Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“ Tes dan Pengajaran Terstandarisasi, Penilaian dan Peringkat Kelas”

Pengampu : Zaenal Arifin, S.Psi

Disusun Oleh :

1. Tesya Amelia (2016020002)


2. Mia Efiana (2016020012)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK )

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ )

JAWA TENGAH DI WONOSOBO

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai macam
nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik
kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua
cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.

Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada semua pihak yang telah
membantu, baik bantuan berupa moriil maupun materil, sehingga makalah ini terselesaikan
dalam waktu yang telah ditentukan. Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata
bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian, yang kadangkala hanya menturuti egoisme
pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih
menyempurnakan makalah kami dilain waktu.

Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yang
kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin
mengambil atau menyempurnakan lagi.

Wonosobo, 24 September 2018

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
1. Apakah sifat tes terstandarisasi?
2. Apakah tes bakat dan prestasi?
3. Apakah peran guru?
4. Bagaimana isu-isu dalam tes terstandarisasi?
5. Apakah fungsi kelas sebagai konteks penilaian?
6. Apakah yang dimaksud dengan ujian tradisional?
7. Apakah yang dimaksud dengan penilian alternatif?
8. Bagaimana cara pemberian peringkat dan pelaporan kinerja?
C. Tujuan
1. Mengetahui sifat tes terstandarisasi
2. Mengetahui yang dimaksud tes bakat dan prestasi
3. Mengetahui peran guru
4. Mengetahui isu-isu dalam tes terstandarisasi
5. Mengetahui fungsi kelas sebagai konteks penilaian
6. Mengetahui pengertian ujian tradisional
7. Mengetahui pengertian penilaian alternatif
8. Mengetahui cara pemberian peringkat dan pelaporan kerja
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sifat Tes Terstandarisasi


Tes standar atau tes yang dibakukan mengandung prosedur yang seragam untuk
menentukan nilai dan administrasinya. Tes standar bisa membandingkan kemampuan
murid dengan murid lain pada usia atau level yang sama, dan dalam banyak kasus
perbandingan ini dilakukan di tingkat nasional. tes standar mencakup berbagai materi
yang lazimnya diajarkan di kebanyakan kelas (Airasian, 2001; Chatterji, 2003).
Perbedaan lain antara tes standar dengan tes buatan guru adalah banyak tes standar yang
met-nililå aturan umum dan kebanyakan telah dievalusi validitas dan reliabilitasnya.
Kita akan mendiskusikan validitas dan reliabilitas ini, tetapi pertama-tama mari kita
bahas tujuan dari tes standar.

Tujuan Tes Standar

Tes standar biasanya bertujuan untuk:

