Anda di halaman 1dari 12

PERBEDAAN MOTIVASI BELAJAR SISWA YANG MENDAPATKAN

TEACHER CENTERED LEARNING (TCL) DENGAN STUDENT


CENTERED LEARNING (SCL)

Rahila Salay
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Sastra, Universitas Muslim Indonesia
Email: rahilasalay97@gmail.com

Abstrak: UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU


Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi dinyatakan bahwa pembelajaran adalah
interaksi antara pendidik, peserta didik, dan sumber belajar di dalam lingkungan belajar
tertentu. Dengan demikian, pengembangan kurikulum pembelajaran disusun berdasarkan
pada elemen-elemen kompetensi yang dapat mengantarkan peserta didik untuk mencapai
kompetensi lainnya yang diharapkan melalui metode-metode pembelajaran. Metode
pembelajaran yang menumbuhkan hasrat besar untuk ingin tahu, meningkatkan
kemampuan untuk menggunakan atribut kompetensi, guna menentukan pilihan, jalan
berkehidupan di masyarakat, meningkatkan cara belajar sepanjang hayat. Student
Centered Learning (SCL) adalah pola pembelajaran yang sangat cocok digunakan dalam
(KBK) karena pada pola ini, pembelajaran berpusat pada siswa, sehingga untuk mencapai
hasil pembelajaran tersebut, siswa harus melalui proses pembelajaran yang
mengutamakan pengembangan kreativitas, kapasitas, kepribadian dan kebutuhannya serta
mengembangkan kemandirian dalam mencari dan menemukan pengetahuan. Namun,
tidak sedikit kita jumpai guru masih tetap menjadi sentral atau masih pada pola TCL
(Teacher Centered Learning) di mana pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang
sudah jadi, yang tinggal ditransformasi dari guru ke siswa sehingga siswa pasif dalam
menerima pembelajaran di kelas. Paradigma seperti ini harus diubah, karena tantangan
dunia pendidikan pada era globalisasi adalah menghasilkan Sumber Daya Manusia
(SDM) yang mampu berperan secara global. Oleh karena itu, siswa sebaiknya dilatih
sejak awal secara aktif belajar secara mandiri.

Kata kunci: Motivasi belajar, pembelajaran, TCL, SCL

PENDAHULUAN peserta didik secara aktif mengembangkan


Manusia merupakan ciptaan Tuhan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
yang paling sempurna karena dibekali spiritual, keagamaan, pengendalian diri,
dengan akal, pikiran dan perasaan. Manusia kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
diberikan kemampuan untuk serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
mengembangkan pendidikan dan masyarakat, bangsa dan negara (UU
pengetahuan sesuai dengan kemampuan Sisdiknas, 2008:2).
yang dimilikinya secara terarah dan Terkait hal di atas, untuk
terpadu. Hal ini sesuai dengan Undang- mewujudkan suatu tujuan dan menciptakan
undang Nomor 20 tahun 2003 tentang suasana yang lebih baik, maka perlu adanya
sistem Pendidikan Nasional di Indonesia motivasi dari segala arah. Sebab, seperti
yaitu: pendidikan adalah usaha sadar dan yang diketahui bahwa motivasi adalah
terencana untuk mewujudkan suasana dorongan dari diri sendiri atau orang lain
belajar dan proses pembelajaran agar yang dapat membuat seseorang melakukan
sesuatu, atau membuat seseorang selangkah
lebih maju menuju perubahan dari yang pembelajaran Teacher Centered Learning
negatif ke positif. Hamalik (2012:173) (TCL) dan Student Centered Learning
mengemukakan bahwa istilah motivasi (SCL).
menunjuk kepada semua gejalah yang TCL dan SCL adalah dua pola
terkandung dalam stimulasi tindakan kearah pembelajaran yang berbanding terbalik.
tujuan tertentu dimana sebelumnya tidak Saat di mana TCL lebih berpusat kepada
ada gerakan menuju kearah tujuan tersebut. pendidik, maka SCL lebih menekankan
Motivasi dapat berupa dorongan –dorongan pada keaktifan siswa dalam kelas. Di dalam
dasar atau internal dan intensif diluar diri setting TCL, motivasi siswa dalam belajar
individu atau hadiah sebagai suatu masalah lebih banyak ekstrinsik karena bertumpu
di dalam kelas. pada reward dan punishment yang
Motivasi memiliki kaitan yang diberikan oleh guru. Keadaan yang berbeda
sangat erat dengan belajar. Demikian, dijumpai pada kelas SCL di mana siswa
karena kelas akan kondusif apabila seluruh didorong untuk belajar secara mandiri,
siswa turut berpartisipasi dalam proses bekerja dan belajar untuk menemukan
pembelajaran. Untuk memperoleh suasana banyak ide-ide, pengetahuan serta
kelas demikian, perlu adanya motivasi yang keterampilan baru berdasarkan motivasi
lahir di lingkungan kelas (ekstrinsik) intrinsik.
