Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan manusia merupakan perubahan yang progresif dan
berlangsung terus menerus atau berkelanjutan. Keberhasilan dalam
mencapai suatu tahap perkembangan akan sangat menentukan keberhasilan
dalam tahap perkembangan berikutnya. Sedangkan, apabila ditemukan
adanya satu proses perkembangan yang terhambat, terganggu, atau bahkan
terpenggal, dan kemudian dibiarkan maka untuk selanjutnya sulit mencapai
perkembangan yang optimal.
Pengembangan manusia yang utuh dimulai sejak anak dalam
kandungan dan memasuki masa keemasan. Masa keemasan ini ditandai
dengan berkembangnya jumlah dan fungsi sel-sel saraf otak anak. Pada
masa keemasan seorang anak terjadi transformasi yang luar biasa pada otak
dan fisik, tetapi sekaligus masa rapuh. 1 Oleh karenanya tidak setiap anak
mengalami perkembangan normal. Kurang lebih 11% anak dari usia 6
sampai tujuh belas tahun di AS mendapatkan pendidikan dan pelayanan
khusus.2 Hal ini menunjukkan banyak di antara mereka yang dalam
perkembangannya mengalami hambatan, gangguan, kelambatan, atau
memiliki faktor-faktor resiko sehingga untuk mencapai perkembangan optimal
diperlukan penanganan atau intervensi khusus. Kelompok inilah yang
kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus.
Uraian di atas, mengisyaratkan bahwa secara konseptual anak
berkebutuhan khusus (children with special needs) memiliki makna dan
spektrum yang lebih luas dibandingkan dengan konsep anak luar biasa,
cacat, atau berkelainan (exceptional children). Anak berkebutuhan khusus
tidak hanya mencakup anak yang memiliki kebutuhan khusus yang bersifat
permanen akibat dari kecacatan tertentu (anak penyandang cacat), tetapi
1
Mukhtar Latif dkk, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini : Teori dan Aplikasi,
(Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2013),h. 279
2
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 220
juga anak berkebutuhan khusus yang bersifat temporer. Anak berkebutuhan
khusus temporer juga biasa disebut dengan anak dengan faktor resiko, yaitu
yaitu individu-individu yang memiliki atau dapat memiliki problem dalam
perkembangannya yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan belajar
selanjutnya, atau memiliki kerawanan atau kerentanan atau resiko tinggi
terhadap munculnya hambatan atau gangguan dalam belajar atau
perkembangan selanjutnya.

Oleh sebab itu orang tua, guru, pengasuh dan orang sekitar sebagai
lingkungan yang peka terhadap perkembangan dan hambatan
perkembangan anak sebaiknya dapat mengenali, mendeteksi perkembangan
anak sedini mungkin agar mendapatkan intervensi yang sesuai, sebab
dipercayai bahwa anak berkebutuhan khusus yang bersifat temporer apabila
tidak mendapatkan intervensi secara tepat sesuai kebutuhan khususnya,
dapat berkembang menjadi permanen.

B. TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan
kepada pembaca tentang hakikat anak berkebutuhan khusus secara
komprehensif. untuk lebih spesifiknya sebagai berikut:
1. Memahami hakekat anak berkebutuhan khusus
2. Memahami faktor-fktor penyebab anak berkebutuhan khusus
3. Mengidentifikasi jenis-jenis anak berkebutuhan khusus
4. Mengidentifikasi bentuk-bentuk intervensi dini yang dilakukan untuk
anak berkebutuhankhusus
5. Memahami bentuk layanan program pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Anak Berkebutuhan Khusus


Anak yang berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki
perbedaan dengan anak-anak secara umum seusianya. 3 Anak dikatakan
berkebutuhan khusus jika ada sesuatu yang kurang atau bahkan lebih dalam
dirinya pada saat anak mencapai usia rata-rata anak seusia dia. Hal yang
sama juga dikemukakan oleh Heward, anak berkebutuhan khusus adalah
anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada
umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi
atau fisik.4
Banyak istilah yang dipergunakan sebagai variasi dari kebutuhan
khusus, seperti  impairment, disability, handicapped dan Exceptional
Children.  Menurut World Health Organization (WHO), definisi masing-masing
istilah adalah sebagai berikut:5
1. Impairment adalah melemahnya fungsi, atau kehilangan partial
dari fungsi, disebabkan oleh penyakit atau luka. 6 Ini merupakan
suatu keadaan atau kondisi di mana individu mengalami
kehilangan atau abnormalitas psikologis, fisiologis atau fungsi
struktur anatomis secara umum pada tingkat organ tubuh. Contoh
seseorang yang mengalami amputasi satu kakinya, maka dia
mengalami kecacatan kaki.
3
Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Sanan, Panduan PAUD (Jakarta:Referensi
Gaung Persada Group,2012), h. 122
4
James Le Fanu, Deteksi Dini Masalah-Masalah Psikologi Anak (Yogyakarta:
Think, 2007),h.12
5
 Shinta Alfani, Defenisi Anak Berkebutuhan Khusus,
http://pendidikanabk.blogspot.com/2011/10/definisi-anak-berkebutuhan-khusus.html,,
diakses 12 Mei 2014)
6
Kartini kartono, Kamus Lengkap Psikologi J.P Chaplin, (Jakarta:PT RajaGrafindo
Persada, 2011), h. 240
2. Disability merupakan keterbatasan (ketidakmampuan) personal
yang membatasi pelaksanaan fungsi seseorang. 7 Kartono juga
mengemukakan isilah disability sebagai ogan tubuh yang cacat
berat, berkaitan dengan gangguan fungsional. Oleh karena itu
disability dikatakan sebagai suatu keadaan dimana individu
mengalami ketidak mampuan atau disfungsi organ tubuh yang
dimungkinkan karena adanya kecacatan pada organ tubuh
3. Handicaped merupakan kondisi yang dinisbahkan kepada
seseorang yang menderita ketidak mampuan. Kondisi ini boleh jadi
disebakan oleh masyarakat, lingkungan fisik, atau sikap orang itu
sendiri (Lewis, 2002).8
Handicaped juga bisa diartikan suatu keadaan di mana individu
mengalami ketidakmampuan dalam bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungan. Hal ini dimungkinkan karena adanya kelainan
dan berkurangnya fungsi organ individu.
4. Exceptional children: merupakan anak-anak yang memiliki
gangguan atau ketidakmampuan dan anak-anak yang tergolong
berbakat. 9
Hal ini menyangkut perbedaan individual dalam hal
kemampuan yang biasanya berkaitan dengan anak yang
berinteligensi sangat rendah atau sangat tinggi sekali. 10
Namun Kirk menambahkan konsep tentang exceptional children
adalah mereka yang mengalami kelainan atau penyimpangan secara
signifikan dari keadaan rata-rata atau normal, baik pada aspek fisik, inderawi,
mental, sosial atau emoasional sehingga memerlukan layanan
pendidikankhusus, untuk dapat mengembangkan potensinya secara optimal
supaya dapat memenuhi kebutuhan dirinya dan penyesuaian terhadap
lingkungan.11
7
John W. Santrock,Op.cit., h. 220
8
Ibid., h. 220
9
John W. Santrock, Op.cit., h. 219
10
Kartini Kartono, Op.cit.,h. 176
11
Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Sanan, Op.cit., h. 123
Anak-anak tersebut membutuhkan metode, material, pelayanan dan
peralatan yang khusus agar dapat mencapai perkembangan yang optimal.
Karena anak-anak tersebut mungkin akan belajar dengan kecepatan yang
berbeda dan juga dengan cara yang berbeda. Akan tetapi apapun bentuk
istilah dari anak yang mengalami perbedaan dengan anak-anak pada
umumnya, mereka tetap membuthkan suatu pelayanan khusus, sehingga
mereka disebut sebagai anak-anak berkebutuhankhusus.

B. Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus 12

Penyebab anak berkebutuhan khusus terjadi dalam beberapa periode


kehidupan anak, yaitu :
1. Sebelum kelahiran
Penyebab yang terjadi sebelum proses kelahiran, dalam hal ini berarti ketika
anak dalam kandungan, terkadang tidak disadari oleh ibu hamil. Faktor-faktor
tersebut antara lain :
a) Gangguan Genetika : Kelainan Kromosom, Transformasi
Kelainan kromosom kerap diungkap dokter sebagai penyebab
keguguran, bayi meninggal sesaat setelah dilahirkan, maupun bayi
yang dilahirkan sindrom down. Kelainan kromosom ini terjadi saat
pembuahan, yaitu saat sperma ayah bertemu dengan sel telur ibu.
Hal ini dapat diketahui oleh ahlinya saja, tidak kasat mata sehingga
para ibu hamil tidak dapat memprediksinya. Untuk mengetahui bahwa
proses transformasi kromosom berjalan normal membutuhkan dana
yang tidak sedikit untuk uji laboratoriumnya.
b) Infeksi Kehamilan
Iinfeksi saat hamil dapat mengakibatkan cacat pada janin.
Penyebabnya adalah parasit golongan protozoa yang terdapat pada
binatang seperti kucing, anjing, burung, dan tikus. Gejala umumnya
12
David J Smith, Kebijakan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Berkebutuhan Khusus
(Jakarta : Dir. Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Dir.Jend Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah, Depdiknas,2008), h. 18
seperti mengalami gejala berupa demam, flu, dan pembengkakan
kelenjar getah bening. Faktor ini terjadi bisa dikarenakan makanan
atau penyakit. Infeksi kehamilan dapat diketahui jika si ibu rutin
memeriksakan kehamilannya sehingga jika ada indikasi infeksi
kehamilan dapat segera diketahui. Bisa juga infeksi terjadi karena
adanya penyakit tertentu dalam kandungan si ibu hamil.
c) Usia Ibu Hamil (high risk group)
Ada beberapa hal yang menyebabkan ibu beresiko hamil, antara
lain : riwayat kehamilan dan persalinan yang sebelumnya kurang baik
(misalnya, riwayat keguguran, perdarahan pasca kelahiran, lahir
mati); tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm; ibu hamil yang
kurus/berat badan kurang; usia ibu hamil kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun; sudah memiliki 4 anak atau lebih; jarak antara
dua kehamilan kurang dari 2 tahun; ibu menderita anemia atau
kurang darah; tekanan darah yang meninggi dan sakit kepala hebat
dan adanya bengkak pada tungkai; kelainan letak janin atau bentuk
panggul ibu tidak normal; riwayat penyakit kronik seperti diabetes,
darah tinggi,asma dll.
d) Keracunan Saat Hamil
Keracunan kehamilan sering disebut Preeclampsia (pre-e-klam-si-a)
atau toxemia adalah suatu gangguan yang muncul pada masa
kehamilan, umumnya terjadi pada usia kehamilan di atas 20 minggu.
Gejala-gejala yang umum adalah tingginya tekanan darah,
pembengkakan yang tak kunjung sembuh dan tingginya jumlah
protein di urin. Keracunan kehamilan sering terjadi pada kehamilan
pertama dan pada wanita yang memiliki sejarah keracunan
kehamilan di keluarganya. Resiko lebih tinggi terjadi pada wanita
yang memiliki banyak anak, ibu hamil usia muda, dan wanita hamil di
atas usia 40 tahun. Selain itu wanita dengan tekanan darah tinggi
atau memiliki gangguan ginjal sebelum hamil, juga berisiko tinggi
mengalami keracunan kehamilan. Cara mengatasinya adalah dengan
cara melahirkan untuk melindungi bayi dan ibunya. Namun jika
kelahiran tidak memungkinkan karena usia kandungan yang terlalu
dini, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengatasi
keracunan kelahiran sampai bayi dinyatakan cukup umur untuk bisa
dilahirkan. Langkah-langkah tersebut meliputi penurunan tekanan
darah dengan cara istirahat total (bed-rest) atau dengan obat-obatan
yang direkomendasi dokter, dan perhatian khusus dari dokter.
e) Pengguguran
Gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah
berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang
mengakibatkan kematian janin. Secara medis, pengguguran
kandungan adalah berakhirnya kehamilan sebelum fetus dapat hidup
sendiri diluar kandungan. Batas umur kandungan 28 minggu dan
berat fetus kurang dari 1000 gram. Penyebab penggguran
kandungan antara lain : kelainan ovum (kelainan kromosom);
penyakit ibu (Infeksi akut, kelainan endokrin, trauma, kelainan
kandungan); kelainan Plasenta; gangguan hormonal; dan Abortus
buatan/ provokatus (sengaja di gugurkan). Penggguran kandungan
dikarenakan hal-hal seperti : kerja fisik yang berlebihan; mandi air
panas; melakukan kekerasan di daerah perut; obat pencahar; obat-
obatan dan bahan-bahan kimia; electric shock untuk merangsang
rahim; dan menyemprotkan cairan ke dalam liang vagina.
f) Lahir Prematur
Bayi prematur adalah bayi yang lahir kurang bulan menurut masa
gestasinya (usia kehamilannya). Adapun masa gestasi normal adalah
38-40 minggu. Dengan demikian bayi prematur adalah bayi yang lahir
sebelum masa gestasi si ibu mencapai 38 minggu.
2. Selama proses kelahiran
Setiap ibu berharap mengalami proses melahirkan yang normal dan lancar.
Berikut akan dibahas beberapa proses kelahiran yang dapat menyebabkan
anak berkebutuhan khusus, antara lain :
a) Proses kelahiran lama (Anoxia), prematur, kekurangan oksigen
Tanda-tanda bayi lahir prematur sama seperti bayi lahir normal,
hanya saja proses pelahirannya lebih awal dari seharusnya. Proses
melahirkan yang lama dapat mengakibatkan bayi kekurangan
oksigen. Penyebab bayi lahir prematur terbagi dalam dua hal, dari
sang ibu dan bayi itu sendiri. Sebab yang berasal dari ibu antara lain :
pernah mengalami keguguran (abortus) atau pernah melahirkan bayi
prematur pada riwayat kehamilan sebelumnya; kondisi mulut rahim
lemah sehingga rahim akan terbuka sebelum usia kehamilan
mencapai 38 minggu; si ibu menderita beberapa penyakit (semisal
penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis, gondok); ibu yang
sangat muda (kurang dari 16 tahun) dan terlalu tua (lebih dari 35
tahun). Sementara sebab yang berasal dari bayi sendiri antara lain :
bayi dalam kandungan berat badannya kurang dari 2,5 kilogram;
kurang gizi; posisi bayi dalam keadaan sungsang.
b) Kelahiran dengan alat bantu : Vacum
Vacum adalah suatu persalinan buatan dengan cara menghisap bayi
agar keluar lebih cepat. Vacum ini dikhawatirkan membuat kepala
bayi terjepit sehingga akan terjadi kecelakaan otak gangguan pada
otak.
c) Kehamilan terlalu lama: > 40 minggu
Kehamilan yang terlalu lama dikhawatirkan membuat keadaan bayi di
dalam rahim mengalami kelainan dan keracunan air ketuban.
Karenanya jika usia kandungan sudah melewati masa melahirkan
dianjurkan pada ibu hamil untuk segera melahirkan dengan cara yang
memungkinkan sesuai kondisi ibu dan bayi.
3. Setelah kelahiran
Setelah proses kelahiran pun tidak otomatis bayi aman dari kelainan yang
mengakibatkan nanti anak menjadi berkebutuhan khusus. Berikut beberapa
hal yang menyebabkan anak berkebutuhan khusus tersebut antara lain :

