Anda di halaman 1dari 17

UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI

BELAJAR SISWA

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH


Belajar dan Pembelajaran
Yang dibina oleh Ibu Siti Malikhah Towaf

Oleh

Arum Dwi Indahsari 150721600529


Inna Maskhatul Ilma 150721601490

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
JANUARI 2017
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya
manusia melalui kegiatan pengajaran. Salah satu faktor dari dalam diri yang menentukan berhasil
tidaknya dalam proses belajar mengajar adalah motivasi belajar. Dalam kegiatan belajar,
motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri yang menimbulkan kegiatan
belajar,yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar. Motivasi belajar menjadi faktor psikis
yang bersifat non intelektual. Seseorang yang mempunyai intelegensi yang cukup tinggi, bisa
gagal karena kurang adanya motivasi dalam belajarnya.
Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar baik bagi guru
maupun siswa. Bagi guru mengetahui motivasi belajar dari siswa sangat diperlukan guna
memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa. Bagi siswa motivasi belajar dapat
menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa terdorong untuk melakukan perbuatan belajar.
Siswa melakukan aktivitas belajar dengan senang karena didorong motivasi. Saat ini, banyak
siswa yang kurang termotivasi untuk belajar. Hal tersebut dapat dilihat dari sikap siswa yang
acuh terhadap proses pembelajaran, tidak memperhatikan guru ketika menjelaskan materi serta
tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Penguatan dan penanaman motivasi belajar berada di tangan para guru. Karena selain
siswa, unsur terpenting yang ada dalam kegiatan pembelajaran adalah guru. Guru adalah
pendidik yang berperan dalam rekayasa pedagogik. Ia menyusun desain pembelajaran dan
dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Guru juga berperan sebagai pendidik yang
mengajarkan nilai-nilai, akhlak, moral maupun sosial sehingga untuk menjalankan peran tersebut
seorang guru dituntut untuk memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas yang nantinya akan
diajarkan kepada siswa. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dalam makalah ini kami akan
membahas mengenai Upaya Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

1.2 Rumusan masalah


(1) Apa yang dimaksud dengan motivasi?
(2) Apa saja peran guru?
(3) Bagaimana upaya seorang guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa?
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui penjelasan tentang motivasi.
2) Untuk mengetahui peranan guru.
3) Untuk mengetahui upaya seorang guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penyusun
Dapat menambah pengetahuan penyusun mengenai upaya guru dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa.
2. Bagi pembaca
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam menambah pengetahuan
dan referensinya.

BAB II
ISI
2.1 MOTIVASI

2.1.1 Pengertian Motivasi


Huitt, W. (2001) mengatakan motivasi adalah suatu kondisi atau status internal (kadang-
kadang diartikan sebagai kebutuhan, keinginan, atau hasrat) yang mengarahkan perilaku
seseorang untuk aktif bertindak dalam rangka mencapai suatu tujuan.
Siti Suprihatin (2015) berpendapat bahwa motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan
(energy) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat kemauan dalam melaksanakan suatu
kegiatan.
Thursan Hakim (2000 : 26) mengemukakan pengertian motivasi adalah suatu dorongan
kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan
tertentu.
Menurut Agus Wibowo dan Hamrin (2012), motivasi adalah keinginan yang terdapat
dalam diri seseorang yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan atau sesuatu yang
menjadi dasar atau alasan seseorang berperilaku.
Pengertian motivasi yang lebih lengkap menurut Sudarwan Danim (2004 : 2) motivasi
diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis
yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai
dengan apa yang dikehendakinya.
Siswa pada dasarnya termotivasi untuk melakukan suatu aktivitas untuk dirinya sendiri
karena ingin mendapatkan kesenangan dari pelajaran, atau merasa kebutuhannya terpenuhi. Ada
juga siswa yang termotivasi melaksanakan belajar dalam rangka memperoleh penghargaan atau
menghindari hukuman dari luar dirinya sendiri, seperti: nilai, tanda penghargaan, atau pujian
guru (Marx Lepper: 1988).
Menurut Hermine Marshall, istilah motivasi belajar mempunyai arti yang sedikit berbeda.
Ia menggambarkan bahwa motivasi belajar adalah kebermaknaan, nilai, dan keuntungan-
keuntungan kegiatan belajar belajar tersebut cukup menarik bagi siswa untuk melakukan
kegiatan belajar.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan
kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Ada tiga komponen
utama dalam motivasi yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan terjadi apabila individu
merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan ia harapkan. Sedangkan dorongan
merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan.
Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau
pencapaian tujuan dan tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Tujuan
tersebut akan mengarahkan perilaku dalam hal ini perilaku untuk belajar.
Berdasarkan arti kata motivasi diatas, maka yang dimaksud dengan motivasi belajar
adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat belajar. atau dengan kata lain sebagai
pendorong semangat belajar.

