BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seorang anak dalam perkembangannya memiliki banyak keunikan yang terkadang
mengejutkan. Keunikan dalam perkembngan tersebut sulit dimengerti oleh orang dewasa.
Sehingga banyak kejadian orang tua bersikap kasar kepada anaknya ketika anak
memunculkan beberapa sifat khasnya. Hal yang sama tidak jarang hal itu terjadi pada dewan
pendidik di sekolah.
Perkembangan anak terdiri dari beberapa aspek. Salah satu aspek perkembangan yang
sering sekali menjadi masalah adalah perkembangan emosi anak. Hal yang sangat sering di
permasalahkan orang tua pada umumnya adalah anak bergitu nakal. Mungkin saja hal itu
bersifat normal tetapi ada kemungkinan merupakan gangguan yang terjadi dari
perkembangan emosi.
Banyaknya fenomena yang sering ditemui kemungkinan besar karena baik orang tua
maupun guru hanya belum mengerti tahap-tahap perkembangan anak tersebut. Untuk
mencegah terjadinya hal-hal yang akan merugikan anak, penulis akan memaparkan tentang
perkembangan emosi anak.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang tentang isi makalah, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut.
1. Apakah yang dimaksud emosi?
2. Bagaimanakah perkembangan emosi pada anak?
3. Apa sajaka macam ekspresi emosi pada anak?
4. Apakah ciri khas emosi pada anak?
5. Bagaimanakah tingkatan perkembangan emosi?
6. Apa sajakah factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi pada anak?
7. Apa dampak kekerasan pada anak yang biasa dilakukan oleh orang tua?
8. Bagaimana cara mengembangkan kecerdasan emosi anak?
C. TUJUAN
Penyusunan makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut.
1. Kepada orang tua. Semoga dapat dijadikan pedoman untuk memahami perkembangan anak.
Setelah membaca makalah ini diharapkan agar tidak terjadi kekerasan yang dilakukan orang
tua terhadap anak.
2. Kepada guru. Semoga dapat dijadikan bekal untuk mendidik anak yang perkembangan masih
labil. Agar hak-hak anak dalam pendidikan dapat terpenuhi.
3. Kepada penulis. Semoga dapat dijaikan pelajaran dan dapat dijadikan bekal untuk menjalani
profesi nantinya. Selain itu, semoga dapat dijadikan batu loncatan untuk menyusun makalah
yang lebih baik lagi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN EMOSI
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh.
Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam
emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran
yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk
bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi
merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh
emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi
terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi
merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat
merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu
perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995).
Dalam kehidupan sehari-hari, emosi sering diistilahkan juga dengan perasaan.
Misalnya, seorang siswa hari ini ia merasa senang karena dapat mengerjakan semua
pekerjaan rumah (PR) dengan baik. Siswa lain mengatakan bahwa ia takut menghadapi ujian.
Senang dan takut berkenaan dengan perasaan, kendati dengan makna yang berbeda. Senang
termasuk perasaan, sedangkan takut termasuk emosi.
Perasaan menunjukkan suasana batin yang lebih tenang dan tertutup karena tidak
banyak melibatkan aspek fisik, sedangkan emosi menggambarkan suasana batin yang
dinamis dan terbuka karena melibatkan ekspresi fisik. Perasaan (feeling) seperti halnya emosi
merupakan suasana batin atau suasana hati yang membentuk suatu kontinum atau garis yang
merentang dari perasaan sangat senang/sangat suka sampai tidak senang/tidak suka.
Perasaan timbul karena adanya rangsangan dari luar, bersifat subjektif dan temporer.
Misalnya, sesuatu yang dirasakan indah oleh seseorang pada waktu melihat suatu lukisan,
mungkin tidak indah baginya beberapa tahun yang lalu, dan tidak indah bagi orang lain. Ada
juga perasaan bersifat menetap menjadi suatu kebiasaan dan membentuk adat-istiadat.
Misalnya, orang Padang senang makan pedas, orang Sunda senang makan sayur/lalap sambal.
Simpati dan empati merupakan bentuk perasaan yang cukup penting dalam kehidupan
bersosialisai dengan orang lain. Simpati adalah suatu kecenderungan untuk senang atau
tertarik kepada orang lain. Empati adalah suatu kondisi perasaan jika seseorang berada dalam
situasi orang lain. Biasanya kita rasakan saat melihat film atau sinetron dramatis.
