PENDHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan manusia merupakan perubahan yang progresif dan
berlangsung terus menerus atau berkelanjutan. Keberhasilan dalam
mencapai suatu tahap perkembangan akan sangat menentukan keberhasilan
dalam tahap perkembangan berikutnya. Sedangkan, apabila ditemukan
adanya satu proses perkembangan yang terhambat, terganggu, atau bahkan
terpenggal, dan kemudian dibiarkan maka untuk selanjutnya sulit mencapai
perkembangan yang optimal.
Pengembangan manusia yang utuh dimulai sejak anak dalam
kandungan dan memasuki masa keemasan. Masa keemasan ini ditandai
dengan berkembangnya jumlah dan fungsi sel-sel saraf otak anak. Pada
masa keemasan seorang anak terjadi transformasi yang luar biasa pada otak
dan fisik, tetapi sekaligus masa rapuh. 1 Oleh karenanya tidak setiap anak
mengalami perkembangan normal. Kurang lebih 11% anak dari usia 6
sampai tujuh belas tahun di AS mendapatkan pendidikan dan pelayanan
khusus.2 Hal ini menunjukkan banyak di antara mereka yang dalam
perkembangannya mengalami hambatan, gangguan, kelambatan, atau
memiliki faktor-faktor resiko sehingga untuk mencapai perkembangan optimal
diperlukan penanganan atau intervensi khusus. Kelompok inilah yang
kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus.
Uraian di atas, mengisyaratkan bahwa secara konseptual anak
berkebutuhan khusus (children with special needs) memiliki makna dan
spektrum yang lebih luas dibandingkan dengan konsep anak luar biasa,
cacat, atau berkelainan (exceptional children). Anak berkebutuhan khusus
tidak hanya mencakup anak yang memiliki kebutuhan khusus yang bersifat
permanen akibat dari kecacatan tertentu (anak penyandang cacat), tetapi
1
Mukhtar Latif dkk, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini : Teori dan Aplikasi,
(Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2013),h. 279
2
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 220
juga anak berkebutuhan khusus yang bersifat temporer. Anak berkebutuhan
khusus temporer juga biasa disebut dengan anak dengan faktor resiko, yaitu
yaitu individu-individu yang memiliki atau dapat memiliki problem dalam
perkembangannya yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan belajar
selanjutnya, atau memiliki kerawanan atau kerentanan atau resiko tinggi
terhadap munculnya hambatan atau gangguan dalam belajar atau
perkembangan selanjutnya.
Oleh sebab itu orang tua, guru, pengasuh dan orang sekitar sebagai
lingkungan yang peka terhadap perkembangan dan hambatan
perkembangan anak sebaiknya dapat mengenali, mendeteksi perkembangan
anak sedini mungkin agar mendapatkan intervensi yang sesuai, sebab
dipercayai bahwa anak berkebutuhan khusus yang bersifat temporer apabila
tidak mendapatkan intervensi secara tepat sesuai kebutuhan khususnya,
dapat berkembang menjadi permanen.
B. TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan
kepada pembaca tentang hakikat anak berkebutuhan khusus secara
komprehensif. untuk lebih spesifiknya sebagai berikut:
1. Memahami hakekat anak berkebutuhan khusus
2. Memahami faktor-fktor penyebab anak berkebutuhan khusus
3. Mengidentifikasi jenis-jenis anak berkebutuhan khusus
4. Mengidentifikasi bentuk-bentuk intervensi dini yang dilakukan untuk
anak berkebutuhankhusus
5. Memahami bentuk layanan program pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus
BAB II
PEMBAHASAN
13
Asep Supena, Bahan Ajar Asesmen dan Intervensi, (Jakarta:PPS UNJ, 2014), h.12
karena adanya permasalahan pada struktur atau fungsi mata. 14
14
Loc.cit.
