KEBUTUHAN KHUSUS
Dosen Pengampu :
Kelas : 2A
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT, atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Makalah Keperawatan Anak Berkebutuhan Khusus”
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan ALLAH SWT dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam
kesempatan kali ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar -
besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kata
kesempurna baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan
baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dengan tangan terbuka menerima
masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya kami selaku penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari anak berkebutuhan khusus
2. Untuk mengetahui definisi dari masing-masing jenis anak berkebutuhan khusus
3. Untuk mengetahui etiologi pada masing-masing jenis anak berkebutuhan khusus
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala pada masing-masing jenis anak berkebutuhan
khusus
5. Untuk mengetahui patofisiologi pada masing-masing jenis anak berkebutuhan khusus
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada masing-masing jenis anak
berkebutuhan khusus
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada masing-masing jenis anak berkebutuhan
khusus
8. Untuk mengetahui komplikasi pada masing-masing jenis anak berkebutuhan khusus
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada masing-masing jenis anak berkebutuhan
khusus
1.4 Manfaat
1. Menambah pengetahuan sebagai mahasiswa tentang konsep dasar keperawatan anak
berkebutuhan khusus
2. Mengetahui latar belakang keperawatan anak mengenai masalah pada anak kebutuan
khusus
3. Menjadi inspirasi kita dalam bersosialisasi dalam konteks social dan lingkungan
masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
2.3 Etiologi
a. Retardasi Mental
Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental:
1) Non-organik
Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis
Faktor sosiokultural
Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik
Penelantaran anak
2) Organik
a) Faktor prakonsepsi
Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik,
kelainan neurocutaneos, dll.)
Kelainan kromosom (X-linked, translokasi, fragile-X)-
syndromepolygenic familial
b) Faktor prenatal
Ganguan pertumbuhan otak trimester 1
a. 1Kelainan kromosom (trisomi.mosaik,dll)
b. Infeksi intrauterin, misalnya TORCH,HIV (Human
immunodeficiency virus)
c. Zat-zat teratogen (alcohol.radiasi dil)
d. Disfungsi plasenta
e. Kelainan congenital dari otak (idiopatik).
Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III
a. Infeksi intrauterin, misalnya torch.hiv
b. Zat-zat teratogen (alcohol, kokain, logam berat, dll)
c. Ibu: diabetes militus,pku (phenylketonuria)
d. Toksemia gravidarum
e. Disfungsi plasenta
f. Ibu malnutrisi
c) Faktor perinatal
a. Sangat premature
b. Asfiksia neonatorum
c. Trauma lahir: pendarahan intracranial
d. Meningitis
e. Kelainan metabolik: hipoglikemia,
hiperbilirubinemia
d) Faktor post natal
a. Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat
b. Neuro toksin, misalnya logam berat
c. CVA (Cerebrovascular accident)
d. Anoksia, misalnya tenggelam
e. Metabolik
f. Gizi buruk
g. Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid,
pseudohipoparatiroid
h. Aminoaciduria, misalnya PKU (Phenylketonuria)
i. Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia,
dll
j. Infeksi
b. Down Syndrom
Menurut Soetjiningsih (2016) down syndrome pada anak terjadi karena
kelainan kromosom. Kelainan kromosom kemungkinan disebabkan oleh :
1) Faktor Genetik
Keluarga yang mempunyai anak dengan down
syndrome memiliki kemungkinan lebih besar keturunan
berikutnya mengalami down syndrome dibandingkan dengan
keluarga yang tidak memiliki anak dengan down syndrome.
2) Usia Ibu Hamil
Usia ibu hamil yang diatas 35 tahun kemungkinan
melahirkan anak dengan down syndrome semakin besar
karena berhubungan dengan perubahan endokrin terutama
hormone seks antara lain peningkatan sekresi androgen,
peningkatan kadar LH (Luteinizing Hormone) dan
peningkatan kadar FSH (Follicular Stimulating Hormone).
