Anda di halaman 1dari 15

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Refarat ini dibuat untuk melengkapi persyaratan

Kepaniteraan Klinik Senior di SMF ANAK

RSUD Dr. Pirngadi Medan

Disusun oleh:

Indah Kurniati (7112081532)

Bastian (1210070100094)

Pembimbing : dr. Terapul Tarigan , Sp.A(K)

SMF ANAK

RSU DR. PIRNGADI MEDAN

2016

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya
penulis selesai menyusun makalah ini guna memenuhi persyaratan Kepaniteraan
Klinik Senior di bagian Anak RSU. Dr. Pirngadi Medan dengan judul Anak
Berkebutuhan Khusus.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada staff pengajar


di SMF Anak RSU. Dr. Pirngadi Medan serta teman-teman di kepaniteraan klinik.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini memiliki banyak


kekurangan baik dari kelengkapan teori maupun penuturan bahasa, karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnan makalah ini.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, 12 November 2016

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI ....................................................................................................ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFENISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS....................................2

2.2 ETIOLOGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS...................................3

2.3 JENIS-JENIS ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS...............................4

2.4 DAMPAK KELAINAN ABK....................................................................7

2.5 SEBAB-SEBAB TIMBULNYA ANAK KEBUTUHAN KHUSUS..........8

2.6 PRINSIP PENDIDIKAN ANAK................................................................8

BAB III

PENUTUP .......................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12
BAB I
PEDAHULUHAN
1.1 latar Belakang

2
Anak dengan kebutuhan khusus (special needs children) dapat diartikan secara
simpel sebagai anak yang lambat (slow) atau mangalami gangguan (retarded) yang
tidak akan pernah berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak pada umumnya.
Banyak istilah yang dipergunakan sebagai variasi dari kebutuhan khusus,
seperti disability, impairment, danHandicap. Menurut World Health Organization
(WHO), definisi masing-masing istilah adalah sebagai berikut:
Disability : keterbatasan atau kurangnya kemampuan (yang dihasilkan
dariimpairment) untuk menampilkan aktivitas sesuai dengan aturannya atau masih
dalam batas normal, biasanya digunakan dalam level individu. Impairment:
kehilangan atau ketidaknormalan dalam hal psikologis, atau struktur anatomi atau
fungsinya, biasanya digunakan pada level organ. Handicap : Ketidak beruntungan
individu yang dihasilkan dari impairment ataudisability yang membatasi atau
menghambat pemenuhan peran yang normal pada individu.

Secara kodrati semua manusia mempunyai berbagai macam kebutuhan, tak


terkecuali anak berkebutuhan khusus. Salah satu diantaranya kebutuhan pendidikan.
Dengan terpenuhi kebutuhan akan pendidikan anak berkebutuhan khusus diharapkan
bisa mengurusi dirinya sendiri dan dapat melepaskan ketergantungan dengan orang
lain. Tertampungnya anak berkebutuhan khusus dalam lembaga pendidikan
semaksimal mungkin berarti sebagian dari kebutuhan mereka terpenuhi. Diharapkan
lewat pendidikan yang mereka dapatkan mampu memperluas cakrawala pandangan
hidupnya. Sehingga mampu berfikir secara kreatif, inovatif dan produktif. Istilah
berkebutuhan khusus secara eksplisit ditujukan kepada anak yang dianggap
mempunyai kelainan/penyimpangan dari kondisi rata-rata anak normal umumnya,
dalam hal fisik, mental maupun karakteristik perilaku sosialnya (Efendi,2006).1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2
2.1 Definisi Anak Berkebutuhan Khusus
Menurut Mulyono (2006:26) Anak berkebutuhan khusus dapat dimaknai
dengan anak-anak yang tergolong cacat atau yang menyandang katentuan, dan juga
anak lantib dan berbakat. Dalam perkembangannya, saat ini konsep ketunaan berubah
menjadi berkelainan atau luar biasa. Ketunaan berbeda dengan konsep berkelainan.
Konsep ketunaan hanya berkenaan dengan kecacatan sedangkan konsep berkelainan
atau luar biasa mencakup anak yang menyandang ketunaan maupun yang dikaruniai
keunggulan. Anak yang mengalami kesulitan belajar adalah anak yang memiliki
intelegensi normal atau diatas normal, akan tetapi mengalami satu atau lebih dalam
aspek-aspek yang di butuhkan untuk belajar. Istilah ksulitan belajar terjemaahan dari
learning disability, sebenarnya tidak dapat, seharusnya diterjemahkan sebagai
ketidakmampuan belajar.