15
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Op.cit., h. 221
16
Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Sanan, Op.cit.,h. 161
Gambar 1. Anak buta total menggunakan tongkat kayu putih khusus
tunanetra
2. Gangguan Pendengaran (Tuna Rungu/Hearing Impairment)
Tunarungu adalah mereka yang mengalami kehilangan kemampuan
pendengaran secara signifikan (sedemikian rupa), sehingga mengakibatkan
gangguan/hambatan dalam komunikasi dan bahasa, sehingga walaupun
telah diberikan alat bantu mendengar (hearing aid), mereka tetap
memerlukan pelayanan pendidikan khusus. 17 Kehilangan kemampuan
pendengaran terbagi adalam dua kategori yaitu ketulian dan kesulitan
mendengar. Ketulian adalah kehilangan kemampuan pendengaran yang
sifatnya sangat berat, kondisi ini mempengaruhi unjuk hasil belajar
sedangkan kesulitan mendengar adalah ketidakmampuan mendengar yang
sifatnya berat, tetapi belum termasuk kategori tuli. 18
17
Asep Supena, Op.cit., h.18
18
Ibid., h. 159
dan sesudah lahir, cacar air, luka di kepala, terpajanoleh suara keras yang
berulang kali.19 Karakteristik anak yang mengalami ketulian atau kesulitan
mendengar adalah20:
1) Kesulitan dalam berkomunikasi
2) Secara kogniif, tidak terlalu banyak berbeda dengan anak normal
3) Secara akademik, memerlukan dukungan lingkungan sekitar dalam
perkembangan bahasa
4) Terbatas dalam berinteraksi
Gangguan pendengaran merupakan gangguan yang menghambat
proses informasi bahasa melalui pendengaran, dengan maupun tanpa alat
pengeras, bersifat permanen maupun sementara, yang mengganggu
proses pembelajaran anak.
19
Loc.cit.
20
Loc.cit.
21
John W. Santrock, Op.cit h. 223
anak-anak. Penyebab umum dari cerebral palsy adalah kekurangan
oksigen saat kelahiran.
b) Gangguan kejang-kejang. Jenis gangguan kejang-kejang yang paling
kerap dijumpai adalah epilepi, gangguan saraf yang biasanya
ditandai dengan serangan terhadap sensorimotor atau kejang-kejang.
Anak yang mengalami epilepsi biasanya dirawat dengan obat anti
kejang, yang biasanya efektif dalam mengurangi gejala tapi tidak
menghilangkan penyakitnya.
c) Polio Adalah kelainan fisik akibat virus polio saat dalam kandungan,
dan atau setelah kelahiran. Akibat terkena virus tersebut seseorang
akan mengalami gangguan perkembangan anggota tubuh, yang
selanjutnya akan berdampak pada kelainan anggota tubuh, tangan
dan atau kaki. 22
22
Asep Supena. Op.cit.,h.58
23
Martinis Yamin dan Jamila Sabri Sanan, Op.cit.,hh 164-166
2) Sacara perilaku, anak dapat terganggu apabila gangguan yang
dimilikinya itu menghambat gerakan, interaksi dengan orang lain,
sehingga anak perlu mendapatkan keterampilan untuk
mengkomunikasikan apa yang diinginkan dan diperlukan
3) Secara emosional, pada umumnya anak dengan gangguan fisik ini
akan memiliki konsep diri yang rendah.
4) Secara sosial, anak dengan gangguan fisik sangat memerlukan
bantuan orang lain untuk dapat berinteraksi dengan teman
sebayanya.
5) Secara fisik dan medis , anak dengan gangguan akan memiliki
kondisi fisik yang berbeda dengan anak secara umum yang
memerlukan perhatian.
24
John W. Santrock, Op.cit.,h.224
25
Jeffrey S. Nevid dkk, Psikologi abnormal, (Jakarta: Erlangga, 2003), h. 149
Faktor genetik mencakup down syndrome, dan Fragile X Syndrome sebagai
bentuk yang paling umum.
1) Down Syndrome, merpakan kondisi yang disebabkan adanya
kelebihan kromosom pada psangan ke-21 yang menyebabkan jumlah
kromosom menjadi 47, bukan 46 seperti pada individu normal. Kondisi
ini biasanya terjadi bila pasangan kromosom ke-21 pada sel telur atau
sel sperma gagal membelah secara normal sehingga mengakibatkan
ekstra kromosom. Abnormalitas kromosom akan lebih sering terjadi
seiring dengan bertambahnya usia orang tua. Anak dengan sindrom
down dapat dikenali berdasarkan ciri-ciri fisik tertentu seperti, wajah
bulat, lebar, hidung datar, dan adanya lipatan kecil yang mengarah ke
bawah pada kulit di bagian ujung mata yang memberikan kesan mata
sipit, lidah yang menonjol, tangan yang kecil dan berbentuk segi empat
dengan jari-jari pendek dan ukuran kaki yang kecil serta tidak
proporsional dibandingkan keseluruhan tubuh. 26
2) Fragile X Syndrome adalah tipe kedua yang paling lazim dari retardasi
mental. Sindrom ini diwariskan secara genetik melalui kromosom X
yang tidak normal yang menyebabkan retardasi ringan sampai berat.