3) Radiasi
Ibu hamil yang terkena atau pernah terkena paparan
radiasi terutama diarea sekitar perut memiliki kemungkinan
melahirkan anak dengan down syndrome.
4) Autoimun
Autoimun tiroid pada ibu yang melahirkan anak down
syndrome berbeda dengan ibu yang melahirkan anak normal.
5) Umur Ayah
Kasus kelebihan kromosom 21 sekitar 20-30%
bersumber dari ayahnya.
c. Autism
Penyebab autisme menurut banyak pakar telah disepakat bahwa pada
otak anak autisme dijumpai suatu kelainan pada otaknya. Apa sebabnya
sampai timbul kelainan tersebut memang belum dapat dipastikan. Banyak teori
yang diajukan oleh para pakar, kekurangan nutrisi dan oksigenasi, serta akibat
polusi udara, air dan makanan. Diyakini bahwa ganguan tersebut terjadi pada
fase pembentukan organ (organogenesis) yaitu pada usia kehamilan antara 04
bulan. Organ otak sendiri baru terbentuk pada usia kehamilan setelah 15
minggu.
d. Child Abuse
Perlakuan salah terhadap anak bersifat multidimensional, tetapi ada 3
faktor penting yang berperan dalam terjadinya perlakuan salah pada anak,
yaitu:
1. Karakteristik orangtua dan keluarga
Faktor-faktor yang banyak terjadi dalam keluarga dengan child
abuse antara lain:
b. Para orangtua juga penderita perlakuan salah pada masa kanak-kanak.
c. Orangtua yang agresif dan impulsif.
d. Keluarga dengan hanya satu orangtua.
e. Orangtua yang dipaksa menikah saat belasan tahun sebelum siap
secara emosional dan ekonomi.
f. Perkawinan yang saling mencederai pasangan dalam perselisihan.
g. Tidak mempunyai pekerjaan.
h. Jumlah anak yang banyak.
i. Adanya konflik dengan hukum.
j. Ketergantungan obat, alkohol, atau sakit jiwa.
k. Kondisi lingkungan yang terlalu padat.
l. Keluarga yang baru pindah ke suatu tempat yang baru dan tidak
mendapat dukungan dari sanak keluarga serta kawan-kawan.
2. Karakteristik anak yang mengalami perlakuan salah
Beberapa faktor anak yang berisiko tinggi untuk perlakuan
salah adalah:
Anak yang tidak diinginkan.
Anak yang lahir prematur, terutama yang mengalami
komplikasi neonatal, berakibat adanya keterikatan bayi dan
orangtua yang membutuhkan perawatan yang berkepanjangan.
Anak dengan retardasi mental, orangtua merasa malu.
Anak dengan malformasi, anak mungkin ditolak.
Anak dengan kelainan tingkah laku seperti hiperaktif mungkin
terlihat nakal.
Anak normal, tetapi diasuh oleh pengasuh karena orangtua
bekerja.
3. Beban dari lingkungan
Lingkungan hidup dapat meningkatkan beban terhadap
perawatan anak. Penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa
penyiksaan anak dilakukan oleh orang tua dari banyak etnis, letak
geografis, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan dan social ekonomi.
Kelompok masyarakat yang hidup dalam kemiskinan meningkatkan
laporan penyiksaan fisik terhadap anak-anak. Hal ini mungkin
disebabkan karena:
a. Peningkatan krisis di tempat tinggal mereka (contoh: tidak
bekerja atau hidup yang berdesakan).
b. Akses yang terbatas ke pusat ekonomi dan sosial saat masa-
masa krisis.
c. Peningkatan jumlah kekerasan di tempat tinggal mereka.
d. Hubungan antara kemiskinan dengan faktor resiko seperti
remaja dan orang tua tunggal (single parent) (Hidayat, 2008).
