Anda di halaman 1dari 66

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujutkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar para siswa atau sering disebut peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, aklak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya dan masyarakat (UU No 20,2003). Sekolah sebagai lembaga

pendidikan memiliki tugas dan tanggung jawab penuh dalam menjalankan amanat

pendidikan.

Sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar serta tempat menerima dan

membri pelajaran. Sekolah juga merupakan institusi yang direncangkan untuk membawa

siswa pada proses belajar (Daryanto, 1997). Pembelajaran merupakan pemerolehan ilmu

pengetahuan, penguasaan kemahiran, dan tabiat serta pembentukan sikap dan kepercayaan

pada peserta didik. Adapun dalam pembelajaran disekolah diajarkan bermacam-macam

mata pelajaran dan keterampilan yang harus peserta didik kuasai demi mencapainya tujuan

pendidikan di Indonesia.

Belajar adalah perubahan tingkah laku berkat latihan dan pengalaman belajar

yang dilakukan manusia merupakan kegiatan dari hidupnya, berlangsung seumur hidup,

kapan saja, dan dimana saja. baik di sekolah, di kelas, di jalanan dalam waktu yang tak

dapat ditentukan sebelumnya (Hamalik 2019:47). Sikap minat dan motivasi merupakan

faktor internal psikologi yang sangat berperan dalam proses pembelajaran. Seorang siswa
1
tekun belajar atau tidak sangat tergantung pada sikap, minat dan motivasi yang ada pada

dirinya (Sabri 2017:). Tindakan motivasi akan lebih dapat berhasil jika tujuannya jelas dan

disadari oleh yang dimotivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang yang dimotivasi. Oleh

karena itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi harus mengenal dan memahami

benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan, dan kepribadian orang yang akan

dimotivasi.

Masalah lemahnya motivasi siswa dalam belajar pada saat proses pembelajaran

pendidikan agama kristen terlihat dari pertama yaitu seperti kurang aktifnya siswa jika

diberikan pertanyaan, dan ketika guru sedang menjelaskan, siswa sibuk berbicara dengan

temannya. Kedua, ketika siswa diberikan diskusi siswa terlihat kurang menanggapi

dengan apa yang telah dijelaskan oleh guru sehingga siswa selalu meminta guru

menjelaskan berulang-ulang kali ketiga, siswa jika diberi persoalan atau permasalahan

yang harus ditanggapi, siswa sangat sulit dalam memberikan pendapatnya untuk

memecahkan masalah tersebut. Karena hal itulah, terdapat siswa yang tidak tuntas dalam

mengerjakan ulangan harian maupun ulangan tengah semester.

Oleh sebab itu, motivasi sangat penting dalam proses pembelajaran. Dengan

adanya motivasi, semangat belajar siswa jadi terdorong dan tergerak untuk menjadi lebih

baik sehingga tujuan yang diinginkan oleh peserta didik dapat tercapai sesuai dengan

tujuan pendidikan. Untuk itu, pada penelitian ini penulis ingin meneliti bagaimana

motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran pada bidang studi pendidikan agama

kristen terutama di SD GMIT 43 Kalunan, khususnya di kelas IV, sebab Pendidikan

Agama Kristen bukan mata pelajaran sejarah seperti bidang studi lainnya. Maka hal yang

sangat substansial yang harus dipelajari adalah bagaimana penanaman moral pada siswa

2
sejak dini. Karena motivasi merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan proses

belajar. Maka motivasi belajar siswa pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Kristen

ini perlu mendapat perhatian khusus.

Motivasi dalam proses belajar siswa harus diperhatikan dengan seksama, sehingga

siswa mempunyai motivasi dan minat untuk mengikuti proses pembelajaran pendidikan

agama kristen. Dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Kristen diamati bahwa

masih banyak kendala yang dihadapi siswa dan guru, diantaranya guru mata pelajaran

pendidikan agama kristen masih mengalami kesulitan dalam mengaktifkan siswa untuk

terlibat langsung dalam proses penggalian dan penelaahan bahan pelajaran. Selain itu pula

ada sebagian siswa memandang mata Pelajaran Pendidikan Agama kristen sebagai mata

pelajaran yang bersifat konseptual dan teoritis. Akibatnya ketika siswa mengikuti

pembelajaran Pendidikan Agama Kristen mereka merasa biasa-biasa saja dan tidak

menganggap penting mata pelajaran tersebut. Sehingga siswa sering berbicara sendiri

dengan teman-temannya dan mengantuk bahkan tertidur saat proses pembelajaran

Pendidikan Agama Kristen berlangsung. Penelitian ini dilakukan di SD GMIT 43 Kalunan

dikarenakan ketika para observasi terdapat masalah yang sering dialami siswa yaitu salah

satunya memiliki motivasi belajar yang rendah.

Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penulis tertarik

untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul Analisis Motivasi Belajar Siswa pada

Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen di SD GMIT 43 Kalunan Tahun Pelajara

2021/2022

3
1.2. FOKUS MASALAH

Adapun fokus masalah yang diterapkan oleh Peneliti yaitu menganalisis motivasi

belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen di SD GMIT 43 Kalunan

Kabupaten Alor.

1.3 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang diuraikan diatas, maka

peneliti merumuskan masalah yaitu bagaimana motivasi belajar siswa dalam pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Kristen di SD GMIT 43 Kalunan Kabupaten Alor?

1.4 TUJUAN PENELITAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis motivasi belajar siswa pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Kristen di SD GMIT 43 Kalunan Kabupaten Alor.

1.5 MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang bermanfaat bagi pihak lain,

antara lain:

1. Berbagi metode yang efektif dan efisien.

2. . Dalam kasus sekolah, dikumpulkan informasi tentang motivasi belajar siswa dalam

mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen.

3. Bagi peneliti yang menambah pengalaman dan pengetahuan tentang perkembangan

motivasi belajar siswa dan proses belajar mengajar.

4. Bagi Almamater, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan

relefansi bacaan bagi semua pihak yang membutuhkan.

4
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. MOTIVASI

2.1.1 Pengertian Motivasi

Motif berasal dari bahasa latin movere yang artinya bergerak. Dalam motivasi

terdapat keinginan yang sangat mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan

mengarahkan dalam kaitannya dengan sikap dan perilaku individu terhadap belajar

(Dimyati dan Mujionon (2006:80). Dalam kamus besar bahasa indonesia, istilah

motivasi adalah sebab yang mendorong tindakan seseorang atas dasar pemikiran atau

pendapat tentang sesuatu yang menjadi topik. Motivasi adalah daya penggerak atau daya

tarik yang menyebabkan perilaku seseorang menuju tujuan tertentu. Motivasi terkait

denganapa yang di inginkan manusia (tujuan), mengapa ia menginginkan hal tersebut

(motif), dan bagaimana ia mencapai tujuan tersebut (Mulyasa 2009: 195).

Menurut ( Sardiman 1986), pengertian motovasi belajar adalah keseluruhan daya

penggerak dalam sdiri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah

pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat

tercapai. Motivasi belajar adalah kemampuan internal yang terbentuk secara alami yang

dapat ditingkatkan atau dipelihara melaluikegiatan yang memberikan dukungan,

memberikan kesempatan untuk memilih kegiatan, memberikan tanggungjawab untuk

mengontrol proses belajar, dan memberikan tugas-tugas belajar yang bermanfaat dan

sesuai dengan kebutuhan pribadi ( McCombs 1991). Motivasi belajara adalah keseluruan

daya penggerak di dalam dirianak yang mampu menimbulkan kesemangatan atau

kegairaan belajar ( Afuridin 2008).

5
Dengan demikian dapat disimpulkan motivasi ini merupakan dorongan atau usaha

yang menggerakkan, mengarahkan dan menopang perilaku seseorang untuk melakukan

sesuatu dengan tujuan dan orang tertentu. motivasi berkaitan dengan tujuan, motif dan

bagaimana mencapai tujuan tersebut.

2.1.2 Teori-Teori Motivasi

Ada beberapa teori yang berbicara tentang motivasi (Purwanto 2008) yaitu

sebagai berikut:

1. Teori Hedonisme

Hedonisme adalah aliran filsafat yang tujuan utamanya dalam hidup adalah mencari

kesenangan duniawi (hedine).

2. Teori Insting

Pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan, yang nafsu utamanya disebut juga

naluri:

a. Kesenangan (naluri) untuk membela diri

b. Mendorong berkembangnya nafsu (naluri)

c. Jenis perkembangan/pendukung nafsu (naluri)

3. Teori reaksi yang dipelajari

Teori ini berasumsi bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak didasarkan pada

naluri, tetapi pada perilaku yang dipelajari dari budaya lokal. Oleh karena itu, ia

juga dikenal sebagai teori lingkungan budaya.

4. Teori Kekuatan Penggerak

Teori Penggerak adalah kombinasi antara naluri dan teori reaksi yang dipelajari.

Dorongan adalah naluri, tetapi hanya dorongan umum kekuatan laut.

6
5. Teori Kebutuhan

Teori ini menetapkan bahwa tindakan manusia pada dasarnya diarahkan pada

kepuasan kebutuhan fisik dan psikologisnya.

2.1.3 Jenis-jenis Motivasi

Secara umum para ahli hasil belajar mengklasifikasikan motivasi menjadi dua

jenis, motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. (Syah, 1999) mengatakan bahwa

motivasi secara umum digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu: (a) motivasi instrinsik dan

(b) motivasi ekstrinsik.

a. Motivasi Instrinsik

Hamalik (2004) berpendapat bahwa motivasi instrinsik adalah motivasi yang

tercakup dalam situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa

sendiri. Sedangkan menurut Sardiman (2006) motivasi instrinsik adalah motif-motif

yang menjadi aktif dan berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri

setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dengan kata lain, orang

didorong untuk berperilaku menuju tujuan tertentu tanpa dorongan eksternal. Menurut

pendapat sebelumnya dapat dikatakan bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi dalam

situasi belajar yang timbul dari kebutuhan dan tujuan siswa itu sendiri, yaitu motivasi

intrinsik tidak memerlukan rangsangan dari luar, tetapi berasal dari siswa itu sendiri.

siswa yang bekerja secara intrinsik dapat diakui atas kerja kerasnya dalam

menyelesaikan tugas belajar, karena mereka harus dan ingin mencapai tujuan belajar

yang sebenarnya. Motivasi instrinsik dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukan

adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan itu sendiri

7
Pada dasarnya, peserta didik belajar didorong oleh keinginan sendiri maka peserta

didik secara mandiri dapat menentukan tujuan yang dapat dicapainya dan aktivitas-

aktivitasnya yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan belajar. Seseorang

mempunyai motivasi instrinsik karena didorong rasa ingin tahu, mencapai tujuan

menambah pengetahuan. Dengan kata lain, motivasi instrinsik bersumber pada

kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan

berpengetahuan. Motivasi instrinsik muncul dari kesadaran diri sendiri, bukan karena

ingin mendapat pujian atau ganjaran.

