Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

HAKIKAT ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS, PERMASALAHAN YANG


DIHADAPI ANAK DAN TERAPI

DISUSUN

WAODE NURUL FADILA RAHAYU (1745041003)

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019
A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Istilah anak berkebutuhan khusus merupakan istilah terbaru yang
digunakan dan merupakan terjemahan dari child with specials needs yang telah
digunakan secara luas di dunia Iternasional. Ada beberapa istilah lain yang pernah
digunakan diantaranya anak cacat, anak tuna, anak berkelainan, anak
menyimpang dan anak luar biasa. Ada satu istilah yang berkembang secara luas
telah digunakan yaitu difabel, sebenarnya merupakan pendekatan dari difference
ability.
Penggunaan istilah anak berkebutuhan khusus membawa konsekuensi
cara pandang yang berbeda dengan istilah anak luar biasa yang pernah
dipergunakan dan mungkin masih digunakan. Jika pada istilah luar biasa lebih
menitik beratkan pada kondisi (fisik, mental, emosi-sosial) anak, maka pada
berkebutuhan khusus lebih pada kebutuhan anak untuk mencapai prestasi sesuai
dengan prestesinya.
Secara umum rentangan anak berkebutuhan khusus meliputi dua kategori yaitu:
(a) anak yang memiliki kebutuhan khusus yang bersifat permanen, akibat dari
kecacatan tertentu (anak penyandang cacat), seperti anak yang tidak bisa melihat
(tunanetra), tidak bisa mendengar (tunarungu), anak yang mengalami cerebral
palsy dst. Dan (b) anak berkebutuhan khusus yang bersifat temporer.
Berdasarkan batasan para ahli, dibawah ini dikemukakan bahwa anak yang
tergolong Luar biasa atau memiliki kebutuhan khusus adalah : Anak yang secara
signifikan berbeda dalam beberapa dimensi yang penting dari fungsi
kemanusiaannya. Mereka yang secara fisik, psikologis, kognitif, atau sosial
terhambat dalam mencapai tujuan – tujuan/ kebutuhan dan potesinya secara
maksimal, meliputi mereka yang tuli, buta, mempunyai gangguan bicara, cacat
tubuh, reterdasi mental, gangguan emosional. Juga anak – anak berbakat dengan
intelegensi yang tinggi, dapat dikategorikan sebagai anak khusus/ luar biasa,
karena memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga profesional (Suran &
Rizzo, 1979).
Gearheart (1981) mengatakan bahwa seorang anak dianggap berkelainan
bila memerlukan persyaratan pendidikan yang berbeda dari rata – rata anak
normal dan untuk dapat belajar secara efektif memerlukan program, pelayanan,
fasilitas dan materi khusus. Sedangkan pengertian tentang Pendidikan
Khusus/Luar Biasa diberikan oleh Hallaha dan Kauffman (2006) adalah,
instruksi yang di desain khusus untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan yang
tidak lazim dari siswa berkebutuhan khusus.
Dapat disimpulkan dari berbagai batasan diatas bahwa, anak yang
tergolong “ Luar Biasa atau berkebutuhan khusus” anak yang menyimpang
dari rata – rata anak normal dalam hal : ciri – ciri mental kemampuan –
kemampuan sensorik, fisik dan neuromoskular, perilaku sosial dan
emosiaonal, kemampuan berkomunikasi, maupun kombinasi dua atau lebih
dari hal – hal diatas.
B. Konsep Dasar Anak Berkebutuhan Khusus
Cakupan konsep anak berkebutuhan khusus dapat dikategorikan menjadi dua
kelompok besar yaitu anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementra (temporer) dan
anak berkebutuhan khusus yang besifat menetap (permanent).
1. Anak Berkebutuhan Khusus Bersifat Sementra (Temporer)
Anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer) adalah
anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan
disebabkan oleh faktor-faktor eksternal. Misalnya anak yang yang mengalami
gangguan emosi karena trauma akibat diperekosa sehingga anak ini tidak
dapat belajar. Pengalaman traumatis seperti itu bersifat sementra tetapi
apabila anak ini tidak memperoleh intervensi yang tepat boleh jadi akan
menjadi permanent. Anak seperti ini memerlukan layanan pendidikan
kebutuhan khusus, yaitu pendidikan yang disesuikan dengan hambatan yang
dialaminya tetapi anak ini tidak perlu dilayani di sekolah khusus. Di sekolah
biasa banyak sekali anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus yang
berssifat temporer, dan oleh karena itu mereka memerlukan pendidikan yang
disesuiakan yang disebut pendidikan kebutuhan khusus.
Contoh lain, anak baru masuk Kls I Sekolah Dasar yang mengalami
kehidupan dua bahasa. Di rumah anak berkomunikasi dalam bahasa ibunya
(contoh bahasa: Sunda, Jawa, Bali atau Madura dsb), akan tetapi ketika
belajar di sekolah terutama ketika belajar membaca permulaan, mengunakan