2.1.2 Pentingnya Motivasi Belajar


Kita semua tentu mengetahui arti pentingnya motivasi dalam proses belajar. Dalam
belajar sangat diperlukan motivasi. Motivation is an essential condition of learning. Hasil belajar
akan menjadi optimal, jika ada motivasi. Semakin tepat motivasi yang diberikan, akan semakin
berhasil juga pelajaran itu.
Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar
adalah sebagai berikut :
a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir,
Contohnya : setelah siswa membaca suatu bab buku bacaan, dibandingkan dengan
temannya sekelas yang juga bab tersebut, ia kurang berhasil menangkap isi, maka ia
terdorong membaca lagi.
b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar yang dibandingkan dengan teman
sebaya,
Sebagai ilustrasi jika terbukti usaha belajar seorang siswa belum memadai maka ia
berusaha setekun temannya yang belajar dan berhasil.
c. Mengarahkan kegiatan belajar,
Sebagai ilustrasi setelah ia ketahui bahwa dirinya belum belajar secara serius, seperti
bersenda gurau di dalam kelas maka ia akan merubah perilaku belajarnya.

d. Membesarkan semangat belajar,


Contoh seorang anak yang telah menghabiskan banyak dana untuk sekolahnya dan masih
ada adik yang di biayai orang tua maka ia akan berusaha agar cepat lulus.
e. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja (di sela-selanya
adalah istirahat dan bermain) yang berkesinambungan,
Sebagai ilustrasi, setiap hari siswa diharapkan untuk belajar di rumah, membantu
pekerjaan orang tua, dan bermain dengan teman sebaya. Apa yang dilakukan diharapkan
dapat berhasil memuaskan.
Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru karena guru yang baik adalah
guru yang bisa memotivasi murid-muridnya menjadi anak yang berjiwa positif. Memberi
motivasi merupakan kewajiban tak tertulis seorang guru terhadap murid-muridnya. Dan motivasi
itu tidak selalu melalui ucapan, tetapi harus dibarengi dengan tindakan nyata. Guru yang pintar
memotivasi murid-muridnya akan tampil dengan penuh semangat dan percaya diri. Hal itu
penting untuk membangkitkan motivasi anak didik agar memiliki semangat belajar dan bercita-
cita tinggi. Kita tahu bahwa tidak semua murid punya cita-cita, banyak yang tidak sempat
bercita-cita karena disibukkan oleh urusan ekonomi orang tuanya.
Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru,
manfaat itu sebagai berikut:
a. Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai
berhasil. Dalam hal ini, pujian, hadiah, dorongan atau pemicu semangat dapat digunakan
untuk mengobarkan semangat belajar.
b. Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas yang bermacam-macam,
sehingga dengan bermacamnya motivasi tersebut, diharapkan guru dapat menggunakan
bermacam-macam strategi belajar mangajar.
c. Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam
peran seperti sebagai penasihat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, dan penyemangat,
pemberi hadiah, atau pendidik.
d. Memberi peluang guru untuk unjuk kerja rekayasa pedagogis. Tugas guru adalah
membuat semua siswa belajar sampai berhasil.