 Memberikan informasi tentang kemajuan murid. Tes standar adalah sumber


informasi tentang seberapa baik prestasi dan kemampuan murid. Murid di satu
kelas mungkin mendapat nilai A tetapi kemampuannya hanya pas-pasan di level
nasional, dan murid di kelas lain mungkin mendapat nilai B tetapi sangat bagus
dalam mengerjakan tes standar level nasional. Tanpa tes eksternal dan objektif,
guru di kelas akan kesulitan untuk mengetahui seberapa baikkah kemampuan
murid dibandingkan dengan murid di sekolah lain.
 Mendiagnosis kekuatan dan kelemahan murid. Tes standar juga dapat
memberikan informasi tentang kekuatan dan kelemahan pembelajaran murid
(Popham, 2002). Misalnya, murid yang kurang bagus dalam pelajaran membaca
mungkin diberi satu atau lebih tes standar untuk mengetahui letak kelemahannya
secara tepat. Apabila tes standar digunakan untuk keperluan diagnosis, tes itu
biasanya diberikan secara individual, bukan secara kolektif. Dalam sebuah survei
nasional, guru-guru mengatakan bahwa mereka sering menggunakan hasil tes
standar untuk mendiagnosis apa yang dibutuhkan oleh murid dalam proses
belajar (Quality Counts, 2001). Akan tetapi, hanya kurang dari 20 persen dari
guru yang mengatakan bahwa mereka memiliki kemampuan yang memadai
untuk menginterpretasikan nilai guna melakukan diagnosis yang tepat.
 Memberikan bukti untuk penempatan murid dalam program khusus. Tes standar
juga dapat dipakai untuk membuat keputusan tentang apakah murid diizinkan
masuk ke program spesifik atau tidak. Di tingkat SD, tes standar dapat dipakai
untuk memberikan informasi untuk menempatkan murid dalam kelompok
membaca yang berbeda-beda. Di SMA, tes standar bisa dipakai untuk
menentukan materi matematika apa yang mesti dipelajari murid secara lebih
mendalam.
 Memberi informasi untuk merencanakan dan meningkatkan pengajaran atau
instruksi. Bersama dengan informasi lain, nilai dari tes standar dapat dipakai
oleh guru dalam membuat keputusan tentang instruksi.
 Membantu administrator mengevaluasi program. Jika sekolah hendak beralih
ke program pendidikan yang baru, administrasi sekolah harus tahu seberapa
efektifkah program baru itu.
 Memberikan akuntabilitas. Sekolah dan guru diharapkan bertanggungjawab
atas pengajaran muridnya. Meskipun ini adalah soal kontroversial, tes standar
kini mulai banyak dipakai untuk menentukan seberapa efektif sekolah dalam
menghabiskan dana dalam proses belajar.1
Kriteria untuk Mengevaluasi Tes Standar
Di antara kriteria paling penting untuk mengevaluasi tes standar adalah norma,
validitas, reliabilitas, dan keadilan.
1. Norma
Untuk memahami kinerja murid individual dałam suatu tes, kinerjanya itu perlu
dibandingkan dengan kinerja dari kelompok norma (norm group), yakni kelompok
dari individu yang sama yang sebelumnya telah diberi ujian oleh penguji. Tes ini
dikatakan didasarkan pada norma nasional (national norms) apabila kelompok
norma itu terdiri dari representasi murid secara nasional.
2. Validitas
Validitas adalah sejauh mana sebuah tes mengukur apa-apa yang hendak diukur dan
apakah inferensi tentang nilai tes iłu akurat atau tidak.2
3. Reliabilitas

1
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, PRENADAMEDIA GROUP, 2015, hlm.600.
2
Ibid., hlm 602
Reliabilitas berarti sejauh mana sebuah prosedur tes bisa menghasilkan nilai yang
konsisten dan dapat direproduksi. Agar bisa disebut reliabel, nilai harus stabil,
dependable, dan relatif bebas dari kesalahan pengukuran (Fekken, 2000. Popham,
2002).3
4. Keadilan
Keadilan. Tes yang adil (fair) adalah tes yang tidak bias (unbiased) dan tidak
diskriminatif (McMillan, 2001). Tes itu tidak dipengaruhi Oleh faktor-faktor seperti
gender, etnis, atau faktor subjektif seperti bias penilai.4
B. Tes Bakat dan Prestasi
Ada dua tipe utama tes standar: tes kecakapan (aptitude) dan tes prestasi (achievement).
1. Tes Kecakapan (aptitude test)
Tes kecakapan (aptitude test) didesain guna memprediksi kemampuan murid untuk
mempelajari suatu keahlian atau menguasai sesuatu dengan pendidikan dan training
tingkat lanjut. Tes kecakapan ini mencakup tes kemampuan mental umum seperti
tes kecerdasan (Stanford-Binet, Wechsler Scales, dan sebagainya) (Kaufman &
Lichtenberger, 2002).
2. Tes Prestasi
Tes prestasi dimaksudkan untuk mengukur apa yang telah dipelajari atau keahlian
apa yang telah dikuasai murid (Andrews, Saklofske & Janzen, 2001; Haladyna,
2002; Smith, 2001).