a) Penyakit infeksi bakteri (TBC), virus


Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang menyerang paru-paru.
Setelah proses kelahiran, bayi dikhawatirkan teserang bakteri atau
virus yang dapat menyebabkan penyakit tertentu dan menyebabkan
kelainan pada anak secara fisik maupun mental.
b) Kekurangan zat makanan (gizi, nutrisi)
Gizi merupakan unsur yang sangat penting di dalam tubuh. Dapat
dibayangkan jika bayi mengalami kekurangan gizi, kelainan apa saja
yang dapat dialaminya di masa kehidupannya mendatang. Kelainan
yang akan dialami anak mencakup kelainan fisik, mental, bahkan
prilaku. Karenanya gizi harus dipenuhi setelah anak lahir, baik dari
ASI dan juga nutrisi makanannya.
c) Kecelakaan
Pada bayi, umumnya kecelakaan terjadi karena jatuh, tergores benda
tajam, tersedak, tercekik atau tanpa sengaja menelan obat-obatan
dan bahan kimia yang diletakkan di sembarang tempat. Kecelakaan
seperti ini disebabkan kelalaian orang dewasa di sekitarnya.
d) Keracunan
Bahaya keracunan yang sering terjadi pada anak adalah menelan
obat berlebihan (overdosis) karena orang tua menaruh obat
sembarangan. Potensi keracunan lainnya menelan cairan kosmetik
ibunya, cairan pembersih untuk rumah dan cairan pembasmi
serangga, dan bahan beracun lainnya. Untuk menghindarinya, berikut
yang harus dilakukan: letakkan semua barang-barang yang
menimbulkan potensi keracunan seperti bahan-bahan pembersih,
pewangi pakaian, pupuk, dan lainnya di tempat tinggi dan tak mudah
dijangkau. Bila perlu, kunci lemari khusus tersebut. Simpanlah tetap
bersama pembungkusnya

C. Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus


Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang membutuhkan
penanganan khusus sehubungan dengan gangguan terhadap perkembangan
dan kelainan yang dialami anak. Hambatan perkembangan atau kelebihan
pada anak usia dini yang berkebutuhan khusus berbeda-beda, oleh karena
itu anak berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan berdasarkan gangguan
atau kelainan pada aspek :
1. Gangguan Penglihatan (Tunanetra/Visual Impairment)
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan.
Tunanetra dapat diklasifikasikan dalam dua golongan, yaitu buta total dan
low vision. Dalam dunia pendidikan dua kategori besar yang tergolong
dengan kehilangan kemampuan penglihatan memiliki defenisi yang berbeda
dengan dunia kesehatan yaitu13:
1) Kurang lihat (partially sighted) dalam dunia kesehatan sering
disebut dengan low vision, adalah mereka yang masih dapat
membaca huruf cetak, walaupun harus menggunakan kaca
pembesar atau buku-buku yang berhuruf cetak besar
2) Kebutaan yaitu Buta (blind) adalah mereka yang gangguan
penglihatannya demikian parah, sehingga mereka harus
membaca dengan menggunakan braille atau metode-metode
oral (audio tape and recorder).
Penyebab terjadinya kehilangan kemampuan penglihatan adalah

13
Asep Supena, Bahan Ajar Asesmen dan Intervensi, (Jakarta:PPS UNJ, 2014), h.12
karena adanya permasalahan pada struktur atau fungsi mata. 14

Beberapa murid mengalami problem penglihatan visual yang masih belum


diperbaiki, maka jika anda melihat murid anda sering memicingkan mata,
membaca buku dari jarak yang amat dekat, sering mengucek-ngucek mata,
dan sering mengeluh karena pandangannya kabur atau suram, maka
anjurkan mereka untuk memeriksakan diri (Boyles & Contadino, 1997) 15,
selain itu terdapat beberapa karakteristik anak dengan kehilangan
kemampuan penglihatan, antara lain:16
1) Secara Kognitif mengalami gangguan karena memiliki keterbatasan
dalam variasi dan rentang pengalamn yang didapatkan,mobilitas dan
interaksi dengan lingkungan yang terhambat
2) Secara Akademis apabila ia tidak mengalami keterbatasan secara
kognitif maka ia dapat memperlihatkan hasil belajar yang baik asalkan
lingkungan sekitar memberikan dukungan yang penuh dengan alat-
alat bantuyang memadai
3) Secara sosial dan Emosional anak dengan kehilangan kemampuan
peglihatan dapat mengalami kesulitan untuk
mengembangkanketerampilan-keterampilan sosial karena ia sulit
untuk dapa mengamati, menirukan dan menunjukkan tingkah laku
sosial yang tepat
4) Berperilaku streotip seperti mengerjapkan mata, menjentikkan jari,
menggoyangkan badan atau kepala, atau menggeliatkan badan. Hal
ini seing muncul dikarenakan mereka kehilangan stimulasi sensori,
terbatasnya gerakan dan aktivitas mereka di lingkungan.

14
Loc.cit.
15
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Op.cit., h. 221
16
Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Sanan, Op.cit.,h. 161
Gambar 1. Anak buta total menggunakan tongkat kayu putih khusus
tunanetra
2. Gangguan Pendengaran (Tuna Rungu/Hearing Impairment)
Tunarungu adalah mereka yang mengalami kehilangan kemampuan
pendengaran secara signifikan (sedemikian rupa), sehingga mengakibatkan
gangguan/hambatan dalam komunikasi dan bahasa, sehingga walaupun
telah diberikan alat bantu mendengar (hearing aid), mereka tetap
memerlukan pelayanan pendidikan khusus. 17 Kehilangan kemampuan
pendengaran terbagi adalam dua kategori yaitu ketulian dan kesulitan
mendengar. Ketulian adalah kehilangan kemampuan pendengaran yang
sifatnya sangat berat, kondisi ini mempengaruhi unjuk hasil belajar
sedangkan kesulitan mendengar adalah ketidakmampuan mendengar yang
sifatnya berat, tetapi belum termasuk kategori tuli. 18

Gambar 2. Anak tunarungu menggunakan alat bantu dengar (hearing


aid)

Penyebab gangguan pendengaran antara lain: salah pembentukan


struktur alat pendengaran, infeksi intrauterus yang berasal dari campak
jerman, salah minum obat, lahir prematur, kekurangan oksigen sebelum, saat

17
Asep Supena, Op.cit., h.18
18
Ibid., h. 159
dan sesudah lahir, cacar air, luka di kepala, terpajanoleh suara keras yang
berulang kali.19 Karakteristik anak yang mengalami ketulian atau kesulitan
mendengar adalah20:
1) Kesulitan dalam berkomunikasi
2) Secara kogniif, tidak terlalu banyak berbeda dengan anak normal
3) Secara akademik, memerlukan dukungan lingkungan sekitar dalam
perkembangan bahasa
4) Terbatas dalam berinteraksi
Gangguan pendengaran merupakan gangguan yang menghambat
proses informasi bahasa melalui pendengaran, dengan maupun tanpa alat
pengeras, bersifat permanen maupun sementara, yang mengganggu
proses pembelajaran anak.

3. Gangguan Fisik Motorik (Tunadaksa/Physical and health


disability)
Gangguan fisik anak antara lain adalah gangguan ortopedik. Anak
yang mengalami gangguan fisik ini membutuhkan pendidikan khusus dan
layanan khusus. Gangguan ortopedik biasa berupa keterbatasan gerak atau
kurang mampu mengontrol gerak karena ada masalah di otot, tulang, atau
sendi, biasanya disebabkan oleh problem Pranatal, Perinatal, penyakit atau
kecelakaan saat anak-anak. Jenis gangguan ortopedik ini diantaranya adalah
gangguan karena cedera di otak (cerebral palsy), gangguan kejang-kejang
(seizure)21 dan Polio
a) Cerebral Palsy adalah gangguan berupa lemahnya koordinasi otot,
tubuh sangat lemah dan goyang (shaking), atau bicaranya tidak jelas
atau satu bentuk kelumpuhan disebabkan oleh luka-luka di otak.
Peristiwa ini seringkali merupakan cacat bawaan sejak lahir pada

19
Loc.cit.
20
Loc.cit.
21
John W. Santrock, Op.cit h. 223
anak-anak. Penyebab umum dari cerebral palsy adalah kekurangan
oksigen saat kelahiran.
b) Gangguan kejang-kejang. Jenis gangguan kejang-kejang yang paling
kerap dijumpai adalah epilepi, gangguan saraf yang biasanya
ditandai dengan serangan terhadap sensorimotor atau kejang-kejang.
Anak yang mengalami epilepsi biasanya dirawat dengan obat anti
kejang, yang biasanya efektif dalam mengurangi gejala tapi tidak
menghilangkan penyakitnya.
c) Polio Adalah kelainan fisik akibat virus polio saat dalam kandungan,
dan atau setelah kelahiran. Akibat terkena virus tersebut seseorang
akan mengalami gangguan perkembangan anggota tubuh, yang
selanjutnya akan berdampak pada kelainan anggota tubuh, tangan
dan atau kaki. 22

Gambar 3. Anak dengan gangguan fisik Cerebral Palsy, mobilitasnya


berkurang

Penyebab lain gangguan fisik antara lain penyakit seperti


poliomyelitis dan TBC tulang, serta gangguan neurologis. Sedangkan
Karakteristik anak dengan gangguan fisik antara lain 23:
1) Secara kognitif dan akademik, anak dengan gangguan fisik akan
memilki fungsi kognitif dengan rentang dari yang rendah hingga yang
tinggi

22
Asep Supena. Op.cit.,h.58
23
Martinis Yamin dan Jamila Sabri Sanan, Op.cit.,hh 164-166
2) Sacara perilaku, anak dapat terganggu apabila gangguan yang
dimilikinya itu menghambat gerakan, interaksi dengan orang lain,
sehingga anak perlu mendapatkan keterampilan untuk
mengkomunikasikan apa yang diinginkan dan diperlukan
3) Secara emosional, pada umumnya anak dengan gangguan fisik ini
akan memiliki konsep diri yang rendah.
4) Secara sosial, anak dengan gangguan fisik sangat memerlukan
bantuan orang lain untuk dapat berinteraksi dengan teman
sebayanya.
5) Secara fisik dan medis , anak dengan gangguan akan memiliki
kondisi fisik yang berbeda dengan anak secara umum yang
memerlukan perhatian.