1. Minat

Menurut Syah (2008:136), minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang

tinggi/keinginan yang besar terhadap sesuatu. Sedangkan menurut Slameto (2010:57),

minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa

kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai

dengan rasa senang.

Djamarah (2011:191), menyatakan minat belajar adalah rasa suka atau

ketertarikan peserta didik terhadap pelajaran sehingga mendorong peserta untuk

menguasai pengetahuan dan pengalaman, hal tersebut dapat ditunjukkan melalui

partisipasi dan keaktifan dalam mencari pengetahuan dan pengalaman tersebut. Minat

belajar dimiliki siswa dapat dilihat dari berbagai macam hal. Pernyataan minat tersebut

menunjukkan bahwa minat belajar siswa diwujudkan antara lain dalam poin-poin

berikut

a. Cinta dan minat terhadap apa yang telah dipelajari.

b. suka ketika siswa belajar.

8
c. Lebih memperhatikan apa yang telah Anda pelajari.

d. Partisipasi dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran

Minat belajar yang tinggi menyebabkan prestasi belajar yang tinggi pula, begitu

pula sebaliknya. Menurut Slameto (2010:57), minat besar pengaruhnya terhadap

belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa,

siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya,

angat penting bagi siswa untuk mempunyai minat belajar tinggi agar bisa mencapai

tujuan belajarnya yakni mencapai prestasi belajar yang tinggi.

2. Keinginan untuk belajar

Keinginan untuk belajar merupakan potensi yang ada pada diri siswa. Potensi ini

harus dipupuk dengan menyediakan lingkungan belajar yang kreatif sebagai landasan.

dalam suatu tugas dan pekerjaan atau alasan untuk mencapai kesempurnaan. Motif jenis

ini merupakan unsur kepribadian dan perilaku manusia yang berasal dari dalam diri

orang yang bersangkutan. Motif berprestasi adalah motif belajar untuk meningkatkan

dan mengembangkan dalam proses belajar. Seseorang dengan motif berprestasi yang

tinggi cenderung menyelesaikan pekerjaannya dengan tuntas tanpa menunda

pekerjaannya. Menyelesaikan jenis tugas ini bukan karena rangsangan eksternal, tetapi

karena usaha pribadi.

3. Masuknya ego/ideal

Dalam arti emansipasi kemerdekaan, keinginan yang terpuaskan dapat

meningkatkan disposisi dan semangat belajar, dalam arti belajar, diikuti dengan reward

atau punishment akan membangkitkan keinginan menjadi kemauan dan kemudian

keinginan untuk menjadi mimpi. Motivasi belajar membangkitkan keinginan pada diri

9
anak sejak bayi, misalnya keinginan untuk belajar membaca, dari keinginan tersebut

anak akan aktif belajar dan kemudian bermuara pada cita-cita dalam hidup.

4. Tujuan yang Diakui

Perumusan tujuan yang diakui dan diterima oleh siswa merupakan alat motivasi

yang sangat penting, karena memahami tujuan yang ingin dicapai oleh anak-anak

dianggap sangat berguna dan bermanfaat dan hal ini membangkitkan semangat belajar

2.1.3.2. Motivasi Ektrinsik

Motivasi ekstrinsik berbeda dengan motivasi intrinsik dalam hal motivasi

kemauan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh stimulus atau stimulus dari luar.

Stimulasi eksternal dapat berupa pujian, kritik, penghargaan, hukuman, dan teguran

oleh guru. Menurut (Sardiman, 2006), motivasi ekstrinsik adalah suatu motif yang aktif

dan fungsional karena adanya rangsangan atau rangsangan dari luar. Bagian terpenting

dari motivasi ini adalah belajar untuk mengetahui sesuatu tetapi ingin menjadi baik

sehingga Anda dihargai.

Dimyanti (2006) mengemukakan bahwa motivasi ekstrinsik dapat berubah

menjadi motivasi instrinsik jika siswa menyadari pentingnya belajar. Motivasi

ekstrinsik juga sangat diperlukan oleh peserta didik dalam pembelajaran karena adanya

kemungkianan perubahan keadaan peserta didik dan juga faktor lain seperti kurang

menariknya proses belajar mengajar bagi peserta didik. Motivasi ekstrinsik dan

instrinsik harus saling menambah dan memperkuat sehingga individu dapat mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.

10
2.1.4 Prinsip-Prinsip Motivasi

Beberapa prinsip yang ada di dalam motivasi (Hanafiah 2009: 27) adalah sebagai

berikut:

a. Siswa memiliki prinsip yang berbeda tergantung pada pengaruh lingkungan internal

dan eksternal.

b. Komunikasi yang memadai dari pembelajaran sebelumnya dan pengalaman dengan

pembelajaran baru meningkatkan motivasi belajar siswa.

c. . Motivasi belajar berkembang bila disertai dengan pujian melalui hukuman

d. Motivasi belajar intrinsik siswa lebih baik daripada motivasi ekstrinsik, meskipun

lembaran-lembarannya saling menguatkan.

e. Motivasi belajar dapat diperluas ke motivasi lainnya.

f. Motivasi belajar siswa berkembang bila disertai dengan tujuan yang jelas.

2.1.5 Fungsi Motivasi dalam Belajar

Motivasi memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran dan

dengan adanya motivasi ini kemungkinan besar hasil belajar siswa akan tercapai, siswa

dengan motivasi belajar yang kuat dan jelas pasti akan bekerja keras dan berhasil dalam

studinya. Hal ini karena ada tiga fungsi motivasi sebagai berikut (Sabri 1995:86),

yaitu:.

a. Dorongan orang untuk berbuat dalam mencapai suatu tujuan.

b. Penentua arah pembuat yakni kearah yang hendak dicapai.

c. Penyeleksi perbuatan sehingga perbuatan orang yang mempunyai motivasi

senantiasa seleksi dan tetap terarah pada tujuan yang ingin dicapainya.

11
2.6 Faktor yang mempengaruhi motivasi belajar belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1994:89-92) ada beberapa faktor yang mempengaruhi

motivasi belajar yaitu:

a. Cita-cita atau aspirasi siswa

Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu sangat lama, bahkan sepanjang hayat. Cita-

cita siswa untuk menjadi seseorang akan memperkuat semangat belajar dan

mengarahkan pelaku belajar. Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar intrinsik

maupun ektrinsik sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri.

b. Kemampuan Belajar

Dalam belajar dibutuhkan berbagai kemampuan, kemampuan ini meliputi beberapa

aspek psikis yang terdapat dalam diri siswa misalnya pengamatan, perhatian, ingatan,

daya pikir dan fantasi di dalam kemampuan belajar ini, sehingga perkembangan

berfikir siswa menjadi ukuran. Siswa yang taraf perkembangan berfikirnya konkrit

(nyata) tidak sama dengan siswa yang berfikir secara operasional (berdasarkan

pengamatan yang dikaitkan dengan kemampuan daya nalarnya). Jadi siswa

mempunyai motivasi belajar yang tinggi biasanya akan memperoleh kesuksesan yang

lebih.

c. Kondisi jasmanani dan Rohani Siswa

Siswa adalah makhluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik jadi kondisi siswa

mempengaruhi motivasi belajarnya.

d. Kondisi Lingkungan kelas

Kondisi lingkungan merupakan unsur unsur yang datangnya dari luar diri siswa.

Lingkungan siswa juga sebagaimana lingkungan individu siswa pada umumnya ada

12
tiga yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Jadi lingkungan yang

menghambat atau mendukung berasal dari ketiga lingkungan tersebut. Hal ini dapat

dilakukan misalnya guru dengan mengelola kelas, menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan, menampilkan diri yang menarik agar siswa termotivasi dalam belajar.

e. Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar

Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya dalam

proses belajar mengajar tidak stabil kadang lemah, bahkan kadang tidak sama sekali.

f. Upaya Guru dalam membelajarkan siswa

Upaya yang dimaksud disini adalah bagaimana guru membelajarkan siswanya dalam

memahami materi yang diberikan.

13
2.2. BELAJAR

2.2.1 Pengertian Belajar

Secara umum, belajar adalah fase yang relatif permanen dari perubahan perilaku

individu sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang

melibatkan proses kognitif. (Muhibin 2003:68) Belajar juga merupakan perubahan

perilaku dan pribadi. Belajar adalah kegiatan mental/psikologis yang berlangsung dalam

interaksi dengan lingkungan dan mengarah pada perubahan pengetahuan, keterampilan

dan sikap.

Belajar mengacu pada perubahan perilaku seseorang terhadap situasi tertentu

yang disebabkan oleh pengalaman berulang dalam situasi di mana perubahan perilaku

tidak dapat dijelaskan atau oleh kecenderungan reaksi bawaan, adaptasi atau keadaan

yang salah arah seperti kelelahan, pengaruh obat-obatan dan lain sebagainya (Purwanto:

84). Berdasarkan beberapa definisi yang telah diuraikan di atas, secara umum dapat

dipahami bahwa belajar adalah suatu fase perubahan pada semua perilaku individu yang

berlangsung secara laten sebagai akibat dari pengalaman dan interaksi dengan

lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

2.2.2 Teori belajar

Ada beberapa teori tentang yang mendefenisikan belajar. Teori-teori tersebut adalah:

a. Arus perilaku

Dari sudut pandang para ahli, perilaku adalah perubahan perilaku sebagai akibat

interaksi antara rangsangan dan reaksi (Gredler, 2019: 42). Menurut behaviorisme,

reaksi kompleks seperti itu memicu perilaku.

b. Aliran Kongnitif

14
Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan

proses berfikir yang sangat kompak. Menurut teori ini ilmu pengetahuan dibangun

dalam lingkungan dengan lingkungan.

c. Aliran Humonisme

Proses belajar itu sendiri pasti berujung pada amnesia. Teori ini lebih tertarik pada

gagasan belajar dengan cara belajar yang paling ideal, wajar jika teori ini sangat

serbaguna, teori apa pun dapat digunakan untuk tujuan memanusiakan (Riyanto,

2012 : 6-17).

2.2.3 Tujuan Belajar

Ada bebrapa tujuan dari belajar. Adapun tujuan dari belajar (Dalyono, 2007 : 48)

yaitu:

a. Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri antara tingkah laku.

b. Belajar bertujuan mengubah diri yang buruk menjadi yang baik.

c. Belajar bertujuan dapat mengubah keterampilan.

d. Belajar bertujuan menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu.

2.2.4 Prinsip-Prinsip Belajar

Ada beberapa prinsip belajar (Aqaib, 2010) yaitu:

a. Belajar harus dikuasai dan diarahkan. Tujuan akan membimbingnya dalam belajar

untuk mencapai harapannya.

b. Belajar membutuhkan bimbingan dari orang tua, dari pendidikan, atau dari buku

pelajaran itu sendiri.

c. Belajar membutuhkan pemahaman tentang apa yang telah dipelajari sehingga

pemahaman dapat diturunkan dari apa yang telah dipelajari.

