Anda di halaman 1dari 7

DEFINISI ANAK BERKEBUTUHAN

KHUSUS

A. Latar Belakang
Perkembangan manusia merupakan perubahan yang progresif dan berlangsung terus
menerus atau berkelanjutan. Keberhasilan dalam mencapai suatu tahap perkembangan akan
sangat menentukan keberhasilan dalam tahap perkembangan berikutnya. Sedangkan, apabila
ditemukan adanya satu proses perkembangan yang terhambat, terganggu, atau bahkan
terpenggal, dan kemudian dibiarkan maka untuk selanjutnya sulit mencapai perkembangan
yang optimal.
Tidak setiap anak mengalami perkembangan normal. Banyak di antara mereka yang
dalam perkembangannya mengalami hambatan, gangguan, kelambatan, atau memiliki factor-
faktor resiko sehingga untuk mencapai perkembangan optimal diperlukan penanganan atau
intervensi khusus. Kelompok inilah yang kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan
khusus.
Uraian di atas, mengisyaratkan bahwa secara konseptual anak berkebutuhan khusus
(children with special needs) memiliki makna dan spektrum yang lebih luas dibandingkan
dengan konsep anak luar biasa, cacat, atau berkelainan (exceptional children). Anak
berkebutuhan khusus tidak hanya mencakup anak yang memiliki kebutuhan khusus yang
bersifat permanen akibat dari kecacatan tertentu (anak penyandang cacat), tetapi juga anak
berkebutuhan khusus yang bersifat temporer. Anak berkebutuhan khusus temporer juga biasa
disebut dengan anak dengan factor resiko, yaitu yaitu individu-individu yang memiliki atau
dapat memiliki prolem dalam perkembangannya yang dapat berpengaruh terhadap
kemampuan belajar selanjutnya, atau memiliki kerawanan atau kerentanan atau resiko tinggi
terhadap munculnya hambatan atau gangguan dalam belajar atau perkembangan selanjutnya.
Bahkan, dipercayai bahwa anak berkebutuhan khusus yang bersifat temporer apabila tidak
mendapatkan intervensi secara tepat sesuai kebutuhan khususnya, dapat berkembang menjadi
permanen.
B. Definisi Anak Berkebutuhan Khusus
Anak dengan kebutuhan khusus (special needs children) dapat diartikan secara simpel
sebagai anak yang lambat (slow) atau mengalami gangguan (retarded) yang tidak akan
pernah berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak pada umumnya.
Banyak istilah yang dipergunakan sebagai variasi dari kebutuhan khusus,
seperti disability, impairment,dan handicaped. Menurut World Health Organization (WHO),
definisi masing-masing istilah adalah sebagai berikut:
1. Impairment: merupakan suatu keadaan atau kondisi di mana individu
mengalami kehilangan atau abnormalitas psikologis, fisiologis atau fungsi struktur
anatomis secara umum pada tingkat organ tubuh. Contoh seseorang yang
mengalami amputasi satu kakinya, maka dia mengalami kecacatan kaki.
2. Disability: merupakan suatu keadaan di mana individu mengalami
kekurangmampuan yang dimungkinkan karena adanya keadaan impairment seperti
kecacatan pada organ tubuh. Contoh pada orang yang cacat kakinya, maka dia akan
merasakan berkurangnya fungsi kaki untuk melakukan mobilitas.
3. Handicaped: merupakan ketidak beruntungan individu yang dihasilkan
dari impairment atau disabilityyang membatasi atau menghambat pemenuhan peran
yang normal pada individu. Handicaped juga bisa diartikan  suatu keadaan di mana
individu mengalami ketidakmampuan dalam bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungan. Hal ini dimungkinkan karena adanya kelainan dan berkurangnya fungsi
organ individu. Contoh orang yang mengalami amputasi kaki sehingga untuk
aktivitas mobilitas atau berinteraksi dengan lingkungannya dia memerlukan kursi
roda.
Termasuk anak-anak berkebutuhan khusus yang sifatnya temporer di antaranya adalah
anak-anak penyandang post traumatic syndrome disorder (PTSD) akibat bencana alam,
perang, atau kerusuhan, anak-anak yang kurang gizi, lahir prematur, anak yang lahir dari
keluarga miskin, anak-anak yang mengalami depresi karena perlakukan kasar, anak-anak
korban kekerasan, anak yang kesulitan konsentrasi karena sering diperlakukan dengan kasar,
anak yang tidak bisa membaca karena kekeliruan guru mengajar, anak berpenyakit kronis,
dan sebagainya.
Menurut Heward anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus
yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan
mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu,
tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak
dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar
biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan
bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi
mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi
tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan
khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya
masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian
C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB
bagian G untuk cacat ganda.
Anak berkebutuhan khusus (ABK) agak berbeda dengan anak-anak pada umumnya.
Anak berkebutuhan khusus berproses dan tumbuh, tidak dengan modal fisik yang wajar,
karenanya sangat wajar jika mereka terkadang cenderung memiliki sikap defensif
(menghindar), rendah diri, atau mungkin agresif, dan memiliki semangat belajar yang lemah.
Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah definisi yang sangat luas, mencakup anak-
anak yang memiliki cacat fisik, atau kemampuan IQ rendah, serta anak dengan permasalahan
sangat kompleks, sehingga fungsi-fungsi kognitifnya mengalami gangguan.
            Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menunjukkan keadaan anak berkebutuhan
khusus. Istilah anak berkebutuhan khusus merupakan istilah terbaru yang digunakan, dan
merupakan terjemahan dari children with special needs yang telah digunakan secara luas di