2.1.3 Jenis Motivasi


Menurut An Ubaedy (2014), jenis motivasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu motivasi
material dan motivasi spiritual. Motivasi material adalah berbagai dorongan untuk melakukan
sesuatu yang bersumber dari kebutuhan atau kepentingan material kita (financial) atau
representasinya, misalnya saja jabatan, kekuasaan, penghormatan sosial, dan seterusnya. Kalau
meminjam istilah agama, yang material itu adalah yang dekat (di depan mata) atau yang nyata
(fisik) atau yang bukan ukhrowi. Sedangkan motivasi spiritual adalah dorongan yang sumbernya
adalah makna, nilai-nilai, ajaran keimanan pada Tuhan. Kalau meminjam istilah agama, motivasi
ini bisa kita sebut motivasi ukhrowi dalam arti yang tidak kelihatan sekarang atau yang tidak
kasat mata (al-Ghaib).
Sedangkan para ahli ilmu jiwa mempunyai pendapat bahwa motivasi dapat dibedakan
menjadi dua jenis yaitu motivasi primer dan motivasi sekunder.

1. Motivasi Primer

Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar. Motif-motif
dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis, atau jasmani manusia. Manusia adalah
makhluk berjasmani, sehingga perilakunya terpengaruh oleh insting atau kebutuhan jasmaninya.
Di antara insting yang penting adalah memelihara, mencari makan, melarikan diri, berkelompok,
mempertahankan diri, rasa ingin tahu, membangun, dan kawin. (Koeswara, 1989: Jalaludin
Rachmat.1991)

Freud berpendapat bahwa insting memiliki empat ciri, yaitu tekanan, sasaran, objek dan
sumber.

a. Tekanan

Tekanan adalah kekuatan yang memotivasi individu untuk bertingkah laku,


semakin besar energi dalam insting, maka tekanan terhadap individu semakin besar.

b. Sasaran

Sasaran insting adalah kepuasan atau kesenangan, kepuasan tercapai apabila


tekanan energi pada insting berkurang.

c. Objek

Objek insting adalah hal-hal yang memuaskan insting, hal-hal yang memuaskan
insting tersebut dapat berasl dari luar individu atau dari dalam individu.

d. Sumber
Sumber insting adalah keadaan kejasmanian individu. Insting manusia dapat
dibedakan menjadi dua jenis yaitu insting kehidupan (life instinct) dan insting kematian
(death instict). Insting-insting kehidupan terdiri dari insting yang bertujuan memelihara
kelangsungan hidup. Insting kehidupan tersebut berupa makan, minum, istirahat, dan
memelihara keturunan. Insting kematian tertuju pada penghancuran, seperti merusak,
menganiaya, atau membunuh orang lain atau diri sendiri.

2. Motivasi Sekunder

Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Menurut beberapa ahli, manusia
adalah makhluk sosial. Perilakuknya tidak hanya terpengaruh oleh faktor biologis saja, tetap juga
faktor-faktor sosial. Perilaku manusia terpengaruh oleh tiga komponen penting seperti:

a) Komponen afektif

Komponen afektif adalah aspek emosional. Komponen ini terdiri dari motif sosial,
sikap dan emosi.

b) Komponen kognitif

Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang terkai dengan pengetahuan.

c) Komponen konatif

Komponen konatif adalah terkait dengan kemauan dan kebiasaan bertidak.

Perilaku motivasi sekunder juga terpengaruh oleh adanya sikap. Sikap adalah suatu motif
yang dipelajari. Ciri-ciri sikap: (a) merupakan kecenderungan berfikir, merasa, kemudian
bertindak, (b) memiliki daya dorong bertindak,(c) relatif bersifat tetap, (d) berkecenderungan
melakukan penilaian, (e) dapat timbul dari pengalaman, dapat dipelajari atau berubah.

Perilaku juga terpengaruh oleh emosi. Emosi menunjukkan adanya sejenis guncangan
seseorang. Emosi memiliki fungsi sebagai (a) pembangkit energy; misalnya, karena
dicemoohkan orang menjadi berusaha keras sehingga berhasil (b) pemberi informasi pada orang
lain, seperti rasa sedih terlukis di wajah (c) pembawa pesan dalam berhubungan dengan orang
lain, seperti pembicara yang bersemangat menimbulkan semangat kerja (d) sumber informasi
tentang diri seseorang, seperti pemerolehan rasa sehat wal afiat.