d. Child Abuse
Akibat pada fisik anak, antara lain: Lecet, hematom, luka bekas
gigitan, luka bakar, patah tulang, perdarahan retinaakibat dari adanya subdural
hematom dan adanya kerusakan organ dalam lainnya. Sekuel/cacat sebagai
akibat trauma, misalnya jaringan parut, kerusakan saraf, gangguan
pendengaran, kerusakan mata dan cacat lainnya. Akibat pada tumbuh
kembang anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak yang mengalami
perlakuan salah, pada umumnya lebih lambat dari anak yang normal, yaitu:
Pertumbuhan fisik anak pada umumnya kurang dari anak-anak
sebayanya yang tidak mendapat perlakuan salah.
Perkembangan kejiwaan juga mengalami gangguan, yaitu:
a. Kecerdasan
Berbagai penelitian melaporkan terdapat keterlambatan
dalam perkembangan kognitif, bahasa, membaca, dan
motorik.
Retardasi mental dapat diakibatkan trauma langsung pada
kepala, juga karena malnutrisi.
Pada beberapa kasus keterlambatan ini diperkuat oleh
tidak adanya stimulasi yang adekuat atau karena gangguan
emosi.
b. Emosi
Terdapat gangguan emosi pada: perkembangan kosnep
diri yang positif, atau bermusuh dalam mengatasi sifat agresif,
perkembangan hubungan sosial dengan orang lain, termasuk
kemampuan untuk percaya diri.
c. Konsep diri
Anak yang mendapat perlakuan salah merasa dirinya
jelek, tidak dicintai, tidak dikehendaki, muram, dan tidak
bahagia, tidak mampu menyenangi aktifitas dan bahkan ada
yang mencoba bunuh diri.
d. Agresif
Anak yang mendapat perlakuan salah secara badani,
lebih agresif terhadap teman sebayanya. Sering tindakan agresif
tersebut meniru tindakan orangtua mereka atau mengalihkan
perasaan agresif kepada teman sebayanya sebagai hasil
miskinnya konsep diri.
e. Hubungan social
Pada anak yang sering kurang dapat bergaul dengan
teman sebayanya atau dengan orang dewasa. Mereka
mempunyai sedikit teman dan suka mengganggu orang dewasa,
misalnya dengan melempari batu atau perbuatan-perbuatan
kriminal lainnya.
f. Akibat dari penganiayaan seksual
Tanda-tanda penganiayaan seksual antara lain:
Tanda akibat trauma atau infeksi lokal, misalnya nyeri
perianal, sekret vagina, dan perdarahan anus.
Tanda gangguan emosi, misalnya konsentrasi
berkurang, enuresis, enkopresis, anoreksia, atau
perubahan tingkah laku.
Tingkah laku atau pengetahuan seksual anak yang
tidak sesuai dengan umurnya. Pemeriksaan alat
kelamin dilakukan dengan memperhatikan vulva,
hymen, dan anus anak.
2.5 Patofisiologi
a. Retardasi Mental
Patofisiologi retardasi mental berhubungan dengan disfungsi otak,
yang biasanya disebabkan oleh perkembangan otak yang abnormal atau jejas
otak karena penyebab genetik atau lingkungan. Faktor genetik akan
menyebabkan perkembangan otak yang abnormal atau terhambat, dan sering
kali disertai dengan malformasi fisik yang spesifik untuk sindrom tertentu.
Faktor-faktor lingkungan bisa menyebabkan gangguan perkembangan otak
pada masa prenatal maupun perinatal. Selain itu, faktor lingkungan juga bisa
menyebabkan perkembangan otak yang semula baik menjadi terhambat.