Kanner dalam Jamaris (2006:85) adalah orang yang mengemukakan istilah


autisme; anak autis adalah anak yang mengalami outstanding fundamental disorder,
sehingga tidak mampu melakukan interaksi dengan lingkungannya. Oleh sebab itu,
anak autis bersifat menutup diri dan tidak peduli, serta tidak memperhatikan
lingkungannya (Greespan dan Wider dalam Jamaris, 2006:85).

Sedangkan menurut Heward Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan


karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu
menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan
khusus adalah anak yang mempunyai karakteristik tertentu baik secara fisik maupun
mental yang berbeda dengan anak normal pada umumnya, anak berkebutuhan khusus
ini memiliki ciri-ciri tertentu baik itu merupakan kelebihannya maupun
kekurangannya, anak yang memiliki ciri tersebut cenderung mempunyai kesulitan
dalam berinteraksi dalam lingkungan sekitarnya.

3
2.2 Etiologi Anak Berkebutuhan Khusus

Informasi faktor penyebab terjadinya kelainan pada seseorang sangat beragam


jenisnya, namun secara umum dilihat dari masa terjadinya kelainan itu sendiri dapat
diklasifikasikan menjadi: sebelum kelahiran (prenatal), pada saat kelahiran
(neonatal), dan setelah kelahiran (postnatal).2

Kelainan terjadi sebelum anak lahir, yaitu masa di mana anak masih berada dalam
kandungan diketahui telah mengalami kelainan atau ketunaan. Kelainan yang terjadi
pada masa prenatal, berdasarkan periodisasinya dapat terjadi pada periode embrio,
periode janin muda, dan periode janin aktini (Arkandha, 1984). Periode embrio
dimulai sejak saat pembuahan sampai kandungan berumur 3 bulan. Karakteristik
periode ini yaitu pembiakan sel yang pesat dan berakhir pada saat embrio dapat hidup
sendiri dengan memanfatkan bahan-bahan yang ada dalam kantong kuning telur (yolk
sack).2

Kelainan saat anak lahir (neonatal), yakni masa dimana kelainan itu terjadi pada
saat anak dilahirkan. Ada beberapa sebab kelainan saat anak dilahirkan, antara lain
anak lahir sebelum waktunya (prematurity), lahir dengan bantuan alat (tanverlossing),
posisi bayi tidak normal, analgesia dan anesthesia, kelahiran ganda, asphyxia, atau
karena kesehatan bayi yang bersangkutan.2

Kelainan yang terjadi setelah anak lahir (postnatal), yakni masa di mana
kelainan itu terjadi setelah bayi itu dilahirkan, atau saat anak dalam masa
perkembangan. Ada beberapa sebab kelainan setelah anak dilahirkan, antara lain
infeksi, luka, bahan kimia, malnutrisik deprivation factor dan meningitis, stuip, dan
lain-lain.2

2.3 Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus

4
1. Tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan
Tunanetra adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihatannya,
berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian, dan walaupun telah diberi pertolongan
dengan alat-alat bantu khusus masih tetap memerlukan pelayanan khusus. 1
2. Tunarungu/anak yang mengalami gangguan pendengaran
Tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya
pendengarannya sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara verbal dan
walaupun telah diberikan pertolongan dengan alat bantu dengar masih tetap
memerlukan pelayanan khusus.1
3. Tunadaksa/mengalami kelainan angota tubuh/gerakan
Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap
pada alat gerak (tulang, sendi, otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan
khusus.1
4. Berbakat/memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa
Anak berbakat adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (inteligensi),
kreativitas, dan tanggungjawab terhadap tugas (task commitment) di atas anak-anak
seusianya (anak normal), sehingga untuk mewujudkan potensinya menjadi prestasi
nyata memerlukan pelayanan khusus.1
5. Tunagrahita
Tunagrahita (retardasi mental) adalah anak yang secara nyata mengalami
hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental jauh di bawah rat-rata
sedemikian rupa sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik,
komunikasi maupun sosial.1
6. Lamban belajar (slow learner)
Lamban belajar (slow learner) adalah anak yang memiliki potensi intelektual
sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk tunagrahita. Dalam beberapa hal
mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan adaptasi
sosial, tetapi masih jauh lebih baik dibanding dengan yang tunagrahita, lebih lamban