Jenis-Jenis Tes Prestasi Standar

Ada sejumlah tipe tes prestasi standar. Salah satu cara umum untuk
mengklasifikasikannya adalah sebagai survey batteries, specific subject tests, atau
diagnostic tests (Payne, 1997).

Survey Batteries. Sebuah survey battery (baterai survei) adalah sekelompok tes POkok
persoalan individual yang didesain untuk murid level tertentu. Survey battenes adalah
tes standar nasional yang banyak digunakan (McMillan, 2001).

Tes untuk Subjek Spesifik. Beberapa tes prestasi standar dimaksudkan untuk meflilai
keahlian di bidang tertentu seperti membaca atau matematika. Karena tes ini difokuskan
pada area spesifik, tes ini biasanya menilai suatu keahlian secara lebih mendetail dan

3
Ibid., hlm 604
4
Ibid., hlm 605
ekstensif ketimbang survey battery. Dua contoh tes area spesifik untuk bidang
membaca adalah Woodcock Reading Mastery Tests dan Gates-McKillop-Horowitz
Reading Diagnostic Test (Mather & Gregg, 2001).

Tes Diagnostik. Seperti kami sebutkan di atas, diagnosis adalah fungsi penting dari tes
standar. Diagnostic testing terdiri dari evaluasi area pembelajaran spesifik secara relatif
mendalam. Tujuannya adalah menentukan kebutuhan pembelajaran spesifik dari murid
sehingga kebutuhan itu dapat dipenuhi melalui instruksi reguler atau remedial.
Membaca dan matematika adalah dua area di mana tes standar paling banyak dipakai
untuk diagnosis (Berninger, dkk., 2001).5

C. Peran Guru
1. Mempersiapkan Murid untuk Mengikuti Tes Standar
Penting bagi semua murid untuk diberi kesempatan mengeluarkan apa yang
terbaik dari diri mereka. Salah satu caranya adalah memastikan murid punya
keahlian mengerjakan tes yang baik (McMillan, 2001).
2. Menjalankan Tes Standar
Kebanyakan ujian standar mengungkapkan secara rinci cara tes tersebut
dilaksanakan (Airasian, 2001). Di antaranya adalah cara mengatur ruang tes,
apa yang harus dilakukan murid saat mengerjakan tes, bagaimana
mendistribusikan lernbar soal dan jawaban, dan bagaimana mengatur waktu tes.
3. Memahami dan Menginterpretasikan Hasil Tes
Kemampuan untuk memahami dan menginterpretasikan tes standar berguna
jika mengadakan pertemuan dengan orang tua murid untuk membahas murid di
kelas.6
4. Menggunakan Tes Standar untuk Merencanakan Dan Meningkatkan Instruksi
Guru dapat menggunakan nilai tes standar dari akhir taun sebelumnya untuk
merencanakan instruksi untuk tahun selanjutnya dan mengevaluasi efektivisat
instruksi setelah isi materi diajarkan (Mc Millan, 2002).7

D. Isu-Isu dalam Tes Terstandarisasi

5
Ibid., hlm 06
6
Ibid.,hlm 615
7
Ibid.,hlm 625
Seperti yang telah disebutkan, tes standar adalah sesuatu yang kontroversial. Salah
satu debat berkaitan dengan bagaimana tes standar dibandingkan dengan metode
penilaian alternatif, terutama dalam ujian negara berisiko tinggi. Debat lainnya adalah
berkenaan dengan apakah tes standar mendiskriminasi murid etnis minoritas dan murid
dari kalangan miskin.
Pakar penilaian Grant Wiggins ( 1992) berpendapat bahwa yang dibutuhkan adalah
tes kemampuan atau kinerja bukan tes standar yang terutama menggunakan pertanyaan
pilihan ganda. Tes standar hanya merupakan bagian dari penilaian keseluruhan. Dia
menyimpulkan bahwa penilaian kinerja itu lebih mendalam, melibatkan keterampilan
berpikir yang lebih tinggi, dan lebih Cocok engan reformasi pendidikan dewasa ini yang
menekankan pada pembelajaran onstruktivis dan konstruktivis sosial. Di Kentucky dan
Vermont, pemuatan materi pemecahan masalah pelajaran matematika dan
penyampaiän gagasan matematika tertulis dalam tes atau ujian yang diwajibkan negara
telah menyebabkan guru harus lebih bekerja keras pada area matematika ini (Olson,
2001).8
E. Fungsi Kelas sebagai Konteks Penilaian
1. Penilaian sebagai Bagian Integral dari Pengajaran