dunia internasional, ada beberapa istilah lain yang pernah digunakan diantaranya anak cacat,
anak tuna, anak berkelainan, anak menyimpang, dan anak luar biasa, ada satu istilah yang
berkembang secara luas telah digunakan yaitu difabel, sebenarnya merupakan kependekan
dari diference ability.
            Anak-anak berkebutuhan khusus, adalah anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri
dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak-anak normal pada
umumnya.
The National Information Center for Children and Youth with Disabilities (NICHCY)
mengemukakan bahwa “children with special needs or special needs children refer to
children who have disabilities or who are at risk of developing disabilities”.
Hal senada juga diajukan oleh Behr dan Gallagher (Fallen dan Umansky, 1985:13)
yang mengusulkan perlunya definisi yang lebih fleksibel dalam mendefinisikan anak-anak
berkebutuhan khusus. Artinya, tidak hanya meliputi anak-anak berkelainan (handicapped
children) sebagaimana dirumuskan dalam P.L 94-142, tetapi juga mereka yang termasuk
anak-anak memiliki faktor resiko. Dijelaskan lebih lanjut bahwa dengan definisi yang lebih
fleksibel, akan memberikan keuntungan bahwa hambatan yang lebih serius dapat dicegah
melalui pelayanan anak pada usia dini. Sekalipun demikian, dalam pembahasan ini lebih
memfokuskan kepada anak-anak yang termasuk dalam kategori anak cacat atau berkelainan.
Perubahan terminologi atau istilah anak berkebutuhan khusus dari istilah anak luar
biasa tidak lepas dari dinamika perubahan kehidupan masyarakat yang berkembang saat ini,
yang melihat persoalan pendidikan anak penyandang cacat dari sudut pandang yang lebih
bersifat humanis dan holistik, dengan penghargaan tinggi terhadap perbedaan individu dan
penempatan kebutuhan anak sebagai pusat perhatian, yang kemudian telah mendorong
lahirnya paradigma baru dalam dunia pendidikan anak penyandang cacat dari special
education ke special needs education. Implikasinya, perubahan tersebut juga harus diikuti
dengan perubahan dalam cara pandang terhadap anak penyandang cacat yang tidak lagi
menempatkan kecacatan sebagai focus perhatian tetapi kepada kebutuhan khusus yang harus
dipenuhinya dalam rangka mencapai perkembangan optimal. Dengan demikian, layanan
pendidikan tidak lagi didasarkan atas label kecacatan anak, akan tetapi harus didasarkan pada
hambatan belajar dan kebutuhan setiap individu anak atau lebih menonjolkan anak sebagai
individu yang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.
Ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk memahami anak berkebutuhan
khusus yaitu impairment yang berarti cacat, disability di mana seseorang mengalami
hambatan karena berkurangnya fungsi suatu organ yang dimungkinkan karena kondisi cacat,
dan handicapped,merupakan keadaan seseorang yang mengalami hambatan dalam
komunikasi dan sosialisasi dengan lingkungan. Kondisi handicapped inilah yang merupakan
berkebutuhan khusus, karena untuk bersosialisasi dengan lingkungan termasuk pendidikan
dan pengajaran memerlukan perlakuan khusus.
C. Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus
1. Kelainan Mental terdiri dari:
a. Mental Tinggi
Sering dikenal dengan anak berbakatintelektual, di mana selain memiliki kemampuan
intelektual di atas rerata normal yang signifikan juga memiliki kreativitas dan tanggung
jawab terhadap tugas.
b. Mental Rendah
Kemampuan mental rendah atau kapasitas intelektual (IQ) di bawah rerata dapat dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu anak lamban belajar (slow learners) yaitu anak yang memilki IQ
antara 70 – 90. Sedangkan anak yang memiliki IQ di bawah 70 dikenal dengan anak
berkebutuhan khusus.
c. Berkesulitan Belajar Spesifik
Berkesulitan belajar berkaitan dengan prestasi belajar (achivement) yang diperoleh siswa.
Anak berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang memiliki kapasitas intelektual normal ke
atas tetapi memiliki prestasi belajar rendah pada bidang akademik tertentu.
2. Kelainan Fisik meliputi:
a. Kelainan Tubuh (Tunadaksa)
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh
kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat
kecelakaan, termasuk celebral palsy (kelayuhan otak ), amputasi (kehilangan organ
tubuh), polio, dan lumpuh.
Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam
melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki
keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki
keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.
b. Kelainan Indera Penglihatan (Tunanetra)
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Tunanetra
dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (blind) dan low vision.
Definisi tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah
penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi
memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka
proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra
pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran
kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara,
contohnya adalah penggunaantulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata.
sedangkan media yang bersuara adalahtape recorder dan peranti lunak JAWS.
Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar
mengenai orientasi dan mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari
bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat
putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium)
c. Kelainan Pendengaran (Tunarungu)
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik
permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan
pendengaran adalah:
1.              Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB)
2.              Gangguan pendengaran ringan(41-55dB)