4. Retardasi Mental (Tunagrahita/Mental Retarded)


Retardasi Mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yang ditandai
dengan rendahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya dibawah 70) dan sulit
beradaptasi dengan kehidupan s ehari-hari. IQ rendah dan kemampun
beradaptasi yang rendah biasanya tampak sejk kanak-kanak, dan tidak
tampak pada periode normal, dan keadaan retardasi ini bukan disebabkan
oleh kecelakaan, penyakit atau cedera otak. 24

Retardasi mental didiagnosis berdasarkan kombinasi dari tiga


kriteria : (1) skor rendah pda tes intelegensi formal (skor IQ kira-kira 70 atau
kebawahnya), (2) adanya bukti hendaya dalam melakukan tugas sehari-hari
dibandingkangkn dengan orang lain yang seusia dalam lingkup budaya
tertentu, (3) perkembangan gangguan terjadi sebelum usia 18 tahun. 25

Retardasi mental dapat disebabkan oleh faktor genetik (kerusakan/kelainan


biokimiawi, abnormalitas kromosom), faktor prenatal, psikososial, atau
kombinasi keduanya.

24
John W. Santrock, Op.cit.,h.224
25
Jeffrey S. Nevid dkk, Psikologi abnormal, (Jakarta: Erlangga, 2003), h. 149
Faktor genetik mencakup down syndrome, dan Fragile X Syndrome sebagai
bentuk yang paling umum.
1) Down Syndrome, merpakan kondisi yang disebabkan adanya
kelebihan kromosom pada psangan ke-21 yang menyebabkan jumlah
kromosom menjadi 47, bukan 46 seperti pada individu normal. Kondisi
ini biasanya terjadi bila pasangan kromosom ke-21 pada sel telur atau
sel sperma gagal membelah secara normal sehingga mengakibatkan
ekstra kromosom. Abnormalitas kromosom akan lebih sering terjadi
seiring dengan bertambahnya usia orang tua. Anak dengan sindrom
down dapat dikenali berdasarkan ciri-ciri fisik tertentu seperti, wajah
bulat, lebar, hidung datar, dan adanya lipatan kecil yang mengarah ke
bawah pada kulit di bagian ujung mata yang memberikan kesan mata
sipit, lidah yang menonjol, tangan yang kecil dan berbentuk segi empat
dengan jari-jari pendek dan ukuran kaki yang kecil serta tidak
proporsional dibandingkan keseluruhan tubuh. 26

Gambar 4. Karakteristik wajah anak down syndrome

2) Fragile X Syndrome adalah tipe kedua yang paling lazim dari retardasi
mental. Sindrom ini diwariskan secara genetik melalui kromosom X
yang tidak normal yang menyebabkan retardasi ringan sampai berat.
Pada umumnya pria termasuk pada kategori berat dibandingkan
wanita, sebab wanita dengan kromosom XX masih memiliki cadangan
kromosom X lainnya jika salah satu kromosom X rusak. Ciri-ciri
penderita sindrom fragile X adalah wajahnya memanjang, rahang

26
Ibid.,hh 149-150
menonjol, telinga panjang, hidung pesek dan koordinasi tubuh yang
buruk27

Gambar 5. Karakteristik wajah anak fragile X Syndrome


Faktor prenatal juga dapat menyebakan retardasi mental seperti fetal
alcohol syndrome yang merupakan serangkaian ketidak normalan wajah
yang muncul dalam diri anak dari ibu yang kecanduan minuman beralkohol
pada waktu hamil.28 Pada sebagian besar kasus ini tidak terdapat penyebab
biologis yang nyata atau perbedaan ciri-ciri fisik yang membedakan seorang
anak dengan anak-anak lainnya.
Faktor psikososial berkaitan dengan lingkungan rumah atau sosial
yang miskin, yaiu yang tidak memberikan stimulasi intelektual, penelantaran,
kekerasan dari orangtua, dapat menjadi penyebab atau memberi kontribusi
dalam perkembangan retardasi mental anak-anak. 29
Penyebab lain dari retardasi mental yaitu:30
1) Penyebab tunagrahita pada masa prenatal (infeksi rubella/cacar, faktor
rhesus/Rh)
2) Penyebab perinatal/pada saat kelahiran; luka-luka pada saat
kelahiran, sesak napas dan prematuritas.
3) Penyebab postnatal; penyakit-penyakit akibat infeksi dan problema
nutrisi yang diderita pada masa bayi, dan awal masa kanak-kanak
(contoh: enchepalitis dan meningitis)

27
John W. Santrock, Op.cit., h. 226
28
Ibid., 227
29
Jeffrey S. Nevid dkk, Op.cit., h. 152
30
Asep Supena. Op.cit.,h. 51
Retardasi mempunyai tingkatannya berdasarkan perkiraan rentang
IQnya yaitu:31
a) Retardasi mental ringan atau mild (rentang IQ antara 55-70)
b) Retardasi mental sedang atau moderat (rentang IQ 40-54)
c) Retardasi mental berat atau severe (rentang IQ 25-39)
d) Retardasi mental parah atau profound (rentang IQ <25)

5. Gangguan Komunikasi/ Bicara dan Bahasa


Gangguan bicara dan bahasa antara lain masalah dalam berbicara
(seperti gangguan artikulasi, gangguan suara, dan gangguan kefasihan
bicara), dan problem bahasa (seperti kesulitan menerima informasi, dan
mengekspresikan bahasa. Santrock mengklasifikasi beberapa tipe-tipe
gangguan bicaradan bahasa, diantaranya:32

1) Gangguan artikulasi, adalah problem dalam pengucapan suara


secara benar. Anak pada usia enam sampai tjuh tahun tidak selalu
bebas dari kesalahan, tetapi pada usia delapan semestinya artikulasi
mereka sudah tidak salah lagi. Anak dengan problem artikulasi ini
akan sulit berkomuikasi dengan teman atau guru dan merasa malu,
akibatnya anak enggan bertanya, tidak mau berkomunikasi dengan
temannya. Problem artikulasi umumnya bisa diperbaiki dengan terapi
bicara, meskipun dibutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-
tahun.
2) Gangguan kefasihan, atau kelancaran bicara biasanya
dinamakan “gagap”. Kondisi ini terjadi ketika ucapan anak terbata-
bata, jeda panjang atau berulang-ulang. Kecemasan yang dirasakan

31
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Op.cit.,h. 225
32
Ibid., h. 228
anak karena gagap biasanya membuat kondisi anak tambah parah
3) Gangguan bahasa adalah gangguan kerusakan signifikan dalam
bahasa reseptif atau bahasa ekspresif anak. Gangguan bahasa ini
dapat menyebabkan problema belajar serius yang mencakup:
kesulitan menyusun pertanyaan untuk memperoleh informasi yang
diharapkan, kesulitan memahami dan mengikuti perintah secara
lisan, kesulitan mengikuti percakapan, terutama ketika percakapan itu
berlangsung cepat dan kompleks. Perawatan ahli terapi bahasa
biasanya bisa memperbaiki gangguan bahasa.

Gambar 6. Anak dengan gangguan bahasa ekspresif diajak


bercakap-cakap

Penyebab terjadinya gangguan bicara dan berbahasa pada anak


dapat dilihat dari berbagai faktor sebagai berikut:
1) Faktor biologis. Aspek biologis merupakan faktor yang terkait
dengan kematangan biologis, faktor kematangan yang dimaksud
dalam hal ini menyangkut kematangan organ-organ tubuh. Hildayani
mengemukakan pendapatnya agar perkembangan bahasa seorang
anak berjalan dengan normal, alat organ bicara (gigi, lidah, bibir,
tenggorokan, pita suara), organ pendengaran (telinga) dan sistem
neuromuscular di otak harus dapat berfungsi secara baik dan
efektif.33 Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Elizabeth Hurlock
kemampuan berbicara bergantung pada kematangan mekanisme
bicara, pada waktu lahir bayi memiliki saluran suara kecil, langit-langit
mulut datar, dan lidah terlalu besar untuk saluran suara, sebelum
sarana itu mencapai bentuk yang lebih matang, syaraf dan otot
mekanisme suara tidak dapat menghasilkan bunyi yang diperlukan
bagi kata-kata. 34
2) Faktor lingkungan, dimana anak mengalami gangguan infeksi
telinga yang berulang dan berakibat pada pendengaran atau sampai
membuat ketulian, penelantaran anak, dan perlakuan salah pada
anak.35

6. Gangguan Belajar (Learning Disability)


Kesulitan belajar merupakan terjemahan yang kurang tepat dari
learning disabilitis, tetapi lebih disukai karena istilah tersebut lebih prospektif.
Terjemahan yang lebih tepat dari learning disabilitis adalah ketidak-mampuan
belajar, tetapi istilah tersebut terkesan “menghakimi” siswa, seolah-olah tidak
dapat diperbaiki lagi. 36
Berdasarkan defenisinya, anak yang menderita gangguan belajar
mempunyai kecerdasan normal atau diatas normal, kesulitan, setidaknya
dalam satu atau lebih mata pelajaran, tidak memiliki problem seperti retardasi
mental sebagai penyebab kesulitan belajar.
Tipe-tipe gangguan belajar mencakup gangguan menulis (disgrafia),
gangguan membaca (disleksia) dan gangguan matematika (diskalkulia).
1) Gangguan Menulis (disgrafia), mengacu pada anak-anak dengan
33
Rini Hildayani dkk, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta:Universitas
Terbuka, 2009), hh. 11.12-11.13
34
Elizabeyh Hurlock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 1978), h. 185
35
Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Sanan, Op.cit. 163
36
Asep Supena, Op.cit.,h.78
keterbatasan kemampuan menulis. Anak yang menderita gangguan
belajar seringkali sulit menulis dengan tangan, mengeja atau
menyusun kalimat. Mereka kadang menulis dengan sangat lambat,
tulisan mereka buruk sekali dan banyak terdapat kesalahan ejaan
karena mereka kesulitan untuk menyesuaikan huruf dengan
bunyinya.37 Kesulitan menulis yang parah umumnya tampak pada
usia 7 tahun (kelas 2 SD)
2) Gangguan membaca (disleksia), mengacu pada anak-anak yang
memiliki perkembangan keterampilan yang buruk dalam mengenali
kata-kata dan memahami bacaan. Anak-anak yang menderita
disleksia membaca dengan lambat dan kesulitan, dan mereka
mengubah, menghilangkan, atau mengganti kata-kata ketika
membaca dengan keras. Mereka memiliki kesulitan menguraikan
huruf-huruf dan kombinasinya serta mengalami kesulitan
menerjemahkannya menjadi suara yang tepat. Mereka mungkin juga
salahmempersepsikan huruf-huruf seperti jungkir balik (contohnya
bingung antara w dan m) atau melihatnya secara terbalik (b untuk d).
Disleksia biasnya tampak pada usia 7 tahun, alaupun kadang-kadang
sudah dikenali pada usia 6 tahun. Anak-anak dan remaja disleksia
cenderung lebih rentan terhadap depresi, memiliki self worth yang
rendah, merasa tidak kompeten secara akademik, dan menunjukkan
tanda-tanda ADHD (Boetsch, Green & Pennington, 1996) 38
3) Gangguan Matematika (diskalkulia), menggambarkan anak-anak
dengan kekurangan kemampuan aritmetika. Mereka dapat memiliki
masalah memahami istilah-istilah matematika dasar, atau operasi
seperti penjumlahan atau pengurangan, memahami simbol-smbol
matematika (+,=,dll)39. Masalah ini mungkin tampak sejak anak duduk
di kelas 1 SD (6 tahun) tetapi umumnya tidak dikenali sampai anak
37
John W. Santrock, Op.cit. h. 230
38
JeffreyS. Nevid dkk,Op.cit., h. 156
39
Loc.cit.
duduk di kelas 2 atau 3 SD.

Hipotesis-hipotesis tentang penyebab gangguan belajar cenderung


terfokus pada masalah-masalah kognitif-perseptual dan kemungkinan faktor-
faktor neurologis yang mendasarinya. 40 Banyak anak dengan gangguan
belajar memiliki masalah persepsi visual dan auditori, mereka kurang
memiliki kemampuan untuk menyalin kata-kata atau membedakan bentuk-
bentuk geometris.