maupun dalam diri siswa tersebut Berdasarkan beberapa uraian di atas,
(intrinsik). Terkhusus pada motivasi dari pentingnya sebuah pola pembelajaran
luar yang dibawa oleh pendidik. Motivasi dalam kelas menjadi sebuah kewajiban oleh
ekstrinsik adalah motivasi yang dapat pendidik. Namun, pada dewasa ini
diperoleh dari lingkungan sekitar, penggunaan pola pembelajaran seringkali
sedangkan motivasi intrinsik adalah dikesampingkan oleh pendidik. Pemilihan
kebalikan dari motivasi ekstrinsik, di mana pola pembelajaran yang terkadang tidak
motivasi didapat dari dalam diri seseorang. sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga
Motivasi memiliki ragam jenis, baik mampu menjadi penghambat proses
berupa materi maupun hanya sekadar kata- penerimaan. Kesulitan seperti ini bukan hal
kata pendorong. Pada lingkup pendidikan, yang baru lagi di lingkup para pendidik.
motivasi yang umum digunakan oleh Sebab, di dalam suatu kelas ada puluhan
pendidik adalah motivasi berupa materi, di kepala yang berbeda pemikiran dan berbeda
mana guru dengan segala pula kebutuhannya. Jadi, pendidik yang
kekreativitasannya menggunakan berbagai kurang kreatif, akan kewalahan apabila
strategi untuk mencapai tujuan dari tidak terlalu menguasai teori tentang pola
kurikulum. Dalam hal ini, yang menjadi pembalajaran yang memiliki banyak
poin penting kegiatan pendidik selanjutnya bagian. Permasalan serupa juga terjadi di
adalah memilih pola atau model mana pendidik memilih metode
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan pembelajaran yang tidak relevan dengan
siswa atau pola pembelajaran yang standar kompetensi yang akan dicapai.
memungkinkan siswa turut aktif Pentingnya sebuah pola
berpartisipasi dalam proses pembelajaran. pembelajaran, menuntut guru menjadi lebih
Dalam dunia pendidikan, ada dua macam kreatif dan berwawasan luas. Sebab, siswa
pola pembelajaran yang dikenal, yakni pola adalah makhluk yang sosial yang memiliki
perbedaan yang sangat kental. Perbedaan Proses-proses metakognitif mencakup
yang dimaksud yakni, perbedaan individual memonitor kemajuan yang dicapai,
anak didik pada aspek biologis, intelektual menggunakan keyakinan dan pilihan untuk
dan psikologis, mempengaruhi pemilihan menilai tindakan yang berlangsung, menilai
dan penentuan metode yang mana guru keinginan terhadap hasil, dan menjelaskan
sebaiknya ambil untuk menciptakan mengapa diperoleh hasil.
lingkungan belajar yang kreatif dalam Petri (1981) menggambarkan
waktu yang relative lama demi tercapainya motivasi sebagai kekuatan yang bertindak
tujuan pengajaran yang telah dirumuskan pada organisme yang mendorong dan
secara operasional. mengarahkan perilakunya. Konsep motivasi
juga digunakan untuk menjelaskan
PEMBAHASAN perbedaan-perbedaan dalam intensitas
Motivasi Belajar perilaku. Mc Donald mengatakan bahwa
Setiap aktivitas manusia pada motivasi adalah sesuatu perubahan energy
dasarnya dilandasi oleh adanya dorongan di dalam diri seseorang yang ditandai
untuk mencaai tujuan atau terpenuhinya dengan timbulnya afektif (perasaan) dan
kebutuhannya. Adanya daya pendorong ini reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik,
disebut motivasi. Dalam beberapa 1992). Senada dengan hal tersebut Morgan
terminolgi, motivasi dinyatakan sebagai dkk. (1986) mendefinisikan motivasi
suatu kebutuhan (needs), keinginan (wants), sebagai kekuatan yang menggerakan dan
gerak hati (impulse), naluri (instincts) dan mendorong terjadinya perilaku yang
dorongan (drive), yaitu sesuatu yang diarahkan pada tujuan tertentu. Eggen dan
memaksa organisme manusia untuk berbuat Kauchak (1997) mendefiniskan motivasi
atau bertindak. sebagaii kekuatan yang memberi energy,
Motivasi adalah sebuah konsep menjaga kelangsungannya, dan
yang digunakan untuk menjelaskan inisiasi, mengarahkan perilaku terhadap tujuan. Jadi
arah intensitas perilaku individu. Motivasi motivasi adalah suatu pendorong yang
merupakan kekuatan yang mendorong mengubah energy dalam diri seseorang ke
seseorang melakukan sesuatu untuk dalam bentuk aktivitas nyata untuk
mencapai tujuan, kekuatan ini diransang mencapai tujuan tertentu. Dengan kata lain,
oleh adanya berbagai macam kebutuhan, motivasi adalah kondisi psikologis yang
seperti (1) keinginan yang hendak dipenuhi, mendorong seseorang untuk melakukan
(2) tingkah laku, (3) tujuan, (4) umpan balik sesuatu. Sedangkan Belajar merupakan
(Hellriegel dan Slocum, 1979). Sebenarnya, suatu proses yang berlangsung sepanjang
dalam konsep motivasi terkandung tiga hayat. Hampir semua kecakapan,
konsep penting , yaitu: (1) tujuan, (2) keterampilan, pengetahuan, kebiasaan,
pengetahuan, (3) proses-proses kegemaran dan sikap manusia terbentuk,
metakognitif (Byners, 1996). Tujuan dimodifikasikan dan berkembang karena
merupakan spesifikasi yang berorientasi belajar. Menurut Lester D. Crow (1958)
masa depan tentang apa yang diinginkan menyatakan belajar adalah perolehan
seseorang, sedangkan pengetahuan kebiasaan, pengetahuan, dan sikap termasuk
berkaitan dengan mengetahui tentang cara baru untuk melakukan sesuatu dan
bagaimana membuat tujuan tercapai. upaya-upaya seseorang dalam mengatasi
kendala atau menyesuaikan situasi yang lain. Motivasi ekstrinsik disebabkan oleh
baru. Cronbach (1960), dalam bukunya keinginan untuk menerima ganjaran ata
yang berjudul Educational Psykology menhindari hukuman, motivasi yang
menyatakan bahwa learning is shown by a terbentuk oleh factor-faktor eksternal
change in behavior as a result of seperti ganjaran dan hukuman (Woolfolk,
experience (belajar ditunjukkan oleh 1993). Misalnya seoarang siswa
perubahan perilaku sebagai hasil mengerjakan PR karena takut dihukum oleh
pengalman). Definisi ini lebih menekankan gurunya.