2. Membuat Penilaian Kompatible dengan Pandangan tentang Pembelajaran


dan Motivasi Kontemporer
3. Menciptakan Sasaran Pembelajaran yang Tepat dan Jelas
4. Membuat Penilaian Bermutu Tinggi
F. Ujian Tradisional
Tes atau ujian tradisional biasanya ujian dengan menggunakan kertas soal pilihan,
menghitung, memberi jawaban pendek, atau menulis esai. Tipe soal uatama dalam
penilaian ini: (1) soal dengan jawaban memilih; (2) soal yang harus dijawab murid.
1. Soal Jawaban Pilihan
Soal dengan jawaban pilihan menggunakan format obyektif yang akan
mempercepat penilaian hasil jawaban murid. Penilaian untuk jawaban yang benar
dibuat dan dapat diaplikasikan oleh penguji atau dengan menggunakan komputer.
Bentuk soal jenis ini yang paling lazim dipakai adalah soal benar/salah, soal pilhan
ganda, dan soal mencocokkan/memasangkan pertanyaan dengan jawaban.

8
Ibid.,hlm 628
a. Soal Benar/Salah
Soal benar/salah meminta murid untuk menandai apakah sebuah
pernyataan adalah benar/salah.
b. Soal Pilihan Ganda
Soal pilhan gnada terdiri dari dua bagian: soal, plus satu set jawaban
yang mungkin. Soal terbentuk pertanyaan atau pernyataan, dan diikuti dengan
satu set jawaban yang harus dipilih yang benar. Jawaban yang salah disebut
distractor (pengganggu). Tugas murid adalah memilih jawaban yang benar
diantara jawaban pengganggu.
c. Soal Pencocokan
Soal ini (matching items) banyak dipakai untuk murid muda, dimana
murid harus mencocokan satu kelompok soal secara tepat dengan satu
kelompok jawaban (Hambleton, 1996). Pencocokkan terutama sesuai untuk
menilai asosiasi atau hubungan antara dua set informasi. Dalam format soal
pencocokkan soal yang lazim, guru meletakkan satu daftar istilah apda sisi kiri
halaman dan deskripsi atau definisi istilah itu pada sisi kanan halaman.
Ujian pencocokkan mempermudah guru karena (Popham, 2000): (1)
bentuknya yang padat tidak membutuhkan banyak tempat, dan karenanya
mudah untuk menilai banyak informasi secara efisien; dan (2) dapat dinilai
dengan mudah dengan menggunakan template jawaban yang benar.
Akan tetapi, ujian bentuk ini cenderung menyuruh murid
menghubungkan informasi yang tidak penting. Juga, kebanyakan soal
pencocokan mensyaratkan murid untuk menghubungkan informasi yang
mereka ingat, walaupun soal itu dapat disusun untuk mengukur keahlian
kognitif yang lebih komleks (Sax, 1997).
d. Format Penilaian Objektif Lain
Format Audiovisual memudahkan kita untuk membuat dan menunjukkan slide
dan rekaman video. Murid diebri problem dalam bentuk audiovisual dan
diminta membuat keputusan tentang apa yang akan trjadi atau bagaimana
memecahkan problem.
Seperangkat Problem (problem set) adalah menyajikan dua atau leboh pilihan
ganda atau jawaban pendek-objektif yang mengacu pada satu stimulus, seperti
ilustrasi, grafik, atau pesan.
2. Soal yang Harus Dijawab
Soal yang harus dijawab mensyaratkan agar murid menuliskan informasi bukan
memilih jawaban dari menu. Jawabn singkat dan soal esai adalah bentuk paling
lazim dari soal jawaban. Dalam penilaian, banyak soal yang harus dijawab murid
ini membutuhkan penilaian di pihak penguji.
a. Soal Jawaban Pendek
Soal dengan jawaban pendek adalah format soal-jawab dimana murid
diminta untuk menulis jawaban dalam kalimat pendek. Melengkapi kalimat
adalah variasi soal dengan jawban pendek, dimana murid mengekspresikan
pengetahuan dan keahlian mereka dengan melengkapi suatu kalimat.
b. Esai
Soal esai memberi banyak kebebasan untuk menjawab pertanyaan,
tetapi membutuhkan lebih banyak kalimat ketimbang format lain. Soal esai
bagus terutama untuk menilai pemahaman murid mengenai suatu materi,
keahlian berfikir level tinggi, kemampuan untuk mengorganisasikan informasi,
dan keahlian menulis. Soal esai mensyaratkan murid untuk menulis mulai dari
beberapa kalimat sampai banyak kalimat untuk menjawab pertanyaan. Saran
untuk menulis soal esai yang baik antara lain (Sax, 1997):
 Spesifikasikan batasan. Beri tahu murid tentang batas panjang jawaban
dan bobot nilai untuk masing-masing soal esai.
 Susun Soal dengan Baik dan jelakan tugasnya. Jelaskan apa yang harus
mereka tulis.9
G. Penilaian alternatif
A10da alternatif untuk penilaian tradisional (Gronlund, Linn & Davis, 2000;
Popham,2002). Tren-tren dalam penilaian ini.
1. Tren dalam Penilaian Alternatif
Salah satu tren terbaru adalah menyuruh murid untuk memecahkan beberapa
tipe problem autentik atau menyelesaikan suatu proyek atau mendemontrasikan
beberapa keahlian diluar konteks ujian atau esai (Montgomery, 2001). Tren lainnya
adalah menyuruh murid untuk membuat portofolio pembelajaran untuk
menunjukkan apa yang telah mereka pelajari (Berryman & Russel, 2001). Penilaian
alternatif itu dibutuhkan agar instruksi kompatibel dengan pandangan kontemporer