Pada umumnya pria termasuk pada kategori berat dibandingkan
wanita, sebab wanita dengan kromosom XX masih memiliki cadangan
kromosom X lainnya jika salah satu kromosom X rusak. Ciri-ciri
penderita sindrom fragile X adalah wajahnya memanjang, rahang
26
Ibid.,hh 149-150
menonjol, telinga panjang, hidung pesek dan koordinasi tubuh yang
buruk27
27
John W. Santrock, Op.cit., h. 226
28
Ibid., 227
29
Jeffrey S. Nevid dkk, Op.cit., h. 152
30
Asep Supena. Op.cit.,h. 51
Retardasi mempunyai tingkatannya berdasarkan perkiraan rentang
IQnya yaitu:31
a) Retardasi mental ringan atau mild (rentang IQ antara 55-70)
b) Retardasi mental sedang atau moderat (rentang IQ 40-54)
c) Retardasi mental berat atau severe (rentang IQ 25-39)
d) Retardasi mental parah atau profound (rentang IQ <25)
31
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Op.cit.,h. 225
32
Ibid., h. 228
anak karena gagap biasanya membuat kondisi anak tambah parah
3) Gangguan bahasa adalah gangguan kerusakan signifikan dalam
bahasa reseptif atau bahasa ekspresif anak. Gangguan bahasa ini
dapat menyebabkan problema belajar serius yang mencakup:
kesulitan menyusun pertanyaan untuk memperoleh informasi yang
diharapkan, kesulitan memahami dan mengikuti perintah secara
lisan, kesulitan mengikuti percakapan, terutama ketika percakapan itu
berlangsung cepat dan kompleks. Perawatan ahli terapi bahasa
biasanya bisa memperbaiki gangguan bahasa.
7. Autis
Kata Autisme berasal dari bahasa Yunani, “autos” yang berarti self,
Istlah ini digunakan pertama kali oleh psikiater Swiss Eugen Bleuler tahun
1906 yang merujuk pada gaya berpikir yang aneh. 41 Autis merupakan
gangguan perkembangan pervasif yang ditandai dengan kegagalan untuk
berhubungan dengan orang lain, terbatasnya kemampuan bahasa, perilaku
motorik yang terganggu, gangguan intelektual, dan tidak menyukai
perubahan dalam lingkungan.
Autisme ini adalah suatu gangguan masa kanak-kanak yang paling
berat, ditandai dengan defisit pervasif pada kemampuan berhbungan dan
berkomunikasi dengan orang lain, dan dengan rentang minat dan aktiv itas
yang terbatas. Anak-anak dengan gangguan autistik kurang memiliki
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain dan terlihat hidup di
40
Loc.cit.
41
Ibid., h. 145
dunianya sendiri.
Karakteristik Autis berdasar pada gangguan perkembangan, hal ini
dikarenakan autis merupakan gangguan yang sangat kompleks, baik dari
perilaku, komunikasi juga Sosial emosionalnya. Berikut karakteristik anak
autis42
1) Gangguan dalam penggunaan perilaku non-
verbal seperti tatap-mata, ekspresi wajah, postur tubuh, & isyarat
untuk keperluan interaksi sosial.
2) Kegagalan membentuk hubungan pertemanan sesuai tahap usia
perkembangan.
3) Tidak adanya spontanitas dalam berbagi minat, kegembiraan, atau
prestasi dengan orang lain (misal: membawa, memperlihatkan /
memamerkan benda yang ia sukai).
4) Keterlambatan / tidak terjadinya, perkembangan bahasa wicara (tidak
disertai usaha untuk kompensasi melalui media komunikasi lain
seperti isyarat/ mimik/bahasa tubuh).
5) Bila dapat berbicara, ada gangguan dalam mengawali /
mempertahankan percakapan.
6) Penggunaan bahasa yang khas, stereotipi, berulang-ulang atau
idiosyncratic (=aneh).
7) Tidak adanya kemampuan spontan/ bervariasi untuk bermain pura-
pura atau bermain meniru lingkungan sosial sesuai usia
perkembangan.
8) Terpaku secara berlebihan pada satu atau lebih pola minat yang
terbatas dan khas.
9) Mengikuti rutinitas atau ritual yang spesifik dan tidak fungsional
secara kaku.
10) Pola perilaku stereotipi dan berulang (misal mengepakkan tangan,
memilin jari, atau gerakan motor lain yang lebih rumit).
