Anda di halaman 1dari 12

MOTIVASI BELAJAR

Dosen Pengampu:Sariana Marbun,S.Pd,M.Pd

Disusun Oleh:
Emsilia Pasaribu (2223121049)
Zuan Sandria Baltazar Serang (2223121023)

PENDIDIKAN BAHASA INGRRIS

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Tuhan, berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga makalah dengan
berjudul “Motivasi Belajar” dapat selesai.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas rutin Psikologi Kependidikan yang di
tugaskan oleh Ma’am Sariana Marbun S.Pd,M.Pd. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan
menambah wawasan kepada pembaca tentang Motivasi belajar perserta didik. Penulis juga
mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses
penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan.Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari pembaca
apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Medan, 01 Mei 2023

Tim Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia
melalui kegiatan pengajaran. Salah satu faktor dari dalam diri yang menentukan berhasil tidaknya
dalam proses belajar mengajar adalah motivasi belajar. Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan
keseluruhan daya penggerak di dalam diri yang menimbulkan kegiatan belajar,yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non
intelektual. Seseorang yang mempunyai intelegensi yang cukup tinggi, bisa gagal karena kurang
adanya motivasi dalam belajarnya.
Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar baik bagi guru maupun
siswa. Bagi guru mengetahui motivasi belajar dari siswa sangat diperlukan guna memelihara dan
meningkatkan semangat belajar siswa. Bagi siswa motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat
belajar sehingga siswa terdorong untuk melakukan perbuatan belajar. Siswa melakukan aktivitas
belajar dengan senang karena didorong motivasi. Sedangkan faktor dari luar diri siswa yang dapat
mempengaruhi belajar adalah faktor metode pembelajaran. Selain siswa, unsur terpenting yang ada
dalam kegiatan pembelajaran adalah guru. Guru sebagai pengajar yang memberikan ilmu pengetahuan
sekaligus pendidik yang mengajarkan nilai-nilai, akhlak, moral maupun sosial dan untuk menjalankan
peran tersebut seorang guru dituntut untuk memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas yang
nantinya akan diajarkan kepada siswa. Seorang guru dalam menyampaikan materi perlu memilih
metode mana yang sesuai dengan keadaan kelas atau siswa sehingga siswa merasa tertarik untuk
mengikuti pelajaran yang diajarkan. Dengan variasi metode dapat meningkatkan kegiatan belajar
siswa.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa itu motivasi belajar?
2. Apa saja pendekatan dalam penerapan motivasi belajar?
3. Bagaimana membangun motivasi belajar di kelas?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi, konsep, komponen, manfaat, faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar.
2. Untuk mengetahui apa saja pendekatan-pendekatan dalam penerapan motivasi belajar.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara membangun motivasi belajar di kelas.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Motivasi Belajar
Motivasi dalam bahasa latin disebut motivum, artinya alasan yang menyebabkan sesuatu
bergerak. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:80) “Motivasi dipandang sebagai dorongan mental
yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia termasuk perilaku belajar”. Sejalan dengan
itu, Ratumanan (2002:72) mengatakan bahwa; “Motivasi adalah sebagai dorongan dasar yang
menggerakkan seseorang bertingkah laku”. Sedangkan motivasi belajar adalah “Keseluruhan daya
penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan
kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan (Tadjab,
1994:102)”. Woolfolk (2007) menyebutkan bahwa motivasi adalah suatu keadaan internal yang dapat
membangkitkan semangat, mengarahkan dan memelihara suatu perilaku. Motivasi pada dasarnya
bermakna kontekstual, mempunyai intensitas dan arah.
Motivasi dapat bersumber dari dalam diri dan yang bersumber dari luar diri. Motivasi
intrinsik (dari dalam diri) muncul karena individu senang melakukannya. Motivasi mendorong dan
memberi energi pada tingkah laku. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku individu
yang bersumber dari luar dirinya. Seseorang berbuat sesuatu karena dorongan dari luar dirinya seperti
adanya reward dan menghindari adanya punisment. Motivasi ekstrinsik dapat berubah menjadi
motivasi intrinsik. Perbedaan esensial motivasi intrinsik dan ekstrinsik seseorang adalah alasan orang
tersebut bertindak. Artinya, apakah locus of causality (letak penyebab) tindakan itu berada di dalam
atau di luar dirinya. Bila letaknya internal, motivasinya intrinsik; bila di luar motivasinya ekstrinsik.
Kebanyakan motivasi memiliki kedua elemen itu. Faktanya, motivasi intrinsik dan ekstrinsik mungkin
merupakan dua kecenderungan yang independen, keduanya dapat beroperasi secara bersamaan dalam
situasi tertentu.
Motivasi belajar adalah keinginan, perhatian, kemauan siswa dalam belajar: Wloodkowski
(2007) menyebutkan bahwa motivasi belajar adalah arah dan ketahanan perilaku siswa dalam belajar.
Motivasi belajar tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah goyah untuk mencapai sukses,
meskipun dihadang banyak kesulitan. Komponen utama motivasi belajar adalah kebutuhan, dorongan
dan tujuan belajar. Kebutuhan belajar terjadi bila individu merasakan ketidak seimbangan antara yang
dimiliki dan yang diharapkan. Dorongan belajar merupakan kekuatan mental untuk melakukan
kegiatan dalam rangka memenuhi harapan dalam belajar. Dorongan berorientasi pada tujuan belajar.
Tujuan belajar inilah yang menjadi inti motivasi belajar. Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh
seorang individu. Tujuan belajar mengarahkan perilaku belajar individu.
Perilaku belajar siswa di sekolah dapat diamati mulai dari sebelum belajar, selama proses
belajar dan sesudah belajar. Menurut Biggs dan Tefler dalam Dimyati (2002) hal-hal yang
berpengaruh sebelum belajar adalah ciri khas pribadi siswa, minar kecakapan, pengalaman dan
keinginan belajar. Pada proses belajar hal yang berpengaruh adalah sikap dan motivasi, konsentrasi,
kemampuan mengolah, menyimpan, menggali dan unjuk kerja berprestasi. Sesudah belajar,
merupakan tahap untuk prestasi hasil belajar.
Rekayasa pedagogis yang dilakukan guru sebagai pengalaman belajar di sekolah, akan
membantu perkembangan kemampuan belajar siswa, terutama dalam hal pembentukan sikap dan
motivasi yang tepat, konsentrasi, kemampuan mengolah, menyimpan, menggali dan unjuk kerja
berprestasi siswa di sekolah. Sejak memasuki pendidikan di sekolah diharapkan proses perkembangan