pada perubahan, akan tetapi dijelaskan juga
bahwa perubahan yang dimaksud adalah Pola Pembelajaran
peubahan perilaku. Sehinnga dapat Pola adalah bentuk atau model yang
disimpulan bahwa belajar adalah sebuah bisa dipakai untuk membuat atau untuk
proses yang memungkinkan seseorang menghasilkan suatu atau bagian dari
memperoleh dan membentuk kompetensi, sesuatu, khususnya jika sesuatu yang
keterampilan dan sikap yang baru dalam ditimbulkan cukup mempunyai suatu yang
melibatkan proses-proses mental internal sejenis untuk pola dasar yang dapat
yang terjadi berdasarkan latihan, ditunjukan atau terlihat, yang mana sesuatu
pengalaman, dan interaksi sosial sehingga itu dikatakan memerlukan pola. Sedangkan
terjadinya perubahan perilaku baik actual pembelajaran yaitu proses interaksi antara
maupun potensial. Jadi motivasi belajar pendidik dan peserta didik di dalam kelas
adalah kondisi psikologis yang mendorong untuk saling bertukar informasi.
sesorang untuk belajar. Adapun pengertian pola
Dilihat dari sumbernya, motivasi pembelajaran menurut para ahli di
belajar ada dua jenis, yaitu motivasi antaranya yaitu Menurut (Meyer, W.J.,
intrinsic dan motivasi ekstrinsik (Winkel, 1935:2) model dimaknakan sebagai suatu
1996). Motivasi intrinsik adalah motivasi objek atau konsep yang digunakan untuk
yang timbul dari dalam diri orang yang mempresentasikan suatu hal. Sesuatu yang
bersangkutan tanpa rangsangan atau nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk
bantuan orang lain. Sesorang yang secara yang lebih konprehensif.
intrinsic termotivasi akan melakukan Menurut Joyce, (1992:4) model
pekerjaan karena mendapatkan pekerjaan pembelajaran adalah suatu pola yang
itu menyenagkan dan bisa memenuhi digunakan sebagai pedoman dalam
kebutuhannya, tidak tergantung ppada perencanaan pembelajaran di kelas atau
penghargaan-penghargaan eksplisit atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk
paksaan eksternal lainnya. Misalnya, menentukan perangkat-perangkat pembel-
seoarang siswa belajar dengan giat karena ajaran termasuk di dalamnya buku-buku,
ingin menguasai berbagai ilmu yang film, komputer, kurikulum dan lain-lain.
dipelajari di sekolahnya. Motivasi intrinsic Soekanto, dkk (dalam Nurulwati,
dapat berupa kepribadian, sikap, 2000:10) model pembelajaran adalah
pengalaman, pendidikan, atau berupa kerangka konseptual yang melukiskan
penghargaan dan cita-cita. Motivasi prosedur yang sistematis dalam
ekstrinsik adalah motivasi yang timbul mengorganisasikan pengalaman belajar
karena rangsangan atau bantuan dari orang untuk mencapai tujuan tertentu dan
berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar ini ternyata membuat peserta didik pasif
dalam merencanakan aktivitas belajar karena hanya mendengarkan saat proses
mengajar. pembelajaran berlangsung sehingga
Berdasarkan beberapa pengertian di kreativitas peserta didik kurang terpupuk
atas dapat disimpulkan bahwa model atau bahkan cenderung tidak kreatif. Pada
pembelajaran adalah seperangkat prosedur model TCL, pendidik lebih banyak
yang sistematis sebagai perancang bagi para melakukan kegiatan belajar-mengajar
pengajar untuk mencapai tujuan belajar. dengan bentuk ceramah (lecturing),
Model pembelajaran dibagi menjadi dua, sedangkan peserta didik pada saat proses
yaitu model pembelajaran yang berfokus pembelajaran berlangsung hanya
pada guru ataupun yang berfokus pada mendengarkan ceramah, hanya sebatas
siswa. Di mana model pembelajaran yang memahami sambil membuat catatan, bagi
berfokus pada guru disebut Teacher yang merasa memerlukannya.