42
Asep Supena,Op.cit. hh 83-85
11) Tidak adanya hubungan sosial emosional yang timbal balik
43
Ibid.,h.147
44
Ibid., h.160
gangguan hiperaktif.45
Tanda-tanda ADHD dapat muncul sejak usia prasekolah. Orang tua
dan guru prasekolah, taman kanak-kanak mungkin mengetahui bahwa ada
anak yang sangat aktif dan konsentrasinya kurang. Banyak anak dengan
ADHD sulit diatur, kurang toleransi terhadap rasa frustasi, dan punya
masalah dalam berhubungan dengan teman sebaya
Gejala-gejala rentang perhatian yang kurang meliputi 46
1) Gerakan yang kacau
2) Cepat lupa
3) Mudah bingung
4) Kesulitan dalam mencurahkan terhadap tugas-tugasatau
kegiatan bermain
Sedangkan, gejala-gejala impulsivitas dan perilaku hiperaktif meliputi
1) Emosi gelisah
2) Mengalami kesulitan bermain dengan tenang
3) Mengganggu anak lain, dan
4) Selalu bergerak
Sebab utama ADHD masih belum ditemukan , Ilmuwan belum
mampu mengidentifikasi sumber penyebab di otak , akan tetapi beberapa
pendapat menyatakan penyebabnya adalah rendanya level neutransmiter
(pesan kimiawi dalam otak), abnormalitas prenatal seperti konsumsi rokok
saat hamil yang menyebabkan kerusakan di otak, fakor genetis dan faktor-
faktor ingkungan lainnya: seperti tingginya konflik dalam keluarga, buruknya
pengasuhan orang tua dalam menangani gangguan perilaku anak. Selain
ADHD terdapat gangguan perilaku lainnya seperti gangguan sikap
menentang (OD) dan gangguan tingkah laku bermasalah, faktor penyebab
keduanya didaarkan pada masalah sosial seperti konflik orang tua dan anak
yang tidak terselesaikan, kegagalan daam pengasuhan dan kontrol orang ta
45
Mif.Baihaqi dan M. Sugiarmin, Memahami dan membantu anak ADHD,
(Bandung:PT Reflika Aditama, 2010),h. 3
46
Ibid.,h.3
yang terlalu ketat, hal ini diekspresikan anak e dalam sikap temperamen dan
perilaku anti sosial yang melanggara norma-norma sosial dan hak orang lain.
9. Tunalaras
Defenisi tunalaras atau emotionally handicaped atau behavior disorder
merujuk pada defenisi yang dikemukakan oleh Bower yang menyatakan
bahwa anak dengan hambatan emosional atau kelainan perilaku, apabila ia
menunjukkan adanya satu atau lebih dari komponen berikut 47:
1. Tidak mampu belajar bukan karena disebabkan faktor intelektual
dan kesehatan
2. Tidak mampu untuk melakukan hubungan baik dengan teman-
teman dan guru
3. Bertingkah laku atau berperasaan tidak pada tempatnya
4. Secara umum, selalu dalam keadaan pervasif dan tidak
menggembirakan atau depresi
5. Bertendensi ke arah simtom fisik, seperti: merasa sakit atau
ketakutan berkaitan dengan orang atau permasalahan di sekolah
47
Mukhtar Latif dkk, Op.cit., hh. 290-291
10. Anak Berbakat (Gifted & Talented)
Clark mendefenisikan anak gifted & talented ialah mereka yang oleh
orang-orang profesional diidentifikasi sebagai anak yang mampu mencapai
prestasi tinggi karena memiliki kemampuan-kemampuan unggul. Anak
tersebut memerlukan program pendidikan yang berdiferensiasi dan/atau
layanan di luar jangkauan program reguler, agar dapat merealisasikan
sumbangannya terhadap diri sendiri maupun masyarakat. 48 Pendapat Clark
senada dengan defenisi anak berbakat menurut IDEA (Individu with
disabilities Education Act) anak berbakat adalah anak yang melebihi
kemmapuan orang lain pad a umumnya dan menunjukkan hasil kerja yang
tinggi.
Individu yang tergolong gifted & talented ialah yang menampilkan,
atau yang menjanjikan harapan untuk menampilkan, inteligensi taraf tinggi.