9
Ibid., hlm 648.
10
Ibid., hlm 657
tentang pembelajaran dan motivasi. Penilaian alternatif menawarkan pada murid
lebih banyak pilihan ketimbang ujian tradisional atau ujian esai.
2. Penilaian Berbasis Kinerja
Berpindah dari penilaian tradisional dengan teks objektif ke penilaian berbasis
kinerja telah dideskripsikan sebagai berpindah dari “mengetahui” ke
“menunjukkan” (Burz & Marshall, 1996). Penilaian kinerja mencangkup apa-apa
yang umumnya dianggap sebagai kinerja aktual murid (seperti dalam bidang tari,
musik, dan pendidikan fisik/ olahrag), dan juga paper esai, proyek, prestasi oral,
eksperimen, dan portofolio.
Beberapa disiplin ilmu, seperti seni, musik, dan pendidikan fisik, sudah
menggunakan penilaian kinerja selama bertahun-tahun. Perubahan utama dalam
penilaian kinerja adalah diperkenalkannya bentuk penilaian ini ke dalam “area
akademik” tradisional (Powell, 2002).
Ciri-Ciri Penilaian Berbasis Kinerja
Penilaian berbasis kinerja sering mencangkup penekanan pada “melakukan”
aktivitas terbuka dimana tidak ada jawaban yang benar dan objektif dan penilaian
ini bisa menilai pemikiran level tinggi. Penilaian kinerja terkadang juga realistis.
Evaluasi kinerja kerap menggunakan metode evaluasi langsung,penilaian diri,
penilaian kinerja kelompok, dan individual, serta lebih banyak memakan waktu
(Hambleton, 1996).
Ujian tradisional menekankan pada apa yang diketahui murid. Penilaian
berbasis kinerja didesain untuk mengevaluasi apa yang diketahui dan dapat
dilakukan murid (Maki, 2001; Moon & Callahan, 2001).
Penilaian tradisional, penilaian dilakukan dalam dalam satu kerangka waktu
saja. Misalnya, guru memberi soal pilihan ganda dan murid diberi waktu satu jam
untuk menyelesaikannya. Sebaliknya, penilaian kinerja sering ditujukan untuk
tugas yang memakan waktu beberpa hari, minggu, dan bahkan bulan (Bracken,
2000). Misalnya kelakuan siswa dalam membuat proyek sains di evaluasi sekali
sebulan dan kemudian mendapat penilaian akhir setelah proyek selesai.
Pedoman untuk Penilaian Berbasis Kinerja
Pedoman penggunaan penilaian berbasis kinerja mencangkup empat isu umum
(Airasian,2001): (1) menentukan tujuan yang jelas; (2) mengidentifikasi kriteria
yang dapat diamatai; (3) memberi setting yang tepat; dan (4) menilai kinerja.
Pastikan bahwa setiap penilaian kinerja memiliki tujuan yang jelas dan keputusan
yang jelas dapat diambil dari penilaian itu (McKinley, Boulet & Hambleton, 2000).