15
d. Belajar membutuhkan latihan dan pengulangan untuk menguasai apa yang dipelajari.

e. Belajar adalah proses aktif di mana saling mempengaruhi antara siswa dan

lingkungannya diaktifkan.

f. Belajar harus disertai dengan keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai

tujuan

g. Pembelajaran dikatakan berhasil jika dapat diterapkan dalam praktik sehari-hari.

2.3. PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN ( PAK)

2.3.1 Pengertian PAK

Pendidikan adalah proses mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

untuk mendewasakan orang atau kelompok itu melalui pengajaran dan pelatihan.

Pendidikan agama Kristen adalah proses belajar mengajar berdasarkan Alkitab

berdasarkan Kristus dan orang-orang kudus yang disejajarkan dengan Roh yang

membimbing setiap individu di semua tingkat pertumbuhan melalui pengajaran dan

pembelajaran. Alami kehendak Tuhan untuk mendorong gereja bertumbuh dalam iman

( Lirik, 2006).

Pendidikan Agama Kristen berpankal pada persekutuan umat Tuhan. Dalam

perjanjian lam pada hakikatnya dasar-dasar terhadap pada sejarah suci purbakala,

bahwa Pendidika Agama Kristen itu mulai sejak terpangginya Abraham menjadi

nenek moyang umat pilihan Tuhan, bahkan bertumpu pada Allah sendiri karena Allah

menjadi peserta didik bagi umat-umatNya ( Homrighausen, 1985).

Pendidikan Agama Kristen adalah proses pengajaran dan pembelajaran yang

berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus, dan bergantung kepada Roh Kudur, yang

16
membimbing setiap pribadi pada semua tingkat pertumbuhan melalui pengajaran masa

kini ke arah mengenalan rencana dan kehendak Allah melalui Kristus dalam setiap

aspek kehidupan, dan melengkapi mereka bagi pelayanan yang efektif, yang berpusat

pada Kristus Sang Guru Agama dan perintah yang mendewasakan pada murid ( Paulus

Lirik, 2006). Pengertian pendidikan agama Kristen adalah kegoatan politis bersama

pada peziarah dalam waktu yang secara sengaja bersama mereka memberi perhatian

pada kegiatan Allah dimasa kini kita, pada cerita iman Kristen, dan visi kerajaan

Allah, benih-benih yang telah hadir diantara kita ( Grome, 2010).

2.2.2 Tujuan PAK

Tujuan Pendidikan Agama Kristen adalah untuk mengajak, mendukung,

mendorong, menemani atau membimbing seseorang untuk menemukan kasih Allah

yang sejati di dalam Yesus Kristus sehingga mereka dapat masuk ke dalam persekutuan

yang hidup dengan Allah di bawah bimbingan Roh Kudus. Hal ini diungkapkan dalam

kasihnya kepada Tuhan, yang dihayati dalam kehidupan sehari-harinya dalam

perkataan dan perbuatan sebagai anggota tubuh Kristus ( Nuhamara, 2009).

Pendidikan Agama Kristen dilaksanakan di sekolah memiliki tujuan yang jelas,

tujuan Pendidikan Agama Kristen bukanlah pergumulan kini tetapi berlangsung dalam

sejarah keKristenan, di mana ada komunikasi Kristen disana berlangsung proses.

Tujuan Pendidikan Agama Kristen telah berkembang dari waktu ke waktu, terutama

dalam perumusan tujuan Pendidikan Agama Kristen.

Rumus-rumus ini tidak dapat dijelaskan sepenuhnya dalam pengertian umum,

mata pelajaran pendidikan digunakan sebagai ilmu itu sendiri. Namun, dari karya dan

perhatian Marthen Luther dalam pendidikan, Pendidikan Agama Kristen dapat

17
dirumuskan agar siswa dan orang dewasa sadar akan keadaan mereka yang sebenarnya,

yaitu orang berdosa. Dengan kata lain, tujuan Pendidikan Agama Kristen Marthen

Luther adalah untuk secara teratur dan teratur melibatkan semua anggota gereja,

terutama mereka yang mudah belajar, sehingga mereka dapat menyadari dosa-dosa

mereka dan menikmati firman Yesus Kristus. yang memberi mereka sumber iman,

terutama pengalaman doa, firman Allah. Tuhan, Alkitab dan berbagai budaya sehingga

mereka dapat membantu orang lain, termasuk masyarakat dan negara, dan secara

bertanggung jawab menghadiri pertemuan Kristen mereka, terutama Gereja (Marthen

Luther, 2002).

Pendidikan Kristen adalah proses penanaman roh orang percaya dengan Firman

Tuhan di bawah bimbingan Roh Kudus melalui pengalaman belajar yang dipimpin

gereja sehingga pertumbuhan rohani berkembang lebih dalam melalui pengabdian

kepada Yesus Kristus. Dalam bentuk tindakan saling mencintai. Tujuan pendidkan

Kekristenan mendidik semua anggota gereja dalam studi cerdas Alkitab yang diarahkan

oleh Roh Kudus, mengajarkan partisipasi dalam kebaktian keagamaan, dan

diperlengkapi untuk memilih cara untuk mengekspresikan pengabdian kepada Tuhan

Yesus Kristus dalam kehidupan sehari-hari dan untuk hidup bertanggung jawab.

Jawaban dan jawaban yang dipersembahkan Tuhan untuk memuliakan nama-Nya

sebagai lambang rasa syukur bagi orang-orang pilihan di dalam Yesus Kristus.

Tujuan utama Pendidikan Kristen ialah bahwa peserta didik untuk mengalami

perjumpaan dengan Kristus, mengasihi Allah dengan susngguh-sungguh, hidup dalam

ketaatan serta mampu mempraktekkan imannya dalam kehidupan sehari hari. Selain

tujuan diatas, ada pula tujuan Pendidikan Kristen di sekolah. Dalam konteks ini,

18
terdapat perbedaan pandangan tentang tujuan Pendidikan Kristen menurut kurikulum

negara, karena dalam kurikulum negara tujuan Pendidikan Kristen dirumuskan dari

sekolah dasar hingga universitas. Itu dirinci dalam kurikulum pemerintah. Standar

Kompetensidan Kompetendi Dasar dan indikator. Oleh karena itu, pembahasan tentang

makna Pendidikan Kristen dalam bahasa ini nantinya akan mengungkapkan pandangan

tentang Pendidikan Kristen terhadap isu-isu tersebut. Pendidikan Kristen di sekolah

sesuai kurikulum Pemerintah RI, akan dibahas tujuan Pendidikan Kristen di sekolah

berdasarkan rumusan tujuan atau standar kompetensi yang dikeluarka pemerinta. Dan

sejauh mana isi kurikulum itu mempengaruhi siswa Kristen terhadap berbagai

gerakan, khususnya Gerakan Zaman Baru.

Pendidikan Kristen di sekolah-sekolah, sekadar implementasi dari kurikulum

yang ditentukan, melangkah lebih jauh. Melalui pendidikan Kristen, siswa diharapkan

bertumbuh dalam pemahamannya tentang Tuhan dan mampu hidup sebagai murid

Kristus. Oleh karena itu, sekolah Kristen merupakan instrumen strategis bagi

pendidikan agama dalam arti yang sebenarnya, terutama mengingat heterogenitas

masyarakat Indonesia.

Pendidikan Kristen harus ditanggapi dengan serius, siswa yang telah mengikuti

ajaran sekolah dasar Kristen menjadikan pendidikan tinggi sebagai kebutuhan

terpenting dalam hidupnya. Faktor yang sangat penting dalam keberhasilan Pendidikan

Kristen di sekolah adalah guru Pendidikan Kristen. Oleh karena itu, dalam memenuhi

panggilannya, seorang guru Pendidikan Kristen harus terus mempersiapkan dirinya

untuk menjadi alat yang berguna di pusat Tuhan. Guru bertanggung jawab kepada

Tuhan, sekolah, gereja, dan masyarakat. Pendidikan Kristen harus mampu menjadikan

19
peserta didik menjadi pribadi yang terbuka dan mampu hidup dalam masyarakat yang

majemuk, baik itu agama, suku, ras maupun golongan.

2.2.3 Manfaat PAK

Menurut ( Jhon M 2009) PAK memiliki beberapa manfaat sebagai berikut:

a. Anak-anak yang menerima Pendidikan Agama Kristen di sekolah akan merasa

bahwa pendidikan umum dan agama di sekolah adalah dua hal yang tidak

berhubungan, tetapi mereka perlu belajar bersama.

b. Ketika Gereja tidak dapat membiayai pekerjaan Sekolah Minggu dan Sekolah

Kristen dalam skala besar. Pendidikan Agama Kristen akan memiliki banyak

jemaat gereja di berbagai sekolah umum yang keuangannya lemah.

c. Dengan tujuan pengajaran agama dalam RPP, agama secara otomatis ditempatkan

sebagai sesuatu yang mutlak dari konstruksi budaya umat.

20
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskripsi, yaitu data yang

dikumpulkan berbentuk kata-kata, bukan angka-angka. Penelitian kualitatif adalah proses

penelitian yang menghasilkan deskripsi verbal atau verbal tentang data orang dan

perilaku yang diamati (Moleong, 2000).

Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat kegiatan siswa sistematis,

faktual, dan akurat tentang waktu dan sifat populasi atau daerah tertentu. Penelitian ini

digunakan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran Agama Kristen bagi

pesrta didik yang ada di SD GMIT 43 Kalunan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan informasi yang lebih

jelas, lengkap, serta memungkinkan dan muda lagi peneliti untuk melakukan penelitian

observasi. Oleh karna itu, aka penulis menetapkan lokasi penelitian adalah tempat dimana

penelitian akan dilakukakan. Dalam hal ini, lokasi penelitian terletak di SD GMIT

43Kalunan yang terletak di Desa Kamaifui, kecamatan Mataru, Kabupaten Alor.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 17 Juli hingga 17 Agustus 2021.

21
3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang dimaksud adalah pihak-pihak yang menjadi sasaran

dalam pengumpulan data. Data yang dikumpulkan dari kegiatan guru saat mengajar

dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD GMIT 43 Kalunan terdiri dari 2

orang guru dan 4 orang siswa yang berjumlah 6 orang.