5
dibanding dengan yang normal, mereka butuh waktu yang lebih lama dan berulang-
ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non akademik.1
7. Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik
Anak yang berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang secara nyata
mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus , terutama dalam hal
kemampuan membaca, menulis dan berhitung atau matematika. Permasalahan
tersebut diduga disebabkan karena faktor disfungsi neurologis, bukan disebabkan
karena faktor inteligensi (inteligensinya normal bahkan ada yang di atas normal).
Anak berkesulitan belajar spesifik dapat berupa kesulitan belajar membaca
(disleksia), kesulitan belajar menulis (disgrafia), atau kesulitan belajar berhitung
(diskalkulia), sedangkan mata pelajaran lain mereka tidak mengalami kesulitan yang
berarti.1
8. Anak yang mengalami gangguan komunikasi
Anak yang mengalami gangguan komunikasi adalah anak yang mengalami
kelainan suara, artikulasi (pengucapan), atau kelancaran bicara, yang mengakibatkan
terjadi penyimpangan bentuk bahasa, isi bahasa, atau fungsi bahasa, sehingga
memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak yang mengalami gangguan
komunikasi ini tidak selalu disebabkan karena faktor ketunarunguan.1

9. Tunalaras/anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku


Tunalaras adalah anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan
bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan
kelompok usia maupun masyarakat pada umumnya, sehingga merugikan dirinya
maupun orang lain.1
10. ADHD/GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas)
ADHD/GPPH adalah sebuah gangguan yang muncul pada anak dan
dapat berlanjut hingga dewasa dengan gejala meliputi gangguan pemusatan
perhatian dan kesulitan untuk fokus, kesulitan mengontrol perilaku, dan

6
hiperaktif (overaktif). Gejala tersebut harus tampak sebelum usia 7 tahun dan
bertahan minimal selama 6 bulan.1,3,4
11. Autisme
Autisme adalah gangguan perkembangan yang kompleks, meliputi gangguan
komunikasi, interaksi sosial, dan aktivitas imaginatif, yang mulai tampak sebelum
anak berusia tiga tahun, bahkan anak yang termasuk autismeinfantil gejalanya sudah
muncul sejak lahir.1,3
Beberapa gangguan yang digolongkan :
1. Gangguan Autistik : gangguan dalam interaksi social
2. Autism tak khas : sering muncul pada individu retardasi mental berat, yang
sangat rendah kemampuannya, juga tampak pada gangguan perkembangan
yang khas.
3. Sindrom Reth : kelainan progresif yang terjadi pada perempuan, onset 7-24
bulan, sebelumnya perkembangan normal, lalu terjadi kemunduran berupa
hilangnya kemampuan gerakan tangan.
4. Gangguan Desintegratif masa kanak lainnya : gangguan dari fungsi social,
komunikasi dan prilaku.3

2.4 Dampak Kelainan Anak Berkebutuhan Khusus


Kelainan atau ketunaan pada aspek fisik, mental, maupun sosial yang dialami oleh
seseorang akan membawa konsekuensi tersendiri bagi penyandangnya, baik secara
keseluruhan atau sebagian, baik yang bersifat objektif maupun subjektif. Kondisi
kelainan yang disandang seseorang ini akan memberikan dampak kurang
menguntungkan pada kondisi psikologis maupun psikososialnya. Pada gilirannya
kondisi tersebut dapat menjadi hambatan yang berarti bagi penyandang kelainan
dalam meniti tugas perkembangannya.2