5
ini berlangsung secara bertahap dan kontiniu, hingga akhirnya siswa memiliki kemampuan belajar
sepanjang hayat. Seperti kemampuan memotivasi diri untuk belajar diharapkan melalui rekayasa
pedagogis ini akan dapat mengubah motivasi ekstrinsik menjadi motivasi intrinsik. Dengan kata lain,
pengalaman belajar di sekolah akan menumbuhkan motivasi belajar siswa ke arah yang lebih baik bila
dibanding dengan pada saat berada di jenjang kelas sebelumnya.
Motivasi belajar pada diri siswa dapat diamati dari perilakunya. Seorang siswa yang memiliki
motivasi tinggi akan memperlihatkan minat, mempunyai perhatian dan keinginan yang kuat untuk
terlibat atau ikut serta dalam proses belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat akan
bekerja keras dan hekerja terus serta memberikan waktu kepada usaha belajar sampai semua tugas
belajar selesai.
2.2 Komponen Motivasi Belajar
Keller dalam Suciati (2001) mengemukakan empat komponen motivasi belajar yang disebutnya
sebagai model ARCS. Yaitu, Attention (perhatian), Relevansi (relevansi), Confidence (kepercayaan
diri) dan Satisfaction (kepuasan).
a) Attention (perhatian) siswa terhadap pelajaran di sekolah muncul didorong oleh rasa ingin
tahu.
b) Relevansi, menunjukkan adanya hubungan materi pelajaran dengan kondisi siswa. Motivasi
belajar siswa akan terpelihara apabila mereka menganggap pelajaran yang dipelajarinya akan
memenuhi kebutuhan pribadinya, bermanfaat untuk dirinya serta sesuai dengan nilai yang
dianutnya.
c) Confidence (percaya diri) yaitu perasaan mampu dalam diri siswa yang merupakan potensi
untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Hal ini berhubungan dengan
keyakinan siswa bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan suatu tugas yang
menjadi syarat keberhasilan. Motivasi akan meningkat sejalan dengan meningkatnya harapan
untuk berhasil. Harapan ini dipengaruhi oleh pengalaman sukses di masa lampau. Motivasi
dapat menghasilkan ketekunan yang membawa keberhasilan dan selanjutnya pengalaman
sukses tersebut akan memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas berikutnya.
d) Satisfaction (kepuasan). Usaha belajar yang dilakukan siswa dipengaruhi konsekuensi yang
diterimanya. Konsekuensi yang sesuai dengan harapan akan memberikan kepuasan.
Selanjutnya kepuasan ini akan membuat siswa termotivasi untuk terus berusaha mencapai
tujuan yang serupa. Keempat komponen motivasi belajar ini dapat digunakan untuk
memotivasi siswa di dalam proses pembelajaran.