3.              Gangguan pendengaran sedang(56-70dB)

4.              Gangguan pendengaran berat(71-90dB)

5.              Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB)


Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan
dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan
individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional
sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah
sedang dikembangkankomunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa
verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam
memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.
Kelainan pendengaran dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu tuli (deaf) dan
kurang dengar (hard of hearing).
d. Kelainan Bicara (Tunawicara)
Seseorang yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal,
sehingga sulit bahkan tidak dapat dimengerti orang lain. Kelainan bicara ini dapat bersifat
fungsional di mana mungkin disebabkan karena ketunarunguan, dan organik yang memang
disebabkan adanya ketidaksempurnaan organ bicara maupun adanya gangguan pada organ
motoris yang berkaitan dengan bicara.
3. Kelainan Emosi
Gangguan emosi merupakan masalah psikologis, dan hanya dapat dilihat dari indikasi
perilaku yang tampak pada individu. Adapun klasifikasi gangguan emosi meliputi:
a. Gangguan Perilaku
         Mengganggu di kelas
         Tidak sabaran-terlalu cepat bereaksi
         Tidak menghargai-menentang
         Menyalahkan orang lain
         Kecemasan terhadap prestasi di sekolah
         Dependen terhadap orang lain
         Pemahaman yang lemah
         Reaksi yang tidak sesuai
         Melamun, tidak ada perhatian, dan menarik diri
b. Gangguan Konsentrasi (ADD/Attention Deficit Disorder)
Enam atau lebih gejala inattention, berlangsung paling sedikit 6 bulan, ketidakmampuan
untuk beradaptasi, dan tingkat perkembangannya tidak konsisten. Gejala-
gejala inattention tersebut antara lain:
         Sering gagal untuk memperhatikan secara detail, atau sering membuat kesalahan dalam
pekerjaan sekolah atau aktivitas yang lain.
         Sering kesulitan untuk memperhatikan tugas-tugas atau aktivitas permainan
         Sering tidak mendengarkan ketika orang lain berbicara
         Sering tidak mengikuti intruksi untuk menyelesaikan pekerjaan sekolah
         Kesulitan untuk mengorganisir tugas-tugas dan aktivitas-aktivitas
         Tidak menyukai pekerjaan rumah dan pekerjaan sekolah
         Sering tidak membawa peralatan sekolah seperti pensil, buku, dan sebagainya
         Sering mudah beralih pada stimulus luar
         Mudah melupakan terhadap aktivitas sehari-hari
c. Gangguan Hiperaktive (ADHD/Attention Deficit Hiperactivity Disorder)
         Perilaku tidak bisa diam
         Ketidakmampuan untuk memberi perhatian yang cukup lama
         Hiperaktivitas
         Aktivitas motorik yang tinggi
         Mudah buyarnya perhatian
         Canggung
         Infeksibilitas
         Toleransi yang rendah terhadap frustasi
         Berbuat tanpa dipikir akibatnya.

D. Kesimpulan
Dari berbagai pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan
khusus adalah anak yang memiliki perbedaan-perbedaan baik perbedaan interindividual
maupun intraindividual yang signifikan dan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan
lingkungan sehingga untuk mengembangkan potensinya dibutuhkan pendidikan dan
pengajaran.
Berkebutuhan khusus merupakan istilah yang digunakan untuk menyebutkan anak-
anak luar biasa atau mengalami kelainan dalam konteks pendidikan. Ada perbedaan yang
signifikan pada penggunaan istilah berkebutuhan khusus dengan luar biasa atau berkelainan.
Berkebutuhan khusus lebih memandang pada kebutuhan anak untuk mencapai prestasi dan
mengembangkan kemampuannya secara optimal, sedang pada luar biasa atau berkelainan
adalah kondisi atau keadaan anak yang memerlukan perlakuan khusus.
Memahami anak berkebutuhan khusus berarti melihat perbedaan individu, baik
perbedaan antar individu (interindividual) yaitu membandingkan individu dengan individu
lain baik perbedaan fisik, emosi maupun intelektual, dan perbedaan antar potensi yang ada
pada individu  itu sendiri (intraindividual).
E. DAFTAR PUSTAKA

Suparno. 2007. Bahan Ajar Cetak: Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Direktorat


Jenderal Pendidikan Tinggi: Departemen Pendidikan Nasional.
Lathiffah, Nurul. 2010. http://abk-dan-pendidikan-yang-pengertian.htm. (diakses tanggal 12 Maret
2011).
Sigit. 2009. http://anak-berkebutuhan-khusus. (diakses tanggal 12 Maret 2011).
http://apakah-anak-anda-tergolong-anak. (diakses tanggal 12 Maret 2011).
http://wikipedia.org/anak_berkebutuhan_khusus. (diakses tanggal 12 Maret 2011).

Anda mungkin juga menyukai