Centered Learning (TCL) dan model Modifikasi model pembelajaran
pemblajaran yang berfokus pada siswa CTL telah banyak dilakukan, antara lain
disebut Student Centered Learning (SCL). mengkombinasikan lecturing dengan Tanya
jawab dan pemberian tugas namun hasil
Teacher Centered Learning (TCL) yang dihasilkan masih diaggap belum
Di Indonesia model pembelajaran optimal. Pola pembelajaan pendidik aktif
yang digunakan masih bersifat dengan peserta didik pasif ini mempunyai
konvensional, yang menjadikan siswa efektivitas pembelajaran rendah, paling
sebagai objek bukan subjek. Pada model tidak bisa dilihat pada dua hal yakni
ini, pendidik menjadi pusat peran dalam pendidik sering hanya mengejar target
pencapaian hasil pembelajaran dan seakan- waktu untuk menghabiskan materi
akan menjadi satu-satunya sumber ilmu. pembelajaran dan pada saat-saat mendekati
Model pembelajaran ini pada umumnya ujian, dimana aktivitas peserta dididk
membatasi setiap gerak ruang peserta didik ”berburu” catatan serta aktivitas belajar
untuk lebih aktif. Model pembelajaran ini mereka mengalami kenaikan yang sangat
menganggap semua siswa sama atau dalam signifikan, namun turun kembali secara
dunia pendidikan dikenal dengan istilah signifikan pula setelah ujian selesai.
seragamisasi, tanpa memikirkan potensi Dampak lain dari sistem
serta kebutuhan setiap peserta didik pembelajaran TCL adalah guru atau
berbeda. Sistem pembelajaran seperti ini, pendidik kurang mengembangkan bahan
disebut juga dengan sistem pembelajaran ajar dan cenderung seadanya (menonton),
yang bersifat satu arah, karena yang ingin terutama jika peserta didik cenderung pasif
dicapai adalah bagaimana pendidik bisa dan hanya sebagai penerima transfer ilmu.
mengajar dengan baik sehingga yang ada Pendidik mulai tampak tergerak untuk
hanyalah transfer pengetahuan. mengembangkan bahan ajar dengan banyak
Model konvensional juga dikenal membaca jurnal atau download artikel
dengan model Teacher Centered Learning hasil-hasil penilitian terbaru dari internet,
(TCL), dimana pada model ini guru atau jika peserta didiknya mempunyai kreaivitas
pendidik sebagai seorang ahli tinggi, banyak bertanaya atau sering
menyampaikan ilmu pemgetahuan kepada mengajak diskusi (Sudjana, 2005).
peserta didik. Model pembelajaran seperti
Student Centered Learning (SCL) guru/pendidik sebagai fasilitator. Dengan
Pendidikan pada era modern saat ini aktifnya siswa/peserta didik, maka
dituntut dengan suatu hal yang baru. Hal ini kreativitas peserta didik akan terpupuk.
disebabkan karena dalam proses Kondisi tersebut akan mendorong pendidik
pembelajaran di sekolah secara khusus untuk selalu mengembangkan dan
berbedabeda, bergantung dari materi, menyesuaikan materi pembelajaran dengan
media, dan metode yang digunakan. perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Pembelajaran yang konvensional cenderung Teknologi (IPTEK). Kemajuan teknologi
membuat siswa merasa jenuh mengikuti informasi dan komunikasi yang
proses pembelajaran di kelas Melihat menyediakan banyak cara untuk
kondisi tersebut, maka diperlukan suatu mendapatkan informasi sumber belajar,
pembelajaran yang menarik perhatian sisw memberikan peluang untuk mengembang-
dalam menyajikan suatu pembelajaran yang kan metode-metode pembelajaran baru
inovatif, maka diperlukan suatu media dan secara optimal sehingga mendukung upaya
model yang sesuai dengan materi atau topik mewujudkan kompetensi yang diharapkan.
yang sedang dibahas. Untuk itu, guru Kemajuan teknolgi juga memungkin siswa
sebagai ujung tombak yang mengarahkan melakukan kegiatan belajar tidak hanya
siswa dalam mencapai tujuan pendidikan secara formal, tetapi belajar melalui
diharapkan dapat menggunakan media dan berbagai media atau sumber. Dengan
model pembelajaran yang inovatif ke dalam demikian guru/pendidik bukan lagi sebagai
pembelajaran bahasa Indonesia. sumber belajar utama, melainkan sebagai
SCL merupakan model mitra pembelajaran.