2.3 Manfaat Motivasi Belajar


Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru (Dimyanti, 2002).
Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru, bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai
berikut :
a. Menyadarkan kedudukan siswa pada awal belajar, proses dan hasil belajar.
b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar yang dimilikinya dibandingkan dengan teman
sebaya.
c. Mengarahkan kegiatan belajar.
d. Membesarkan semangat belajar.
e. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja.

6
Motivasi belajar juga penting diketahui oleh guru, karena pengetahuan dan pemahaman tentang
motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru untuk :
a. Membangkitkan, meningkatkan dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil.
b. Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa dikelas yang bermacam-macam, ada yang acuh
tak acuh, ada yang tak mendapatkan perhatian, ada yang beriman, disamping bersemangat untuk
belajar
c. Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran seperti
penasehat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiyah atau pendidik.
d. Memberi peluang bagi guru untuk kerja rekayasa pendagonis.
Tugas guru adalah membuat siswa belajar sampai berhasil. Tentang profesinya justru terlertak pada
mengubah siswa tak berminat menjadi bersemangat belajar.
2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
1. Cita-cita atau aspirasi siswa.
Cita-cita atau aspirasi siswa untuk menjadi seseorang (Misalnya untuk menjadi pemain
bulutangkis) akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan perilaku belajar.
Keberhasilan mencapai keinginan ini akan menumbuhkan kemauan untuk bergiat bahkan di
kemudian hari akan menumbuhkan cita-cita dalam kehidupan. Keinginan siswa yang
terpuaskan akan dapat membesarkan kemampuan dan semangat belajar.

2. Kemampuan siswa
Kemampuan akan memperkuat motivasi siswa untuk melaksanakan tugas-tugas
perkembangan. Kemampuan siswa untuk menguasai materi pelajaran pada umumnya dihargai
dan diperkuat dengan pemberian nilai rata-rata yang tinggi dan pelajaran-pelajaran yang
dipelajarinya tersebut. Keyakinan ini akan memotivasi siswa secara terus-menerus untuk
menyelesaikan tugas-tugas belajarnya motivasi yang kuat ini pada akhirnya membawa siswa
pada kesuksesan belajar.

3. Kondisi siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar
siswa yang sakit akan enggan belajar siswa yang marah akan sukar memusatkan perhatian
pada pelajaran. Seorang siswa yang sakit apabila telah sembuh akan dapat mengejar
ketinggiannya dan akhirnya memperoleh nilai yang baik.