Emosi merupakan perpaduan dari beberapa perasaan yang mempunyai intensitas relatif
tinggi dan menimbulkan suatu gejolak suasana batin. Seperti halnya perasaan, emosi juga
membentuk suatu kontinum atau garis yang bergerak dari emosi positif sampai negatif.
Minimal ada empat ciri emosi, yaitu :
1. Pengalaman emosional bersifat pribadi/subjektif, ada perbedaan pengalaman antara individu
yang satu dengan lainnya;
2. Ada perubahan secara fisik (kalau marah jantung berdetak lebih cepat);
3. Diekspresikan dalam perilaku seperti takut, marah, sedih, dan bahagia;
4. Sebagai motif, yaitu tenaga yang mendorong seseorang melakukan kegiatan, misalnya orang
yang sedang marah mempunyai tenaga dan dorongan untuk memukul atau merusak barang.
(Kurnia, 2008 : 2.23)
Emosi adalah sebagai sesuatu suasana yang kompleks (a complex feeling state) dan
getaran jiwa (a strid up state) yang menyertai atau munculnya sebelum dan sesudah
terjadinya perilaku. (Syamsudin, 2005:114). Sedangkan menurut Crow & crow (1958) (dalam
Sunarto, 2002:149) emosi adalah An emotion, is an affective experience that accompanies
generalized inner adjustment and mental physiological stirred up states in the individual, and
that shows it self in his overt behavior. Jadi emosi adalah pengalaman afektif yang disertai
penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu
tingkah laku yang tampak.
Menurut James & Lange, bahwa emosi itu timbul karena pengaruh perubahan
jasmaniah atau kegiatan individu. Misalnya menangis itu karena sedih, tertawa itu karena
gembira. Sedangkan menurut Lindsley bahwa emosi disebabkan oleh pekerjaan yang
terlampau keras dari susunan syaraf terutama otak, misalnya apabila individu mengalami
frustasi, susunan syaraf bekerja sangat keras yang menimbulkan sekresi kelenjar-kelenjar
tertentu yang dapat mempertinggi pekerjaan otak, maka hal itu menimbulkan emosi.
Tiga reaksi emosi yang paling kuat adalah rasa marah, kaku, dan takut, yang terjadi
akibat dari peristiwa peristiwa eksternal maupun proses tak langsung. Reaksi tersebut dapat
tercermin dalam individu yang meningkatkan aktivitas kelenjar tertentu dan mengubah
temperature tubuh. Reaksi umumnya berkurang sesuai proporsi kematangan individu. Hal ini
disebabkan oleh pebedaan jenis reaksi emosi, misalnya dengan penyebab ketakutan pada diri
seseorang anak mungkin disebabkan oleh jenis emosi yang berbeda sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Tingkat perkembangan emosi tidak terlepas dari tingkat kestabilan emosi
seseorang yang meliputi :
1. Emosi stabil
Pada seseorang yang mempunyai emosi stabil mempunyai kecenderungan percaya diri,
cermat, kukuh. Mereka selaulu menjaga pikiran walaupun dalam keadaan kritis, sedangkan
orang-orang di sekitarnya kehilangan kendali.
2. Emosi stabil rata-rata
Seseorang yang mempunyai derajat rata-rata tingkat emosional mempunyai kecenderungan
emosi keseimbangan yang baik, sabar, tak memihak, berkepala dingin. Mereka tidak kebal
atas rasa khawatir dan terkadang menunjukkan emosi yang aneh, namun ini adalah
pengecualian daripada kebiasaan.
3. Emosi labil
Seseorang yang mempunyai emosi yang labil, tergesa-gesa, bernafsu, sentimental, mudah
tergugah, khawatir dan bimbang. Mereka mungkin agaknya tertekan oleh kehidupan, hal ini
membuat mereka mudah terkena hal-hal negatif dan positif, sekaligus kerap dipengaruhi oleh
tragedi dan kesenangan serta tiak ada upaya untuk bereaksi mengatasi peristiwa-peristiwa
tersebut dalam hidup (Wijaya, 2004).
Berberapa faktor yang dapat memengaruhi perkembangan emosi anak adlah sebagai
berikut.
1. Keadaan anak
Keadaan individu pada anak, misalnya cacat tubuh ataupun kekurangan pada diri anak akan
sangat mempengaruhi perkembangan emosional, bahkan akan berdampak lebih jauh pada
kepribadian anak. Misalnya: rendah diri, mudah tersinggung, atau menarik diri dari
lingkunganya.