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pada model pembelajaran SCL,
Dalam model SCL, guru harus mampu peserta dididk didorong untuk memiliki
melaksanakan perannya dengan baik yaitu motivasi dalam diri sendiri, kemudian
tidak hanya sebgai pegajar, tetapi juga berupaya keras untuk mencapai kompetensi
sebagai motivator, fasilitator, dan yang diinginkan. Hal ini bisa dilakukan
innovator. Guru tidak hanya dituntut untuk dengan banyak berdiskusi, maka peserta
mengajar saja di depan kelas melainkan didik berani mengemukakan pendapat, serta
juga berperan membantu peserta didik belajar memecahkan masalah yang
untuk memecahkan masalah saat peserta dihadapi. SCL merupakan pendekatan
didik mengalami kesulitan dalam proses dalam pembelajaran yang memfasilitasi
pembelajaran. Natawijaya dalam Depdiknas pembelajar untuk terlibat dalam proses
(2005:31) menyebutkan bahwa belajar aktif experiential learning. Bila pembelajar itu
adalah suatu sistem belajar mengajar yang dapat dikategorikan ke dalam tipe-tipe
menekankan keaktifan siswa secara fisik, activist, reflector, theorist, dan pragmatist,
mental intelektual dan emosional guna berarti pendekatan SCL tersebut merupakan
memperoleh hasil belajar berupa perpaduan metode yang dapat memfasilitasi
antara aspek kognitif, afektif dan pembelajar, dalam hal ini peserta didik
psikomotor. sehingga secara langsung ataupun tidak
Pada model pembelajaran SCL dapat terlibat dalam proses pembelajaran.
peserta didik diuntut aktif mengerjakan Model pembelajaran SCL, pada saat ini
tugas dan mendiskusikannya dengan diusulkan menjadi model pembelajaran
yang sebaiknya digunakan karena memiliki Oleh karena itu, pembelajaran ke
beberapa keunggulan yaitu: depan di dorong menjadi berpusat pada
1. Peserta didik akan dapat merasakan peserta didik (Student Centered
bahwa pembelajaran menjadi miliknya Learning/SCL) dengan memfokuskan pada
sendiri karena peserta didik diberi capaian pembelajaran yang diharapkan.
kesempatan yang luas untuk Berpusat pada peserta didik menyatakan
berpartisipasi. bahwa capaian pembelajaran lulusan diraih
2. Peserta didik memiliki motivasi yang melalui proses pembelajaran yang
kuat untuk mengikuti kegiatan mengutamakan pengembangan kreativitas,
pembelajaran. kapasitas, kepribadian dan kebutuhan
3. Tumbuhnya suasana demokratis dalam peserta didik, serta mengembangkan
pembelajaran sehingga akan terjadi kemandirian dalam mencari dan
dialog dan diskusi untuk saling belajar- menemukan pengetahuan. Peserta didik
membelajarkan diantara peserta didik. harus didorong untuk memliki motivasi
4. Dapat menambahakan wawasan pikiran dalam diri mereka sendiri, kemudian
dan pengetahuan bagi pendidik Karena berupaya keras mencapai hasil
sesuatu yang dialami dan disampaikan pembelajaran yang diinginkan.
peserta didik mungkin belum diketahui Perubahan pendekatan dalam
sebelumnya. pembelajaran dari TCL menjadi SCL
Keunggulan-keunggulan yang adalaha perubahan paradigma, yaitu
dimiliki model pembelajaran SCL tersebut perubahan dalam cara memandang
akan mampu mendukung upaya ke arah beberapa hal dalam pembelajaran, yakni; a)
pembelajaran yang efektif dan efisien pengetahuan, dari pengetahuan yang
(Harsono, 2009; Sudjana 2005). dipandang sebagai sesuatu yang sudah jadi
yang tinggal ditransfer dari dosen ke
Perbedaan TCL dan SCL mahasiswa, menjadi pengetahuan
Pola pembelajaran yang terpusat dipandang sebagai hasil konstruksi atau
pada dosen (Teacher Centered hasil transformasi oleh pembelajar, b)
Learning/TCL) seperti yang dipraktikan belajar, belajar adalah menerima
pada saat ini sudah tidak memadai untuk pengetahuan (pasif-reseptif) menjadi
mencapai tujuan pendidikan berbasis belajar adalah mencari dan mengkonstruksi
capaian pembelajaran. Berbagai alasan pengetahuan, aktif dan spesifik caranya, c)
yang dapat dikemukakan antara lain adalah pembelajaran, guru menyampaikan
(i) perkembangan IPTEK dan seni yang pengetahuan atau mengajar (ceramah dan
sangat pesat dengan berbagai kemudahan kuliah) menjadi dosen berpartisipasi
untuk mengaksesnya merupakan materi bersama peserta didik membentuk
pembelajaran yang sulit dapat dipenuhi oleh pengetahuan.
seorang pendidik, (ii) perubahan Dengan paradigma ini, maka tiga
kompetensi kekaryaan yang berlangsung prinsip yang harus ada dalam pembelajaran
sangat cepat memerlukan materi dan proses SCL adalah (a) memandang pengetahuan
pembelajaran yang lebih fleksibel, (iii) sebagai satu hal yang belum lengkap, (b)
kebutuhan untuk mengakomodasi memandang proses belajar sebagai proses
demokratisasi partisipatif dalam proses untuk merekonstruksi dan mencari
pembelajaran.
pengetahuan yang akan dipelajari;, serta (c) Proses Proses pembelajaran da
memandang proses pembelajaran bukan pembelajaran asesmen dilakukan
sebagai proses pengajaran (teaching) yang dan penilaian secara
dapat dilakukan secara klasikal, dan bukan dilakukan berkesinambungan dan
merupakan suatu proses untuk menjalankan secara terpisah terintegrasi
sebuah instruksi baku yang telah dirancang. Menekankan Penekanan pada proses
Proses pembelajaran adalah proses dimana pada jawaban pengembangan
pendidik menyediakan berbagai macam yang benar pengetahuan. Kesalahan
strategi dan metode pembelajaran dan dinilai dan dijadikan
paham akan pendekaan pembelajaran sumber pembelajaran.