bahasa Indonesia. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan munculnya
kesulitan dalam belajar membaca permulaan dalam bahasa Indonesia. Anak
seperti ini pun dapat dikategorikan sebagai anak berkebutuhan khusus
sementra (temporer), dan oleh karena itu ia memerlukan layanan pendidikan
yang disesuikan (pendidikan kebutuhan khusus). Apabila hambatan belajar
membaca seperti itu tidak mendapatkan intervensi yang tepat boleh jadi anak
ini akan menjadi anak berkebutuhan khusus permanent.
2. Anak Berkebutuhan Khusus yang Bersifat Menetap (Permanen)
Anak berkebutuhan khusus yang bersifat permanen adalah anak-anak yang
mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang bersifat
internal dan akibat langsung dari kondisi kecacatan, yaitu seperti anak yang
kehilangan fungsi penglihatan, pendengaran, gannguan perkembangan
kecerdasan dan kognisi, gannguan gerak (motorik), gannguan iteraksi-
komunikasi, gannguan emosi, social dan tingkah laku. Dengan kata lain anak
berkebutuhan khusus yang bersifat permanent sama artinya dengan anak
penyandang kecacatan.
Istilah anak berkebutuhan khusus bukan merupakan terjemahan atau kata
lain dari anak penyandang cacat, tetapi anak berkebutuhan khusus mencakup
spektrum yang luas yaitu meliputi anak berkebutuhan khusus temporer dan
anak berkebutuhan khusus permanent (penyandang cacat). Oleh karena itu
apabila menyebut anak berkebutuhan khusus selalu harus diikuti ungkapan
termasuk anak penyandang cacat. Jadi anak penyandang cacat merupakan
bagian atau anggota dari anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu
konsekuensi logisnya adalah lingkup garapan pendidikan kebutuhan khusus
menjadi sangat luas, berbeda dengan lingkup garapan pendidikan khusus
yang hanya menyangkut anak penyandang cacat.
C. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus
Klasifikasih gangguan anak berkebutuhan khusus menurut davidson neale
dan Kring (2006) terdiri dari gangguan pemusatan perhatian atau hiperaktivitas,
gangguan tingkah laku, disabilitas belajar, reterdasi mental, dan gagasan autistik.
Sedangkan syamsul (2010) mengklasifikasikan anak berkebutuhan khusus apabila
termaksuk kedalam salah satu atau lebih dari kategori berikut ini.
a) Kelainan sensoris, seperti cacat penglihatan atau pendengaran
b) Defiasi mental, termaksud gifted dan reterdasi mental
c) Kelainan komunikasih, termaksud problem bahasa dan ucapan
d) Ketidakmampuan belajar, termaksud masalah belajar yang serius karena
kelainan fisik
e) Perilaku menyimpan, termaksud gangguan emosional
f) Cacat fisik dan kesehatan, termaksud kerusakan neurologis, ortopedis,
dan penyakit lainnya seperti leukimia dan gangguan perkembangan.
D. Permasalahan Yang Dihadapi Anak Tunagrahita
Anak tunagrahita ringan yang belum dapat memfokuskan antara sensoris visual
dan motorik pada kaki
E. Terapi Yang Di Gunakan
Terapi yang digunakan untuk Anak tunagrahita ringan yang belum dapat
memfokuskan antara sensoris visual dan motorik pada kaki adalah terapi okupasi.
Terapi okupasi merupakan salah satu layanan yang diberikan kepada
seseorang yang mengalami hambatan mental atau fisik melalui penggunaan
aktifitas atau kegiatan dengan sasaran yang terseleksi untuk mengembangkan
kemandirian seseorang.
Pelatihan koordinasi sensomotorik menendang bola memiliki kriteria
tertentu agar latihan ini dapat dilakukan, kriteria tersebut antara lain:
1. Anak masih memiliki organ motorik yang lengkap
2. Kemampuan visual anak berfungsi sebagaimana mestinya.
3. Gangguan Sensomotoorik
dengan adanya latihan koordinasi sensomotorik menendang bola, anak
dapat lebih fokus dan sensoris visual dan motorik kaki dapat terkoordinasi dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, Muljono dan Sudjadi S. 1994. Pendidikan Luar Biasa Umum.
Jakarta: Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi
Magusong, Frieda. 2014.psikologi dan pendidikan anak berkebutuhan khusus

jilid kesatu. Depok: Lembaga pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan

Psikologi (LPSP3)

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195903241984031-
ZAENAL_ALIMIN/MODUL_1_UNIT_2.pdf

https://www.google.com/search?q=JURNAL+KONSEP+DASAR+ANAK+BERKEBUTUHAN
+KHUSUS&oq=JURNAL+KONSEP+DASAR+ANAK+BERKEBUTUHAN+KHUSUS&aqs=chrom
e..69i57j33.16065j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8#

https://www.google.com/search?q=terapi+anak+tunagrahita&ie=utf-8&oe=utf-
8&aq=t&rls=org.mozilla:id:official&client=firefox-a&channel=np&source=hp#

Anda mungkin juga menyukai