Gambar 7. Anak dengan gangguan disleksia, menulis cermin

7. Autis
Kata Autisme berasal dari bahasa Yunani, “autos” yang berarti self,
Istlah ini digunakan pertama kali oleh psikiater Swiss Eugen Bleuler tahun
1906 yang merujuk pada gaya berpikir yang aneh. 41 Autis merupakan
gangguan perkembangan pervasif yang ditandai dengan kegagalan untuk
berhubungan dengan orang lain, terbatasnya kemampuan bahasa, perilaku
motorik yang terganggu, gangguan intelektual, dan tidak menyukai
perubahan dalam lingkungan.
Autisme ini adalah suatu gangguan masa kanak-kanak yang paling
berat, ditandai dengan defisit pervasif pada kemampuan berhbungan dan
berkomunikasi dengan orang lain, dan dengan rentang minat dan aktiv itas
yang terbatas. Anak-anak dengan gangguan autistik kurang memiliki
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain dan terlihat hidup di

40
Loc.cit.
41
Ibid., h. 145
dunianya sendiri.
Karakteristik Autis berdasar pada gangguan perkembangan, hal ini
dikarenakan autis merupakan gangguan yang sangat kompleks, baik dari
perilaku, komunikasi juga Sosial emosionalnya. Berikut karakteristik anak
autis42
1) Gangguan dalam penggunaan perilaku non-
verbal seperti tatap-mata, ekspresi wajah, postur tubuh, & isyarat
untuk keperluan interaksi sosial.
2) Kegagalan membentuk hubungan pertemanan sesuai tahap usia
perkembangan.
3) Tidak adanya spontanitas dalam berbagi minat, kegembiraan, atau
prestasi dengan orang lain (misal: membawa, memperlihatkan /
memamerkan benda yang ia sukai).
4) Keterlambatan / tidak terjadinya, perkembangan bahasa wicara (tidak
disertai usaha untuk kompensasi melalui media komunikasi lain
seperti isyarat/ mimik/bahasa tubuh).
5) Bila dapat berbicara, ada gangguan dalam mengawali /
mempertahankan percakapan.
6) Penggunaan bahasa yang khas, stereotipi, berulang-ulang atau
idiosyncratic (=aneh).
7) Tidak adanya kemampuan spontan/ bervariasi untuk bermain pura-
pura atau bermain meniru lingkungan sosial sesuai usia
perkembangan.
8) Terpaku secara berlebihan pada satu atau lebih pola minat yang
terbatas dan khas.
9) Mengikuti rutinitas atau ritual yang spesifik dan tidak fungsional
secara kaku.
10) Pola perilaku stereotipi dan berulang (misal mengepakkan tangan,
memilin jari, atau gerakan motor lain yang lebih rumit).

42
Asep Supena,Op.cit. hh 83-85
11) Tidak adanya hubungan sosial emosional yang timbal balik

Gambar 8. Contoh perilaku anak Autis


Penyebab autisme belum diketahui, tetapi diduga berhubungan
dengan abnormalitas otak, berbagai hendaya yang dihubugkan dengan
autisme termasuk defisit bahasa, perilaku motorik yang anaeh, bahkan
kejang-kejang, menunjukkan adanya gangguan neurologis yang melibatkan
suatu bentuk kerusakan otak dan ketidakseimbangan kimiawi saraf dalam
otak.Namun para peneliti belum menentukan kerusakan otak seperti apa
yang dapat menjadi peyebab auitisme, diduga auitisme berasal dari
penyebab majemuk yang melibatkan lebih dari satu tipe abnormalitas otak. 43

8. ADHD (Attention Deficit, Hiperactivity Disorder)


ADHD merupakan gangguan perilaku yang ditandai oleh aktivitas
motorik berlebih dan ketidak mampuan memfokuskan perhatian 44. Pada
gangguan ADHD , anak memperlihatkan impulsivitas, tidak adanya perhatian,
dan hiperaktivitas yang dianggap tidak sesuai dengan tingkat perkembangan
mereka. ADHD merupakan gabungan dua gangguan yaitu AD yang
merupakan Attention Deficit atau berkurangnya perhatian dan HD sendiri
adalah Hiperactivity Disorder atau gangguan hiperaktif. Hiperaktivitas sendiri
adalah pola perilaku abnormal yang ditandai oleh kesulitan mempertahankan
perhatian dan kegelisahan yang ekstrem. ADHD tidak selalu disertai dengan

43
Ibid.,h.147
44
Ibid., h.160
gangguan hiperaktif.45
Tanda-tanda ADHD dapat muncul sejak usia prasekolah. Orang tua
dan guru prasekolah, taman kanak-kanak mungkin mengetahui bahwa ada
anak yang sangat aktif dan konsentrasinya kurang. Banyak anak dengan
ADHD sulit diatur, kurang toleransi terhadap rasa frustasi, dan punya
masalah dalam berhubungan dengan teman sebaya
Gejala-gejala rentang perhatian yang kurang meliputi 46
1) Gerakan yang kacau
2) Cepat lupa
3) Mudah bingung
4) Kesulitan dalam mencurahkan terhadap tugas-tugasatau
kegiatan bermain
Sedangkan, gejala-gejala impulsivitas dan perilaku hiperaktif meliputi
1) Emosi gelisah
2) Mengalami kesulitan bermain dengan tenang
3) Mengganggu anak lain, dan
4) Selalu bergerak
Sebab utama ADHD masih belum ditemukan , Ilmuwan belum
mampu mengidentifikasi sumber penyebab di otak , akan tetapi beberapa
pendapat menyatakan penyebabnya adalah rendanya level neutransmiter
(pesan kimiawi dalam otak), abnormalitas prenatal seperti konsumsi rokok
saat hamil yang menyebabkan kerusakan di otak, fakor genetis dan faktor-
faktor ingkungan lainnya: seperti tingginya konflik dalam keluarga, buruknya
pengasuhan orang tua dalam menangani gangguan perilaku anak. Selain
ADHD terdapat gangguan perilaku lainnya seperti gangguan sikap
menentang (OD) dan gangguan tingkah laku bermasalah, faktor penyebab
keduanya didaarkan pada masalah sosial seperti konflik orang tua dan anak
yang tidak terselesaikan, kegagalan daam pengasuhan dan kontrol orang ta
45
Mif.Baihaqi dan M. Sugiarmin, Memahami dan membantu anak ADHD,
(Bandung:PT Reflika Aditama, 2010),h. 3
46
Ibid.,h.3
yang terlalu ketat, hal ini diekspresikan anak e dalam sikap temperamen dan
perilaku anti sosial yang melanggara norma-norma sosial dan hak orang lain.

Gambar 9. Contoh perilaku anak impulsiv dan hiperaktif

9. Tunalaras
Defenisi tunalaras atau emotionally handicaped atau behavior disorder
merujuk pada defenisi yang dikemukakan oleh Bower yang menyatakan
bahwa anak dengan hambatan emosional atau kelainan perilaku, apabila ia
menunjukkan adanya satu atau lebih dari komponen berikut 47:
1. Tidak mampu belajar bukan karena disebabkan faktor intelektual
dan kesehatan
2. Tidak mampu untuk melakukan hubungan baik dengan teman-
teman dan guru
3. Bertingkah laku atau berperasaan tidak pada tempatnya
4. Secara umum, selalu dalam keadaan pervasif dan tidak
menggembirakan atau depresi
5. Bertendensi ke arah simtom fisik, seperti: merasa sakit atau
ketakutan berkaitan dengan orang atau permasalahan di sekolah

Penyebab terjadinya gangguan emosional ini berupa:


a) Faktor biologis
b) Faktor psikososial, seperti stres yang berkepanjangan, kejadian hidup
yang menekan, perlakuan salah pada masa kecil, faktor keluarga.

47
Mukhtar Latif dkk, Op.cit., hh. 290-291
10. Anak Berbakat (Gifted & Talented)
Clark mendefenisikan anak gifted & talented ialah mereka yang oleh
orang-orang profesional diidentifikasi sebagai anak yang mampu mencapai
prestasi tinggi karena memiliki kemampuan-kemampuan unggul. Anak
tersebut memerlukan program pendidikan yang berdiferensiasi dan/atau
layanan di luar jangkauan program reguler, agar dapat merealisasikan
sumbangannya terhadap diri sendiri maupun masyarakat. 48 Pendapat Clark
senada dengan defenisi anak berbakat menurut IDEA (Individu with
disabilities Education Act) anak berbakat adalah anak yang melebihi
kemmapuan orang lain pad a umumnya dan menunjukkan hasil kerja yang
tinggi.
Individu yang tergolong gifted & talented ialah yang menampilkan,
atau yang menjanjikan harapan untuk menampilkan, inteligensi taraf tinggi.
Karena kemajuan dan kecepatan perkembangan tersebut, individu
memerlukan layanan atau aktivitas khusus yang disediakan oleh sekolah
agar kemampuannya berkembang lebih penuh. Sedangkan Karakterisitik
yang dimiliki oleh anak berbakat adalah49 :

a) Secara kognitif, anak-anak berbakat memiliki kemampuan dalam


memamnipulasi dan memahami simbol abstrak, konsentrasi dan
ingatan yang baik, perkembangan berbahasa yang lebih awal
daripada anak-anak seusianya, rasa ingin tahu yang tinggi, minat
yang beragam, lebih suka belajar dan bekerja secara mandiri, serta
memunculkan ide-ide yang original.
b) Secara akademis mereka sangat termotivasi untuk belajara di area-
area dimana menjadi minat mereka, namun mereka bisa kehilangan
motivasinya apabila dhadapkan pada area yang tidak mereka minati.
c) Secara sosial emosional, mereka terlihat sebagai anak yang idealis,

48
Asep Supena, Op.cit.,h. 90
49
Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Sanan, Op.cit., h.176
perfeksonis dan kepekaan terhadap rasa keadilan, selalu terlihat
bersemangat, memiliki komitmen yang tinggi dan peka terhadap seni

D. Intervensi Dini bagi Anak Berkebutuhan Khusus


Intervensi dini atau early Intervention terdiri dari 2 suku kata yaitu
Early dan Intervention. Early diartikan sebagai awal, dini, permulaan,
sesegera mungkin sedangkan Intervention adalah Upaya bantuan atau
campur tangan lingkungan yang ditujukan kepada seseorang yang
mengalami hambatan (problem) perkembangan dengan maksud untuk
meningkatkan pencapaian perkembangan, mencapai kondisi yang lebih baik
atau meminimalkan dampak negative dari hambatan perkembangannya.50
Dunst dan Trivett dalam Supena juga mengemukakan defenisi tentang early
intervention “As a set of supports, services and experiences to prevent or
minimize long-term problems as early as posible”. Intervensi dini adalah
seperangkat pendukung, pemeriksaan dan pengalaman untuk mencegah
atau meminimalkan masalah berkepanjangan sedini mungkin.
Oleh karena itu intervensi dini dapat diartikan sebagai upaya campur
tangan lingkungan, untuk mencegah hambatan perkembangan seawal
mungkin untuk mencapai kondisi yang lebih baik. Sehingga bentuk-bentuk
intervensi dini yang dilakukan dalam setiap perkembanganpun berbeda.
Berikut bentuk intervensi dan layanan khusus bagia anak-anak berkebutuhan
khusus:
1. Gangguan Penglihatan
Salah satu tugas penting untuk mengajar anak yang menderita
gangguan atau kerusakan penglihatan ini adalah menentukan modalitas
seperti sentuhan atau pendengaran yang dengannya murid dapat belajar
dengan baik artinya memanfaatkan kepekaan indera yang masih tersisa
adalah hal penting yang pertama dilakukan, anak yang lemah penglihatannya

50
Asep Supena, Bahan ajar Asesmen dan Intervensi: Early Intervention, (Jakarta:
PPS UNJ, 2014), h. 2
akan lebih baik disuruh duduk di bangku paling depan di kelas 51 Aktivitas
tunanetra dibantu dengan pelajaran mengenai orientasi dan mobilitas, antara
lain mempelajari cara mengetahui tempat dan arah serta menggunakan
tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari aluminium). 52

Gambar 10. Pemanfaatan indera peraba pada proses pembelajran


tunanetra
2. Gangguan Pendengaran
Banyak anak yang memiliki masalah pendengaran medapatkan
tambahan di luar kelas reguler. Pendekatan pendidikan untuk anak yang
mengalami masalah pendengaran terdiri dari dua kategori yaitu: pendekatan
oral dan pendekatan manual.53 Pendekatan oral antara lain menggunakan
metode membaca gerak bibir, speech reading (menggunakan alat visual
untuk mengajar membaca), dan sejenisnya. Misalnya jika ingin menambah
kosa kata anak tuna rungu, maka dilakukan pengajaran kosa kata melalui
prosedur sebagai berikut: tunjukkan benda yang akan menjadi objek,
tunjukkan pengucapan, tulis dan gambar benda yang dipelajari baru
kemudian memberikan pemahaman tentang konsep benda
tersebut.Sedangkan untuk pendekatan manual adalah dengan bahasa isyarat
dan mengeja jari. Bahasa isyarat adalah sistem gerakan tangan yang
melambangkan kata, dan pengejaan jari adalah mengeja setiap kata dengan
menandai setiap huruf dari satu kata.