7
Seseorang yang diketahui mengalami kelainan atau ketunaan pada salah satu atau
lebih fungsi organ tubuh/ indranya, maka akan timbul akibat langsung dari gangguan
organ tersebut. Dalam hal ini akan berkurang kemampuannya untuk memfungsikan
secara maksimum organ atau instrument anggota tubuh yang mengalami kelainan,
misalnya hilangnyafungsi pendengaran, hilangnya fungsi penglihatan, atau
berkurangnya fungsi organ tubuh.2
Tidak berfungsinya alat sensoris atau motoris tersebut, berdampak pada
penderita untuk melakukan eksplorasi sehingga ia akan mengalami hambatan dalam
melakukan aktivitas yang mendayagunakan alat sensoris atau motorisnya. Hambatan
yang dialami oleh penderita kelainan dalam melakukan berbagai aktivitas akan
menimbulkan reaksi-reaksi emosional akibat ketidakberdayaannya, dan biasanya
dalam tahap masih merupakan reaksi emosional yang sehat saja.2
Apabila reaksi-reaksi emosional yang ditimbulkan akibat hambatan terus
menumpuk dan intensitasnya semakin meningkat, maka reaksi emosional yang
muncul justru sangat tidak menguntungkan bagi perkembangan kepribadiannya.
Misalnya reaksi emosional yang berupa rendah diri, minder, mudah tersinggung,
kurang percaya diri, frustrasi, menutup diri, dan lain-lain. Pada kasus-kasus
tertentu,reaksi emosional yang terjadi padatahap tertentu dapat bersifat . Timbulnya
perilaku tersebut barangkali sebagai mekanisme pertahanan diri akibat
ketidakberdayaannya mengendalikan kepribadiannya.2

2.5 Sebab-Sebab Timbulnya Kebutuhan Khusus


1. Faktor Internal
Faktor internal adalah kondisi yang dimiliki oleh anak yang bersangkutan.
Sebagai contoh seorang anak memiliki kebutuhan khusus dalam belajar karena ia
tidak bisa melihat, tidak bisa mendengar, atau tidak mengalami kesulitan untuk
begerak. Keadaan seperti itu berada pada diri anak yang bersangkutan secara internal.
Dengan kata lain hambatan yang dialami berada di dalam diri anak yang
bersangkutan.5

8
2. Faktor Ekternal
Faktor eksternal adalah Sesuatu yang berada di luar diri anak mengakibatkan
anak menjadi memiliki hambatan perkembangan dan hambatan belajar, sehingga
mereka memiliki kebutuhan layanan khusus dalam pendidikan. Sebagai contoh
seorang anak yang mengalami kekerasan di rumah tangga dalam jangka panjang
mengakibatkan anak teresbut kehilangan konsentrasi, menarik diri dan ketakutan.
Akibantnya anak tidak tidak dapat belajar.5
3. Kombinasi Faktor Eksternal dan Internal
Kombinasi antara factor eksternal dan factor internal dapat menyebabkan
terjadinya kebutuhan khusus pada sorang anak. Kebutuhan khusus yang disebabkan
oleh faktor ekternal dan internal sekaligus diperkirakan akan anak akan memiliki
kebutuhan khusus yang lebih kompleks.5

2.6 Prinsip Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus


Pengembangan prinsip-prinsip pendekatan secara khusus, yang dapat dijadikan
dasar dalam upaya mendidik anak berkelainan, antara lain sebagai
berikut:
1. Prinsip kasih sayang. Prinsip kasih sayang pada dasarnya adlah menerima mereka
sebagaimana adanya, upaya yang perlu dilakukan untuk mereka:
(a) tidak bersikap memanjakan
(b) tidak bersikap acuh tak acuh terhadap kebutuhannya
(c) memberikan tugas yang sesuai dengan kemampuan anak.
2. Prinsip layanan individual. Pelayanan individual dalam rangka mendidik anak
berkelainan perlu mendapatkan porsi yang lebih besar, oleh karena itu, upaya yang
perlu dilakukan untuk mereka selama pendidikannya :
(a) jumlah siswa yang dilayani guru tidak lebih dari 4-6 orang dalam setia kelasnya,
(b) pengaturan kurikulum dan jadwal pelajaran dapat bersifat fleksibel