mahasiswanya untuk dapat
Ditambahkan pula oleh Jacobs dan
mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Toh-Heng (2003) yang menjelaskan bahwa
Perbedaan pendekatan pembelajaran
melalui metode TCL, penilaian difokuskan
yang berpusat pada pendidik (TCL) dan
pada kekurangan yang dimiliki siswa dalam
pembelajaran yang berpusat pada peserta
mencapai target prestasi tertentu dan
didik (SCL) dapat dirinnci pada tabel
menentukan cara untuk memperpendek
berikut.
jarak target dengan capaian prestasi riil
TCL SCL
siswa yang bersangkutan. Sementara itu di
Pengetahuan Peserta didik aktif
dalam metode SCL, siswa secara aktif dan
ditransfer dari mengembangkan
mandiri berposes dalam penilaian diri
pendidik ke pengetahuan dan
sendiri dan melakukan evaluasi diri dengan
peserta didik keterampilan yang
panduan umpan balik dari guru. Di dalam
dipelajarainnya
setting TCL, motivasi siswa dalam belajar
Peserta didik Peserta didik aktif lebih banyak ekstrinsik karena bertumpu
menerima terlibat dalam pada reward dan punisment yang diberikan
pengetahuan mengelola pengetahuan oleh guru. Keadaan yang berbeda dijumapai
secara pasif pada kelas SCL dimana siswa didorong
Menekankan Tidak hanya untuk belajar secara mandiri, bekerja dan
pada menekankan pada belajar untuk menemukan banyak ide-ide,
penguasaan penguasaan materi, pengetahuan serta keterampilan baru
materi tetapi juga berdasrkan motivasi intrinsik.
mengembangkan Penilitian menunjukkan bahwa
karakter peserta didik motivasi dari dalam lebih efektif
(Life-Long Learning) dibandingkan motivasi dari luar dalam
Bisa Memanfaatkan banyak upaya mencapai hasil belajar yang optimal.
memanfaatkan media (multimedia) Motivasi dari dalam dapat dilakukan
media tunggal dengan membangkitkan perasaan ingin
Fungsi Fungsi pendidik sebagai tahu, ingin mencoba, dan hasrat untuk maju
pendidik fasilitator dan evaluasi dan belajar, sedangkan motivasi dari luar
sebagai dilakukan bersama dapat dilakukan dengan memberikan
pemberi infor- dengan peserta didik ganjaran, yaitu hukuman dan pujian.
masi utama Namun demikian, keterlibatan guru
dan evaluator dalam TCL justru menjadi kian penting.
Pendidik diharapkan menjadi fasilitator dan 3. Merancang strategi dan lingkungan
mengembangkan komunikasi yang efektif pembelajaran yang dapat
dengan siswa selama pembelajaran berlang- 4. Menyediakan beragam pengalaman
sung, terutama dalam mengarahkan siswa belajar yang diperlukan peserta didik
untuk mampu mengembangkan kemandi- dalam rangka mencapai kompetensi
rian, kerja sama, kemampuan memecahkan yang dituntut dalam mata pelajaran
masalah dan pemahaman akan keunggulan 5. Membantu peserta didik mengakses
diri sendiri terkait dengan tugas yang harus informasi, menata dan memprosesnya
dilakukan (Geven & Attard, 2012). untuk dimanfaatkan dalam memecahkan
permaslahan hidup sehari-hari
Pembelajaran Student Centered Learning 6. Mengidentifikasi dan menentukan pola
Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 penilaian hasil belajar peserta didik
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan yang relevan dengan capaian
Undang-undang Republik Indonesia Nomor pembelajaran yang akan diukur.
12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Sementara itu, peran yang harus
dinyatakan bahwa “pembelajaran adalah dilakukan oleh peserta didik dalam
interaksi antara pendidik, peserta didik, dan pembelajaran SCL adalah:
sumber belajar, di dalam lingkungan belajar 1. Memahami capaian pembelajaran pada
tertentu”. mata pelajaran yang dipaparkan oleh
Berdasarkan pada pernyataan di guru atau pendidik
atas, maka dalam mendeskripsikan setiap 2. Menguasai strategi pembelajaran yang
unsur yang terlibat dalam pembelajaran ditawrkan guru/pendidik
tersebut dapat ditengarai ciri pembelajaran Belajar secara aktif (dengan cara
yang berpusat pada peserta didik. Ciri mendengar, membaca, menulis, diskusi,
metode pembelajaran SCL sesuai unsurnya dan terlibat dalam pemecahan masalah serta
dapat dapat diciri sebagai berikut: pendidik lebih penting lagi terlibat dalam kegiatan
berperan sebagai fasilitator dan motivator; berpikir tingkat tinggi, seperti analisis,
peserta didik , harus menunjukan kinerja, sintesis dan evaluasi), baik secara individu
yang bersifat kreatif yang mengintegrasikan maupun berkelompok.