Perilaku juga terpengaruh oleh adanya pengetahuan yang dipercaya. Pengetahuan


tersebut dapat mendorong terjadinya perilaku. Sebagai ilustrasi, orang tetap merokok dengan
motivasi yang berbeda. Ada yang ingin menunjukkan kejantanan, ada yang mengisi waktu luang,
ada pula yang ingin menimbulkan kreativitas. Perilaku juga terpengaruh oleh kebiasaan dan
kemauan. Kebiasaan merupakan perilaku menetap, berlangsung otomatis. Kemauan seseorang
timbul karena adanya (a) keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan, (b) pengetahuan tentang
cara memperoleh tujuan, (c) energi dan kecerdasan, (d) pengeluaran energi yang tepat untuk
mencapai tujuan.

2.1.4 Sifat Motivasi

Berdasarkan sifatnya, motivasi dapat dibedakan menjadi motif intrinsik dan motivasi
ekstrinsik (Suryabrata, 1995 :7):
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari diri sendiri dan tidak dipengaruhi
oleh sesuatu di luar dirinya karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu. Orang yang tingkah lakunya digerakkan oleh motivasi intrinsik, baru akan
puas kalau tingkah lakunya telah mencapai hasil tingkah laku itu sendiri. Misalnya , orang yang
gemar membaca tanpa ada yang mendorong , ia akan mencari sendiri buku buku untuk
dibacanya. Orang yang rajin dan bertanggung jawab tanpa menunggu komando, sudah belajar
dengan sebaik baiknya.
b. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena
adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa
mau melakukan belajar. Misalnya, siswa yang sedang menyelesaikan pekerjaan rumah, sekedar
mematuhi perintah guru, kalau tidak dipatuhi guru akan memarahinya.

2.2 PERAN GURU


2.2.1 Pengertian Guru
Guru menurut UU No. 14 tahun 2005 adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.Dalam dunia pendidikan, istilah guru bukanlah hal yang asing. Menurut pandangan
lama, guru adalah sosok manusia yang patut digugu dan ditiru. Digugu dalam arti segala
ucapannya dapat dipercaya. Ditiru berarti segala tingkah lakunya harus dapat menjadi contoh
atau teladan bagi masyarakat

