan lebih
dapat berhasil jika tujuannya jelas dan disadari oleh yang dimotivasi serta sesuai
dengan kebutuhan orang yang dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan

14
Al Rasyidin dan Wahyuddin Nur Nasution, Teori…., h. 84.
15
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. 22, 2007),
h. 73.

44
Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan Keislaman ISSN : 2685-2853 (Cetak)

memberikan motivasi harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang


kehidupan, kebutuhan, dan kepribadian orang yang akan dimotivasi.
2. Jenis Motivasi
Menurut Santrock motivasi dibedakan menjadi dua bagian yaitu motivasi
ekstrinsik dan motivasi intrinsik.16
a. Motivasi Ekstrinsik
Adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara
untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif
ekstrnal seperti imbalan dan hukuman. Misalnya, murid mungkin belajar
keras menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik.
b. Motivasi Intrinsik
Adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu
sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, murid mungkin belajar menghadapi
ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi ekstrinsik adalah
dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya.
Orang berbuat sesuatu, karena dorongan dari luar seperti adanya hadiah dan
menghindari hukuman. Sedangkan motivasi intrinsik adalah pada saat siswa
menyadari pentingnya belajar, dan ia belajar sungguh-sungguh tanpa disuruh orang
lain.
3. Unsur-unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Menurut Dimayati unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar adalah
sebagai berikut:17
a. Cita-cita atau Aspirasi Siswa
Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti
keinginan belajar berjalan, makan makanan yang lexat, berebut permainan,
dapat membaca, dapat menyanyi, dan lainlain. Selanjutnya, keberhasilan
mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan
dikemudian hari menimbulkan cita-cita dalam kehidupan. Timbulnya cita-cita

16
Santrock, Psikologi…., h. 514.
17
Dimayati, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 97-100.

45
Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan Keislaman ISSN : 2685-2853 (Cetak)

dibarengi oleh perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa, dan nilai-nilai


kehidupan.
b. Kemampuan Siswa
Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau
kecakapan mencapainnya. Keinginan membaca perlu dibarengi dengan
kemampuan mengenal dan mengucapkan bunyi huruf-huruf.kesukaran
mengucapkan huruf “r” misalnya, dapat diatasi dengan drill/melatih ucapan
“r” yang benar. Latihan berulang-ulang menyebabkan terbentuknya
kemampuan mengucapkan “r”. dengan didukung kemampuan mengucapkan
“r”, atau kemampuan mengucapkan huruf-huruf yang lain, maka keinginan
anak untuk membaca akan terpenuhi.
c. Kondisi Siswa
Kondisi siswa meliputi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi
belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar, atau marah-marah akan
mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya, seorang siswa yang sehat,
kenyang, dan gembira akan mudah memusatkan perhatian. Anak yang sakit
akan enggan belajar. Anak yang marah-marah akan sukar memusatkan
perhatian pada penjelasan pelajaran. Dengan demikian kondisi jasmani dan
rohani siswa berpengaruh pada motivasi belajar.
d. Kondisi Lingkungan Siswa
Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat
tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota
masyarakat maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Bencana
alam, tempat tinggal yang kumuh, ancaman rekan yang nakal, perkelahian
antarsiswa, akan mengganggu kesungguhan belajar. Sebaliknya, kampus
sekolah yang indah, pergaulan siswa yang rukun, akan memperkuat motivasi
belajar.
4. Strategi Guru Untuk Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa
Menurut Suyanto, ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk
menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:18

18
Suyanto dan Asep Jihad, Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru Profesional
(Yogyakarta: Multi Pressindo, Cet. 2, 2013), h. 71-73.

46
Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan Keislaman ISSN : 2685-2853 (Cetak)

a. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik secara jelas dan terukur.


Pembelajaran hendaknya dimulai dari penjelasan guru mengenai tujuan
yang hendak dicapainya dalam proses pembelajaran. Makin jelas tujuan
yang hendak dicapai, maka makin bisa mendorong munculnya motivasi
dalam belajar.
b. Memberikan hadiah. Setiap anak ingin dihargai maka berilah hadiah
untuk siswa yang berprestasi, baik prestasi besar maupun prestasi kecil,
seperti dapat menjawab pertanyaan guru.
c. Membuat saingan/kompetisi. Guru berusaha membuat persaingan yang
sehat di antara siswanya. Tujuannya, untuk meningkatkan prestasi
belajarnya atau berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai
sebelumnya.
d. Memberi pujian. Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi diberikan
penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang diberikan bersifat
membangun, rasional, dan tidak berlebihan.
e. Memberi hukuman. Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat
kesalahan saat proses belajar mengajar berlangsung. Hukuman ini
diberikan dengan harapan agar siswa tersebut berkeinginan untuk
mengubah dirinya dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
f. Membangkitkan dorongan. Sebagai motivator, guru sudah selayaknya
memberikan dorongan kepada siswanya untuk teru belajar. Strateginya
adalah dengan memberikan perhatian maksimal kepada para siswa yang
sedang berupaya meraih semangat belajar.
g. Membentuk kebiasaan belajar yang baik. Kebiasaan belajar yang baik
bagi siswa hanya bisa dilakukan jika guru mau menjadi teladan bagi
siswanya.
h. Membantu kesulitan siswa. Dalam proses pembelajaran, terkadang siswa
mengalami kesulitan belajar, baik secara individual maupun kelompok.
Posisi guru dalam konteks ini adalah menjadi “pembantu” siswa yang
mengalami kesulitan belajar. Saat ini, sifat terbuka guru sangat penting
dan perlu bagi siswa.