3.4 Teknik pengumpulan data

Yang dimaksud dengan teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat

digunakan peneliti untuk mengumpulkan data ketika metode merangkum, tidak dapat

dilakukan pada objek yang terlihat, tetapi dapat dibuktikan penggunaannya (Arikonto,

2002). Dalam pengumpulan data ini, peneliti mendekati subjek penelitian secara

langsung untuk mendapatkan data yang valid, dengan menggunakan metode sebagai

berikut:

3.4.1 Observasi

Observasi atau observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan

secara sistematis terhadap gejala-gejala yang terjadi pada objek yang diteliti.

pengawasan langsung ini dilakukan penelitian untuk mengoptimalkan data mengenai

pelaksanaan pemebelajaran Agama Kristen interaksi guru dan siswa dalam kegiatan

belajar mengajar keadaan SD GMIT 43 Kalunan, keadaan sarana dan prasarana yang

dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, serta keadaan siswa, guru dan karyawan

di SD GMIT 43 Kalunan.

22
3.4.2 Wawancara (Interview)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua

pihak, yaitu pewawancara (Interviewer) dengan yang mengajukan pertanyaan dan

yang diwawacara (Interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Dalam hal

ini, peneliti menggunakan wawancara terstruktur di mana pewawancara mengajukan

masalah dan pertanyaannya sendiri untuk menemukan jawaban atas hipotesis yang

terstruktur secara ketat ( Moleong, 2000).

Dalam melakukan wawancara, pewawancara harus mampu membangun

hubungan yang baik sehingga informan yang berkolaborasi merasa bebas dan

memberikan informasi yang benar. Teknik wawancara yang digunakan adalah

terstruktur (tertulis), yaitu terlebih dahulu menyiapkan beberapa pertanyaan untuk

informan. Itu yang dimaksudyang terlalu meleba. Selain itu juga digunakan sebagai

patokan umum dan dapat dikembangkan peneliti melalui pertanyaan yang muncul

ketika kegiatan wawancara berlangsung (Arikunto, 2002).

Wawancara peneliti gunakan untuk menggali data terkait pelakasanaan

pemebelajaran agama Kristen bagi peserta didik SD GMIT 43 Kalunan. Adapun

informasinya antara lain:

3.4.3 Dokumentasi

Dokumentasi, dari asal kata document, yang berarti barang-barang tertulis.

Dengan menerapkan metode dokumentasi, peneliti meneliti benda-benda tertulis

seperti buku, majalah, dokumen, tata cara, notulen rapat, catatan harian, dan lain-lain.

dalam metode dokumentasi, peneliti menggunakan data berupa dokumen-dokumen

pembelajaran Kristen, antara lain: kurikulum, RPP, dokumen penilaian, buku referensi

23
pendidikan agama Kristen, kalender kegiatan pembelajaran, daftar nama tunanetra,

fasilitas dan sarana dokumentasi.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki

lapangan, selama dilapangan dan setelah selesai di lapangan. Analisis telah dimulai

sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan

berlangsung terus sampai penulisan hasil peneliian. Namun dalam penelitian kualitatif,

analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersama dengan

pengumpulan data. Dalam kenyataanya, analisis data kualitatif berlangsung selama

proses pengumpulan data dari pada setelah selesai pengumpulan data ( Sugiono,

2008).

Analisis data Ada tiga versi alur kegiatan, yaitu reduksi data, penyajian data,

dan penarikan kesimpulan atau pengungkit (Usman, 2009).

1. Reduksi data didefinisikan sebagai proses seleksi, dengan penekanan pada

penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data perkiraan yang muncul dari

catatan lapangan. Pengurangan terus dilakukan sejak data dikumpulkan, mulai dari

meringkas, mengkode, melacak topik, menulis memo.

2. Representasi data adalah deskripsi dari kumpulan informasi yang

terstruktur.memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif,

dengan tujuan dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam

bentuk yang padu dan mudah dipahami.

24
3. Penarikan kesimpulan atau pengungkit merupakan kegiatan akhir penelitian

kualitatif. Peneliti harus sampai pada ksimpulan dan melakukan verifikasi, baik dari

segi makna maupun kebenaran kesimpulan yang disepakati oleh te[at penelitian itu

dilaksanakan. Makna yang dirumuskan peneliti dari data harus uji kebenaran,

kecocokan, dan kekokohannya. Peneliti harus menyadari bahwa dalam mencari

makna, ia harus menggunakan pendekatan emi, yaitu dari kaca mata, dan bukan

penafsiran makna menurut pendangan peneliti.

3.6. INTRUMEN PENELITIAN

Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mencari data. Dalam

penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen penelitian atau alat penelitian adalah

penelitiitu sendiri. Instrumen utama penelitian ini adalah peneliti sendiri. Penelitian

kualitatif sebagai human instrumen, berfungsi menetapkan fokus penelitian memilih

informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data,

analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono,

2018:).

25
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4. 1. Gambaran Umum Tentang Lokasi Penelitian

Sejarah dan Perkembangan SD GMIT 43 Kalunan merupakan sala satu

lembaga pendidikan di Desa Kamaifui Kecamatan Mataru Kabupaten Alor Nusa

tenggara timor lembaga tersebut terletak di Jl. Maliele RT: 03 RW: 01 Desa

Kamaifui Kecamatan Mataru Kabupaten Alor.

Tabel 2. Daftar Siswa SD GMIT 43 Kalunan

No Kelas Putra Putri Jumlah

1 I 17 17 34

2 II 14 4 28

3 III 15 7 22

4 IV 14 9 23

5 V 14 11 25

6 VI 16 14 30

Jumlah 52 111 162

Sumber. SD GMIT Kaluna,2021

4.2. HASIL PENELITIAN

26
4.2.1. Motivasi instrinsik yang dimiliki oleh siswa SD GMIT 43 kalunan

Menurut K salah satu siswa dalam wawancara: Iya, saya senang karena saya

dari awal berkeinginan sekolah di sini. Jadi, memang minat saya sudah keinginan

untuk masuk sekolah ini setelah.

Menurut SR salah satu guru dalam wawancara : Kalau menurut saya cukup

baik meskipun ada beberapa siswa yang motivasi belajarnya kurang, tapi kami

sebagai guru berusaha agar anak didik kami memiliki motivasi belajar yang tinggi.

Minat siswa memang mempengaruhi, minat dia masuk sekolah sini. Kalau awalnya

memang sudah ada niatan ke SD GMIT Kalunan, dia sungguh-sungguh ikut

pelajaran atau kegiatan lainnya.

Menurut R salah satu guru dalam wawancara juga mengatakan demikian:

Minat siswa terhadap sekolah juga ikut pengaruh. Minat siswa untuk masuk di SD

GMIT 43 Kalunan berasal dari diri sendiri, yaitu keinginan untuk masuk ke SD

GMIT 43 Kalunan sehingga senang mengikuti kegiatan akademik dan non

akademik yang ada disekolah.

Minat siswa untuk masuk SD GMIT 43 Kalunan berasal dari diri sendiri,

yaitu keinginan untuk masuk ke SD GMIT 43 Kalunan sehingga senang mengikuti

kegiatan akademik dan non akademik yang ada di sekolah. Siswa yang mempunyai

minat tinggi mengikuti pelajaran dengan serius, aktif, dan rajin mengerjakan tugas

tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini dapat dilihat salah satunya berdasarkan nilai

ulangan harian yang diperoleh siswa. siswa yang memiliki minat tinggi dalam

belajar di SD GMIT Kalunan cenderung memperoleh nilai ulangan harian yang

27
dapat dikatakan baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki minat kurang

dalam belajar.

4.2.2. Motivasi ekstrinsik yang dimiliki oleh siswa SD GMIT 43 Kalunan

Menurut SR salah satu guru dalam wawancara: Kalau saya sebagai guru

mengatasinya dengan cara memberikan masukan, arahan kepada mereka agar lebih

giat belajar agar prestasinya lebih baik lagi. Selain itu juga adanya pemberian nilai

tugas dan ulangan juga salah satu upaya untuk siswa kita, jadi untuk memacu siswa

giat belajar. Kemudian adanya remidi juga kita jadikan pemacu juga. Motivasi

ekstrinsik yangdimiliki siswa SD GMIT 43 Kalunan adanya nilai yang diberikan

oleh guru untuk tugas, ulangan harian, dan ulangan semester. Adanya remidi atau

perbaikan nilai juga sebagai motivasi ekstrinsik siswa, bagi beberapa siswa yang

tidak menginginkan mengikuti remidi menjadi lebih semangat untuk belajar

sungguhsungguh. Tetapi ada juga siswa yang tidak mempedulikan hasil belajarnya

di sekolah sehingga sering mengikuti remidi atau perbaikan nilai.

Motivasi ekstrinsik yang dimiliki siswa SD GMIT Kalunan adanya nilai yang

diberikan oleh guru untuk tugas, ulangan harian, dan ulangan semester. Adanya

remidi atau perbaikan nilai juga sebagai motivasi ekstrinsik siswa, bagi beberapa

siswa yang tidak menginginkan mengikuti remidi menjadi lebih semangat untuk

belajar sungguhsungguh. Tetapi ada juga siswa yang tidak mempedulikan hasil

belajarnya di sekolah sehingga sering mengikuti remidi atau perbaikan nilai.

28
4.2.3 Faktor-faktor yangmempengaruhi motivasi belajarsiswa di SD GMIT 43

Kalunan

Menurut T salah satu siswa dalam wawancara: Pernah, soalnya gurunya galak

dalam mengajar, jadi membuat malas ikut mata pelajarannya. Selain itu T juga

mengungkapkan dalam wawancara: Kalau dukungan, disuruh belajar agar dapat

nilai yang baik. Tapi mereka tidak memberi semua fasilitas yang dibutuhkan.

Menurut V salah satu siswa dalam wawancara: Soalnya kami tidak suka pada

guru yang mengajar mata pelajaran tersebut gurunya galak dan jadi kami kurang

suka jadinya memilih untuk bolos.

V juga dalam wawancara mengungkapkan: Soalnya teman-teman kelas yang

lain juga seperti itu, dan kalau ulangan pasti kebanyakan remidi jadi saya merasa

biasa mengikuti remidi. Motivasi belajar siswa SD GMIT 43 Kalunan dipengaruhi

berbagai faktor sehingga motivasi belajar siswa yang satu dengan lain berbeda.

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa di SD GMIT 43 Kalunan

antara lain minat yang dimiliki oleh siswa terhadap sekolah. Kurangnya dukungan

fasilitas yang diberikan oleh orang tua juga mempengaruhi motivasi belajar siswa,

hal ini khususnya orang tua dari siswa kelas KMS, karena keterbatasan ekonomi

sehingga belum maksimal dalam memenuhi fasilitas belajar anaknya di rumah,

kecemasan dalam suasana pembelajaran di kelas, dan teman-teman sepermainan di

sekolah membawa pengaruh negatif kepada siswa lain agar mengikuti tindakan.