51
John W. Santrock, Op.cit., h. 221
52
Mukhtar Latif dkk, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini:Teori dan Aplikasi,
(Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2013), h. 290
53
John W. Santrock, Op.cit.,h. 222
3. Gangguan Fisik Motorik (Tunadaksa/Physical and health
disability)
Banyak anak yang mengalami gangguan fisik ini membutuhkan
pendidikan khusus dan pelayanan khusus, seperti transportasi, terapi fisik,
pelayanan kesehatan sekolah dan pelayanan psikologi khusus. 54

Gambar 11. Penggunaan alat bantu dan terapi fisik pada anak CP

Gambar 12. Aktivitas belajar pengembangan motorik anak CP dengan


pendampingan

4. Retardasi Mental (Tunagrahita/Mental Retarded)


Pelayanan yang dibutuhkan oleh anak-anak dengan retardasi mental
untuk memenuhi tuntutan perkembangan, sebagian bergantung pada derajat
keparahan dan tipe retardasi. Anak yang memiliki retardasi mental ringan
hanya membutuhkan pelatihan yang tepat pada beberapa aspek
perkembangan. Sebaliknya anak-anak dengan retardasi mental berat atau
parah membutuhkan penanganan institusi atau ditempatkan pada pusat

54
Ibid., h. 223
pelayanan residensial yang ada di komunitas, konseling psikologis,
pendekatan perilaku yang lebih terstruktur seperti: mengajarkan perilaku
kesehatan dasar seperti, menggsosok gigi, memakai pakaian, menyisir
rambut, dan penanganan perilaku lainnya mencakup keterampilan sosial
yang memfokuskan pada peningkatan kemampuan individu untuk
berhubungan secara efektif dengan orang lain, dan pelatihan pengelolaan
amarah untuk membantu individu mengembangkan cara-cara yang lebih
efektifdalam mengatasi konflik tanpa bertindak agresif. 55

5. Gangguan Komunikasi/ Bicara dan Bahasa


Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu anak dengan
hambatan bicara dan bahasa adalah 56:
a) Tidak menuntut anak untuk berbicara menggunakan tata bahasa
yang benar. Yang utama adalah menciptakan suasana yang nyaman
dan menyenangkan untuk anak berlatih bicara.
b) Saat mengajak anak berbicara, hindari hal-hal lain yang mungkin
dapat mengganggu, seperti radio dan televisi yang menyala.
c) Tidak terlalu banyak melakukan kritikan atas bicara dan bahasa anak,
sehingga anak tidak tertekan ketika berbicara dan berbahasa.
d) Ijinkan anak untuk berhenti bicara jika anak merasa tidak nyaman.
e) Jangan meminta anak untuk mengulangi ucapannya.
f) Orang dewasa harus berbicara dengan pelan dan jelas pada anak
agar dapat ditangkap dan dicontoh maksudnya.
g) Biarkan anak berbicara dan mengucapkan kalimatnya sampai
selesai, jangan pernah dipotong pembicaraannya.
h) Menatap mata anak ketika berbicara dan tidak menunjukkan
kekecawaan atas proses bicara dan berbahasa anak.

55
Jeffrey S. Nevid dkk, Op.cit., hh. 153-154
56
Staff UNY, Op.cit
6. Gangguan Belajar (Learning Disability)
Intervensi-intervensi untuk gangguan belajar umumnya
menggunakan perspektf berikut:57
a) Model Psikoedukasi, pendekatan psikoedukasi menekankan pada
kekuatan-kekuatan dan prefernsi-prefernsi anak daripada usaha
untuk mengoreksi defisiensi yang diduga mendasarinya. Misalnya
anak yang menyimpan informasi auditori lebih baik dibanding visual
di ajar secara verbal.
b) Model behavioral, mengasumsikan bhwa belajar akademik dibangun
diatas hierarki keterampilan-keterampilan dasar, atau perilaku yang
memampukan. Misalnya: untuk dapat membaca secara efektif,
seseorang harus belajar mengenali huruf-huruf, menghubungkan
suara dengan huruf, kemudian mengombinasikan huruf-huruf dan
suara-suara menjadi kata-kata
c) Model medis, model ini mengasumsikan bahwa gangguan belajar
merupakan simtom-simtom dari defisiensi dalam pengolahan kognitif
yang memiliki dasar biologis. Penanganan harus diarahkan pada
patologi yang mendasarinya dan bukan pada ketidakmampuan
belajar
d) Model neuropsikologis, pendekatan ini berasal dari model
psikoedukasi dan medis. Diasumsikan bahwa gangguan belajar
merefleksikan defisit dalam pengolahan informasi yang memiliki
dasar biologis.
e) Model Linguistik. Model ini mengajarkan keterampilan bahasa secara

57
Jeffrey S. Nevid, Op.cit., hh. 157-158
bertahap, membantu murid-murid menangkap struktur dan
menggunakan kata-kata
f) Model kognitif. Dalam perspektof ini anak-anak dibantu untuk belajar
dengan (1) mengenali sifat dari tugas belajar, (2) menerapkan
strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif untuk
menyelesaikan tugas-tugas dan (3)memontor kesuksesan strategi-
strategi mereka

7. Autis
Penelitian selama 30 tahun mendukung pentingnya program
penanganan perilaku yang intensif, yang menerapkan prinsip-prinsip belajar
untuk mengurangi perilaku yang mengganggu dan meningkatkan
keterampilan belajar serta komunikasi pada anak autistik. Karena anak
autistik menunjukkan defisit perilaku, fokus utama dari modifikasi perilaku
adalah pengembangan perilaku baru. 58
Terapis perilaku menggunakan
reinforcer (penguat) untuk meningkatkan perilaku yang sosial adaptif seperti
memperhatikan terapis dan berrmain dengan anak-anak lain. Terapis perilaku
juga dapat menggunakan hukuman untuk menghilangkan perilaku menyakiti
diri sendiri. Modifikasi perilaku ini juga digunakan Loovas di UCLA untuk
menangani anak-anak autis59

8. ADHD
Studi baru-baru ini menunjukkan bahwa menggabungkan pengobatan
dengan stimulan dan modifikasi perilaku berhasil memperbaiki prestasi
akademik pada remaja dengan ADHD, termasuk prestasi pada kuis dan
tugas-tugas harian.60

58
Ibid.,h. 148
59
Mukhtar Latif dkk, Op.cit.,h. 304
60
Ibid.,h. 163
Dalam bidang pendidikan ada Cara lain yang bisa dilakukan untuk mengatasi
masalah ADHD pada saat proses pembelajaran berlangsung diantaranya
dengan:61
1) Menghadapi tingkatan kegiatan, berupa strategi khusus dalam
mengendalikan tubuh dan pikiran anak ADHD, dengan melakukan
sedikit permainan seperti: permainan menjadi patung, tangkap saya,
dan petak umpet. Cara ini membantu memfokuskan anak dan
membantu anak mengendalikan gerakan tubuh
2) Meningkatkan rentang perhatian, melalui kegiatan bermain yang
menggunakan visual berbentuk rekaman, guru dan pengawas
melakukan insiden kecil dengan tidak memperhatikan rekaman,
dengan begitu anak akan menyelidiki hal yang terjadi, sehingga guru
dan pengawas mendapat kesempatan untuk bertanya mengenai
kegiatan yang sedang berlangsung

9. Tunalaras
Terapi kognitif behavioral biasanya melibatkan keterampilan sosial (misalnya
belajar bagaimana memulai percakapan atau berteman untuk meningkatkan
kemampuan reinforcement sosial. Terapi ini juga biasanya mencakup
pelatihan dalam keterampilan pemecahan masalah dan cara-cara untuk
meningkatkan frekuensi dari aktivitas yang menyenangkan serta mengubah
gaya berpikir depresi, disamping itu terapi keluarga dapat bermanfaat dalam
membantu keluarga memecahkan konlik-konflik dan mengatur kembali
hubungan mereka sehingga anggota keluarga dapat menjadi lebih suportif
satu sama lain.62

10. Anak Berbakat (Gifted & Talented)

61
Mif Baihaqi dan M. Sugiarmin, Op.cit., hh. 78-79
62
Ibid.,h. 171
Untuk mengetahui keberbakatan seorang anak maka ia harus mengikuti
serangkaian asesmen yang dilakukan oleh psikolog dan apabila anak
tersebut tersebut memang dikategorikan sebagai anak berbakat maka ia
harus memperoleh pendidikan yang sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya agar dapat berkembang dengan optimal 63

Empat opsi program anak berbakat menurut Hertzog adalah: 64

1) Kelas khusus
2) Akselerasi dan pengayaan di kelas reguler
3) Program mentor dan pelatihan ,untuk memotivasi, menantang dan
mendidik anakberbakat secara efektif
4) Kerja/studi dan/program pelayanan masyarakat

63
Martinis Yamin dan Jamila Sabri Sanan, Op.cit.,hh. 176-177
64
John W. Santrock , Op.cit.,h. 253
E. program layanan Pendidikan Dalam Perspektif Dan Konteks Anak
Berkebutuhan Khusus (Program Layanan, Model Layanan, Dan
Evaluasi Program)

1. Program Layanan Anak Berkebutuhan Khusus

Anak dengan keterbatasan atau berkebutuhan khusus bersama


dengan keluarga selayaknya mendapatkan layanan pendidikan yang akan
membantu mereka dalam keberhasilan pendidikan serta kelangsungan
hidup mereka selanjutnya. IDEA adalah salah satu hukum federal yang
paling penting adalah Individual With Disablities Education Act, yang
awalnya pada tahun 1975 kemudian disahkan kembali pada tahun 2004.
Bidang anak berkebutuhan khusus memiliki kosakata dan istilah- istilah
yang unik.
IDEA mendefinisikan anak-anak dengan keterbatasan sebagai
anak- anak dengan gangguan mental, pendengaran (termasuk tuli) ,
gangguan wicara dan bahasa (termasuk kebutaan), gangguan emosi
serius, gangguan orthopedis, autisme, trauma otak, gangguan kesehatan
lainnya, atau gangguan belajar khusus lainnya. Sekitar 10- 12% anak di
dunia menyandang cacat.65

2. Tujuh Aturan IDEA.

Aturan IDEA mungkin dapat diterapkan di lembaga PAUD masing-


masing dalam memberikan program layanan pendidikan khususu. Berikut
aturan- aturan tersebut:
1. Tanpa Penolakan. IDEA mnedorong pendidikan bagi semua tanpa
kecuali, sebelum ada IDEA banyak anak ditolak untuk
mendapatkan layanan pendidikan dari sekolah.
2. Penilaian tanpa diskriminasi dan penugasan multidisipliner.
Penilaian yang adil diperlukan untuk menentukan apakah siswa

65
George S. morrison, Dasar- Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. (Jakarta: PT.
Indeks, 2012) h.316-321
memiliki kemampuan, dan kalau mereka berkemampuan apa yang
harus ada dalam pendidikan siswa.

IDEA menetapkan prosedur tes yang tidak ditentukan dengan


bebas dalam pelabelan dan penempatan siswa untuk layanan
pendidikan khusus, meliputi:
a. Menguji siswa dalam bahasa ibu mereka, jika
memungkinkan
b. Menggunakan prosedur evaluasi yang terpilih dan
mengatur supaya supaya tidak terjadi diskriminasi
budaya dan ras.
3. Penilaian multdisipliner. Sebuah pendekatan yang dilakukan
kelompok, dimana sekelompok orang menggunakan berbagai
metode dalam menilai anak—anak untuk menentukan bahwa
program bagi anak tidak ditentukan oleh satu tes dan satu orang.
4. Pendidikan yang tepat. Program IDEA memberikan layanan
pendidikan gratis bagi anak usia 3 -21 tahun. Tepat sesuai usia,
kemampuan, tingkat kedewasaan, kondisi keterbatasan, prestasi
sebelumnya, dan harapan orangtua.
5. Penempatan lingkungan yang tidak terlalu ketat. Semua siswa
penyandang cacat memiliki hak untuk belajar dalam lingkungan
yang tidak terlalu ketat. Lingkungan yang onsisiten terhadap
kebutuhan akademik, sosial, dan fisik mereka. namun setting
kelas seperti ini terkadang ada dan tidak ada di sekolah umum,
sedangkan anak- anak dengan ketrbatasan menghabiskan waktu
mereka di sekolah umum.
6. Proses yang menjadi hak. IDEA mendorong bagi orantua dan
lembaga yang berselisih untuk menyelesaikannya sebelum ada
pemeriksaan dari hakim.
7. Partisipasi siswa dan orangtua. IDEA menetapakan proses
bersama antara pendidik, orangtua , dan sisiwa dalam
menentukan program.
3. Program Layanan Pendidikan
a. Program Layanan IDEA (Individuals With Disabilities Education
Act)
Berikut layanan yang diberikan IDEA bagi anak dengan
keterbatasan:

NO PROGRAM LAYANAN IDEA


1 Teknologi dan pelayanan yang mendukung adalah setiap
pearalatan atau system produk yang langsung membantu anak
penyandang cacat dan meningkatkan, membina atau memperbaiki
kemampuan fungsional anak tersebut.