47
Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan Keislaman ISSN : 2685-2853 (Cetak)

i. Menggunakan metode yang bervariasi. Sangat penting untuk membuat


proses pembelajaran tidak membosankan, sehingga siswa termotivasi
untuk belajar.
j. Menggunakan media. Penggunan media pembelajaran dalam proses
pembelajaran haruslah disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.

Motivasi, Hubungan dan Konteks Sosiokultural


Menurut Santrock, motivasi mengandung komponen sosial. Selain motif
untuk berprestasi, murid juga punya motif sosial. Bahasan kita tentang dimensi sosial
dari motivasi ini akan difokuskan pada motif sosial, hubungan sosial, dan konteks
sosiokultural dari murid yaitu:19
1. Motif sosial adalah kebutuhan dan keinginan yang dikenal melaui
pengalaman dengan dunia sosial. Kebutuhan sosial murid direfleksikan
dalam keinginan mereka untuk popular di mata teman sebaya dan
kebutuhan punya satu kawan akrab atau lebih, dan keinginan untuk
menarik di mata orang yang mereka sukai.
2. Hubungan sosial adalah hubungan murid dengan orang tua, teman sebaya,
kawan, guru dan mentor, dan orang lain, dapat mempengaruhi prestasi
dan motivasi sosial mereka.
3. Konteks sosiokultural adalah status sosioekonomi, etnis, dan gender bisa
mempengaruhi motivasi dan prestasi. Status sosioekonomi dan etnisitas
dalam kelompok minoritas etnis. Misalnya, banyak mutrtid Asia punya
orientasi prestasi akdemik yang kuat, tetapi sebagian tidak. Selanutnya
gender. Misalnya. Murid lelaki lebih punya keyakinan kompetisi yang
lebih tinggi ketimbang murid wanita untuk pelajaran matematika dan
olahraga, sedangkan murid keyakinan perempuan lebih tinggi ketimbang
murid lelaki untuk pelajaran bahasa inggris, membaca, dan aktivitas
social. Perbedaan ini semakin bertambah setelah masa puber. Sejauh
mana murid pria dan wanita mencapai prestasi masih dipengaruhi oleh
stereotip peran gender.

19
Santrock, Psikologi…., 531.

48
Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan Keislaman ISSN : 2685-2853 (Cetak)

Selanjutnya. Motivasi dan hubungan dengan sosial budaya masyarakat


berkenaan dengan teori-teori motivasi. Beberapa teori motivasi menurut Ngalim
yang akan dibicarakan dalam hal ini, diantaranya: 20
1. Teori Hedonisme
Hedone adalah bahasa Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan, atau
kenikmatan. Hedonisme adalah suatu aliran di dalam filsafat yang memandang
bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan (hedone)
yang bersifat duniawi. Implikasi dari teori ini ialah adanya anggapan bahwa semua
orang akan cenderung menghindari hal-hal yang sulit dan menyusahkan, atau yang
mengandung resiko berat, dan lebih suka melakukan sesuatu yang mendatangkan
kesenangan baginya. Siswa di suatu kelas merasa gembira dan bertepuk tangan
mendengar pengumuman dari kepala sekolah bahwa guru matematika mereka sakit
dan tidak dapat hadir untuk mengajar. Dan banyak lagi contoh yang lain, yang
menunjukkan bahwa motivasi itu sangat diperlukan. Para siswa pada contoh tersebut
harus diberi motivasi secara tepat agar tidak malas dan mau bekerja dengan baik.