Motivasi belajar siswa SD GMIT 43 Kalunan dipengaruhi berbagai faktor

sehingga motivasi belajar siswa yang satu dengan lain berbeda. Faktor-faktor yang

mempengaruhi motivasi belajar siswa di SD GMIT 43 Kalunan antara lain minat

29
yang dimiliki oleh siswa terhadap sekolah. Kurangnya dukungan fasilitas yang

diberikan oleh orang tua juga mempengaruhi motivasi belajar siswa, hal ini

khususnya orang tua dari siswa kelas KMS, karena keterbatasan ekonomi sehingga

belum maksimal dalam memenuhi fasilitas belajar anaknya di rumah, kecemasan

dalam suasana pembelajaran di kelas, dan teman-teman sepermainan di sekolah

membawa pengaruh negatif kepada siswa lain agar mengikuti tindakan.

4.2.4. Upaya meningkatkan motivasibelajar siswa SD GMIT 43 Kalunan

Menurut R salah satu guru mengungkapkan dalam wawancara: Saya

memberikan masukan-masukan pada siswa yang prestasinya kurang, dan memberi

tahu jika ada kesulitan dan kendala dalam proses pembelajaran hendaknya segera

disampaikan pada guru, sehingga guru dapat membantu. R juga mengungkapkan

dalam wawancara: Paling setiap guru memberi motivasi agar siswa rajin belajar,

diberi siraman rohani agar mendekatkan diri pada sang pencipta.

Menurut SR salah satu guru dalam wawancara: Kalau saya sebagai guru

mengatasinya dengan cara memberikan masukan, arahan kepada mereka agar lebih

giat belajar agar prestasinya lebih baik lagi. Selain itu juga adanya pemberian nilai

tugas dan ulangan juga salah satu upaya untuk siswa kita, jadi untuk memacu siswa

giat belajar, emudian adanya remidi juga kita jadikan pemacu juga.

Menurut K salah satu siswa dalam wawancara: Iya, ada nilai-nilai mata

pelajaran saya menjadi lebih baik lagi. Oh iya, dari pihak guru di sekolah ini juga

sukanya memberikan pujian kepada siswa yang punya nilai bagus, terus objektif

juga kalau ada yang nakal juga diberi hukuman, ya itu jadi termotivasi belajar.

30
Menurut SR salah satu guru dalam wawancara: Kalau saya sebagai guru

mengatasinya dengan cara memberikan masukan, arahan kepada mereka agar lebih

giat belajar agar prestasinya lebih baik lagi. Selain itu juga adanya pemberian nilai

tugas dan ulangan juga salah satu upaya untuk siswa kita, jadi untuk memacu siswa

giat belajar. Kemudian adanya remidi juga kita jadikan pemacu juga kita

memberikan bantuan ke siswa yang nilainya masih kurang kita berikan tambahan

pelajaran secara intensif. Ada berbagai upaya yang dapat dilakukan oleh sekolah

untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SD GMIT 43 Kalunan, objektif pada

tugas harian, ulangan harian, atau ulangan umum semester, memberikan hadiah

kepada siswa yang mendapatkan juara perlombaan antar kelas dan juara kelas, guru

memberikan pujian kepada siswa yang dapat menjawab pertanyaan yang diberikan

pada saat pelajaran atau saat mendapatkan nilai yang memuaskan setelah ulangan

atau tugas, memberikan ulangan harian untuk mengetahui seberapa paham siswa

terhadap mata pelajaran yang diberikan dan sebagai evaluasi guru, memberikan

hukuman berupa memberikan tugas tambahan, memberikan masukan kepada siswa

yang prestasinya masih kurang standar, dan memberikan bantuan kepada

siswasiswa yang perlu diberikan tambahan pelajaran secara intensif.

Ada berbagai upaya yang dapat dilakukan oleh sekolah untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa SD GMIT 43 Kalunan, memberikan angka yang objektif

pada tugas harian, ulangan harian, atau ulangan umum semester, memberikan

hadiah kepada siswa yang mendapatkan juara perlombaan antar kelas dan juara

kelas, guru memberikan pujian kepada siswa yang dapat menjawab pertanyaan yang

diberikan pada saat pelajaran atau saat mendapatkan nilai yang memuaskan setelah

31
ulangan atau tugas, memberikan ulangan harian untuk mengetahui seberapa paham

siswa terhadap mata pelajaran yang diberikan dan sebagai evaluasi guru,

memberikan hukuman berupa memberikan tugas tambahan, memberikan masukan

kepada siswa yang prestasinya masih kurang standar, dan memberikan bantuan

kepada siswa yang perlu diberikan tambahan pelajaran secara intensif.

32
4.3 Pembahasan

4.3.1 Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik Siswa SD GMIT 43 Kalunan

Menurut Sardiman (2014: 73) motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak.

dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi

mencapai suatu tujuan. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila

kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak. Motivasi dapat juga

dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga

seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan

berusaha untuk meniadakan perasaan tidak suka itu.

Sardiman (2014: 89) berpendapat ada dua jenis motivasi yaitu motivasi

intrinsik dan ekstrinsik:

a. Motivasi Intrinsik

Motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang

dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan

sesuatu.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.

Terkait dengan hal di atas, di SD GMIT 43 Kalunan juga terdapat motivasi

intrinsik dan ekstrinsik yang dimiliki oleh para siswa, antara lain minat siswa untuk

masuk SD GMIT 43 Kalunan berasal dari diri sendiri, yaitu keinginan untuk masuk

ke SD GMIT 43 Kalunan sehingga senang mengikuti kegiatan akademik dan non

akademik yang ada di sekolah. Siswa yang mempunyai minat tinggi mengikuti

pelajaran dengan serius, aktif, dan rajin mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh

33
guru. Hal ini dapat dilihat salah satunya berdasarkan nilai ulangan harian yang

diperoleh siswa. siswa yang memiliki minat tinggi dalam belajar di SD GMIT 43

Kalunan cenderung memperoleh nilai ulangan harian yang dapat dikatakan baik

dibandingkan dengan siswa yang memiliki minat kurang dalam belajar.

Motivasi ekstrinsik yang dimiliki siswa SD GMIT 43 Kalunan adanya nilai

yang diberikan oleh guru untuk tugas, ulangan harian, dan ulangan semester. Adanya

remidi atau perbaikan nilai juga sebagai motivasi ekstrinsik siswa, bagi beberapa

siswa yang tidak menginginkan mengikuti remidi menjadi lebih semangat untuk

belajar sungguh-sungguh. Tetapi ada juga siswa yang tidak mempedulikan hasil

belajarnya di sekolah sehingga sering mengikuti remidi atau perbaikan nilai. Di dalam

kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat

diperlukan. Dengan motivasi, pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif,

dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.

Dalam kaitan itu perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi adalah

bermacam-macam. Tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang-kadang tepat, dan

kadang-kadang juga bisa kurang sesuai. Hal ini guru harus hati-hati dalam

menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar para anak didik Sardiman

2014: 85) menyebutkan ada tiga fungsi motivasi antara lain:

a. Dendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang

melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari

setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

34
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan

demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan

sesuai dengan rumusan tujuannya.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus

dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-

perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Di samping itu ada fungsi-fungsi lain, motivasi dapat berfungsi sebagai

pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar

akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun

dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat

melahirkan prestasi yang baik. Intensitas seorang siswa akan sangat menentukan

tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

`4.3. 2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa SD GMIT 43

Kalunan

Sekolah merupakan tempat siswa memperoleh ilmu secara formal selain dalam

keluarga dan masyarakat dimana di sekolah beragam status sosial yang berkumpul,

tentunya banyak juga faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang siswa di

dalam sekolah. Motivasi belajar merupakan peran utama yang harus dimiliki setiap

orang dalam rangka memperoleh ilmu yang baru, seperti halnya dengan motivasi

belajat siswa dalam suatu sekolah nantinya akan mempengaruhi prestasi belajar siswa

itu sendiri. Halnya dengan motivasi belajar siswa yang ada di SD GMIT 43 Kalunan,

motivasi belajar yang dimiliki bervariasi, ada yang memiliki motivasi belajar tinggi

dan rendah, dikarenakan banyak faktor.

35
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa terhadap prestasi

belajar siswa diungkapkan oleh Slameto (2013: 54). Slameto membedakan menjadi

dua yaitu faktor intern dan ekstern:

a. Faktor Intern:

a. Faktor Jasmaniah:

b. Faktor Kesehatan

c. Cacat Tubuh

b. Faktor psikologis:

1) Inteligensi

2) Perhatian

3) Minat

4) Bakat

5) Motif

6) Kematangan

7) Kesiapan

c. Faktor Kelelahan

a. Faktor Ekstern:

1) Faktor Keluarg

2) Cara Orang Tua Mendidik

3) Relasi Antar Anggota Keluarga

4) Suasana Rumah

5) Keadaan Ekonomi Keluarga

6) Pengertian Orang Tua

36
7) Latar Belakang Kebudayaan

b. Faktor Sekolah

a) Metode Mengajar

b) Kurikulum

c) Relasi Guru dengan Siswa

d) Relasi Siswa dengan Siswa

e) Disiplin Sekolah

f) Alat Pelajaran

g) Waktu Sekolah

h) Standar pelajaran di atas ukuran

i) Keadaan gedung

j) Metode Belajar

k) Tugas rumah

c. Faktor Masyarakat

a) Kegiatan siswa dalam masyarakat

b) Mass media

c) Teman bergaul

d) Bentuk kehidupan masyarakat

Berdasarkan hasil penelitian, faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

belajar siswa di SD GMIT 43 Kalunan antara lain minat siswa pada awal masuk SD

GMIT 43 Kalunan ada yang karena bukan pilihan pertama dia masuk sekolah

tersebut, ada yang minat dari diri sendiri untuk masuk SD GMIT 43 Kalunan, dan ada

juga yang masuk karena keinginan orang tua.Perbedaan minat ini mempengaruhi

37
bagaimana siswa mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan baik di dalam maupun

di luar kelas. Siswa yang mempunyai minat dari dirinya sendiri menunjukkan prestasi

belajar lebih baik dari prestasi belajar siswa yang kurang mempunyai minat untuk

bersekolah di SD GMIT 43 Kalunan, hal ini ditunjukkan dengan nilai ulangan harian

yang diperoleh.

Menurut Slameto (2013: 180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa

ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada

dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu

di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Selain

minat, kurangnya dukungan fasilitas yang diberikan oleh orang tua juga

mempengaruhi motivasi belajar siswa, hal ini khususnya orang tua dari siswa kelas

KMS, karena keterbatasan ekonomi sehingga belum maksimal dalam memenuhi

fasilitas belajar anaknya di rumah. Faktor dari guru juga mempengaruhi tingkat

motivasi belajar siswa, hal ini berdasarkan wawancara dengan salah satu siswa bahwa

cara mengajar guru yang keras menjadikan siswa tidak menyukai guru dan pelajaran

yang diajarkan sehingga siswa sering mendapatkan nilai yang kurang memuaskan

pada saat ulangan dan sering remidi, serta lebih memilih membolos daripada

mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh guru yang tidak disuka karena adanya

perasaan takut yang sudah terpikirkan oleh siswa, sehingga menimbulkan kecemasan

apabila mengikuti pelajarannya. Hal ini juga seperti yang diungkapkan Slameto

(2013: 185) bahwa rasa cemas besar pengaruhnya pada tingkah laku siswa.