2 Audiologi meliputi identifikasi anak- anak dengan gangguan


pendengaran, penentuan capaian, sifat, dan tangkas, dan tingkat
kelemahan pendengaran dan penentuan pealyanan untuk
mencegah ketulian.
3 Pelatihan keluarga, konseling, kunjungan ke rumah, berarti layanan
yang disediakan pekerja sosial seperti psikolog,atau tenaga ahli
lainnya untuk membantu keluarga dengan anak berkebutuhan
khusus.
4 Pelayanan kesehatan artinya agar anak mendapat layanan yang
diperlukan supaya anak mendapat manfaat dari layanan
pencegahan dini saat dia menerimanya,
5 Pelayanan medis, artinya pelayanan yang dissediakan dokter ahli
untuk menentukana status perkembangan anak dan kebutuhanan
pelayanan pencegahan dini.
6 Pelayanan nutrisi, termasuk melakukan penilaian riwayat gizi dan
supan nutrisi, dan masalah makan, kebiasaan makan, pemilihan
makanan, dan mengembangkan dan mengawasi rencana yang
tepat.
7 Terapi pekerjaan, yang meliputi pelayanan yang dirancang untuk
meningkatkan kemampuan fungsional anak dalam melakukan tugas
di rumah, di sekolah atau masyarakat.
8 Terapi fisik, meliputi pelayanan untuk memperbaiki sensor motorik
dan memberikan layanan untuk mencegah, meringankan, atau
memberikan kompensasi atas ketidakmampuan bergerak dan
masalah fungsional lainnya.
9 Pelayanan psikologis, meliputi pengaturan tes psikologis, dan
perkembangan, dan prosedur penilaian lainnya.
10 Perawatan sela, meliputi perawatan anak sementara dalam jangka
pendek, bukan layanan medis, diberikan di rumah atau di luar
rumah.
11 Pelayanan pekerjaan sosial, meliputi kunjungan ke rumah anak
untuk meliputi hubungan keluarga, mengatasi masalah dalam
kelopmpok kehidupan keluaraga yang mempengaruhi pemanfaatan
pelayanan pencegahan dini untuk anak secara maksimal.
12 Instruksi khusus, meliputi rancangan lingkungan dan kurikulum yang
dirancang agar anak mengembangkan keterampilan dalam bekerja
serta dukungan dari keluarga.
13 Patologi bahasa ujaran, meliputi identifikasi, diagnosis dan
persyaratan untuk anak- anak dngan ganguan bahasa dan
komunikasi, agar anak mendapat layanan dalam ketermpilan
komunikasi.
14 Transportasi dan biaya, meliputi biaya perjalanan agar anak dan
keluarga mendapat pelayanan pencegahan dini.
15 Pelayanan visi, meliputi evaluasi dan penilaian fungsi penglihatan
termasuk diagnose penilaian gangguan penglihatan khusu, jeda.
16 Pelayanan untuk bayi dan balita meliputi semua pelayanan yang
tertera di atas untuk bayi dan balita yang berkebutuhan khusus
supaya mendapat pelayanan khusus.

IDEA mengamanatkan pendidikan gvratis dan tepat untuk semua


orang yang berumur antara 3 – 21 tahun, selain itu IDEA
memberikan dana federal ke Negara bagian dan agen pendidik
lokal, untuk murid- murid mendapatykan pendidikan umum dan
gratis.
Akan tetapi agensi lokal dan Negara bagian harus setuju
mematuhi hokum federal, atau kalau tidak mereka tidak akan
menerima dana dari federasi.
b. Program Pendidikan Perseorangan (Individualized Education
Program/ IEP)
Undang- Undang pendidikan mengamanatkan pembuatan
program pendidikan perseorangan yang memerlukan rancangan
instruksi yang disesuaikan dengan setiap siswa. Program
pembelajaran individual adalah kegiatan pembelajaran yang
menitik beratkan bantuan dan bimbingan belajar keapda masing-
masing perseorangan dengan memberikan kesempatan yang luas
kepada tiap- tiap individu untuk belajar bewrdasarkan kebutuhan
dan kemampuan anak untuk mengejar ketertinggalan dan
mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki.
Program pembelajaran individual dapat dilakukan melalui cara
tugaas tambahan, pembelajaran proyak, dan dilaksanakan
menurut kesanggupan anak. Program disusun dengan
mempertimbangkan beberapa hal yaitu; kesesuaian dengan
kebutuhan dan keammpuan anak, pembealajran dilaksanakan
untuk dimengerti oleh anak, cara kerja yang dimengerti oleh anak,
kriteria keberhasilan dimengerti anak, dan evalusi dimengerti oleh
anak.

c. Tujuan Program Pendidikan Perseorangan (Individualized


Education Program/ IEP)
Dalam pelaksanaannya IEP mempunyai beberapa tujuan
antara lain yaitu:
a. Melindungi anak- anak dan orangtua dengan memastikan
bahwa rencana berjalan dengan baik
b. Menjamin bahwa anak- anak akan mendapat rencana yang
dirancang khusus waktu, upaya, dan bakat minat orang
dapat sesuai kemampuan, kelemahan, dan gaya belajar
mereka.
c. Membantu para ahli dan staf, serta tenaga administrasi
lainnya supaya focus pada pengajaran dan sumber
kebutuhan khusus dengan mendorong supaya waktu, upaya,
bakat minat setiap orang dapat dimanfaatkan sebaik-
baiknya.
d. Memastikan bahwa anak- anak dengan keterbatasan akan
menerima berbagai pelayanan dari agensi lain. Rencana ini
harus meliputi komponen pendidikan dan memenuhi semua
kebutuhan siswa secara total.
e. Membantu mengklarifikasi dan memperjelas keputusan apa
yang terbaik untuk anak- anak, dimana di tempatkan, dan
bagaimana seharusnya mengajar dan membantu mereka.
f. Memastikan tidak melabeli anak tanpa membicarakan
kebutuhan unik mereka.
Program Pendidikan Perseorangan (Individualized Education Program/ IEP)

Kenny Meigar Panigoro 10 Mei, 2014


Nama Siswa Tgl Pertemuan Pengembangangan/Pembahasan IEP

Catatan: Untuk setiap siswa penyandang ABK mulai umur 14 tahun (atau lebih muda jika sesuai),
Pernyataan kebutuhan akan layanan transisi siswa harus dimasukan ke dalam bagian penerapan IEP.
Pernyataan tersebut harus focus pada pel;ajaran yang diambil siswa untukmencapai tujuan
pembelajarannya.
(Pernyataan atas kebutuhan transisi siswa harus diperbarui setiap tahun)
Tingkat Performa Pendidikan Terbaru
(Meliputi deskripsi bagaimana keterbatasan mempengaruhi keikutsertaan dan kemajuan
 Ketika diminta menulis namanya, Kenny bisa menulis “K”, tetapi tidak menuliskan huruf- huruf
selanjutnya.
 Dalam setting bermain bebas, Kenny kesulitan memilih mainan, berganti kegiatan, dan terus
terlibat dalam kegiatan
 Ketika diberiakn kesempatan, Kenny bisa menyapa orang dewasa dan teman yang dikenal serta
kontak mata secara langsung dengan mereka tapi tidak melakukan dengan konsisten
Ukuran Tujuan Tahunan (Termasuk target atau tujuan jangka pendek)
Nyatakan dengan jelas tujuan yang mendasari rencana mencapai kemajuan kebutuhan anak
maupun kebutuhan lainnya.
 Diakhir tahun sekolah, Kenny akan menunjukan pemahaman atas inti cerita yang dibacakan dengan
memilah jajaran tiga gambar dengan keakuratan 90%.
 Diakhir tahun ajaran, Kenny akan mengucapkan dua atau tiga frasa kata sebagai hasil akan ingatan
di lingkungan sekitar tanpa diminta dalam dalam delapan ataqu sepuluh kesempatan yang
diberikan.
 Diakhit tahun ajaran, Kenny akan menyapa tiga teamn tertentu (Sarah, Adi, Nani), setidaknya tiga
kali sehari dengan kontak mata langsung dan satu atau dua kata sapaan seperti “ Hai sarah, hai adi
da hai nani”
Target Kenny
 Pada akhir instruksi bulan pertama, Kenny akan menunjukan satu gambar yang mewakili tokoh
utama atau peristiwa dalam cerita yang dibacakan (dipilih dari satu gambar itu saja dengan
keakuratan 100%)
 Pada akhir instruksi bulan ketiga, Kenny akan menunjuk ke agmabr yang mewakili tokoh utama atau
peristiwa dalam cerita yang dibacakan (dipilih dari satu baris yang terdiri dari dua gambar dengan
keakuratan 60%)
 Pada akhir instruksi bulan kelima, Kenny akan menunjuk ke gambar yang mewakili tokoh utama
atau peristiwa dalam cerita yang dibacakan (dipilih dari satu baris dengan dua gambar yang
menunjukan keakuratan 90%)
 Pada akhir instruksi bulan ketujuhh, Kenny akan menunjuk ke agmbar byang mewakili tokoh uam
dalam cerita dalam cerita yang dibacakan (dipilih dalam satu baris yang terdiri dari tiga gambar)
dengan keakuratan 70%.
 Pada akhir instruksi bulan kesembilan Kennya akan menunjuk ke gambar atau tokoh yang mewakili
tokoh utama atau peristiwa dalam cerita yang dibacakan (dipilih dari satu baris, terdiri dari tiga
gambar, dengan keakuratan 90%).
Waktu Pelayanan, Modifikasi, dan akomodasi Dimulai dan Frekuensi, Durasi, serta
Lokasinya

 Pelayanan dimulai segera sesudah memperoleh persetujuan dan akan terus beralnsung selama
tahun ajaran. Pendidikan khusus dan pealyanan yang berkaitan akan diberikan setiap hari
prasekolah.
 Setelah mendapat persetujuan orangtua, terapi wicara/bahasa akan dilaksanakan di ruang terapi
praasekolah selama 30 menit setiap hari selama IEP dijalankan, dan akan diberikan 30 menit, 3
kali per minggu sesudahnya.
 Guru pendidikan khusus anak usia dini dan guru Montessori akan mengembangkan jadwal
kunjunagan periodic mis 3 kali seminggu lalu 2 kali seminggu untuk Kenny dengan atau tanpa
orangtua ke keals Montessori selama bulan terakhir program prasekolah thn ini.
(Buat semua daftar pelayanan, peralatan, dan modifikasi khusus yang diperlukan dengan
detail)
 guru pendidikan khusus dan ahli yang memimpin akan mengembangkan dan menggunakan “social
stories” untuk menjelaskan dan menggambarkan penerimaan dan keberhasilan menyapa teman.
Tiga teman keals (1 ABK, 2 anak normal) akan berperan sebagai teman pendukung untuk instruksi
ini. Personel laln akan mendukung bahkan menunjuk jika dibutuhkan.
 Guru pendidikan anak ABK dan ahli yang memimpin anakn akan menggunakan “comic strip
Conversation”(roger and Miles, 2001) sebagai cara untuk memberikan feedback dan peringatan
secara nonverbal dan tersamar saat dia berinteraksi dengan teman- temannya.
 Terapis bicara- bahasa dan guru pendidiakan ABK yang memimpin akan berkolaborasi,
merencanakan, dan menyampaikan training bahasa dalam pemahaman dan penggunaan
berdasarkan model training yang dikembangkan oleh Ivar Lovaas (McKEachin, smith, and Lovas,
1993).
Penjelasa perpnjangan, jika ada, dimana anak tidak berpartisipasi dalam keals pendidikan regular
(Penjelasan kurangnnya interaksi anak dengan anak alin dalam setting kelas regular)
 Kenny adalah anak prasekolah terintegrasi dan berpartisipasi aktif dengan anak- anak normal
administrasi negara dan ujian di seluruh distrik atas pencapaian siswa
Modifikasi perseorangan dalam pengawasan diperlukan anak untuk mengikuti ujian Negara/
distrik
Cara mengukur kemajuan anak terhadapa tujuan tahunan

(Daftar persyaratan yang diperlukan untuk mengikuti ujian)


Kenny tidak akan mengambil tes ini sebagai anak prasekolah. Biasanya anak pertama kali dinilai
pada tingkat sekolah menengah
Jika tim IEP memutuskan bahwa anak tidak berpartisipasi dalam ujian Negara bagian atau distrik
tertentu
 Kenapa penilaian tidak ssesuai untuk anak?
 Jelaskan alternative penilaian
(Pernyataan prosedur pengukuran yang jelas)
Berkaitan dengan keinginan untuk menempatkan Kenny ke TK umum tahun depan, pengawasan kemajuan
sangat penting. tim IEP akan meninjau status taiap bulanan Kenny. Guru yang memimpin akan
menyiapkan tinjaun ini kepada orangtua dengan cara menjelaskan tujuannya jika diperlukan.
 Kemajuan Kenny berdasarkan tujuan tahunan akan dinilai setiap bulan melalui review data
performanya yang sesuai oleh tim IEP. Orangtua akan menerima laporan tulisan review ini.
Bagaimana menginformasikan kepada orantua anak tentang keamjuan pencapaian tahuanan
anak dan sampai dimana kemajuan tersebut bisa mencapai tujuan yang diharapkan sampai akhir
tahun
(Penjelasan rencana bekerja dengan orangtua dan menginformasikan kemajuan sisiwa)
Pengembangan dan pembinaan komunikasi yang jelas antara orantua Kenny dan para ahli yang
terlibat dengannya sangatlah penting. Laporan kemajuan tahunan akan diberikan kepada orangtua
Kenny setiap bulan. Namun demikian akan lebih baik untuk membuat “check – in” bulanan baik
lewat telepon maupun email.
Dimulai sejak usia 16 tahun atau lebih muda jika dinilai tepat oleh tim IEP
Pernyataan tentang kebutuhan pelayanan transisi (Termasuk pelayanan pertanggung ajwaban
antar agensi atau kaitan yang lain).
(Pertimbangan khusus untuk anak- anak lain, termasuk pilihan dan minat siswa)
 Kenny dianggap terlalu muda untuk pelayanan pasca sekolah menengah. Namun dia akan
menjalani masa transisi kritis tahun depan ke TK Montessori selama bulan pada tahun ajaran
tersebut.
 Meskipun pindah dari prasekolah gabungan ke TK bukan bagian tujuan eksplisit pernyataan
transsisi dalam IEP, tim IEP seharusnya mengakui pentingnya transisi Kenny ke program TK
Montessori dengan menyediakan rencana untuk mengatur transisi ini.
Dalam keadaan hak transfer siswa pada usia umumnya, informasi berikut ini harus dimasukan
setidaknya mulai satu tahun sebelum siswa mencapai usia umumnya.