4. Kondisi lingkungan siswa


Lingkungan yang aman tentram tertib indah akan memperkuat semangat motivasi belajar
siswa.

5. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran


Perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran merupakan unsur-unsur dinamis di dalam
diri siswa yang akan mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Lingkungan alam,
lingkungan pergaulan lingkungan pendidikan serta media massa akan memberi pengaruh
terhadap kehidupan individu.

6. Upaya guru dalam membelajarkan siswa


Upaya tersebut meliputi penyelenggaraan tata tertib sekolah, membina disiplin belajar,
memanfaatkan waktu dan pemeliharaan fasilitas sekolah, membina tertib pergaulan.

7
Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi di dalam kegiatan belajar
disekolah diantaranya adalah:

1. Pemberian Hadiah
Pemberian hadiah dapat juga dikatakan sebagai salah satu cara untuk memberikan motivasi
meskipun tidak selalu demikian adanya. Hadiah untuk suatu pekerjaan mungkin tidak akan
menarik bagi seseorang yang tidak senang atau tidak berbakat untuk suatu pekerjaan tersebut,
misalnya hadiah yang diberikan untuk menggambar yang terbaik mungkin tidak akan menarik
bagi orang yang tidak memiliki bakat menggambar. Dengan demikian memberikan hadiah
kita harus menindak bakat kesenangan bahkan situasi yang ada pada anak yang akan kita beri
hadiah.

2. Memberi angka
Dalam hal ini angka merupakan suatu simbol dari nilai kegiatan belajar anak. Biasanya angka
nilai pada rapat yang tinggi adalah merupakan harapan bagi setiap anak sehingga mereka akan
selalu berupaya dan terdorong atau termasuk termotivasi untuk belajar giat untuk memperoleh
nilai yang tinggi atau baik.

3. Memberikan pujian
Pujian merupakan salah satu cara untuk memberikan motivasi kepada anak. Apabila ada
siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik perlu diberikan pujian.
Yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan selanjutnya akan dapat
memperkecil daerah belajar tentang sekaligus akan membangkitkan harga diri.

4. Kompetisi
Persaingan baik individual maupun kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar.

2.5 Pendekatan Dalam Penerapan Motivasi Belajar


1) Pendekatan behavioral
Motivasi siswa menurut pendekatan ini dimulai dari analisis yang seksama atas insentif dan
reward yang diberikan di kelas. Reward adalah objek atau kejadian atraktif yang diberikan
sebagai konsekuensi perilaku tertentu. Insentif adalah objek kejadian yang mendorong
perilaku misalnya janji guru untuk memberikan nilai a jika siswa menyelesaikan tugasnya
merupakan insentif, sedangkan jika benar-benar menerima nilai a adalah reward. Jika secara
konsisten perilaku tertentu diperkuat, maka akan dapat dibentuk suatu kebiasaan atau
kecenderungan untuk bertindak dengan cara tertentu.
2) Pendekatan humanitis
Pendekatan ini bersumber dari kebutuhan yang ada di dalam diri individu. Menurut maslow
kebutuhan manusia dapat digolongkan atas dua yaitu kebutuhan dasar dan kebutuhan untuk
“menjadi” . Kebutuhan dasar seperti fisiologis, rasa aman, kasih sayang sedangkan kebutuhan
untuk “menjadi” seperti kebutuhan kognitif belajar, estetika, aktualisasi diri. Seorang siswa
tidak akan dapat belajar jika kebutuhan fisiologi seperti lapar tidak dipenuhi terlebih dahulu.
Seorang anak tidak akan berminat belajar jika orang tuanya terancam bercerai atau kebutuhan
rasa aman tidak terpenuhi. Menurut pendekatan ini siswa akan termotivasi untuk
mengaktualisasikan potensi belajarnya jika semua kebutuhan siswa terpenuhi dari
lingkungannya.
3) Pendekatan kognitif
Pandangan pendekatan ini setiap orang pada dasarnya adalah aktif dan ingin tahu, mencari
informasi untuk mengatasi masalah-masalah yang relevan secara pribadi. Pendekatan ini
menekankan pada motivasi intrinsik. Para pakar pendekatan ini percaya bahwa perilaku
ditentukan oleh pikiran bukan semata-mata oleh reward atau hukuman untuk perilaku di