kemampuan kognitif, psikomotorik dan Proses pembelajaran melalui
afeksi secara utuh; proses interaksinya, kegiatan kurikuler wajib dilakukan secara
menitikberatkan pada “method of inquiry sistematis dan terstruktur melalui berbagai
discovery”; sumber belajarnya, bersifat mata pelajaran dengan beban belajar yang
multidimensi, artinya bisa didapat dari terukur dan menggunakan metode pembelaj
mana saja; dan lingkungan belajarnya, yang efektif sesuai dengan karakteristik
harus terancang dan kontekstual. mata pelajaran. Metode pembelajaran yang
Dalam proses pembelajaran SCL, dapat dipilih untuk pelaksanaan
guru masih memiliki peran yang penting pembelajaran antara lain:
dalam pelaksanaan SCL, yaitu:
1. Bertindak sebagai fasilitator dalam Small Grup Discussion
proses pembelajaran Diskusi adalah salah satu elemen
2. Memahami capaian pembelajaran mata belajar secara aktif dan merupakan bagian
pelajaran yang perlu dikuasai peserta dari banyak model pembelajaran SCL yang
didik di akhir pembelajaran lain, seperti CL, CbL, PBL, dan lain-lain.
Peserta didik diminta membuat kelompok mempraktikan kemampuan tim; (4)
kecil (5 sampai 10 orang) untuk mengembangkan kemampuan menyelesai-
mendiskusikan bahan yang diberikan oleh kan masalah (problem solving); (5)
guru atau bahan yang diperoleh sendiri oleh menggunakan kemampuan sintesis; dan (6)
anggota kelompok tersebut. Dengan mengembangkan kemampuan empati.
aktivitas kelompok kecil, peserta didik akan
belajar; (a) Menjadi pendengar yang baik, Discovery Learning
(b) Bekerja sama untuk tugas bersama, (c) DL adalah metode metode belajar
Memberikan dan menerima umpan balik yang sering difokuskan pada pemanfaatan
yang konstruktif (d) Menghormati informasi yang tersedia, baik yang
perbedaan pendapat, (e) Mendukung diberikan guru maupun yang dicari sendiri
pendapat dengan bukti (f) Menghargai oleh peserta didik, untuk membangun
sudut pandang yang bervariasi (gender, pengetahuan dengan cara belajar mandiri.
budaya dan lain-lain).
Adapun aktivitas diskusi kelompok Self Directed Learning
kecil dapat berupa: SDL adalah proses belajar yang
1. Membangkitkan ide dilakukan atas inisiatif individu peserta
2. Menyimpulkan poin penting didik sendiri. Dalam hal ini, perencanaan,
3. Mengakses tingkat skill dan pelaksanaan, dn penilaian terhadap
pengetahuan pengalaman belajar yang telah dijalani,
4. Mengkaji kembali topic di kelas dilakukan semuanya oleh individu yang
sebelumnya bersangkutan. Sementara guru hanya
5. Menelaah latihan, kuis, tugas menulis bertindak sebagai fasilitator, yang memberi
6. Memproses outcome pembelajaran pada arahan, bimbingan, dan konfirmasi terhadap
akhir kelas kemajuan belajar yang telah dilakukan
7. Memberi komentar tentang jalannya individu peserta didik tersebut.
kelas
Cooperative Learning (CL)
8. Membandingkan teori, isu dan
CL adalah metode belajar
interpretasi
berkelompok yang dirancang oleh pendidik
9. Menyelesikan masalah dan
untuk memecahkan suatu masalah/kasus
10. Brainstroming
atau mengerjakan suatu tugas. Kelompok
Simulasi/Demonstrasi ini terdiri atas beberapa orang peserta didik
Simulasi adalah model yang yang memiliki kemampuan yang beragam.
membawa situasi yang mirip dengan
Collaborative Learning (CBL)
sesungguhnya ke dalam kelas. Simulasi
CbL adalah metode belajar yang
dapat berbentuk (1) permainan peran (role
menitikberatkan pada kerja sama antar
playing). (2) simulation exercises and
peserta didik yang didasarkan pada
simulation games (3) model komputer.
konsensus yang dibangun sendiri oleh
Simulasi dapat mengubah cara pandang
anggota kelompok. Masalah/ tugas/ kasus
(mindset) peserta didik, dengan jalan: (1)
memang berasal dari pendidik dan bersifat
mempraktikan kemampuan umum (missal
open ended, tetapi pembentukan kelompok
komunikasi verbal dan nonverbal); (2)
yang didasrkan pada minat, prosedur
mempraktikan kemampuan khusus; (3)
dengan bagaimana hasil diskusi/ kerja dengan memanfaatkan masaalah dan
kelompok, sampai dengan bagaimana hasil peserta didik harus melakukan
diskusi/ kerja kelompok ingin dinilai oleh pencarian/penggalian informasi (inquiry)
pendidik, semuanya ditentukan melalui untuk daapat memecahkan masalah
konsensus bersama antar anggota tersebut.
kelompok.