Spielberger dalam Slameto (2013: 185) membedakan kecemasan atas dua

bagian yaitu kecemasan sebagai suatu sifat, yaitu kecenderungan pada diri seseorang

38
untuk merasa terancam oleh sejumlah kondisi yang sebenarnya tidak berbahaya, dan

kecemasan sebagai suatu keadaan, yaitu suatu keadaan atau kondisi emosional

sementara pada diri seseorang yang ditandai dengan perasaan tegang dan

kekhawatiran yang dihayati secara sadar serta bersifat subyektif, dan meningginya

aktivitas sistem saraf otonom. Sebagai suatu keadaan, kecemasan biasanya

berhubungan dengan situasi-situasi lingkungan yang khusus, misalnya tes.

Menurut Slameto (2013: 170) Sebenarnya motivasi dirumuskan sebagai suatu

proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum

dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan

konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap, dan sebagainya. Siswa yang

tampaknya tidak bermotivasi, mungkin pada kenyataannya cukup bermotivasi tapi

tidak dalam hal-hal yang diharapkan pengajar. Siswa cukup bermotivasi untuk

berprestasi di sekolah, akan tetapi pada saat yang sama ada kekuatan-kekuatan lain,

seperti misalnya teman-teman, yang mendorongnya untuk tidak berprestasi di

sekolah. Hal demikian juga terjadi di SD GMIT 43 Kalunan, dimana teman-teman

sepermainan di sekolah membawa pengaruh negatif kepada siswa lain agar mengikuti

tindakan yang dapat menurunkan prestasi belajar.

4.3.4. Upaya SD GMIT 43 Kalunan dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

Sekolah mempunyai peran penting dalam memberikan ilmu kepada siswa baik

akademik maupun nonakademik, oleh karena itu mengupayakan berbagai cara untuk

tetap selalu meningkatkan motivasi belajar siswa agar prestasi belajar yang dimiliki

tetap bagus. Berdasarkan hasil penelitian di SD GMIT 43 Kalunan, ada beberapa

upaya dalam meningkatkan motivasi belajar siswa antara lain para guru memberikan

39
masukan-masukan pada siswa yang prestasinya kurang agar rajin belajar, memberi

tahu jika ada kesulitan dan kendala dalam proses pembelajaran hendaknya segera

disampaikan pada guru, sehingga guru dapat membantu, diberi siraman rohani agar

mendekatkan diri pada sang pencipta. Selain upaya dari para guru, pihak sekolah juga

mengupayakan berbagai cara antara lain berusaha menyediakan fasilitas pembelajaran

yang dibutuhkan siswa antara lain buku pelajaran, alat-alat praktek mata pelajaran,

ruangan pembelajaran yang nyaman.

Menurut Sardiman (2014: 92) ada beberapa bentuk dan cara untuk

menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, antara lain:

a. Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa

belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik.Sehingga siswa

biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilaipada raport angkanya baik.

b. Hadiah

Hadiah merupakan salah satu bentuk untuk dapat meningkatkan motivasibelajar siswa.

c. Saingan/kompetisi

Saingan/kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar

siswa. persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa.

d. Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan

menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga

diri adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting.

40
e. Memberi ulangan

Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengethaui akan ada ulangan. Oleh karena

itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi.

f. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong

siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar

meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu

harapan hasilnya terus meningkat.

g. Pujian

Pujian adaah untuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang

baik. Oleh karena itu, supaya pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya harus

tepat.

h. Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan

bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip

pemberian hukuman.

i. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar berarti ada dua unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal

ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud.

Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk

belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.

41
j. Minat

Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau

minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar akan berjalan lancar kalau

disertai dengan minat.

k. Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa akan merupakan alat

motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai,

karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka timbul gairah untuk terus

belajar.

Upaya-upaya di atas, sudah dilakukan oleh SD GMIT 43 Kalunan untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu antara lain memberikan angka yang

objektif pada tugas harian, ulangan harian, atau ulangan umum semester, memberikan

hadiah kepada siswa yang mendapatkan juara perlombaan antar kelas dan juara kelas,

guru memberikan pujian kepada siswa yang dapat menjawab pertanyaan yang

diberikan pada saat pelajaran atau saat mendapatkan nilai yang memuaskan setelah

ulangan atau tugas, memberikan ulangan harian untuk mengetahui seberapa paham

siswa terhadap mata pelajaran yang diberikan dan sebagai evaluasi guru, memberikan

hukuman berupa memberikan tugas tambahan, memberikan masukan kepada siswa

yang prestasinya masih kurang standar, dan memberikan bantuan kepada siswa-siswa

yang perlu diberikan tambahan pelajaran secara intensif.

Peran guru dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa juga sangat diperlukan.

Seorang guru menjadi pendidik berarti sekaligus menjadi pembimbing. Sardiman

42
(2014: 141) menyebutkan beberapa aspek utama yang merupakan kecakapan serta

pengetahuan dasar bagi guru. Guru harus dapat memahami dan menempatkan

kedewasaannya. Sebagai pendidik harus mampu menjadikan dirinya sebagai teladan.

Teladan dalam hal ini bukan berarti guru harus menyerupai seorang yang istimewa.

Guru tidak perlu menganggap dirinya sebagai manusia super, manusia yang serba tahu

dna tak pernah melakukan kesalahan. Guru harus berlaku biasa, terbuka serta

menghindarkan segala perbuatan tercela dan tingkah laku yang akan menjatuhkan

martabat sebagai seorang pendidik.

a. Guru harus mengenal diri siswanya. Bukan saja mengenai sifat dan kebutuhannya

secara umum sebagai sebuah kategori, bukan saja mengenal jenis minat dan

kemampuan, serta cara dan gaya belajarnya, tetapi juga mengetahui secara khusus

sifat, bakat/pembawaan, minat, kebutuhan, pribadi serta aspirasi masing-masing anak

didiknya.

b. Guru harus memiliki kecakapan memberi bimbingan. Di dalam mengajar akan lebih

berhasil kalau disertai dengan kegiatan bimbingan yang banyak berpusat pada

kemampuan intelektual, guru perlu memiliki pengetahuan yang memungkinkan dapat

menetapkan tingkat-tingkat perkembangan setiap anak didiknya, baik perkembangan

emosi, minat dan kecakapan khusus, maupun dalam prestasi-prestasi ekolastik, fisik,

dan sosial. Dengan mengetahui taraf-taraf perkembangan dalam berbagai aspek itu,

maka guru akan dapat menetapkan rencana yang lebih sesuai sehingga anak didik

akan mengalami pengajaran yang menyeluruh dan integral.

c. Guru harus memiliki dasar pengetahuan yang luas tentang tujuan pendidikan di

Indonesia pada umumnya sesuai dengan tahap-tahap pembangunan.

43
d. Guru harus memiliki pengetahuan yang bulat dan baru mengenai ilmu yang diajarkan.

Hubungan guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar juga merupakan faktor

yang sangat menentukan. Sardiman (2014: 147) mengungkapkan ada cara agar

menciptakan hubungan harmonis antara guru dengan siswa yaitu contact-hours atau jam-

jam bertemu antara guru dengan siswa, pada hakikatnya merupakan kegiatan di luar jam

mengajar Slameto (2013: 92-95) juga berpendapat bahwa untuk melaksanakan kegiatan

belajar mengajar yang efektif dan hal ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, ada

beberapa syarat yaitu:

a) Belajar secara aktif, baik fisik maupun mental.

b) Guru harus mempergunakan banyak metode pada waktu mengajar. Variasi metode

mengakibatkan penyajian bahan pelajaran lebih menarik perhatian siswa, mudah

diterima siswa, dan kelas menjadi hidup. Metode penyajian yang sama akan

membosankan siswa.

c) Kurikulum yang baik dan seimbang. Kurikulum sekolah yang memenuhi tuntutan

masyarakat dikatakan bahwa kurikulum itu baik dan seimbang. Kurikulum ini juga

harus mampu mengembangkan segala segi kepribadian siswa, disamping kebutuhan

siswa sebagai anggota masyarakat.

d) Guru perlu mempertimbangkan perbedaan individual. Guru tidak cukup hanya

merencanakan pengajaran klasikal, karena masing-masing siswa mempunyai

perbedaan dalam beberapa segi misalnya intelegensi, bakat, tingkah laku, sikap. Hal

itu mengharuskan guru untuk membuat perencanaan secara individual pula, agar

dapat mengembangkan kemampuan siswa secara individual.

44
e) Guru akan mengajar efektif apabila selalu membuat perencanaan sebelum mengajar.

Dengan persiapan mengajar guru akan mantap di depan kelas, perencanaan yang

matang dapat menimbulkan banyak inisiatif dan daya kreatif guru waktu mengajar,

dapat meningkatkan interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa.

f) Pengaruh guru yang sugestif perlu diberikan pula kepada siswa sugesti yang kuat

akan merangsang siswa untuk lebih giat belajar.

g) Guru harus memiliki keberanian menghadapi siswa-siswanya, juga masalah-masalah

yang timbul waktu proses mengajar belajar berlangsung.

h) Guru harus mampu menumbuhkan suasana kelas yang demokratis di sekolah.

Lingkungan yang saling menghormati, dapat mengerti siswa, bertenggang rasa,

memberi kesempatan pada siswa untuk belajar sendiri, berpendapat sendiri,

berdiskusi untuk mencari jalan keluar bila menghadapi masalah, akan

mengembangkan kemampuan berpikir siswa, cara memecahkan masalah,

kepercayaan pada diri sendiri yang kuat, hasrat ingin tahu, dan usaha menambah

pengetahuan atas inisiatif sendiri.

i) Guru perlu memberikan masalah-masalah yang menjadi perangsang berpikir.

Rangsangan yang mengenai sasaran menyebabkan siswa dapat bereaksi dengan tepat

terhadap persoalan yang dihadapinya. Siswa akan hidup kemampuan

berpikirnya, pantang menyerah bila persoalannya belum memperoleh penyelesaian.

j) Semua pelajaran yang diberikan pada siswa perlu diintegrasikan sehingga siswa

memiliki pengetahuan yang terintegrasi, tidak terpisah-pisah seperti pada sistem

pengajaran yang lama yang memberikan pelajaran secara terpisah-pisah.

k) Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan yang nyata di masyarakat.