8
masa. Pendekatan kognitif memfokuskan diri pada motivasi internal untuk meraih sesuatu
keyakinan murid bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan mereka secara efektif dan dapat
menentukan tujuan.
4) Teori atribusi
Ciri ini menekankan pada usaha individu memahami perilaku, individu termotivasi untuk
menemukan sebab-sebab yang mendasarinya atribusi adalah sebab-sebab yang dianggap
menimbulkan. Misalnya siswa mengatakan mengapa nilai Saya tidak bagus pada pelajaran ini
apakah saya mendapat nilai baik karena saya belajar keras atau karena tesnya dibuat mudah
oleh guru atau keduanya? Pencarian sebab-sebab atau penjelasan ini lebih mungkin akan
muncul jika kejadian yang tak diduga atau kejadian penting berakhir dengan kegagalan.
Witner mengidentifikasi tiga dimensi atribusi kausal yaitu lokus stabilitas dan daya kontrol.
Lokus adalah resepsi murid tentang kesuksesan atau kegagalan sebagai akibat faktor eksternal
atau internal.
5) Teori ekspektansi x nilai
Diri ini menegaskan bahwa Motivasi adalah produk dua faktor utama yaitu ekspektasi
individu untuk mencapai tujuan dan makna tujuan itu bagi dirinya contohnya kalau aku
belajar keras apakah aku dapat sukses?. Motivasi adalah produk kedua hal ini jika salah
satunya norma tidak ada motivasi untuk mencapai tujuan.
6) Pandangan sosiokultural
Pandangan ini motivasi menekankan partisipasi dalam community. Orang terlibat dalam
berbagai kegiatan untuk mempertahankan identitas dan relasi interpersonalnya di masyarakat.
Siswa akan termotivasi belajar jika komunitas kelas atau sekolahnya menjunjung tinggi
pentingnya belajar.
7) Teori self determination
Ciri ini menekankan bahwa semua individu merasa perlu kompeten dan kapabel dalam
berinteraksi, merasa perlu untuk memiliki beberapa pilihan dan perasaan memilih kontrol atas
kehidupan diri sendiri, merasa perlu untuk menjadi bagian sebuah kelompok sosial. Need of
autonomy adalah tindakan seseorang yang ditentukan oleh keinginan sendiri bukan karena
reward atau tekanan eksternal. Need of relatedness untuk keinginan untuk membangun
pertanian emosional yang erat dan dekat dengan orang lain.
8) Goal setting theory (teori tujuan)
Tujuan dapat meningkatkan motivasi jika tujuan tersebut spesifik, memiliki tingkat kesulitan
yang sedang dan dapat dicapai dalam waktu dekat. Terdapat beberapa jenis tujuan pertama
mastery goal yaitu niat untuk memperoleh pengetahuan dan menguasai keterampilan yang
membuat siswa mencari tantangan dan tetap bertahan saat menghadapi kesulitan, kedua
adalah performance goal adalah niat untuk mendapatkan nilai baik atau tampak lebih pintar
atau lebih memperbanding orang lain yang membuat siswa terobsesi dengan dirinya dan
bagaimana mereka tampil.