Karena kemajuan dan kecepatan perkembangan tersebut, individu
memerlukan layanan atau aktivitas khusus yang disediakan oleh sekolah
agar kemampuannya berkembang lebih penuh. Sedangkan Karakterisitik
yang dimiliki oleh anak berbakat adalah49 :
48
Asep Supena, Op.cit.,h. 90
49
Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Sanan, Op.cit., h.176
perfeksonis dan kepekaan terhadap rasa keadilan, selalu terlihat
bersemangat, memiliki komitmen yang tinggi dan peka terhadap seni
50
Asep Supena, Bahan ajar Asesmen dan Intervensi: Early Intervention, (Jakarta:
PPS UNJ, 2014), h. 2
akan lebih baik disuruh duduk di bangku paling depan di kelas 51 Aktivitas
tunanetra dibantu dengan pelajaran mengenai orientasi dan mobilitas, antara
lain mempelajari cara mengetahui tempat dan arah serta menggunakan
tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari aluminium). 52
51
John W. Santrock, Op.cit., h. 221
52
Mukhtar Latif dkk, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini:Teori dan Aplikasi,
(Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2013), h. 290
53
John W. Santrock, Op.cit.,h. 222
3. Gangguan Fisik Motorik (Tunadaksa/Physical and health
disability)
Banyak anak yang mengalami gangguan fisik ini membutuhkan
pendidikan khusus dan pelayanan khusus, seperti transportasi, terapi fisik,
pelayanan kesehatan sekolah dan pelayanan psikologi khusus. 54
Gambar 11. Penggunaan alat bantu dan terapi fisik pada anak CP
54
Ibid., h. 223
pelayanan residensial yang ada di komunitas, konseling psikologis,
pendekatan perilaku yang lebih terstruktur seperti: mengajarkan perilaku
kesehatan dasar seperti, menggsosok gigi, memakai pakaian, menyisir
rambut, dan penanganan perilaku lainnya mencakup keterampilan sosial
yang memfokuskan pada peningkatan kemampuan individu untuk
berhubungan secara efektif dengan orang lain, dan pelatihan pengelolaan
amarah untuk membantu individu mengembangkan cara-cara yang lebih
efektifdalam mengatasi konflik tanpa bertindak agresif. 55
55
Jeffrey S. Nevid dkk, Op.cit., hh. 153-154
56
Staff UNY, Op.cit
6. Gangguan Belajar (Learning Disability)
Intervensi-intervensi untuk gangguan belajar umumnya
menggunakan perspektf berikut:57
a) Model Psikoedukasi, pendekatan psikoedukasi menekankan pada
kekuatan-kekuatan dan prefernsi-prefernsi anak daripada usaha
untuk mengoreksi defisiensi yang diduga mendasarinya. Misalnya
anak yang menyimpan informasi auditori lebih baik dibanding visual
di ajar secara verbal.
b) Model behavioral, mengasumsikan bhwa belajar akademik dibangun
diatas hierarki keterampilan-keterampilan dasar, atau perilaku yang
memampukan. Misalnya: untuk dapat membaca secara efektif,
seseorang harus belajar mengenali huruf-huruf, menghubungkan
suara dengan huruf, kemudian mengombinasikan huruf-huruf dan
suara-suara menjadi kata-kata
c) Model medis, model ini mengasumsikan bahwa gangguan belajar
merupakan simtom-simtom dari defisiensi dalam pengolahan kognitif
yang memiliki dasar biologis. Penanganan harus diarahkan pada
patologi yang mendasarinya dan bukan pada ketidakmampuan
belajar
d) Model neuropsikologis, pendekatan ini berasal dari model
psikoedukasi dan medis. Diasumsikan bahwa gangguan belajar
merefleksikan defisit dalam pengolahan informasi yang memiliki
dasar biologis.