Kriteria Kinerja

Kiriteria kinerja adalah perilaku spesifik yang harus dilakukan murid secara
efektif sebagai bagian dari penilaian. Kriteria kinerja akan membantu guru
melampaui deskripsi umum ( seperti “ Kerjakan presentasi lisan” atau “Selesaikan
sebuah proyek sains” ) dalam menentukan apa-apa yang perlu dilakukan murid.
Kriteria kinerja membantu membuat obeservasi. Tanpa kriteria, observasi bisa jadi
tidak sisitematis dan tidak beraturan. Komunikasikan kriteria kinerja kepada murid
pada awal instruksi agar murid pada awal instruksi agar murid atahu fokus dari
pembelajaran.

Setelah mendefinisikan kriteria kinerja secara jelas, penting untuk menentukan


setting dimana mengamatai hasil kerja siswa dan terakhir, perlu memberi nilai
kinerja.

Mengevaluasi Penilaian Berbasis Kinerja


Banyak psikolog pendidikan mendukung penilaian berbasis kinerja (Eisher,
1999; Stiggins, 2001, 2002). Mereka percaya penilaian berbasis kinerja akan
membuat murid lebih aktif dalam pembelajaran dan mendorong pemikiran pada
level yang lebih tinggi, mengukur hal-hal yang benar-benar penting dalam
kurikulum, dan penilaian dapat dikaitkan dengan pengalaman dunia riil.
3. Penilaian Portofolio
1. Menggunakan Portofolio Secara Efektif
Penggunaan portofolio secara efektif untuk penilaian membutuhkan: (1)
penentuan tujuan porotfolio; (2) melibatkan murid dalam membuat keputusan
tentang portofolio; (3) me-review portofolio bersama murid; (4) menentukan
kriteria untuk evaluasi; dan (5) memberi penilaian.
Menentukan Tujuan. Portofolio dapat digunakan untuk tujuan yang berbeda-
beda (Lyons,1999). Dua tipe tujuan umum adalah mendokumnetasikan
perkembangan dan menunjukkan karya terbaik.
a. Portofolio perkembangan terdiri dari hasil karya/ kerja murid dalam
kerangka waktu yang panjang ( selama satu tahun ajaran atau bahkan lebih
lama) untuk menunjukkan kemajuan murid dalam memenuhi target
pembelajaran. Portofolio perkemangan kadang juga dinamkan portofolio
development. Portofolio perkembangan sangat membantu untuk memberi
bukti konkret dari berapa bnayak murid telah berubah atau berapa banyak
yang telah dipelajari murid.
b. Portofolio Karya Terbaik (best work portofolio) menunjukkan hasil tugas
atau karya murid yang paling baik. Terkadang dinamakan showcase
portofolio. Portofolio karya terbaik lebih selektif ketimbang portofolio
development dan sering memasukkan produk terbaru dari si murid.