45
l) Guru harus banyak memberi kebebasan pada siswa untuk dapat menyelidiki sendiri,

mengamati sendiri, belajar sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri. Hal mana itu

akan menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar terhadap apa yang

dikerjakannya dan kepercayaan pada diri sendiri, sehingga siswa tidak selalu

menggantungkan diri pada orang lain.

m) Pengajaran Remidial Banyak faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar. Guru

harus perlu meneliti faktor-faktor itu, agar dapat memberikan diagnosa kesulitan

belajar dan menganalisis kesulitan-kesulitan itu. Dari sebab itu guru harus menyusun

perencanaan pengajaran remedial pula, dan dilaksanakan bagi siswa yang

memerlukan. Bila semua syarat itu dipenuhi oleh guru waktu mengajar, diharapkan

interaksi mengajar belajar itu meningkat, atau dapat dikatakan guru melaksanakan

mengajar yang efektif.

46
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Siswa SD GMIT Kalunan memiliki motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi

intrinsik yang dimiliki adalah adanya minat yang tumbuh dalam diri mereka sendiri.

Motivasi ekstrinsik yang dimiliki adalah adanya perolehan nilai yang diberikan

kepada siswa melalui penilaian tugas, ulangan harian, dan ulangan semester, dengan

adanya nilai ini menjadi pemicu untuk dapat bersaing dengan siswa lain, dan adanya

remidi atau perbaikan nilai yang dihindari untuk diikuti oleh siswa.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa SD GMIT Kalunan antara

lain minat siswa masih kurang, kurangnya dukungan fasilitas yang diberikan oleh

orang tua juga mempengaruhi motivasi belajar siswa, hal ini khususnya orang tua dari

siswa kelas KMS, karena keterbatasan ekonomi sehingga belum maksimal dalam

memenuhi fasilitas belajar anaknya di rumah, kecemasan dalam suasana

pembelajaran di kelas, dan teman-teman sepermainan di sekolah membawa pengaruh

negatif kepada siswa lain agar mengikuti tindakan yang dapat menurunkan prestasi

belajar.

3. Upaya yang dilakukan oleh sekolah untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SD

GMIT Kalunan antara lain memberikan angka yang objektif pada tugas harian,

ulangan harian, atau ulangan umum semester, memberikan hadiah kepada siswa yang

mendapatkan juara perlombaan antar kelas dan juara kelas, guru memberikan pujian

kepada siswa yang dapat menjawab pertanyaan yang diberikan pada saat pelajaran

47
atau saat mendapatkan nilai yang memuaskan setelah ulangan atau tugas,

memberikan ulangan harian untuk mengetahui seberapa paham siswa terhadap mata

pelajaran yang diberikan dan sebagai evaluasi guru, memberikan hukuman berupa

memberikan tugas tambahan, memberikan masukan kepada siswa yang prestasinya

masih kurang standar, dan memberikan bantuan kepada siswa-siswa yang perlu

diberikan tambahan pelajaran secara intensif.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi anak-anak

Anak-anak diharapkan untuk mengali lebih dalam bagaimana menghargai dan

mendengarkan pembelajaran yang di sampaikan oleh guru sehingga kekuatan

intelektualnya tidak mudah hilang dan anak-anak juga bisa menghargai oleh sesama

atau teman-temannya.

5.2.2 Peneliti selanjudnya

Dalam peneliti Motivasi belajar siswa Pendidikan Agama Kristen untuk

kedepannya sebaliknya peneliti lebih kepada pengembangan media pembelajaran

yang menarik sehingga menciptakan suasana yang baru dan bisa dipahami oleh anak-

anak serta mengemasnya menjadi lebih efektif.

48
DAFTAR PUSTAKA

Alyono M. (2009).Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Daniel Nuhamara. (2009). Pembimbing pendidikan Agama Kristen. Bandung: Jurnal

Media.

Dimiyati, dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: AsdiMahasatya.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 2002.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta:Rineka

Cipta.

E.G. Homrighause. 1985. Pendidikan Agama Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Groome. (2010). Pendidikan Agama Krisen, Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Hamalik Oemar. (2004).Proses Belajar Mengajar, Bandung: Bumi Aksara

. (1992). Proses Belajar Mengajar, Bandung: Bumi Aksara.

Husaini Usman dan Purnomo Setidi Akbar. 2009. Metodologi penetian Sosial, Jakarta: PT

Bumi Aksara.

Jhon M. Nainggolan. (2009). Pendidikan Agama Kristen dalam masyarakat Majemuk.

Mandung: media Informasi.

Lexy.J. Moleong. (2000). Metode pendidikan Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakrta.

. (2000). Metologi penelitian kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Marthen Luther. (2002). Peran pendidikan dalam keluarga, Yogyakarta: Andi.

Muhibbin Syah. (2008).Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Purwanto, M. Ngalim. 1988.Psikologi Pendidikan, Bandung: Remadja Karya CV.

49
Paulus Lilik Kristanto. 2006. Prisip dan Praktik Pendidikan Agama Kristen, Yogyakarta:

Andi.

.(2006). Prinsip dan Praktek PAK Penutupan bagi Mahasiswa Teologi PAK,

Pelayanan Gereja, Guru Agama dan keluarga Kristen.

Ruanto, M. Ngalim. 2008.Psokologi Pendidika, Bandung: PT Remaja Rosdakarya ,

Cetakan.

. (1992). Ilmu Teoritis dan Praktis, Jakarta:Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sabri, M. Alisuf. (1996). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jay

Sardiman AM. 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:

RajaGrafindoPersada.

Slameto. (2010).Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PTRineka

Cipta.

Sugiono. (2008). Metode penelitian pendekatan kualitatatif dan R&D, Bandung: Alfabeta.

Suharsimi. (2002). Prosedur penelitian suatu pendekatan, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun. (2003). tentang SistemPendidikan

Nasional.

50
LAMPIRAN

51
Pertanyaan penelitian

1. Observasi meliputi:

a. Proses perencanaan pembelajaran di kelas

b. Proses pelaksanaan pembelajaran di kelas

c. Proses pengorganisasianpembelajaran di kelas

d. Proses evaluasipembelajaran di kelas

2. Pedoman Wawancara, subjek wawancara antara lain:

a. Kepala Sekolah SD GMIT 43 Kalunan

b. Guru SD GMIT 43 Kalunan

c. Siswa SD GMIT 43 Kalunan

3. Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Observasi:

a. Observasi dilaksanakan secara fleksible, akurat serta tanpa ada paksaan.

b. Selama melakukan observasi peneliti mencatat, merekam dan mengamati kegiatan

yang dilakukanresponden.

c. Proses observasi tidak terfokus pada pedoman observasi, melainkan dapat

berkembang dan berubah sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan.

4. Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Wawancara:

a. Wawancara dilaksanakan secara fleksible, akurat, serta tanpa ada paksaan.

b. Selama melakukan wawancara peneliti mencatat, merekam, dan mendeskripsikan

hasil wawancara dengan responden.

c. Pewawancara adalah peneliti itu sendiri sebagai key instrument.

d. Proses wawancara tidak terfokus pada pedoman wawancara, melainkan dapat

berkembang dan berubah sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan

52
PERTANYAAN PEDOMAN WAWANCARA

1. Sejak kapan bapak/ibu bekerja di sekolah ini?

2. Bagaimana latarbelakang pendidikan dari guru-guru disana?

3. Bagaimana karakter dari guru-guru disana?

4. Berapa lama guru-guru tersebut bekerja di sekolah ini?

5. Bagaimana perencanaan guru pada proses pembelajarannya?

6. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru?

7. Apakah sarana dan prasarana pembelajarannya sudah mencukupi?

8. Apakah pembelajaran disana sudah sesuai dengan kurikulum yang diterapkan?

9. Bagaimana standar pembelajaran yang baik? Mengapa demikian?

10. Motivasi belajar intrinsik apa saja yang mendasari siswa belajar di SD GMIT

Kalunan?

11. Motivasi belajar ekstrinsik apa saja yang mendasari siswa belajar di SD GMIT 43

Kalunan?

12. Bagaimana peran guru tersebut dalam memotivasi siswa untuk meningkatkan

prestasi belajar siswa SD GMIT Kalunan?

13. Apa saja hambatan yang ditemukan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa

di SD GMIT 43 Kalunan?

14. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan yang ditemukan

dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di SD GMIT 43 Kalunan?

15. Apakah ada evaluasi dari pihak sekolah terhadap kinerja guru-guru di sekolah ini?

16. Bagaimana peran kepala sekolah dalam menunjang peningkatan motivasi belajar

siswa agar dapat mencapai prestasi siswa yang diharapkan?

53
17. Langkah strategi apa yang dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan

motivasi belajar siswa?

54
Lampiran 2.1

TRANSKRIP WAWANCARA GURU

Sumber Data (Informan) : (Guru Bidang Study pendidikan Agama Kristen)

Waktu dan Tanggal : Selasa, 22 Juli 2021, Jam: 09.30 WIB

Tempat : Ruang Kelas IV

Keterangan : A : Asih

R : Rebeka

A : Sejak kapan Ibu mulai mengajar di SD GMIT 43 Kalunan?

R : Saya mulai mengajar di sekolah ini mulai Maret 2010, kurang lebih sudah 11

tahun

A : Bagaimana cara ibu melaksanakan proses pembelajaran di kelas?

R : Saya memulai atau mengawali pelajaran di kelas biasanya saya memberikan

masukan pada anak-anak agar mereka dalam proses belajar mengajar mempunyai

motivasi belajar yang tinggi.

A : Apakah pembelajaran di sekolah ini menurut Ibu sudah sesuai dengan kurikulum

yang ada?

R : Menurut saya sudah cukup sesuai sekarang dari pada saat awal menggunakan

kurikulum yang baru (kurikulum 2013).

A : Apakah ada kendala pada saat penggunaan kurikulum yang ada? Jika ada apa

saja kendalanya?

R : Iya ada kendala di awal... Kendalanya pada buku-buku bacaan yang masih

sangat minim.

55
A : Bagaimana cara ibu guru dalam mengatasi kendala-kendala yang ada?

R : Saya sebagai guru sebelum mengajar mempersiapkan materi-materi sesuai

dengan kurikulum yang ada meringkaskan materi untuk disampaikan kepada

siswa

A : Bagaimana motivasi belajar siswa di sekolah?

R : Menurut saya motivasi belajar siswa di sekolah ini ada yang tinggi dan rendah.

Soalnya pembagian kelas di sekolah ini menjadi dua: regular (biasa), dan KMS

(Program Pemerintah Daerah). Minat siswa terhadap sekolah juga ikut pengaruh

A : Bagaimana cara ibu meningkatkan motivasi belajar siswa untuk meningkatkan

prestasi siswa?

R : Saya memberikan masukan-masukan pada siswa yang prestasinya kurang, dan

memberi tahu jika ada kesulitan dan kendala dalam proses pembelajaran

hendaknya segera disampaikan pada guru, sehingga guru dapat membantu.

A : Hambatan apa saja yang ditemukan dalam meningkatkan motivasi belajar

siswa?

R : Menurut saya, sebagai guru hambatan yang ada itu terjadi pada diri siswanya

yang kurang termotivasi untuk belajar, mereka berfikir yang penting sekolah dan

bisa lulus, melanjutkan ke SMP terus bekerja.