2.6 Cara Membangun Motivasi Belajar Di Kelas


a. Pilih metode belajar yang tepat
Guru harus bisa memilih metode yang digunakan untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa. Pemilihan metode ini bisa menjadi tolok ukur apakah siswa merasa
jenuh atau antusias dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Memaksimalkan fasilitas belajar
Misalnya dengan memanfaatkan perpustakaan dan taman sekolah untuk proses
belajar agar siswa tidak bosan belajar di dalam kelas. Selain itu, juga bisa
memanfaatkan laboratorium, ruang komputer, aula, masjid, dan lainnya. Begitu juga
dengan fasilitas pembelajaran jarak jauh, misalnya menggunakan ruang pertemuan
online.
c. Memanfaatkan media belajar

9
Saat ini media belajar sudah semakin beragam. Selain buku, siswa bisa mencari
informasi dan ilmu pengetahuan melalui internet. Di internet pun tersedia banyak
media belajar, mulai dari bacaan, audio, hingga video belajar. Bahkan, media belajar
ini banyak yang gratis sehingga semakin memudahkan siswa untuk memperoleh
informasi. Hal ini bisa dijadikan cara guru meningkatkan motivasi belajar siswa agar
tidak cepat bosan dalam kegiatan belajar mengajar.
d. Meningkatkan kualitas guru
Kualitas guru ini tidak hanya diukur dari penguasaan dan cara menyampaikan materi
kepada siswa, namun juga kemampuan guru mengerti psikologi anak. Cara untuk
meningkatkan kualitas guru dapat dilakukan dengan menempuh pendidikan lanjutan
maupun seminar. Pihak sekolah tentunya juga punya peran dalam peningkatan
kualitas guru ini.
e. Evaluasi pembelajaran
Jika siswa dirasa belum memiliki motivasi belajar yang tinggi, guru perlu melakukan
evaluasi pembelajaran. Hal ini untuk menilai apakah kegiatan belajar mengajar
selama ini sudah efektif atau belum. Evaluasi ini bisa dilihat dari analisis nilai siswa.
Selain itu, juga mengevaluasi metode dan media belajar yang selama ini digunakan.
f. Ciptakan suasana belajar yang menyenangkan
Misalnya, guru memberi pujian kepada siswa yang dapat menjawab pertanyaan.
Sementara ketika siswa tidak bisa menjawab bukan langsung dimarahi, namun
dikoreksi secara baik.
g. Ciptakan persaingan yang sehat dan kerjasama
Terkadang, persaingan bisa membuat siswa yang satu ingin lebih maju dari siswa
yang lainnya.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Motivasi adalah alasan yang menyebabkan sesuatu bergerak. Motivasi adalah suatu keadaan
internal yang dapat membangkitkan semangat mengarahkan dan memelihara suatu perilaku.
Motivasi belajar adalah keinginan, perhatian, kemauan siswa dalam belajar. Motivasi belajar
tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah buaya untuk mencapai sukses meskipun dihadang
kesulitan.
Suciati (2001) mengemukakan empat komponen motivasi belajar yaitu attention (perhatian),
relevansi, confidence atau kepercayaan diri, satisfaction atau kepuasan.
Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa motivasi belajar ini penting sebagai
upaya untuk memberikan kesadaran diri tentang kedudukannya pada awal kegiatan belajar, pada
proses dan hasil akhir belajar. Motivasi belajar juga penting diketahui guru pengetahuan dan
pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru terutama dalam
membangkitkan dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil.
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar seperti cita-cita atau aspirasi siswa,
kemampuan siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan, unsur-unsur dinamis dalam belajar dan
pembelajaran, upaya guru dalam membelajarkan siswa.
Terdapat pendekatan-pendekatan penerapan teori motivasi siswa dalam pembelajaran seperti
pendekatan behavioral, pendekatan humanitis, pendekatan kognitif, teori atribusi, teori ekspektansi
nilai, pandangan sosiokultural, teori self determination, dan goal setting teory.

11
DAFTAR PUSTAKA
Anita Woolfolk, 2004. Educational Psychology. Boston: Pearson educational
Jhon W. Santrick, 2007. Psikologi Pendidikan (terjemahan). Jakarta: Kencana
Sri Esti Wuryani Djiwandono. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia
Tri R, 2017. Urgensi Motivasi Dalam Proses Pembelajaran. Jurnal Diklat Keagamaan 11 (1): 33-41

12

Anda mungkin juga menyukai