Melibatkan Murid dalam Pemilihan Materi Portofolio. Banyak guru


memebiarkan murid memilih setidaknya beberapa keputusan tentang isi
portofolio (Weasmer & Woods, 2001).

Mereview Bersama Murid. Adalah penting untuk menjelaskan kepada murid


sejak awal tahun ajaean tentang apa itu portofolio dan apa kegunaannya. Juga
perlu mengadakan beberapa pertemuan guru-murid pada tahun ajaran itu untuk
me review kemajuan murid dan membantu merencanakan tugas selanjutnya
untuk dimasukkan dalam portofolio (McMillan, 2001; Weldin & Tumarkin,
1999).

Menentukan Kriteria Evaluasi. Kriteria kinerja yang jelas dan sisitematis


sangat penting dalam rangka menggunakan portofolio secara efektif (Fallon &
Watts, 2001; Linn & Gronlund; 2000).

Penilaian. Dibutuhkan waktu untuk menilai portofolio (Airasian, 2001).guru


harus mengevaluasi bukan hanya setiap item tetapi jga portofolio secara
keseluruhan.

2. Mengevaluasi Peran Portofolio dalam Penilaian


Portofolio pembelajaran mempunyai beberapa kelebihan: Sifatnya yang
komprehensif memuat kompleksitas dan kelengkapan hasil karya dan prestasi
murid. Portofolio memberi kesempatan untuk mendorong murid membuat
keputusan dan berefleksi diri. Porotfolio memotovasi murid untuk berpikir kritis
dan mendalam. Dan, portofolio memberi mekanisme yang bagus untuk
mengevaluasi kemajuan dan menigkatkan murid (Berryman & Russell, 2001;
Richard, 2001).11
H. Pemberian peringkat dan pelaporan kinerja
Pemberian peringkat berarti menerjemahkan informasi penilaian deskriptif ke
dalam angka atau simbol lain yang menunjukkan kualitas dari pembelajaran atau
kinerja murid.

Tujuan Grading

Grading bertujuan untuk mengomunikasikan makna informasi tentnag pem


elajran dan prestasi murid. Dalam proses ini, pemberian nilai mengandung empat tujuan
dasar (Airasian, 2001):

 Administratif. Nilai atau grade membantu menentukan ranking kelas murid,


kredit untuk kelulusan, dan apakah murid bisa naik ke kelas selanjutnya atau
tidak.
 Informasional.nilai dapat dipakai untuk menginformasikan kepada murid,
orang tua, dan pihak lain tentang hasil kerja murid. Sebuah grade atau nilai
merepresentasikan penilaian guru terhadap seberapa baik murid dalam
memenuhi tujuan instruksional dan target pembelajran.
 Motivasional. “Motivasi, Pengajarann dan Pembelajaran”, starategi yang baik
adalah membantu murid agar termotivasi secara instrinsik. Walaupun demikian,
dalam dunia pendidikan dimana nilai diberikan, banyak murid belajar keras
karena mereka termotivasi secara ekstrinsik yakni ingin mendapat nilai tinggi
dan takut nilai rendah.
 Pedoman. Nilai membantu murid, orang tua, dan konselor untuk memilih
kursus dan level tugas yang tepat bagi murid. Nilai memberi informasi tentang
murid mana yang butuh bantuan khusus dan level pendidikan apa yang akan
tepat bagi murid.

KOMPONEN SISITEM GRADING

BAB III

11
Ibid., hlm 664
PENUTUP

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai