Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Anak Berkebutuhan Khusus


Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik
Dosen Pengampu :
Drs. Lutfi Fauzan, M.Pd

Disusun oleh :
Kelompok 7 yang beranggotakan :
Aliya Icha Zahia Humaira (210153602028)
Dyah Retno Kusuma Ningrum (210121600471)
Ifan Hilmawan Wicaksono (210121600486)
Maula Azkia Setiakarnawijaya (210121600442)

PROGRAM STUDI S1 TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FEBRUARI 2022
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Anak
Berkebutuhan Khusus” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Drs.
Lutfi Fauzan , M.Pd  pada mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Anak Berkebutuhan Khusus bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Lutfi Fauzan, M.Pd


selaku dosen mata kuliah Perkembangan Peserta Didik yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

 Malang,27 Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan
dengan anak-anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus (dulu di sebut sebagai
anak luar biasa) didefinisikan sebagai anak yang memerlukan pendidikan dan
layanan khusus untuk mengembangkan potensi kemanusiaan mereka secara
sempurna (Hallahan dan Kauffman, 2003: 12). Anak-anak berkebutuhan khusus
ini tidak memiliki ciri-ciri perkembangan psikis ataupun fisik dengan rata-rata anak
seusianya. Namun meskipun berbeda, ada juga anak-anak berkebutuhan khusus
menunjukan ketidakmampuan emosi, mental, atau fisiknya pada lingkungan sosial.
Terdapat beberapa jenis anak berkebutuhan khusus yang seringnya kita temui yaitu
tunarungu, tunanetra, tunadaksa, tunagrahita, tunalaras, autis, down syndrome, dan
retradasi mental (kemunduran mental).
Ketika belajar, anak berkebutuhan khusus kerap melakukan kesalahan
sensory memory karena memori mereka hanya pendek sekali jaraknya, mudah lupa,
fakta tersimpan tetapi tidak dalam 1 kerangka konteks yang terjadi. Anak-Anak
Berkebutuhan Khusus sebenarnya bisa memberi respon terhadap sesuatu dalam
pembelajaran, tetapi mereka sulit menghadapi situasi baru. Dalam perihal
interaksi sosial anak-anak berkebutuhan khusus kurang kontak mata, represif, sulit
berinteraksi baik dengan teman-teman maupun para guru, tak bisa berempati,
memahami maksud orang lain, interaksi, kesulitan menyampaikan keinginan, takut
dan cenderung menghindari orang lain dan sulit memahami isyarat verbal-
nonverbal.
Anak-Anak berkebutuhan khusus kerap kali kurang tangkas dan
keseimbangan dalam perihal Gerak Motorik Kasar, sedangkan dalam Gerak
Motorik Halus. Anak-anak berkebutuhan khusus kerap kurang terampil dan
terkordinir dalam melaksanakan salah satu tugas. Ada beberapa jenis penanganan
anak berkebutuhan khusus yang bisa dipraktikan baik pihak orang tua maupun
pihak-pihak lainnya agar anak berkebutuhan khusus ini dapat mengembangkan
kemampuannya dalam belajar dan berinteraksi dengan lingkungan sosial di
sekitarnya. Dua metode pembelajaran yang khusus diberikan pada anak
berkebutuhan khusus ini adalah metode pembelajaran dengan berbagai aktivitas
berat (untuk membantu mengoptimalkan kemampuan anak dan perilaku
anak) dan bekali anak berkebutuhan khusus dengan teknologi informasi dan
keterampilan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Anak Berkebutuhan Khusus?
2. Bagaimana karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus?
3. Apa saja faktor yang menjadikan anak berkebutuhan khusus?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
2. Mengetahui karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus
3. Memahami apa saja faktor Anak Berkebutuhan Khusus
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan penanganan
khusus karena adanya gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami
anak. Berkaitan dengan istilah disability, maka anak berkebutuhan khusus adalah
anak yang memiliki keterbatasan di salah satu atau beberapa kemampuan baik itu
bersifat fisik seperti tunanetra dan tunarungu, maupun bersifat psikologis seperti
autisme dan ADHD. Pengertian lainnya bersinggungan dengan istilah tumbuh
kembang normal dan abnormal, pada anak berkebutuhan khusus bersifat abnormal,
yaitu terdapat penundaan tumbuh kembang yang biasanya tampak di usia balita
seperti baru bisa berjalan di usia 3 tahun. Hal lain yang menjadi dasar anak
tergolong berkebutuhan khusus yaitu ciri-ciri tumbuh-kembang anak yang tidak
muncul (absent) sesuai usia perkembangannya seperti belum mampu mengucapkan
satu katapun di usia 3 tahun, atau terdapat penyimpangan tumbuhkembang seperti
perilaku echolalia atau membeo pada anak autis. Pemahaman anak berkebutuhan
khusus terhadap konteks, ada yang bersifat biologis, psikologis, sosio-kultural.
Dasar biologis anak berkebutuhan khusus bisa dikaitkan dengan kelainan genetik
dan menjelaskan secara biologis penggolongan anak berkebutuhan khusus, seperti
brain injury yang bisa mengakibatkan kecacatan tunaganda. Dalam konteks
psikologis, anak berkebutuhan khusus lebih mudah dikenali dari sikap dan
perilaku, seperti gangguan pada kemampuan belajar pada anak slow learner,
gangguan kemampuan emosional dan berinteraksi pada anak autis, gangguan
kemampuan berbicara pada anak autis dan ADHD. Konsep sosio-kultural
mengenal anak berkebutuhan khusus sebagai anak dengan kemampuan dan perilaku
yang tidak pada umumnya, sehingga memerlukan penanganan khusus.
Menurut Wikipedia, Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan
karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu
menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Anak dengan
karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu
menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam
ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita,tunadaksa, tunalaras, kesulitan
belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan.
Secara sederhana, anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai anak
yang memerlukan layanan khusus untuk dapat menjalani aktivitas sehari-hari dengan
baik. Hal tersebut mencakup anak-anak yang mengalami permasalahan maupun yang
memiliki kelebihan terkait tumbuh kembang yang kaitannya dengan intelegensi,
inderawi, dan anggota gerak. Seperti yang diungkapkan oleh Efendi (2006) bahwa
anak berkebutuhan khusus merupakan suatu kondisi yang berbeda dari rata-rata
anak pada umumnya. Perbedaan dapat berupa kelebihan maupun kekurangan. Dari
adanya perbedaan ini, akan menimbulkan berbagai akibat bagi penyandangnya.
Heward menyatakan bahwa anak berkebutuhan khusus merupakan anak dengan
karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu
menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik (Rejeki & Hermawan,
2010).

2. Krakteristik Anak Berkebutuhan Khusus


a. Tunanetra
Istilah anak tunanetra secara mendasar dapat diartikan sebagai anak-anak
yang mengalami gangguan pada fungsi penglihatan. Beberapa ahli seperti Djaja
Rahardja dan Sujarwanto serta Gargiulo mendefinisikan ketunanetraan menjadi
3 kategori yaitu buta buta, buta fungsional dan low vision. Seseorang disebut
mengalami kebutaan secara legal jika kemampuan penglihatannya berkisar
20/200 atau dibawahnya, atau lantang pandangannya tidak lebih dari 20 derajat.
Pada pengertian ini, seorang anak di tes dengan menggunakan snellen chart
(kartu snellen) dimana anak harus dapat mengindetifikasi huruf jarak pada jarak
20 kaki atau 6 meter. Dengan pengertian lain anak-anak dikatakan buta secara
legal jika mengalamai permasalahan pada sudut pandang penglihatan, yairu
kemampuan menggerakkan mata agar dapat melihat ke sisi samping kiri
dan kanan.
b. Tunarungu
Tunarungu dapat diartikan sebagai gangguan pendengaran, dimana anak
yang mengalami ketunarungguan adalah mengalami permasalahan pada
hilangnya atau berkurangnya kemampuan pendengaran. Soematri menyatakan
bahwa anak yang dapat dikatakan tunarungu jika mereka tidak mampu atau
kurang mampu mendengar. Menurutnya, tunarungu dapat dibedakan menjadi
dua kategori yaitu tuli dan kurang dengar. Tuli merupakan suatu kondisi dimana
seseorang benar-benar tidak dapat mendengar dikarekan hilangnya fungsi
pada telinganya. Sedangkan kurang dengar merupakan kondisi dimana seseorang
mengalami kerusakan pada organ pendengarannya tetapi masih dapat
berfungsi untuk mendengar meskipun dengan atau tanpa bantu dengar.
c. Tunagrahita
Tunagrahita merupakan istilah yang disematkan bagi anak-anak berkebutuhan
khusus yang mengalami permasalahan seputar intelegensi. Di Indonesia istilah
tunagrahita merupakan pengelompokkan dari beberapa anak berkebutuhan
khusus, namun dalam biang pendidikan mereka memiliki hambatan yang sama
dikarenakan permasalahan intelegensi. Dalam bahasa asing, anak yang
mengalami permasalahan intelegensi memiliki beberapa istilah penyebutan
anatara (IQ dibawah 35). Sedangkan klasifikasi lain dapat didasarkan pada
kemampuan yang dimiliki yaitu Ringan (mampu dididik), sedangkan (mampu
latih), Berat (mampu rawat).
d. Tunadaksa
Dalam konteks pendidikan khusus di Indonesia, tunadaksa dapat diartikan sebagai
gangguan motorik. Pada konteks lain dapat kita temui penggunaan istilah lain
dalam menyebut anak tunadaksa misalnya anak dengan hambatan gerak.
Utamanya, anak tunadaksa adalah anak yang mengalami gangguan fungsi gerak
yang disebabkan oleh permasalahan pada organ gerak tubuh. Somantrii
menjelaskan bahwa tunadaksa merupakan suatu keadaan rusak atau terganggu
yang disebabkan karena bentuk abnormal atau organ tulang, otot, dan sendi tidak
dapat berfungsi dengan baik.
e. Tunalaras
Anak tunalaras merupakan konteks dengan batasan-batasan yang sangat rumit
tentang anak-anak yang mengalami masalah tingkah laku. Istilah tunalaras itu
sendiri belum dapat diterima secara umum karena batasan-batasan penyebutan
anak tunalaras yang kurang saklek. Pada intinya sebutan anak tunalaras
merupakan gangguang perilaku yang menunjukka suatu penentangan terhadap
norma dan aturan social di masyarakat seperti mencuri, menggangu ketertiban,
melukai orang lain,dll.

3. Faktor-faktor Anak Berkebutuhan Khusus

Faktor atau penyebab anak berkebutuhan khusus dibagi menjadi beberapa periode
yaitu prenatal (sebelum kelahiran), neonatal (saat kelahiran), postnatal (setelah
kelahiran).

a. Prenatal (sebelum kelahiran)

Terdapat beberapa penyebab yang menyebabkan anak berkebutuhan


khusus pada periode debelum kelahiran, yaitu:

- Gangguan Genetika : Kelainan Kromosom, Transformasi


Masa ini dialami oleh janin saat berada di dalam kandungan. Kelainan
kromosom ini juga menjadi penyebab keguguran, dan memiliki down Syndrom saat
dilahirkan. Terjadinya kelainan kromosom biasanya hanya bisa dideteksi oleh seorang
ahli kandungan saja, jadi tidak akan terdeteksi jika hanya dilihat dari luar saja. Karena
membutuhkan biaya yang cukup mahal untuk pemeriksaan maka banyak kasus bayi
yang mengalami kelainan kromosom tanpa diketahui.

- Infeksi Kehamilan

Pada masa kehamilan, ibu hamil sebaiknya dijauhkan dari beberapa hewan
yang dapat menularkan bakteri kepada janin seperti kucing, anjing, dan tikus.
Jika terdapat infeksi pada kehamilan maka pada saat kelahiran anak akan
memiliki kecacatan. Demam, flu, dan pembengkakan kelenjar getah bening
merupakan beberapa gejala yang ditimbulkan dari infeksi kehamilan. Maka dari
itu ibu hamil harus rutin mengecek kehamilannya agar bisa ditangani dengan
cepat.
- Usia Ibu Hamil
Seseorang yang sebelumnya memiliki masalah pada persalinan memiliki
resiko tinggi untuk persalinan selanjutnya. Contohnya jika pada persalinan
sebelumnya memiliki masalah seperti pendarahan pasca kelahiran, lahir mati,
dan lain lain. Ibu hamil yang memiliki tinggi badan kurang dari 145cm/yang
terlalu kurus, ibu yang telah melakukan persalinan lebih dari 4 kali, jarak antar
kehamilan kurang dari 2 tahun, dan masih banyak lagi.
- Obat-obatan
Obat-obatan yang mengandung bahan kimia seperti obat untuk epilepsi,
kanker, penahan mual, serta pencegah keguguran bisa jadi ikut andil dalam
kelainan yang dialami oleh anak.

b. Neonatal (saat proses kelahiran)

- Menggunakan alat
Terkadang saat proses kelahiran ada beberapa masalah yang terjadi, dan
harus dibantu alat. Namun penggunaan alat seperti tang verlossing ataupun alat
kop dapat mencederai kepala anak sehingga berkemungkinan pertumbuhan otak
kurang dapat berkembang secara normal.
- Kehamilan terlalu lama: > 42 Minggu
Kehamilan umumnya berdurasi 38-42 minggu, jika lebih dari itu maka
berkemungkinan besar janin mengalami masalah dan akan berdampak bagi
pertumbuhan dan perkembangannya.
- Prematur
Bayi yang lahir pada kondisi prematur tubuh dan struktur tubuh belum
terkondisi dengan baik, bayi tersebut sangat rentan pada penyakit.

c. Postnatal (setelah kelahiran)

- Penyakit
Beberapa penyakit seperti radang selaput otak (meningitis) dan radang otak
(enchepalitis) yang menyebabkan sel-sel otak tidak berkembang secara normal.
Penyakit lain seperti bakteri TBC dan virus lain juga dapat menghambat
perkembangan yang nantinya dapat menimbulkan kecacatan fisik ataupun
mental.
- Kecelakaan
Kecelakaan menjadi salah satu penyebab banyaknya kecacatan fisik ataupun
mental. Kecelakaan dapat berupa terjatuh, tersedak, tercekik, atau tanpa
sengaja menelan suatu obat ataupun benda. Kecelakaan tidak bisa diprediksi,
namun diupayakan bagi orang tua maupun pendidik selalu mengawasi anak agar
mereka aman.
- Zat dan gizi
Kekurangan zat dan gizi bisa menjadi salah satu faktor anak berkebutuhan
khusus. Karena zat dan gizinya tak terpenuhi, maka sulit bagi anak untuk
bertubuh kembang. Mereka akan memiliki masalah fisik, mental, maupun
perilaku. Maka dari itu cukupi gizi anak sedini mungkin, contohnya dari
kecukupan pemberian ASI.
BAB III
KESIMPULAN

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan penanganan khusus


karena adanya gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami anak.
Berkaitan dengan istilah disability, maka anak berkebutuhan khusus adalah anak yang
memiliki keterbatasan di salah satu atau beberapa kemampuan baik itu bersifat fisik
seperti tunanetra dan tunarungu, maupun bersifat psikologis seperti autisme dan ADHD.
Jenis dan ragam ABK yaitu tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras.
Faktor-faktor yang memengaruhi anak berkebutuhan khusus dibagi menjadi 3 yaitu
prenatal, neonatal, dan postnatal.

DAFTAR PUSTAKA
 Rezieka, D. G., Putro, K. Z., & Fitri, M. (2021). Faktor Penyebab Anak
Berkebutuhan Khusus Dan Klasifikasi Abk. Bunayya: Jurnal Pendidikan
Anak, 8(2), 40-53.
 Nisa, K., Mambela, S., & Badiah, L. I. (2018). Karakteristik dan
kebutuhan anak berkebutuhan khusus. Jurnal Abadimas Adi Buana, 2(1),
33-40.
 Abdullah. 2013 “Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus" Magistra 25
no. 86
 Dosenpsikologi.com/karakteristik-anak-berkebutuhakhusus,“17
Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus.
 https://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus#:~:text=Anak
%20berkebutuhan%20khusus%20(Heward
%2Fdisabilitas,ketidakmampuan%20mental%2C%20emosi%20atau
%20fisik.

Anda mungkin juga menyukai