2. Teori Naluri
Pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang dalam hal
ini disebut naluri yaitu:
a. Dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri;
b. Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan diri;
c. Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan/mempertahankan jenis.
Dengan dimilikinya ketiga naluri pokok itu, maka kebiasaan-kebiasaan
ataupun tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia yang diperbuatnya sehari-hari
mendapat dorongan atau digerakkan oleh ketiga naluri tersebut. Oleh karena itu,
menurut teori ini, untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang
akan dituju dan perlu dikembangkan.
3. Teori Reaksi yang Dipelajari
Teori ini berpanndangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak
berdasarkan naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari

20
Ngalim, Psikologi...., h. 74-78.

49
Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan Keislaman ISSN : 2685-2853 (Cetak)

dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Orang belajar paing banyak dari
lingkungan kebudayaan di tempat ia hidup dan dibesarkan. Oleh karena itu, teori ini,
disebut juga teori lingkungan kebudayaan. Menurut teori ini, apabila seorang
pemimpin ataupun seorang pendidik akan memotivasi anak buah atau anak didiknya,
pemimpin ataupun pendidik itu hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang
kehidupan dan kebudayaan orang—orang yang dipimpinnya..
4. Teori Daya Pendorong
Teori ini merupakan perpaduan antara “teori naluri” dengan “teori reaksi
yang dipelajari”. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu
dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Oleh karena itu,
menurut teori ini, bila seorang pendidik ingin memotivasi anak didiknya, ia harus
mendasarkannya atas daya pendorong, yaitu atas naluri dan juga reaksi yang
dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang dimilikinya. Memotivasi anak didik
yang sejak kecil dibesarkan di daerah Gunung Kidul misalnya, kemungkinan besar
akan berbeda dengan cara memberikan motivasi kepada anak yang dibesarkan di
kota Medan meskipun masalah yang dihadapinya sama.
5. Teori Kebutuhan
Teori motivasi yang sekarang banyak dianut orang adalah teori kebutuhan.
Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya
adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan
psikis. Oleh karena itu, menurut teori ini, apabila seseorang pendidik bermaksud
memberikan motivasi kepada seseorang, ia harus berusaha mengetahui terlebih
dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang yang akan dimotivasinya.
Salah satu pakar psikologi mengenai teori ini adalah Abraham Maslow,
Maslow mengemukakan adanya lima tingkatan kebutuhan pokok manusia. Kelima
tingkatan kebutuhan pokok inilah yang kemudian dijadikan pengertian kunci dalam
mempelajari motivasi manusia. Adapun kelima tingkat kebutuhan pokok yang
dimaksud adalah:
a) Kebutuhan fisiologis: Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar, yang
bersifat primer dan vital, yang menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar
dari organisme manusia seperti kebutuhan akan pangan, sandang dan
papan, kesehtan fisik, kebutuhan seks, dsb.
50
Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan Keislaman ISSN : 2685-2853 (Cetak)

b) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan: seperti terjamin keamanannya,


terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang, kemiskinan,
kelaparan, perlakuan tidak adil, dsb.
c) Kebutuhan sosial: yang meliputi antara lain kebutuhan akan dicintai,
diperhitungkan sebagai peribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa
setia kawan, kerjasama.
d) Kebutuhan akan penghargaan, termasuk kebutuhan dihargai karena
prestasi, kemampuan, kedudukan, atau status, pangkat, dsb.
e) Kebutuhan akan aktualisasi diri, seperti kebutuhan mempertinggi potensi-
potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimum, kreatifitas
dan ekspresi diri.

Jadi dapat disimpulkan dengan adanya kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka


setiap kebiasaan, tindakan dan sikap manusia yang diperbuatanya sehari-hari
mendapat dorongan atau digerakkann oleh tiga naluri tersebut.

Pengelolaan Kelas
Ruang belajar merupakan tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran,
lazimnya berbentuk ruangan kelas. Selama berjam-jam siswa berada di tempat
tersebut. Selama itu pula terjadi interaksi antara guru dan siswa. Ruangan tersebut
tentunya harus ditata sedemikian rupa sehingga kegiatan pembelajaran dapat
berlangsung secara optimal.
Untuk memahami tentang pengelolaan kelas. Maka penulis akan menjabarkan
tentang.
1. Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas menurut Made Pidarta adalah keterampilan bertindak
seorang guru yang didasarkan kepada kepada pengertian tentang sifat-sifat kelas dan
kekuatan yang mendorong mereka bertindak. Selanjutnya berusaha untuk memahami
dan mendiagnosa situasi kelas dan kemampuan untuk bertindak selektif serta kreatif
untuk memperbaiki kondisi, sehinga dapat menciptakan situasi belajar dan mengajar
yang baik. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan adalah, sifat-sifat kelas, kekuatan