e) Model Linguistik. Model ini mengajarkan keterampilan bahasa secara
57
Jeffrey S. Nevid, Op.cit., hh. 157-158
bertahap, membantu murid-murid menangkap struktur dan
menggunakan kata-kata
f) Model kognitif. Dalam perspektof ini anak-anak dibantu untuk belajar
dengan (1) mengenali sifat dari tugas belajar, (2) menerapkan
strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif untuk
menyelesaikan tugas-tugas dan (3)memontor kesuksesan strategi-
strategi mereka
7. Autis
Penelitian selama 30 tahun mendukung pentingnya program
penanganan perilaku yang intensif, yang menerapkan prinsip-prinsip belajar
untuk mengurangi perilaku yang mengganggu dan meningkatkan
keterampilan belajar serta komunikasi pada anak autistik. Karena anak
autistik menunjukkan defisit perilaku, fokus utama dari modifikasi perilaku
adalah pengembangan perilaku baru. 58
Terapis perilaku menggunakan
reinforcer (penguat) untuk meningkatkan perilaku yang sosial adaptif seperti
memperhatikan terapis dan berrmain dengan anak-anak lain. Terapis perilaku
juga dapat menggunakan hukuman untuk menghilangkan perilaku menyakiti
diri sendiri. Modifikasi perilaku ini juga digunakan Loovas di UCLA untuk
menangani anak-anak autis59
8. ADHD
Studi baru-baru ini menunjukkan bahwa menggabungkan pengobatan
dengan stimulan dan modifikasi perilaku berhasil memperbaiki prestasi
akademik pada remaja dengan ADHD, termasuk prestasi pada kuis dan
tugas-tugas harian.60
58
Ibid.,h. 148
59
Mukhtar Latif dkk, Op.cit.,h. 304
60
Ibid.,h. 163
Dalam bidang pendidikan ada Cara lain yang bisa dilakukan untuk mengatasi
masalah ADHD pada saat proses pembelajaran berlangsung diantaranya
dengan:61
1) Menghadapi tingkatan kegiatan, berupa strategi khusus dalam
mengendalikan tubuh dan pikiran anak ADHD, dengan melakukan
sedikit permainan seperti: permainan menjadi patung, tangkap saya,
dan petak umpet. Cara ini membantu memfokuskan anak dan
membantu anak mengendalikan gerakan tubuh
2) Meningkatkan rentang perhatian, melalui kegiatan bermain yang
menggunakan visual berbentuk rekaman, guru dan pengawas
melakukan insiden kecil dengan tidak memperhatikan rekaman,
dengan begitu anak akan menyelidiki hal yang terjadi, sehingga guru
dan pengawas mendapat kesempatan untuk bertanya mengenai
kegiatan yang sedang berlangsung
9. Tunalaras
Terapi kognitif behavioral biasanya melibatkan keterampilan sosial (misalnya
belajar bagaimana memulai percakapan atau berteman untuk meningkatkan
kemampuan reinforcement sosial. Terapi ini juga biasanya mencakup
pelatihan dalam keterampilan pemecahan masalah dan cara-cara untuk
meningkatkan frekuensi dari aktivitas yang menyenangkan serta mengubah
gaya berpikir depresi, disamping itu terapi keluarga dapat bermanfaat dalam
membantu keluarga memecahkan konlik-konflik dan mengatur kembali
hubungan mereka sehingga anggota keluarga dapat menjadi lebih suportif
satu sama lain.62
61
Mif Baihaqi dan M. Sugiarmin, Op.cit., hh. 78-79
62
Ibid.,h. 171
Untuk mengetahui keberbakatan seorang anak maka ia harus mengikuti
serangkaian asesmen yang dilakukan oleh psikolog dan apabila anak
tersebut tersebut memang dikategorikan sebagai anak berbakat maka ia
harus memperoleh pendidikan yang sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya agar dapat berkembang dengan optimal 63
1) Kelas khusus
2) Akselerasi dan pengayaan di kelas reguler
3) Program mentor dan pelatihan ,untuk memotivasi, menantang dan
mendidik anakberbakat secara efektif
4) Kerja/studi dan/program pelayanan masyarakat
63
Martinis Yamin dan Jamila Sabri Sanan, Op.cit.,hh. 176-177
64
John W. Santrock , Op.cit.,h. 253
E. program layanan Pendidikan Dalam Perspektif Dan Konteks Anak
Berkebutuhan Khusus (Program Layanan, Model Layanan, Dan
Evaluasi Program)
65
George S. morrison, Dasar- Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. (Jakarta: PT.
Indeks, 2012) h.316-321
memiliki kemampuan, dan kalau mereka berkemampuan apa yang
harus ada dalam pendidikan siswa.
Catatan: Untuk setiap siswa penyandang ABK mulai umur 14 tahun (atau lebih muda jika sesuai),
Pernyataan kebutuhan akan layanan transisi siswa harus dimasukan ke dalam bagian penerapan IEP.
Pernyataan tersebut harus focus pada pel;ajaran yang diambil siswa untukmencapai tujuan
pembelajarannya.
(Pernyataan atas kebutuhan transisi siswa harus diperbarui setiap tahun)
Tingkat Performa Pendidikan Terbaru
(Meliputi deskripsi bagaimana keterbatasan mempengaruhi keikutsertaan dan kemajuan
Ketika diminta menulis namanya, Kenny bisa menulis “K”, tetapi tidak menuliskan huruf- huruf
selanjutnya.
Dalam setting bermain bebas, Kenny kesulitan memilih mainan, berganti kegiatan, dan terus
terlibat dalam kegiatan
Ketika diberiakn kesempatan, Kenny bisa menyapa orang dewasa dan teman yang dikenal serta
kontak mata secara langsung dengan mereka tapi tidak melakukan dengan konsisten
Ukuran Tujuan Tahunan (Termasuk target atau tujuan jangka pendek)
Nyatakan dengan jelas tujuan yang mendasari rencana mencapai kemajuan kebutuhan anak
maupun kebutuhan lainnya.