2.2.2 Peran Guru dalam Proses Pembelajaran


Perkembangan baru terhadap pandangan belajar mengajar membawa konsekuensi kepada
guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya karena proses belajar mengajar dan hasil
belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Guru yang kompeten
akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingat optimal.
Peran seorang guru sangatlah signifikan dalam proses belajar mengajar. Peran guru dalam
proses belajar mengajar meliputi banyak hal seperti sebagai pengajar, manajer kelas, supervisor,
motivator, konsuler, eksplorator, dsb. Selain itu, guru memegang kedudukan dan peranan yang
strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian
dan nilai-nilai karakter. Yang akan dikemukakan disini adalah peran yang dianggap paling
dominan dan klasifikasi guru sebagai:
1. Guru sebagai demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator atau pengajar, guru hendaknya
senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta
senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu
yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menetukan hasil belajar yang dicapai oleh
siswa. Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru ialah bahwa ia sendiri adalah
pelajar. Ini berarti bahwa guru harus belajar terus-menerus. Dengan cara demikian ia akan
memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam
melaksanakan tugasnya sebagai demonstrator sehingga mampu memperagakan apa yang
diajarkannya secara didaktis. Maksudnya ialah agar apa yang disampaikannya itu betul-
betul dimiliki oleh anak didik.
2. Guru Sebagai Pengelola Kelas
Mengajar dengan sukses berarti harus ada keterlibatan siswa secara aktif untuk
belajar. Keduanya berjalan seiring, tidak ada yang mendahului antara mengajar dan
belajar karena masing-masing memiliki peran yang memberikan pengaruh satu dengan
yang lainnya. Keberhasilan/kesuksesan guru mengajar ditentukan oleh aktivitas siswa
dalam belajar, demikian juga keberhasilan siswa dalam belajar ditentukan pula oleh peran
guru dalam mengajar. Mengajar berarti menyampaikan atau menularkan pengetahuan dan
pandangan (Ad. Rooijakkers, 1990:1). William Burton mengemukakan bahwa mengajar
diartikan upaya memberikan stimulus, bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada
siswa agar terjadi proses belajar. Dalam hal ini peranan guru sangat penting dalam
mengelola kelas agar terjadi proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.
3. Guru sebagai mediator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang
cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi
guna lebih mengefektifkan proses belajar-mengajar. Dengan demikian jelaslah bahwa
media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan dan merupakan bagian
integral demi berhasilnya proses pendidikan.
4. Guru sebagai fasilitator
Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang
kiranya berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar-mengajar,
baik yang berupa narasumber, buku teks, majalah ataupun suratkabar.
5. Guru sebagai evaluator
Dalam dunia pendidikan, setiap jenis pendidikan atau bentuk pendidikan pada
waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan akan diadakan evaluasi, artinya
pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan tadi orang selalu mengadakan
penilaian terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh
pendidik. Penilaian perlu dilakukan, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui
keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan
atau keefektifan metode mengajar.
6. Guru sebagai motivator
Sejalan dengan pergeseran makna pembelajaran dari pembelajaran yang
berorientasi kepada guru (teacher oriented) ke pembelajaran yang berorientasi kepada
siswa (student oriented), maka peran guru dalam proses pembelajaran pun mengalami
pergeseran, salah satunya adalah penguatan peran guru sebagai motivator. Proses
pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh
sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil
belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa,
sehingga terbentuk perilaku belajar siswa yang efektif.
Dalam perspektif manajemen maupun psikologi, kita dapat menjumpai beberapa teori
tentang motivasi (motivation) dan pemotivasian (motivating) yang diharapkan dapat membantu
para manajer (baca: guru) untuk mengembangkan keterampilannya dalam memotivasi para
siswanya agar menunjukkan prestasi belajar atau kinerjanya secara unggul. Kendati demikian,
dalam praktiknya memang harus diakui bahwa upaya untuk menerapkan teori-teori tersebut atau
dengan kata lain untuk dapat menjadi seorang motivator yang hebat bukanlah hal yang
sederhana, mengingat begitu kompleksnya masalah-masalah yang berkaitan dengan perilaku
individu (siswa), baik yang terkait dengan faktor-faktor internal dari individu itu sendiri maupun
keadaan eksternal yang mempengaruhinya.