A : Bagaimana cara mengatasi hambatan yang ada untuk memotivasi siswa agar

mendapatkan prestasi yang baik.

R : Paling setiap guru memberi motivasi agar siswa rajin belajar, diberi siraman

rohani agar mendekatkan diri pada sang pencipta. Jika dari pihak sekolah

mendatangkan ahli-ahli dari luar sekolah

56
A : Apakah ada evaluasi dari pihak sekolah mengenai kinerja guru?

R : Ada evaluasi dari sekolah, biasanya tiap enam bulan sekali atau 1 semester

diadakan supervisi dari kepada sekolah, tapi tidak semua guru ikut cuma tim

supervisinya saja.

57
Lampiran 2.2

TRANSKRIP WAWANCARA GURU

Sumber Data (Informan) : Susana mabeka, S.Pd.

Waktu dan Tanggal : Selasa, 22 Juli 2021, Jam: 10.00 WIB

Tempat : Ruang Guru

Keterangan : A : Asih

SR : Susana

A : Sejak kapan Ibu mulai mengajar di SD GMIT 43 Kalunan?

SR : Saya mulai mengajar di sekolah ini sejak tahun 2010

A : Bagaimana cara ibu melaksanakan proses pembelajaran di kelas?

SR : Saya melaksanakan pembelajaran di kelas menggunakan metode dan

prosedur yang ada, sebelum mengajar juga saya membuatkan RPP.

A : Apakah menurut Ibu pembelajaran di sekolah ini sudah sesuai dengan

kurikulum yang ada?

SR : Kalau sekarang sudah cukup sesuai, dari pada saat awal penggunaan kurikulum

2013. Awalnya kami kewalahan, soalnya tidak tersedianya sarana dan

prasarananya.

A : Bagaimana upaya untuk mengatasi kendala-kendala yang ada?

SR : Sebelum mengajar kami mencari materi yang akan diajarkan pada siswa, sering

memberikan penjelasan materi yang ada pada saat jam pelajaran berlangsung.

A : Bagaimana motivasi belajar siswa di kelas?

SR : Kalau menurut saya cukup baik meskipun ada beberapa siswa yang motivasi

belajarnya kurang, tapi kami sebagai guru berusaha agar anak didik kami

58
memiliki motivasi belajar yang tinggi. Minat siswa memang memperngaruhi ya,

minat dia masuk sekolah sini. Kalau awalnya memang sudah ada niatan ke SD

GMIT 43 Kalunan dia sungguh-sungguh ikut pelajaran atau kegiatan lainnya.

A : Apakah ada hambatan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa?

SR : Kalau hambatannya pasti ada, diantaranya dari siswanya sendiri yang kurang

termotivasi dalam belajar. Kebanyakan dari mereka berfikir yang penting sekolah

dan nantinya melanjutkan ke SMP dan bekerja

A : Bagaimana cara ibu/sekolah dalam mengatasi hambatan tersebut?

SR : Kalau saya sebagai guru mengatasinya dengan cara memberikan masukan, arahan

kepada mereka agar lebih giat belajar agar prestasinya lebih baik lagi. Selain itu

juga adanya pemberian nilai tugas dan ulangan juga salah satu upaya untuk siswa

kita ya, jadi untuk memacu siswa giat belajar. Kemudian adanya remidi juga kita

jadikan pemacu juga . Kita juga memberikan bantuan ke siswa yang nilainya masih

kurang kita berikan tambahan pelajaran secara intensif.

Lampiran 2.3

TRANSKRIP WAWANCARA SISWA

59
Sumber Data (Informan) : Lasarus (Siswa Kelas IV)

Waktu dan Tanggal : Selasa, 22 Juli, Jam: 9.00 WIB

TempaT : Depan kelas

Keterangan : A : Asih

L : Lasarus

A : Apakah adik sekolah di sini karena keinginan sendiri atau orang tua?

L : Karena keinginan orang tua.

A : Apakah kamu senang bersekolah di sini?

L : Awalnya tidak karena sekolah ini bukan keinginan saya.

A : Bagaimana prestasi belajar selama ini dari kelas 1- IV?

L : Prestasinya biasa saja, kadang tinggi, kadang rendah.

A : Bagaimana kedisiplinan di sekolah ini?

L : Menurut saya kurang disiplin, soalnya masih ada beberapa siswa yang

membolos pada saat jam pelajaran.

A : Mengapa masih ada siswa yang membolos pada saat jam pelajaran?

L : Karena ada yang kurang suka pada gurunya pada cara mengajarnya mata

pelajaran yang terlalu cepat jadi membuat malas di kelas

A : Apakah ada perbedaan guru mengajar pada siswa kelas regular dan KMS?

L : Menurut saya sebagai siswa reguler memang dibedakan, kalau di kelas KMS

setiap ulangan selalu ada remidi/perbaikan, kalau reguler tidak.

60
A : Apakah ada dukungan dari orang tua untuk mendapatkan prestasi yang lebih

baik?

L : Kalau orang tua saya sangat mendukung dalam setiap kegiatan yang bisa

meraih prestasi yang lebih baik. Misalnya dengan les di luar jam sekolah

Lampiran 2.4

TRANSKRIP WAWANCARA SISWA

61
Sumber Data (Informan) : Tarsia Manimoy (Siswa Kelas IV)

Waktu dan Tanggal : Selasa, 22 Juli 2021, Jam: 09.05 WIB

Tempat : Ruang kelas IV

Keterangan : A : Asih

T : Tarsia

A : Apakah kamu sekolah di sini karena keinginan sendiri atau orang tua?

T : Karena keinginan sendiri dan pengarahan orang tua

A : Apakah kamu merasa senang bersekolah di sini?

T : Dibilang senang…. Gimana ya kurang begitu karena bukan sekolah

keinginan atau cita-cita saya tapi karena nilai yang kurang dan biaya dari orang

tua jadi bersekolah disini.

A : Bagaimana prestasi belajar kamu selama sekolah di sini?

T : Kurang baik, karena setiap ulangan saya selalu remidi (perbaikan)

A : Mengapa bisa selalu remidi pada saat ulangan?

T : Ya… karena saya belajarnya yang kurang tekun dan kan selalu ada

perbaikan nilai jadi saya merasa tenang yang penting tuntas nilainya.

A : Bagaimana kedisiplinan di sekolah ini?

T : Menurut saya masih kurang disiplin karena kita masih bisa bolos pada jam

pelajaran berlangsung

A : Apakah kamu pernah bolos saat jam pelajaran? Mengapa?

T : Pernah, soalnya gurunya galak dalam mengajar, jadi membuat malas ikut mata

pelajarannya

A : Apakah ada dukungan dari orang tua untuk meningkatkan prestasi belajar?

62
T : Kalau dukungan, disuruh belajar agar dapat nilai yang baik iya. Tapi mereka

tidak memberi semua fasilitas yang dibutuhkan seperti buku-buku bacaan.

A : Menurutmu apa ada perbedaan antara siswa reguler dan KMS?

T : Iya …ada perbedaan siswa reguler lebih semangat belajar ketimbang kami yang

KMS soalnya fasilitas yang mereka punya memadahi, seperti buku-buku bacaan,

kebanyakan siswa reguler memilikinya.

Lampiran 2.5

TRANSKRIP WAWANCARA SISWA

Sumber Data (Informan) : Kornalia

63
Waktu dan Tanggal : Jum’at, 22 Juli 2021, Jam: 09.10 WIB

Tempat : Depan Ruang Kelas IV

Keterangan : A : Asih

K : Kornalia

A : Apakah kamu merasa senang bersekolah di SD GMIT 43 Kalunan?

K : Iya, saya senang karena saya dari awal berkeinginan sekolah di sini. Jadi,

memang minat saya sudah keinginan untuk masuk sekolah inI

A : Bagaimana kedisiplinan di sekolah ini?

K : Kalau menurut saya cukup disiplin soalnya jika kita melanggar peraturan ada

sanksinya.

A : Apakah kamu pernah melanggar peraturan selama bersekolah disini?

K : Iya pernah, saya pernah tidak mengerjakan PR saya dihukum ke perpustakaan

A : Bagaimana prestasi belajar kamu selama bersekolah disini?

K : Cukup baik, nilai yang saya dapat rata-rata 90 tetapi ada nilai yang buruk

matematika 40.

A : Mengapa kamu mendapatkan nilai matematika 40?

K : Saya kurang suka pelajaran matematika soalnya gurunya galak dan cara

mengajarinya cepat sekali.

A : Apakah ada dukungan dari orang tua kamu untuk meningkatkan prestasi atau

nilai kamu di sekolah?

K : Orang tua saya sangat mendukung dan menyuruh saya ikut bimbingan belajar

di luar sekolah

64
A : Apakah ada perbedaan prestasi di sekolah setelah mengikuti bimbel di luar

sekolah?

K : Iya, ada nilai-nilai mata pelajaran saya menjadi lebih baik lagi. Oh iya, dari

pihak guru di sekolah ini juga sukanya memberikan pujian kepada siswa yang

punya nilai bagus, terus objektif juga kalau ada yang nakal juga diberi hukuman,

ya itu jadi termotivasi belajar.

Lampiran 2.6

TRANSKRIP WAWANCARA SISWA

Sumber Data (Informan) : Vanesia (Siswa kelas IV) KMS


65
Waktu dan Tanggal : Jum’at, 22 Juli 2021, Jam: 09.15 WIB

Tempat : Depan Kelas IV

Keterangan : A : Asih

V : Venesia

A : Apakah kamu merasa senang bersekolah di SD GMIT 43 Kalunan?

V : Saya kurang senang soalnya awalnya saya kurang minat sekolah di sini.

A : Bagaimana kedisiplinan di sekolah ini?

V : Menurut saya kurang disiplin, soalnya kami masih bisa bolos pada saat

jam pelajaran berlangsung.

A : Apa yang membuat kalian bolos pada saat jam pelajaran berlangsung?

V : Soalnya kami tidak suka pada guru yang mengajar mata pelajaran tersebut gurunya

galak dan jadi kami kurang suka jadinya memilih untuk bolos.

A : Apakah ada dukungan dari orang tua mengenai belajar kamu di sekolah?

V : Orang tua biasanya asal kami berangkat sekolah terus nanti naik kelas dan lulus.

A : Bagaimana nilai-nilai ulangan kamu selama sekolah disini?

V : Nilai-nilai saya pas-pasan dan sering remidi

A : Mengapa kamu sering remidi?

V : Soalnya teman-teman kelas yang lain juga seperti itu, dan kalau ulangan pasti

kebanyakan remidi jadi saya merasa biasa mengikuti remidi.

A : Apakah guru memberikan kelas tambahan agar kalian tidak selalu remidi pada saat

ulangan?

V : Tidak ada kelas tambahan.

66

Anda mungkin juga menyukai