Diakhir tahun sekolah, Kenny akan menunjukan pemahaman atas inti cerita yang dibacakan dengan
memilah jajaran tiga gambar dengan keakuratan 90%.
Diakhir tahun ajaran, Kenny akan mengucapkan dua atau tiga frasa kata sebagai hasil akan ingatan
di lingkungan sekitar tanpa diminta dalam dalam delapan ataqu sepuluh kesempatan yang
diberikan.
Diakhit tahun ajaran, Kenny akan menyapa tiga teamn tertentu (Sarah, Adi, Nani), setidaknya tiga
kali sehari dengan kontak mata langsung dan satu atau dua kata sapaan seperti “ Hai sarah, hai adi
da hai nani”
Target Kenny
Pada akhir instruksi bulan pertama, Kenny akan menunjukan satu gambar yang mewakili tokoh
utama atau peristiwa dalam cerita yang dibacakan (dipilih dari satu gambar itu saja dengan
keakuratan 100%)
Pada akhir instruksi bulan ketiga, Kenny akan menunjuk ke agmabr yang mewakili tokoh utama atau
peristiwa dalam cerita yang dibacakan (dipilih dari satu baris yang terdiri dari dua gambar dengan
keakuratan 60%)
Pada akhir instruksi bulan kelima, Kenny akan menunjuk ke gambar yang mewakili tokoh utama
atau peristiwa dalam cerita yang dibacakan (dipilih dari satu baris dengan dua gambar yang
menunjukan keakuratan 90%)
Pada akhir instruksi bulan ketujuhh, Kenny akan menunjuk ke agmbar byang mewakili tokoh uam
dalam cerita dalam cerita yang dibacakan (dipilih dalam satu baris yang terdiri dari tiga gambar)
dengan keakuratan 70%.
Pada akhir instruksi bulan kesembilan Kennya akan menunjuk ke gambar atau tokoh yang mewakili
tokoh utama atau peristiwa dalam cerita yang dibacakan (dipilih dari satu baris, terdiri dari tiga
gambar, dengan keakuratan 90%).
Waktu Pelayanan, Modifikasi, dan akomodasi Dimulai dan Frekuensi, Durasi, serta
Lokasinya
Pelayanan dimulai segera sesudah memperoleh persetujuan dan akan terus beralnsung selama
tahun ajaran. Pendidikan khusus dan pealyanan yang berkaitan akan diberikan setiap hari
prasekolah.
Setelah mendapat persetujuan orangtua, terapi wicara/bahasa akan dilaksanakan di ruang terapi
praasekolah selama 30 menit setiap hari selama IEP dijalankan, dan akan diberikan 30 menit, 3
kali per minggu sesudahnya.
Guru pendidikan khusus anak usia dini dan guru Montessori akan mengembangkan jadwal
kunjunagan periodic mis 3 kali seminggu lalu 2 kali seminggu untuk Kenny dengan atau tanpa
orangtua ke keals Montessori selama bulan terakhir program prasekolah thn ini.
(Buat semua daftar pelayanan, peralatan, dan modifikasi khusus yang diperlukan dengan
detail)
guru pendidikan khusus dan ahli yang memimpin akan mengembangkan dan menggunakan “social
stories” untuk menjelaskan dan menggambarkan penerimaan dan keberhasilan menyapa teman.
Tiga teman keals (1 ABK, 2 anak normal) akan berperan sebagai teman pendukung untuk instruksi
ini. Personel laln akan mendukung bahkan menunjuk jika dibutuhkan.
Guru pendidikan anak ABK dan ahli yang memimpin anakn akan menggunakan “comic strip
Conversation”(roger and Miles, 2001) sebagai cara untuk memberikan feedback dan peringatan
secara nonverbal dan tersamar saat dia berinteraksi dengan teman- temannya.
Terapis bicara- bahasa dan guru pendidiakan ABK yang memimpin akan berkolaborasi,
merencanakan, dan menyampaikan training bahasa dalam pemahaman dan penggunaan
berdasarkan model training yang dikembangkan oleh Ivar Lovaas (McKEachin, smith, and Lovas,
1993).