PENUTUP
Contextual Instruction (CI)
Pola pembelajaran merupakan hal
CI adalah konsep belajar yang
penting yang harus diperhatikan dalam
membantu pendidik mengaitkan isi mata
proses belajar mengajar. Karena dengan
pelajaran dengan situasi nyata dalam
pola pembelajaran yang sesuai dapat
kehidupan sehari-hari dan memotivasi
menentukan keberhasilan belajar jangka
mahasiswa untuk membuat keterhubungan
panjang bagi siswa. Oleh karenanya
antara pengetahuan dan aplikasinya dalam
seorang pendidik harus kreatif dalam
kehidupan sehari-hari sebagai anggota
memilih serta menerapkan model/pola
masyarakat, pelaku kerja profesional atau
pembelajaran yang digunakan sebagai
manajerial, enterpreneur maupun investor.
pedoman dalam perencanaan pembelajaran
secara sistematis dalam kelas agar
Project-Basic Learning
teciptanya pengalaman belajar yang baik
PjBL adalah metode lbelajar yang
bagi siswa, sehingga dalam menerima
sistematis, yang melibatkan peserta didik
pembelajaran, siswa mampu berpikir secara
dalam belajar pengetahuan dan
rasional, logis, dan kritis serta sistematis.
keterampilan melalui proses prncarian/
Pola pembelajaran harus
penggalian (inquiry) yang panjang dan
disesuaikan dengan perkembangan
terstruktur terhadap pertanyaan otentik dan
kurikulum yang diterapkan. Mengapa
kompleks serta tugas dan produk yang
diperlukan perubahan kurikulum
dirancang dengan sangat hati-hati.
sebelumnya menjadi kurikulum berbasis
Problem-Based Learning/Inquiry (PBL/I) kompetensi karena tantangan pendidikan
PBL/I aalah belajar dengan pada era globalisasi adalah menghasilkan
memanfaatkan maslah dan peserta didik Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu
harus melakukan pencarian/penggalian berperan secara global.
informasi (inquiry) untuk dapat Dewasa ini perkembangan Ilmu
memecahkan masalah tersebut. Pada Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
umumnya, terdapat empat langkah yang semakin canggih dan luas, oleh karenanya
perlu dilakukan peserta didik dalam PBL/I, pola pembelajaran juga harus mengalami
yaitu: (1) menerima masalah yang relevan perubahan dari Teacher Centered
dengan salah satu/beberapa kompetensi Learnning (TCL) menjadi Student Centered
yang dituntut mata pelajaran dari gurunya; Learning (SCL) dimana guru tidak hanya
(2) melakukan pencarian data dan informasi menjadi sentral dalam memberikan
yang relevan untuk memecahkan masalah; informasi dalam pembelajaran namun
(3) menata data dan mengaitkan data sebagai fasilitator dan motivator dan siswa
dengan masalah; (4) menganilisis strategi harus menunjukkan kinerja, yang bersifat
pemecahan masalah PBL/I adalah belajar kreatif yang menintegrasikan kemampuan
kognitif, psikomotorik dan afeksi secara terancang dan kontekstual. Tujuan dari pola
utuh. Dan proses interaksinya, pembelajaran merupakan proses perubahan
menitikberatkan pada method of inquiry cara perpikir pada siswa sebagai hasil dari
and discovery. Sumber belajarnya bersifat pengalaman dalam berinteraksi dengan
multidimensi serta lingkungan belajar yang lingkungannya.

DAFTAR PUSTAKA
Amhari, Ahmad. 2014. Model Pembelajaran Teacher Centerdan Studen Center, (Online),
(http://amdayhary.blogspot.com/, Diakses pada 23 November 2018).
Antika, Reza Rindy. 2014. Proses Pembelajaran Berbasis Student Centered Learning (Studi
Deskriptif di Sekolah Menengah Pertama Islam Baitul „Izzah. Artikel BioKultur, 3(1),
halaman 252.
Jamaati, Suprihatin. 2015. Peningkatan Motivasi Belajar Bahasa Indonesia Tentang Membaca
Intensif Melalui Metode Diskusi pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sriwedari 01 Semester
II Tahun Pelajaran 2014/2015.
Khodijah, Nyayu. 2016. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
Kurdi, Fauziah Nuraini. 2009. Penerapan Student Centered Learning dari Teacher Centered
Learning Mata Ajar Ilmu Kesehatan pada Program Studi Penjaskes. Forum
Kependidikan, 28(2), halaman 109.
Mansyur, Umar. 2013. Evaluasi Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Indonesia SMP Peserta
MGMP dan yang Bukan Peserta MGMP di Kabupaten Pinrang. Thesis. Makassar:
Universitas Negeri Makassar
Mansyur, Umar. 2016. Inovasi Pembelajaran Bahasa Indonesia melalui Pendekatan Proses.
Retorika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, 9(2), 158–163.
https://doi.org/10.26858/retorika.v9i2.3806.
Mansyur, Umar. 2018. Pembelajaran Inovatif Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. INA-Rxiv.
https://doi.org/10.31227/osf.io/fyr8g.
Mulyadi, Seto, Basuki, Heru, M, A. & Rahardjo, Wahyu. 2016. Psikologi Pendidikan dengan
Pendekatan Teori-teori Baru dalam Psikologi. Depok: PT RajaGrafindo Persada.
Valmey, Dyas. 2016. Problematika dalam Metode Pembelajaran dan Solusi Pemecahannya,
(Online), (http://dyasvalmey.blogspot.com/, Diakses pada 23 November 2018).

Anda mungkin juga menyukai