51
Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan Keislaman ISSN : 2685-2853 (Cetak)

pendorong tindakan kelas, memahami situasi kelas, mendiagnosis situasi belajar,


bertindak selektif, bertindak kreatif dan untuk memperbaiki kondisi belajar.21
Selanjutnya pengelolaan kelas diapat dideskripsikan sebagai proses
mengorganisasi dan mengkoordinaasi kemauan murid-murid untuk menyelesaikan
tujuan pendidikannya. Proses ini membutuhkan seleksi dan penggunaan alat-alat
yang cocok dengan problem pengelolaaan dan situasi kelas yang terjadi pada waktu
tertentu. Pengelolaan kelas menciptakan pola aktivitas yang berbeda-beda sesuai
dengan kondisi, guru-guru akan menciptakan kondisi dan mempertahankannya
sehingga individu-individu dapat memanfaatkan rasioanalnya, bakat kreatifnya
terhadap tugas-tugas pendidikan yang menantang. Selanjutnya fungsi pengelolaan
kelas yaitu memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas dan
memlihara agar tugas-tugas itu dapat berjalan lancar .22
2. Kondisi Pengelolaan Kelas
Menurut Suyanto suasana dan penataan ruang belajar hendaknya
memperhatikan paling tidak empat kondisi berikut:23
a. Aksesibilitas, yakni siswa maupun guru mudah menjangkau alat dan
sumber belajar yang sedang digunakan dalam proses belajar-mengajar;
b. Mobilitas, yakni siswa dan guru mudah bergerak dari suatu bagian ke
bagian lain dalam kelas;
c. Interaksi, yakni memudahkan terjadinya interaksi antara guru dan siswa
maupun antarsesama siswa;
d. Variasi kerja siswa, yakni memungkinkan siswa bekerja secara
perseorangan, berpasangan, ataupun kelompok secara variatif.
Pengelolaan kelas akan menjadi sederhana untuk dilakukan apabila guru
memiliki motivasi kerja yang tinggi, dan guru mengetahui bahwa gaya
kepemimpinan situasional akan sangat bermanfaat bagi guru dalam melakukan tugas
mengajarnya. Dengan demikian pengelolaan kelas tidak dapat terlepas dari motivasi
kerja guru, karena dengan motivasi kerja guru ini akan terlihat sejauhmana motif dan
motivasi guru untuk melakukan pengelolaan kelas, sedangkan dengan gaya

21
Made Pidarta, Pengelolaan Kelas (Surabaya: Usaha Nasional, 1987), h. 9.
22
Ibid., h. 11-12.
23
Suyanto, Bagaimana…., h. 89-90.

52
Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan Keislaman ISSN : 2685-2853 (Cetak)

kepemimpinan guru yang tepat yang digunakan dalam pengelolaan kelas akan
mengoptimalkan dan memaksimalkan keberhasilan pengelolaan kelas tersebut. 24

Kesimpulan
1. Motivasi, pengajaran dan pembelajaran sangat erat hubungannya yaitu
motivasi merupakan pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang
ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu yaitu tujuan
pembelajaran.
2. Dalam pembelajaran dan pengajaran di sekolah pendidik dan peserta didik
yang menjadi objek dalam proses pendidikan. Dengan demikian tujuan
pembelajaran akan tercapai. Hal ini juga harus dibarengi dengan kemampuan
seorang guru dalam memberikan motivasi dalam diri siswa baik dengan cara
memilih metode pembelajaran yang bervariatif maupun dengan cara
pengelolaan kelas yang baik. Sehingga siswa terus bersemangat dalam
melaksanakan proses pembelajaran di sekolah

DAFTAR PUSTAKA
Al Rasyidin dan Wahyuddin Nur Nasution. Teori Belajar dan Pembelajaran, Medan:
Perdana Publishing, Cet. 1, 2011.

Dimayati. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, Ed. Revisi, Cet. 2,
2011.

Fauziah Naution, Psikologi Umum, (buku, tidak diterbitkan).

J.P. Chaplin. Dictionary of Psychology, terj. Kartini Kartono, Kamus Lengkap


Psikologi, Jakarta: Rajawali Pers, Ed. 1, 2011.

Kamisa. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Surabaya: Cahaya Agency, Cet. , 2013.

Mardianto. Psikologi Pendidikan: Landasan Bagi Pengembangan Strategi


Pembelajaran, Medan: Perdana Publishing, Cet. 1, 2012.

Pidarta, Made. Pengelolaan Kelas, Surabaya: Usaha Nasional, 1987.

24
Suyanto, Bagaimana…., h. 118.

53
Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan Keislaman ISSN : 2685-2853 (Cetak)

Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. 22,


2007.

Santrock, John W. Santrock. Educational Psychologi, 2 Edition, terj. Tri Wibowo B.


S, Psikologi Pendidikan: Edisi Kedua, Jakarta: Kencana, Ed. 2, Cet. 4, 2011.

Suyanto dan Asep Jihad. Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru Profesional,
Yogyakarta: Multi Pressindo, Cet. 2, 2013.

Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar, Jakarta: Rajawali Pers, Ed. Revisi. 14, 2015.

Tohirin. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam: Berbasis Integrasi dan


Kompetisi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Ed. Revisi 5, 2014.

54

Anda mungkin juga menyukai