2. Faktor belajar
Pengalaman belajar anak akan menentukan reaksi potensial mana yang mereka gunakan
untuk marah. Pengalaman belajar yang menunjang perkembangan emosi antara lain:
a. Belajar dengan coba-coba
Anak belajar dengan coba-coba untuk mengekspresikan emosinya dalam bentuk perilaku
yang memberi pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberi kepuasan.
b. Belajar dengan meniru
Dengan cara meniru dan mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, anak
bereaksi dengan emosi dan metode yang sama dengan orang-orang yang diamati.
c. Belajar dengan mempersamakan diri
Anak meniru reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang sama dengan
rangsangan yang telah membangkitkan emosi orang yang ditiru. Disini anak hanya meniru
orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya.
d. Belajar melalui pengondisian
Dengan metode ini objek, situasi yang mulanya gagal memancing reaksi emosional kemudian
berhasil dengan cara asosiasi. Pengondisian terjadi dengan mudah dan cepat pada awal
kehidupan karena anak kecil kurang menalar, mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi
mereka.
e. Belajar dengan bimbingan dan pengawasan
Anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi terangsang. Dengan
pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasanya
membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional
terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan (Fatimah, 2006).
3. Konflik konflik dalam proses perkembangan
Setiap anak melalui berbagai konflik dalam menjalani fase-fase perkembangan yang pada
umumnya dapat dilalui dengan sukses. Namun jika anak tidak dapat mengamati konflik-
konflik tersebut, biasanya mengalami gangguan-gangguan emosi.
4. Lingkungan keluarga
Salah satu fungsi keluarga adalah sosialisasi nilai keluarga mengenai bagaimana anak
bersikap dan berperilaku. Keluarga adalah lembaga yang pertama kali mengajarkan individu
(melalui contoh yang diberikan orang tua) bagaimana individu mengeksplorasi emosinya.
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak. Keluarga
sangat berfungsi dalam menanamkan dasar-dasar pengalaman emosi, karena disanalah
pengalaman pertama didapatkan oleh anak. Keluarga merupakan lembaga pertumbuhan dan
belajar awal (learning and growing) yang dapat mengantarkan anak menuju pertumbuhan dan
belajar selanjutnya.
Gaya pengasuhan keluarga akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan emosi anak.
Apabila anak dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang emosinya positif, maka
perkembangan emosi anak akan menjadi positif. Akan tetapi, apabila kebiasaan orang tua
dalam mengekspresikan emosinya negatif seperti, melampiaskan kemarahan dengan sikap
agresif, mudah marah, kecewa dan pesimis dalam menghadapi masalah, maka perkembangan
emosi anak akan menjadi negatif (Syamsu, 2008).
A. KESIMPULAN
Dari uraian pembahasan tentang perkembangan emosi anak, dapat disimpulkan bahwa
anak memiliki tahap-tahap perkembangan emosi dan setiap tahapnya memiliki keunikan
tersendiri.
Setiap tahap perkembangan emosi, orang tua dan guru harus mengetahui. Agar tidak
ada penyimpangan seperti kekerasan pada anak. Hak-hak anak dalam perkembangannya
harus dipenuhi untuk memaksimalkan kecerdasan emosinya. Orang tua agar mengetahui
factor-faktor yang dapat memengaruhi perkembangan emosi pada anak.
B. SARAN
Dari uraian tentang perkembangan emosi anak di atas penulis memberikan beberapa
saran sebagai berikut.
1. Kepada orang tua. Agar dapat memaksimalkan potensi anak khususnya dalam perkembangan
emosi anak.
2. Kepada guru. Agar dapat memahami setiap tahap-tahap perkembangan emosi anak. Sehingga
hak-hak anak dapat dipenuhi secara maksimal.
3. Kepada penulis. Agar dapat menambah pengetahuannya tentang perkembangan emosi anak.
DAFTAR PUSTAKA
Kurnia, Ingridwati. dkk. 2008. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Puspita, Widaya Ayu. 2008. Perkembangan Emosi Anak. http://www.bppnfi-
reg4.net/index.php/perkembangan-emosi-anak.html. Diakses pada tgl 25 Maret 2012.
Reza, Muhammad. 2010. Memahami Ekspresi Emosi. http://muhammad-
reza.blogspot.com/2010/01/memahami-ekspresi-emosi.html. Diakses pada tgl 20 Maret 2012.
Sunarto & Agung, Hartono. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Tim penyusun edukasi kompas. 2011. Sosio Emosional Aspek yang Melekat pada Anak.
http://edukasi.kompasiana.com/2011/01/04/sosio-emosional-aspek-yang-melekat-pada-anak/.
diakses pada tanggal 20 Maret 2012.