9
(c) penataan kelas harus dirancang dengan sedemikian rupa sehingga guru dapat
menjangkau semua siswanya dengan mudah, dan
(d) modifikasi alat Bantu pengajaran.
3. Prinsip kesiapan. Untuk menerima suatu pelajaran tertentu diperlukan kesiapan.
Khususnya kesiapan anak untuk mendapatkan pelajaran yang akan diajarkan,
terutama pengetahuan prasyarat, baik prasyarat pengetahuan, mental dan fisik yang
diperlukan untuk menunjang pelajaran berikutnya.
4. Prinsip keperagaan. Alat peraga yang digunakan untuk media sebaiknya
diupayakan menggunakan benda atau situasi aslinya, namun anabila hal itu sulit
dilakukan, dapat menggunakan benda tiruan atau minimal gambarnya.
5. Prinsip motivasi. Prinsip motivasi ini lebih menitikberatkan pada cara mengajar
dan pemberian evaluasi yang disesuaikan dengan
kondisi anak berkelainan. Contoh, bagi anak tunanetra, mempelajari orientasi dan
mobilitas yang ditekankan pada pengenalan suara binatang akan lebih menarik dan
mengesankan jika mereka diajak ke kebun binatang.
6. Prinsip belajar dan bekerja kelompok. Arah penekanan prinsip belajar dan bekerja
kelompok sebagai anggota masyarakat dapat bergaul dengan masyarakat
lingkungannya, tanpa harus merasa rendah diri atau minder dengan orang normal.
Oleh karena itu, sifat seperti egosentris atau egoistis pada anak tunarungu karena
tidak menghayati perasaan, agresif, dan destruktif pada anak tunalaras perlu
diminimalkan atau dihilangkan melalui belajar dan bekerja
kelompok. Melalui kegiatan tersebut diharapkan mereka dapat memahami bagaimana
cara bergaul dengan orang lain secara baik dan wajar.
7. Prinsip ketrampilan. Pendidikan ketrampilan yang diberikan kepada anak
berkelainan, selain berfungsi selektif, edukatif, rekreatif dan terapi, juga dapat
dijadikan sebagai bekal dalam kehidupannya kelak.
8. Prinsip penanaman dan penyempurnaan sikap. Secara fisik dan psikis sikap anak
berkelainan memang kurang baik sehingga perlu diupayakan agar mereka mempunyai
sikap yang baik serta tidak selalu menjadi perhatian orang lain.2

10
BAB III
PENUTUP
Dalam undang-undang no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
disebutkan bahwaPendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang
memiliki kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan phisik,
emosional, mental dan sosial. Ketetapan tersebut bagi anak berkebutuhan khusus
sangat berarti karena memberi landasan yang kuat bahwa mereka memperoleh
kesempatan yang sama seperti anak normal lainnya dalam hal pendidikan dan

11
pengajaran. Karena dengan memanfaatkan sisa potensi yang dimiliki anak perlu
didorong untuk mengembangkan dirinya sehingga kelak dapat hidup mandiri seperti
layaknya orang normal. Untuk itu guru maupun orang tua perlu memahami
kebutuhan dan potensi anak walaupun inteligensi mereka tidak berbeda dengan anak
normal kecuali anak tuna grahita tetapi karena ketidak lengkapan kemampuan yang
dimiliki tentu dalam pembelajaran membutuhkan fasilitas yang berbeda.
Agar tidak memberatkan guru maka anak berkebutuhan khusus perlu
dimasukkan ke sekolah khusus atau dalam kelas inklusi. Kelas inklusi akan lebih
memberikan makna bagi anak jika hanya menampung anak yang mengalami kelainan
yang sejenis saja.2

DAFTAR PUSTAKA

1. Chamidah AN. Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus. Pelatihan Pelayanan


Komprehensif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inkulusif.
Fakultas Pendidikan UNY. di download 14 November 2016.
2. Abdullah N. Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus. Psikologi Fakultas
Psikologi UNWIDHA Klaten. 2013. di download 14 November 2016.
3. Utama H. Buku Ajar Psikiatri. Ed 2. FK UI. Jakarta. Hal 446-483
4. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa. PPDGJ-III dan DSM-5. 2013. FK-
Unika Atmajaya, Jakarta. hal 134

12
5. Alimin Z. Anak Berkebutuhan Khusus. Prodi Pendidikan Kebutuhan Khusus
SPS UPI. Jurusan PLP-FIP-UPI. di download 14 November 2016.

13

Anda mungkin juga menyukai