2.3 UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA


Meningkatkan motivasi belajar siswa adalah salah satu kegiatan integral yang wajib ada
dalam kegiatan pembelajaran. Selain memberikan dan mentransfer ilmu pengetahuan guru juga
bertugas untuk meningkatkan motivasi anak dalam belajar. Tidak bisa kita pungkiri bahwa
motivasi belajar siswa satu dengan yang lain sangat berbeda, untuk itulah penting bagi guru
selalu senantiasa memberikan motivasi kepada siswa supaya siswa senantiasa memiliki semangat
belajar dan mampu menjadi siswa yang beprestasi serta dapat mengembangkan diri secara
optimal.
Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar.
Oleh karena itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil
belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa. Berikut ini
dikemukakan beberapa petunjuk untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
a) Memperjelas tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham kearah mana ia ingin dibawa.
Pemahaman siswa terhadap tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa untuk
belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar mereka. Semakin jelas
tujuan yang ingin dicapai, maka akan semakin kuat motivasi belajar siswa (Sanjaya,
2009:29). Oleh sebab itu, sebelum proses pembelajaran dimulai hendaknya guru
menjelaskan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai.
b) Membangkitkan minat siswa
Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat untuk
belajar. Oleh karena itu, mengembangkan minat belajar siswa merupakan salah satu
teknik dalam mengembangkan motivasi belajar (Sanjaya, 2009:29). Salah satu cara yang
logis untuk momotivasi siswa dalam pembelajaran adalah mengaitkan pengalaman
belajar dengan minat siswa (Djiwandono, 2006:365). Pengaitan pembelajaran dengan
minat siswa adalah sangat penting, dan karena itu tunjukkanlah bahwa pengetahuan yang
dipelajari itu sangat bermanfaat bagi mereka. Demikian pula tujuan pembelajaran yang
penting adalah membangkitkan hasrat ingin tahu siswa mengenai pelajaran yang akan
datang, dan karena itu pembelajaran akan mampu meningkatkan motivasi instrinsik siswa
untuk mempelajari materi pembelajaran yang disajikan oleh guru (Anni, dkk., 2006:186).
c) Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar
Siswa hanya mungkin dapat belajar baik manakala ada dalam suasana yang
menyenangkan, merasa aman, bebas dari takut. Usahakan agar kelas selamanya dalam
suasana hidup dan segar, terbebas dari rasa tegang. Untuk itu guru sekali-kali dapat
melakukan hal-hal yang lucu.
d) Menggunakan variasi metode penyajian yang menarik
Guru harus mampu menyajikan informasi dengan menarik, dan asing bagi siswa-
siswa. Sesuatu informasi yang disampaikan dengan teknik yang baru, dengan kemasan
yang bagus didukung oleh alat-alat berupa sarana atau media yang belum pernah dikenal
oleh siswa sebelumnya sehingga menarik perhatian bagi mereka untuk belajar (Yamin,
2009:174). Dengan pembelajaran yang menarik, maka akan membangkitkan rasa ingin
tahu siswa di dalam kegiatan pembelajaran yang selanjutnya siswa akan termotivasi
dalam pembelajaran. Motivasi instrinsik untuk belajar sesuatu dapat ditingkatkan melalui
penggunaan materi pembelajaran yang menarik, dan juga penggunaan variasi metode
pembelajaran. Misalnya, untuk membangkitkan minat belajar siswa dapat dilakukan
dengan cara pemutaran film, mengundang pembicara tamu, demonstrasi, komputer,
simulasi, permainan peran, belajar melalui radio, karya wiasata, dan lainnya (Anni, dkk.,
2006:186-187 : Hamalik, 2009:168).

e) Berilah pujian yang wajar setiap keberhasilan siswa


Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Dalam pembelajaran,
pujian dapat dimanfaatkan sebagai alat motivasi. Karena anak didik juga manusia, maka
dia juga senang dipuji. Karena pujian menimbulkan rasa puas dan senang (Sanjaya,
2009:30 ; Hamalik, 2009:167). Namun begitu, pujian harus sesuai dengan hasil kerja
siswa. Jangan memuji secara berlebihan karena akan terkesan dibuat-buat. Pujian yang
baik adalah pujian yang keluar dari hati seoarang guru secara wajar dengan maksud untuk
memberikan penghargaan kepada siswa atas jerih payahnya dalam belajar (Djamarah dan
Zain, 2006:152).
f) Berikan penilaian
Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai bagus. Untuk itu
mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian siswa nilai dapat menjadi motivasi yang kuat
untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan dengan segera agar siswa
secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya. Penilaian harus dilakukan secara objektif
sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing (Sanjaya, 2009:31). Penilaian secara
terus menerus akan mendorong siswa belajar karena setiap anak memilki kecenderungan
untuk memperoleh hasil yang baik. Di samping itu, para siswa selalu mendapat tantangan
dan masalah yang harus dihadapi dan dipecahkan, sehingga mendorongnya belajar lebih
teliti dan seksama (Hamalik, 2009:168).
g) Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa
Siswa butuh penghargaan. Penghargaan bisa dilakukan dengan memberikan
komentar yang positif. Setelah siswa selesai mengerjakan suatu tugas, sebaiknya berikan
komentar secepatnya, misalnya dengan memberikan tulisan bagus atau teruskan
pekerjaanmu dan lain sebagainya. Komentar yang positif dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa (Sanjaya, 2009:21). Penghargaan sangat efektif untuk memotivasi siswa
dalam mengerjakan tugas-tugas, baik tugas-tugas yang harus dikerjakan segera, maupun
tugas-tugas yang berlangsung terus menerus (Prayitno, 1989:17). Sebaliknya pemberian
celaan kurang menumbuhkan motivasi dalam belajar. Bahkan menimbulkan efek
psikologis yang lebih jelek.