(Jaminan bahwa sisiwa b benar- banr mendapat informasi mengenai pelayanan yang tersedia
di bawah IDEA)
Gambar.Contoh Formulir IEP Prasekolah
4. Model Pelayanan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Model pendidikan yang ditujukan bagi anak bekebutuhan khusus


harus mengacu pada kecenderungan perkembangan pendidikan bagi
anak dengan kebutuhan khusus. Dua isu penting yang dan strategis yang
mempengaruhi model pelayanan pendidikan bagi anak dengan kebutuhan
ksusus yaitu integrasi dan inklusi.
Kecenderungan model pelayanan pendidikan khus bagi anak
dengan problem belajar mengarah dari model segresi ke model integrasi,
dan inklusi. Di Indonesia kita mengenal pendidikan terpadu,
mainstreaming, dan inklusi. 66
1. Model Segresi

Sistem pendidikan yang terpisah dari sistem pendidikan anak


normal. Peny Samuel A. Kirk (1986) mengatakan bahwa penyelenggaraan
pendidikan yang dilaksanakan secara khusus dan terpisah dari
penyelenggaraan  pendidikan untuk anak normal.
2. Model Pendidikan Terpadu
Adalah pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
yang ada di sekolah regular. Yang harus dipaduka adalah mata pelajaran,
program kulikuler, dan peserta didik. Program pelaksanaan pendidikan
terpadu membutuhkan tenaga ahli PLB. Di lapangan layanan ini masih
bersifat fisik, sedangkan integrasi instruksional melalui pelayanan yang
sesuai dengan kebutuhan individual belum dapat dijalankan. Untuk
mengatasi hal itu maka munculah “Mainstreaming”
3. Model Pendidikan Mainstreaming
Konsep mainstreaming menghendaki agar intregrasi pendidikan
bagi ABK mencakup integrasi sosial, instruksional, dan temporal
didasarkan ataas pendidikan yang diukur secara individual dan
professional oleh berbagai profesi dan disiplin. Penempatan pendidikan
ABK model mainstreaming menjadi sangat fleksibel dari lingkukngan yang
terbatas seperti di rumah sakit dan asrama sampai ke lingkungan yang tak

66
Munawir, Op.cit.h. 57-61
terbatas seperti keals biasa atau kelas regular.
4. Model Inklusi.
Sejalan dengan perkembangan mainstreaming maka ada
perubahan baru dalam pendidikan ABK yaitu pendidikan inklusi. Model ini
menekankan keterpaduan penuh, menghilangkan pelabelan anak normal
dan tidak normal, dengan prinsip Education for All. Dalam model inklusi
harus ada modifikasi bahan, metode, media, dan evaluasi bagi setiap
paserta secara individual.

Samuel A. Kirk (1986) membuat gradasi layanan pendidikan bagi


ABK dari model segresi ke model Mainstreaming, seperti di bawah ini: 67

Gambar. 3.1 Model Pelayanan Pendidikan bagi ABK dari Model


Segresi ke Model Inklusi Samuel A. Kirk (1986).

67
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196211211984031-
DUDI_GUNAWAN/Pembelajaran_Individual.pdf . (Diunduh: 6 Mei 2014).
5. Berbagai Pilihan Program Pelayanan Pendidikan

Pilihanan pelayanan program pelayanan pendidikan bagi ABK


disesuaikan dengan kondisi lapangan. secara umum ada tiga pengelolaan
anak dengan problem b v elajar di sekolah- sekolah umum yaitu: (1)
penggunaan kelas khusus, (2) ruang sumber, dan (3) kelas regular. 68
1. Penggunaan kelas khusus biasa menampung sekitar10-20 anak
berpoblema belajar dibawah asuahan seorang guru khusus. ada
kelas khusus yang digunakan khusus sepanjang hari belajar dan
kelas khusus untuk mata pelajaran tertentu saja.
a) Kelas khusus sepanjang hari belajar. Anak- anak yang
berada di kelas ini dilayanani oleh guru khusus. anak- anak
mempelajari semua mata pelajaran dan hanya berinteraksi
dengan anak lainnya (normal) saat istirahat atau saat
bermain. Sistem kelas seperti ini jelas sangat membatasi
pergaulanan anak yang berprob leam belajar dan anak
normal lainnya dalam system pendidikan integrative.
b) Kelas khusus untuk mata pelajaran tertentu saja. Biasanya
anak- anak belajar membaca, menulis, dan berhitung,
kadang- kadang juga belajar tentang keterampilan sosial
atau aspek- aspek khusus bahasa, terpisah dengan anak
lain yang tidak mengalami problema belajar. Untuk olahraga,
music, kerajinan tangan, dan lain- lainnya mereka belajar
bersama dngan anak- anak lainnya. Namun site mini
mempunya keuntungan dan kelemahan yaitu; Keuntungan:
Pembelajaran menjaadi efisien karean pengelompokannya,
Anak problema belajar memperoleh lebih banyak pelayanan
secara individual. Kelemahan: Anak sering memperoleh label
negative yang mengganggu kepercayaan diri, penolakan dari
teman, perolehan pekerjaan di masa depan, sikap negative
dari keluarga, dan harapan berhasil yang rendah dari guru,

68
Loc. Cit.
serta anak cenderung hanya dapat berkomunikasi dengan
sesama mereka.
2. Kelas Reguler

Sistem kelas regular dimaksudkan untuk mengubah citra adanya


dua tipe anak yaitu; nak yang berkebutuhan khusus dan anak
yang tidak berkebutuhan khusus. Dalam kelas ini dirancang gaya
belajar kooperatif dengan maksud mendukung ABK, agar anak
tidak berputus asa. Metode belajar seperti ini dirancang untuk
ABK, yang mempunyai keunggulan, atau mempunyai
penyimpangan lainnya dengan berbagai metode dapat digunakan
bersama.
Keunggulan kelas regular yaitu;
1) Anak ABK menggunakan anak normal sebagai model perilaku
2) Mengelola ABK di kelas regular lebih murah daripada
menyediakan pelayanan dan situasi khusus.
3) Anak normal dapat memahami adanya perbedaan individu
4) Guru regular dimungkinkan untuk menjadi lebih dapat
menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik individual
anak.

Kelemahan kelas regular:


1) ABK kurang mendapat pelayanan individual
2) ABK masih mengkin mendapat label dari anak normal lainnya
3) ABK mun gkin sering gagal dalam tugas karean sulitnya
pelajaran
4) ABK akan mungkin gagal karean tidak mendapatkan pelayanan
individual yang sistematis serta latihan keterampilan dasar yang
cukup.
5) Semangat juang (Moral) guru kelas akan terpengaruh secara
negative karena banyak dari mereka tidak disiapkan untuk
melayani ABK.
3. Ruang Sumber
Merupakan ruang yang disediakan oleh sekolah untuk ABK. Di
dlamnya terdapat guru remedial atau guru sumber dan berbagai
media belajar. Aktifitas utama di ruang sumber adalah
memperbaiki kekurangan membaca, menulis, dan berhitung serta
keterampilan dasar lainnya. Guru sumber dituntut untuk
menguasai kebutuhan ABK. Anak belajar di ruang sumber sesuai
jadwal yang telah ditentukan. Ruang sumber memiliki beberap
keuntunmgan dan kelemahan yaitu;
Keuntungan:
a. Anak yang membutuhkan bantuan bidang akademik, sosial
ditangani oleh guru yang terlatih
b. ABK tetap bearda di kelas rguler sehingga dapat bergaul
dengan anak normal lainnya.
Kelemahan:
a. Banyak waktu terbuanga saat perpindahan darikelas regular ke
ruang sumber atau sebaliknya
b. Meningkatkan terjadinya inkonsesitensi pendekatan
pembelajaran
c. Meningkatkan jumblahtenaga ahli sehingga menimbulkan
pealyanan yang terpecah- pecah
d. Dapat menimbulkan konflik antara kebutuhan kelompok dan
kebutuhan individual

Berikut contoh rencana pengajaran ABK69, yang disesuaikan dengan tema


69
Jaipul L. Roopnatine, James E. Johnson, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam
Berbagai Pendekatan. (Jakarta: Kencana,2011), h.121
bagi anak Indonesia:

Tanggal: 10 Mei 2014


Tema: Minuman sehat
Sub Tema: Banana Milk Shake
Tujuan jangka panjang: Untuk turut serta dalam kegiatan berbagi yanag
diarahkan secara lisan
Bahan- bahan yang dibutuhkan: Blender, susu cair, pisang ambon,
sirup gula, sendok, gelas, ,es krim vanilla.
Tujuan jangka Pendek Metode/ Bahan- bahan Evaluasi
Prosedur
Kelompok: Kelompok kecil Unjuk kerja
1. Memberikan bahan- bahan 1. Setiap anak
kepada teman melakukan
2. Menghitung konsep langkah dalam
pengukuran; semua vs resep
setengah 2. Memberi label
3. Mengikuti urutan resep pada bahan-
4. Menyelesaikan tugas bahan
5. Mulai membaca

Individualisasi: Kenny 1. Mengoper bila Tempat duduk di Unjuk kerja


1. Menjelajahi bahan- bahan, diperlukan- dekat blender
mencicipi lalu bantuan
2. Penggunaan alat, sendok sekilas
untuk menyendok, gelas 2. Mendorong Gambar dalam
untuk menuang susu, untuk keamsan susu
sebab dan akibat mencicipi Es krim
3. Mengikkuti perintah dengan susu
sederhana; “Masukan”, menaruh
“berikan” sedikit
4. Memperhatikan teman minuman d
telapak
tangan-
mendekatkann
ya ke
mulutnya
Individualisasi: Ardi 1. Mengulas Bagan Resep
1. Menggunakan kosakata bagan Milk shake
dalam konteks sebelum
2. Memperhatikan + aktifitas Campurkan dalam blender:
merespon permintaan 2. Mendorong
teman teman sebagai
3. Meminta bahan dari teman untuk
4. Berkomentar pada melontarkan ½ gelas susu

kegiatan permintaan
5. Mulai membaca 3. Mencontohkan
komentar 2 sekop es krem vanilla

Individualisasi:
Jerry, lisa+ mari
Kegaitan kellompok

1 pisang yang diiris- iris

3 buah es batu
Individualisasi:

Individualisasi:

F. ASSESMEN ABK (Kesulitan Membaca, menulis, dan berhitung)


Dalam melakukan asessmen harus mengikuti jenis kebutuhan
masing- masing anak. Dalam pendidikan digunakan istilah evaluasi untuk
mengetahui kemajuan dan layanan lanjutan apa yang dibutuhkan dalam
membantu perkembangan anak selanjutnya sesuai kebutuhan yang
diperlukan.Beberapa assesmen yang dilakukan seperti berikut; 70
1. Assesmen kesulitan membaca
a. Kesalahan mengindentifikasi kaitan bunyi huruf
b. Kebiaasaan arah membaca yang salah. disebabkan kelainan
persepsi. misalnya membaca huruf latin dari kiri ke kanan
namun anak mealkukan sebaliknya.
c. Kelemahan kemampuan pemahaman dan memahami
makna. misalnya anak membaca “ Rudi makan nasi”, akan
tetapi anak tidak mengerti maksudnya.
d. Ketidakmampuan menyesuaikan jenis bacaan, misalnya
puisi, cerita pendek.
e. Kelemahan dalam kecepatan membaca
2. Tehnik atau metode dapat dilakukan dengan:
a. observasi,
b. Daftar check list
c. Daftar kata bergradasi (pengenalan kata)
d. Inventori membaca informal(membaca cerita pendek, lalu
menjawab pertanyaan- pertanyaan yang ada dalam cerita)
70
Munawir Yusuf, M.Psi., dkk, Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus. (Solo: PT.
Tiga Serangkai, 2003). h. 106- 150
e. Prosedur Close, memberkan gambaran tingkat kesulitan
atau kemudahan bacaan umtuk anak. guru memilih
kurang lebih cerita 250 kata. aklimat pertama dan terakhir
dibiarkan utuh. mulai kalimat kedua, kata ketujuh
dihilangakan atau penghilangan kata disesuaikan dngan
tingkat kebutuhan anak.