Penjelasa perpnjangan, jika ada, dimana anak tidak berpartisipasi dalam keals pendidikan regular
(Penjelasan kurangnnya interaksi anak dengan anak alin dalam setting kelas regular)
Kenny adalah anak prasekolah terintegrasi dan berpartisipasi aktif dengan anak- anak normal
administrasi negara dan ujian di seluruh distrik atas pencapaian siswa
Modifikasi perseorangan dalam pengawasan diperlukan anak untuk mengikuti ujian Negara/
distrik
Cara mengukur kemajuan anak terhadapa tujuan tahunan
(Jaminan bahwa sisiwa b benar- banr mendapat informasi mengenai pelayanan yang tersedia
di bawah IDEA)
Gambar.Contoh Formulir IEP Prasekolah
4. Model Pelayanan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
66
Munawir, Op.cit.h. 57-61
terbatas seperti keals biasa atau kelas regular.
4. Model Inklusi.
Sejalan dengan perkembangan mainstreaming maka ada
perubahan baru dalam pendidikan ABK yaitu pendidikan inklusi. Model ini
menekankan keterpaduan penuh, menghilangkan pelabelan anak normal
dan tidak normal, dengan prinsip Education for All. Dalam model inklusi
harus ada modifikasi bahan, metode, media, dan evaluasi bagi setiap
paserta secara individual.
67
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196211211984031-
DUDI_GUNAWAN/Pembelajaran_Individual.pdf . (Diunduh: 6 Mei 2014).
5. Berbagai Pilihan Program Pelayanan Pendidikan
68
Loc. Cit.
serta anak cenderung hanya dapat berkomunikasi dengan
sesama mereka.
2. Kelas Reguler
kegiatan permintaan
5. Mulai membaca 3. Mencontohkan
komentar 2 sekop es krem vanilla
Individualisasi:
Jerry, lisa+ mari
Kegaitan kellompok
3 buah es batu
Individualisasi:
Individualisasi:
Pada pengajaran menulis huruf- huruf yang terdiri dari garis- garis
lurus, vertical atau horizontal (E,F,H,L,I) harus diajarkan terlebih dahulu
karena lebih mudah. Huruf yang (b,P,h, f)pada umumnya diajarkan
selanjutnya karean agak susuah dan memerlukan bimbingan khusus.
4. Assesmen kesulitan Berhitung
B
Catatan: Jika anak menghitung garis secara benar, tulis +
Jika anak menghitung tidak benar hanya beberapa baris, tulis jumlah garis
yang dapat dihitung dengan benar.
4) Pengenalan konsep:
Tiga 3
Internalisasi
1. Merasa sedih, tidak bahagia
2. Mudah putus asa
3. Cemas, kwatir
4. Menyalahkan diri sendiri
5. Tampak tidak bahagia
Nilai Internalisas:
Eksternalisasi
71
Bahan ajar, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI- RSCM
1. Berkelahi dengan anak lain
2. Tidak memperhatikan aturan
3. Tidak mengerti perasaan
anak lain
4. Menyalahkan oranglain atas
kesalahan sendiri
5. Menolak berbagi
6. Mengambil barang milik
oranglain
Nilai eksternalisasi:
Perhatian
Interprestasi:
1. Tidak pernah = nilai 0, kadang- kadang = nilai 1,
sering = nilai 2
2. Positif (mungkin ada gangguan perilaku) jika salah
satu subskala perilaku nilainya:
Internalisasi: nilai = 5 atau lebih
Ekternalisasi: nilai = 7 atau lebih
Perhatian: nilai = 7 atau lebih
3. Positif jika nilai total 3 subskala = 15 atau lebih
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Lingkungan sekitar anak seperti, orang tua, pengasuh, guru
maupun keluarga sebaiknya peka terhadap pola perkembangan anak,
agar dapat memahami jika terjadi hambatan atau kelainan dalam
perkembangan atau insiden yang terjadi pada anak dan mengetahui
apakah anak termasuk dalam golongan anak berkebutuhan khusus,
sehingga lingkungan dapat memberikan intervensi sedini mungkin untuk
mencegah, maupun meminimalisir hambatan maupun problem
perkembangan yang terjadi serta bisa memberikan pelayann khususu jika
diperlukan dengan memasukkan anak pada layanan pendidikan yang
mempunyai program yang tepat bagi anak berkebutuhan tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Latif Mukhtar dkk, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini : Teori dan
Aplikasi. Jakarta:Kencana Prenada Media Group. 2013
Shinta Alfani, Defenisi Anak Berkebutuhan Khusus,
http://pendidikanabk.blogspot.com/2011/10/definisi-anak-
berkebutuhan-khusus.html,, diakses 12 Mei 2014
Dudi Gunawan. Pembelajaran Individual
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/1962112
11984031-DUDI_GUNAWAN/Pembelajaran_Individual.pdf . diakses:
6 Mei 2014