h) Ciptakan persaingan dan kerjasama


Persaingan yang sehat dapat menumbuhkan pengaruh yang baik untuk
keberhasilan proses pembelajaran siswa. Melalui persaingan siswa dimungkinkan
berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik (Sanjaya,
2009:31). Oleh sebab itu, guru harus mendesain pembelajaran yang memungkinkan siswa
untuk bersaing baik antar kelompok maupun antar individu. Namun demikian, persaingan
tidak selamanya menguntungkan, terutama untuk siswa yeng memang dirasakan tidak
mampu untuk bersaing. Oleh sebab itu, pendekatan cooperative learning dapat
dipertimbangkan untuk menciptakan persaingan antar kelompok. Selain persaingan antar
siswa lebih banyak pengaruh buruknya daripada baiknya terhadap perkembangan
kepribadian siswa. Persaingan antara diri sendiri dapat dialakukan dengan cara memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengenal kemajuan-kemajuan yang telah dicapai
sebelumnya dan apa yang dapat dicapai pada pada waktu berikutnya (Prayitno, 1989:22-
230). Misalnya guru membuat dan memberi tahu grafik kemajuan belajar siswa.

Untuk mengembangkan motivasi belajar, guru harus berusaha membentuk kebiasaan


siswanya agar secara berangsur-angsur dapat memusatkan perhatian lebih lama dan bekerja keras
(Isjoni, 2008:162). Oleh karena itu, usaha dan perhatian guru yang besar lebih diperlukan untuk
membimbing siswa-siswa yang memiliki pencapaian rendah agar mereka memiliki motivasi
belajar yang baik.
Disamping beberapa petunjuk cara membangkitkan motivasi belajar diatas, adakalanya
motivasi itu juga dapat dibangkitkan dengan cara-cara lain yang sifatnya negatif seperti
memberikan hukuman, teguran dan kecaman, memberikan tugas yang sedikit berat dan
menantang (Sanjaya, 2009:31). Namun, teknik-teknik semacam itu hanya bisa digunakan dalam
kasus tertentu. Beberapa ahli mengatakan dengan mmemmbangkitkan motivasi dengan cara-cara
negatif lebih banyak merugikan siswa. Untuk itulah seandainya masih bisa dengan cara-cara
yang positif, sebaiknya membangkitkan motivasi dengan cara negatif dihindari.

BAB III
KESIMPULAN
Motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak
di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan
belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai.
Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar.
Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil
belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga
terbentuk perilaku belajar siswa yang efektif.
Adapun upaya yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa antara lain: Memperjelas tujuan yang ingin dicapai, Membangkitkan minat siswa,
Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar, Menggunakan variasi metode penyajian
yang menarik, Berilah pujian yang wajar setiap keberhasilan siswa, Berikan penilaian, Berilah
komentar terhadap hasil pekerjaan siswa, Ciptakan persaingan dan kerjasama.

DAFTAR RUJUKAN
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka
Cipta.

Irmim, Soejitno dan Abdul Rochim. 2006. Menjadi Guru yang Bisa Digugu dan
Ditiru. Surabaya: Seyma Media.
Rohmawati, Lutfi. 2013. Materi Peran Guru dalam Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa. (Online),
(http://uviedogawa.blogspot.co.id/2013/11/materi-peran-guru-dalam-
meningkatkan.html), diakses 06 Februari 2017.

Shoimin, Aris. 2014. Guru Berkarakter Untuk Implementasi Pendidikan


Karakter. Jakarta: Penerbit Gava Media.

Sujai, Muhamad Adi. 2010. Jenis dan Sifat Motivasi. (Online),


(https://adisujai.wordpress.com/2010/10/09/jenis-dan-sifat-motivasi/),
diakses 11 Februari 2017

Suprihatin, Siti. 2015. Upaya Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar


Siswa. FKIP Universitas Muhammadiyah Metro, 3 (1): 73-82. (Online),
(http://ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/ekonomi/article/viewFile/144/1
15), diakses 06 februari 2016

Ubaedy, An. 2014. Mengajar dengan Hati. Jakarta: Bee Media Pustaka.

Wibowo, Agus dan Hamrin. 2012. Menjadi Guru Berkarakter. Yogyakarta:


Pustaka Belajar.

Anda mungkin juga menyukai