Contoh: Seekor burung gagak bertengger di ranting.


diparuhnya ada sekerat daging. Baunya-------1-------sekali.
f. Tes sesuai kurikulum , dan indicator yang sesuai untuk
anak.
3. Assesmen kesulitan menulis

Adalah anak yang antara lain mengamati kesulitan sebagai berikut:


a. Terlalu lambat dalam menulis
b. Salah arah dalam menulis huruf, misalnya menulis n dari arah
bawah kanan
c. Terlalu miring
d. Jarak antar huruf tidak konsisten
e. tulisan kotor
f. Tidak tepat dalam mengikuti garis lurus
g. Bentuk huruf atau angka tidak jelas
h. Tekanan pensil tidak tepat, misalnya terallu tebal/ tipis
i. Ukuran tulisan terlalu tebal/ tipis
j. Bentuk terbalik (Seperti cermin)
Beberapa jenis kesalahhan yang sering dilakukan oleh anak di
kelas rendah adalah lingkaran kurang tertutp pada huruf seperti a, d, g, b;
dua garis terlalu melekat pada huruf e sehingga seperti c; bentuk angka 5
seperti 3, angka 6 seperti 7, 9 seperti 4.
Assesmen yang paling praktis yaitu dengan menganalisis tulisan
anak.dibutuhkan tiga tulisan yaitu; 1. Tulisan normal, hasil tulisan dimana
anak dalam kondisi normal atau tidak lelah. 2. tulisan terbaik dan 3. tulisan
tercepat.
Tehnik assesmen yang dilakukan dengan metode observasi
tentang:
a. Apakah anak memegang pensil dengan luwes, dan enak?
b. Apakah posisi kertas sudah benar?
c. Apakah posisi duduk sudah beanr, termasuk ajarak anatara
kertas dan mata?
d. Apakah anak tampak tegang, frustasi atau emosional dalam
menulis?
e. Apakah anak menunjukan sikap negative, bosan, atau
terganggu pada saaat menulis?

Pada pengajaran menulis huruf- huruf yang terdiri dari garis- garis
lurus, vertical atau horizontal (E,F,H,L,I) harus diajarkan terlebih dahulu
karena lebih mudah. Huruf yang (b,P,h, f)pada umumnya diajarkan
selanjutnya karean agak susuah dan memerlukan bimbingan khusus.
4. Assesmen kesulitan Berhitung

Menurut Lerner karakteristik anak kesulitan belajar menghitung (1998),


sebagai berikut:
a. Kesulitan memahami konsep hubungan keruangan
b. Kesulitan memahami konsep waktu
c. Kesulitan memahami konsep kuantitas
d. Kesulitan memahami relasi antarnilai dalam matematik
e. Mengalami gangguan persepsi visual
f. Kesulitan mengasosiasi visual- motor
g. Perserevasi
h. Kesulitan dalam meamhami symbol
i. Memiliki gangguan penghayatan tubuh
j. Kesulitan dalam berbahasa dan membaca
k. Memiliki skor PIQ (Performance Intelegence Quotien) yang jauh
lebih rendah dari skor VIQ (Verbal Intelegence Quotien)

Assesmen dilakukan dengan cara Formal tapi memerlukan biaya yang


mahal, dan Informal.
Metode informal:
1) Inventori
Penjumlahan
3
5+
……
Pengurangan
8
3 +
…….
2) Tes Penempatan
Menghitung dari 1, sampai sejauh yang dapat
dilakukan anak, Hentikan anak jika mampu
sampai 20. Jika anak melakukan kesalahan
berikan kesempatan lagi.
3) Menghitung garis
Lihat garis ini, hitunglah dan sebutkan
jumlahnya:

B
Catatan: Jika anak menghitung garis secara benar, tulis +
Jika anak menghitung tidak benar hanya beberapa baris, tulis jumlah garis
yang dapat dihitung dengan benar.

Keterampilan symbol, dengan mengidentifikasi angka:


Tunjukan angka di bawah ini dan tanyakan angka berapa ini
4, 2, 6, 7, 8,5, 9, 10
Menulis angka: 2, 6, 7,3, 8,5, 9, 10 (anak diminta menulis angka satu
persatu).

4) Pengenalan konsep:

Tiga 3

Dapat juga dilakukan assesmen berdasarkan


kurikulum sesuai indicator yang hendak dicapai
dan tahapan usia anak.

5. Skrinning gangguan perilaku anak usia 4- 6 tahun


Berdasarkan bahan formulir dari Departemen Ilmu
Kesehatan Anak FKUI- RSCM, Divisi tumbuh kembang –
Pediatri Sosial, dapat dijadikan acuan untuk mengasses
gangguan perilaku dan sosial anak, yaitu: 71

PEDIATRICK SYMPTOMS CHECKLIST 17 ITEMS (PSC- 17)


Subskala Perilaku Tidak Kadang- Sering
pernah kadang

Internalisasi
1. Merasa sedih, tidak bahagia
2. Mudah putus asa
3. Cemas, kwatir
4. Menyalahkan diri sendiri
5. Tampak tidak bahagia
Nilai Internalisas:

Eksternalisasi

71
Bahan ajar, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI- RSCM
1. Berkelahi dengan anak lain
2. Tidak memperhatikan aturan
3. Tidak mengerti perasaan
anak lain
4. Menyalahkan oranglain atas
kesalahan sendiri
5. Menolak berbagi
6. Mengambil barang milik
oranglain
Nilai eksternalisasi:
Perhatian

1. Gelisah, tidak bisa duduk


diam
2. Banyak melamun
3. Mudah beralih perhatian
4. Sulit berkonsentrasi
5. Bergerak seperti dikendalikan
mesin
Nilai Perhatian:
Nilai Total

Interprestasi:
1. Tidak pernah = nilai 0, kadang- kadang = nilai 1,
sering = nilai 2
2. Positif (mungkin ada gangguan perilaku) jika salah
satu subskala perilaku nilainya:
 Internalisasi: nilai = 5 atau lebih
 Ekternalisasi: nilai = 7 atau lebih
 Perhatian: nilai = 7 atau lebih
3. Positif jika nilai total 3 subskala = 15 atau lebih
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Anak yang berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki


perbedaan dengan anak-anak secara umum seusianya, artinya
anak-anak tersebut memiliki kelbihan atau kelmahan diatas anak
rata-rata sehingga memerlukan pelayanan khusus.
2. Faktor-faktor penyebab anak berkebutuhan khusus dapat
disebabkan oleh faktor selama prenatal, seperti gangguan
genetika, abnormalitas kromosom, infeksi kehamilan oleh parasit
protozoa pada hewan seperti kucing, dan tikus, usia kehamilan ibu
yang kurang dari 20 tahun dan lebih dari 30 tahun, keracunan saat
hamil, aborsi, kelahiran dan klahiran prematur, selanjutnya faktor
kelahiran seperti, kekurangan oksigen pada bayi saat dilahirkan,
kelahiran menggunakan alat bantu, dan kehamilan terlalu lama
melebihi 40 minggu, serta faktor perinatal seperti penyakit infeksi
bakteri/virus, kekurangan gizi, kecelakaan, dan keracunan.
3. Jenis-jenis anak berkebutuhan khusus, ada yang termasuk dalam
golongan disabilitas dan adapula yang termasuk dalam golongan
unggul, keduanya disebut dengan exceptional children atau
anakberkebutuhan khusus. Jenis-jenis anak berkebutuhan khusus
itu diantaranya adalah: tunanetra, tunarungu, anak dengan
gangguan fisik seperti cerebral palsy, dan polio, retardasi mental
(tunagrahita), anak dengan gangguan komunikasi, gangguan
belajar, gangguan emosi, autis, ADHD dan abak berbakat (gifted
and talented)
4. intervensi dini yang dilakukan untuk anak berkebutuhankhusus
bertujuan untuk meminimalisir problem perkembangan pada anak
melaului campur tangan lingkungan sedini mungkin seperti: konsep
orientasi dan mobilitas bagi tunanetra, pemahaman gerak bibir bagi
tuna rungu, penggunaan alat taransportasi khusus bagi anak
gangguan fisik dan terapi fisik melalui kegiatan yang melibatkan
aktivitas motorik, pelatihan keterampilan hidup bagi anak
tungrahita, terapi dan modifikasi perilaku bagi anak autis, ADHD
dan tuna laras, dan akselerasi serta pengayaan bagi anak berbakat
5. Bentuk layanan program pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus dikembangkan oleh sebuah hukum federal bernama IDEA
(Individual With Disablities Education Act) yang menerapkan
aturan bagi layanan proggram-program pendidikan khusus seperti:
tidak adanya penolakan, penilaian tanpda diskriminasi, penilaian
multidisipliner, pendidikan yang tepat, penempatan lingkungan
yang tidak terlalu ketat, proses yang menjadi hak dan partisipasi
siswa dan orang tua

B. Saran
Lingkungan sekitar anak seperti, orang tua, pengasuh, guru
maupun keluarga sebaiknya peka terhadap pola perkembangan anak,
agar dapat memahami jika terjadi hambatan atau kelainan dalam
perkembangan atau insiden yang terjadi pada anak dan mengetahui
apakah anak termasuk dalam golongan anak berkebutuhan khusus,
sehingga lingkungan dapat memberikan intervensi sedini mungkin untuk
mencegah, maupun meminimalisir hambatan maupun problem
perkembangan yang terjadi serta bisa memberikan pelayann khususu jika
diperlukan dengan memasukkan anak pada layanan pendidikan yang
mempunyai program yang tepat bagi anak berkebutuhan tersebut

DAFTAR PUSTAKA

Baihaqi Mif. dan M. Sugiarmin. Memahami dan membantu anak ADHD.


Bandung:PT Reflika Aditama. 2010
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI- RSCM. Bahan
ajar.Jakarta :FKUI – RSCM. 2014
Hildayani Rini dkk, Psikologi Perkembangan Peserta Didik,
(Jakarta:Universitas Terbuka, 2009

Kartono Kartini. Kamus Lengkap Psikologi J.P Chaplin. Jakarta:PT


RajaGrafindo Persada, 2011

Latif Mukhtar dkk, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini : Teori dan
Aplikasi. Jakarta:Kencana Prenada Media Group. 2013

Le Fanu James. Deteksi Dini Masalah-Masalah Psikologi Anak .


Yogyakarta: Think, 2007
Morrison George S., Dasar- Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
(Jakarta:Kencana Prenada Media Group. 2013
Nevid Jeffrey S. Dkk. Psikologi abnormal. Jakarta: Erlangga. 2003
Roopnatine Jaipul L., James E. Johnson. Pendidikan Anak Usia Dini
Dalam Berbagai Pendekatan. Jakarta: Kencana,2011.

Santrock , John W., Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua, Jakarta: Kencana,


2011

Smith David J. Kebijakan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Berkebutuhan


Khusus Jakarta : Dir. Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Dir.Jend
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas.2008

Supena Asep, Bahan ajar Asesmen dan Intervensi: Early Intervention,


(Jakarta: PPS UNJ. 2014

Yamin Martinis dan Jamilah Sabri Sanan, Panduan PAUD


(Jakarta:Referensi Gaung Persada Group. 2012

Yusuf Munawir, dkk. Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Solo:


PT. Tiga Serangkai. 2003

Shinta Alfani, Defenisi Anak Berkebutuhan Khusus,
http://pendidikanabk.blogspot.com/2011/10/definisi-anak-
berkebutuhan-khusus.html,, diakses 12 Mei 2014
Dudi Gunawan. Pembelajaran Individual
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/1962112
11984031-DUDI_GUNAWAN/Pembelajaran_Individual.pdf . diakses:
6 Mei 2014

Anda mungkin juga menyukai