b. Down Syndrom
Down Syndrome disebabkan adanya kelainan pada perkembangan
kromosom. Kromosom merupakan serat khusus yang terdapat pada setiap sel
tubuh manusia dan mengandung bahan genetik yang menentukan sifat-sifat
seseorang. Pada bayi normal terdapat 46 kromosom (23 pasang) dimana
kromosom nomor 21 berjumlah 2 buah (sepasang). Bayi dengan penyakit
down syndrome memiliki 47 kromosom karena kromosom nomor 21
berjumlah 3 buah. Kelebihan 1 kromosom (nomor 21) atau dalam bahasa
medisnya disebut trisomi-21 ini terjadi akibat kegagalan sepasang kromosom
21 untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Trisomi21
menyebabkan fisik penderita down syndrome tampak berbeda dengan orang-
orang umumnya. Selain ciri khas pada wajah, mereka juga mempunyai tangan
yang lebih kecil, jari-jari pendek dan kelingking bengkok. Keistimewaan lain
yang dimiliki oleh penderita down syndrome adalah adanya garis melintang
yang unik di telapak tangan mereka. Garis yang disebut simiancrease ini juga
terdapat di kaki mereka, yaitu antara telunjuk dan ibu jari mereka yang
berjauhan (sandal foot).
c. Autism
Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untuk
mengalirkan impuls listrik (akson) serta serabut untuk menerima impuls listrik
(dendrit). Sel saraf terdapat di lapisan luar otak yang berwarna kelabu
(korteks). Akson dibungkus selaput bernama mielin, terletak di bagian otak
berwarna putih. Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps.
Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan. Pada
trimester ketiga, pembentukan sel saraf berhenti dan dimulai pembentukan
akson, dendrit, dan sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua
tahun. Setelah anak lahir, terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak berupa
bertambah dan berkurangnya struktur akson, dendrit, dan sinaps. Proses ini
dipengaruhi secara genetik melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai
brain growth factors dan proses belajar anak.Makin banyak sinaps terbentuk,
anak makin cerdas. Pembentukan akson, dendrit, dan sinaps sangat tergantung
pada stimulasi dari lingkungan. Bagian otak yang digunakan dalam belajar
menunjukkan pertambahan akson, dendrit, dan sinaps. Sedangkan bagian otak
yang tak digunakan menunjukkan kematian sel, berkurangnya akson, dendrit,
dan sinaps. kelainan genetis, keracunan logam berat, dan nutrisi yang tidak
adekuat dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada proses – proses
tersebut. Sehingga akan menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf.
d. Child Abuse
Child abuse adalah suatu kelalaian tindakan atau perbuatan orang tua
atau orang yang merawat anak yang mengakibatkan anak menjadi terganggu
mental maupun fisik, perkembangan emosional, dan perkembangan anak
secara umum.
Ada beberapa factor yang menyebabkan terjadinya child abuse yaitu
factor anak, factor orang tua, dan factor lingkungan. Faktor anak bisa
dikarenakan oleh anak tidak diinginkan, anak cacat, retardasi mental, dan lain-
lain. Faktor orang tua yaitu orang tua pecandu alcohol, narkoba. kelainan jiwa,
depresi/stress, pengalaman penganiayaan waktu kecil. Sedangkan factor
lingkungan yaitu keluarga kurang harmonis, orang tua tidak bekerja,
kemiskinan, kepadatan hunian.
Child abuse dapat dilakukan oleh orang tua, anggota keluarga dan
orang lain akan menimbulkan tindakan kekerasan yang dapat mengakibatkan
luka seperti lecet dan lebab pada bagian tubuh anak sehingga dapat
mengakibatkan nyeri akut pada daerah luka. Selain itu tindakan child abuse
juga dapat menyebabkan masalah kesehatan mental dan gangguan psikologis
sehingga anak memiliki risiko prilaku kekerasan terhadap diri sendiri. Akibat
child abuse, anak biasanya ditelantarkan sehingga dapat mengakibatkan
asupan diet pada anak tidak cukup sehingga kadar glukosa darah cenderung
rendah dan memiliki resiko ketidakstabilan kadar gula darah.
d. Child Abuse
1. Laboratorium
Jika dijumpai luka memar, perlu dilakukanskrining perdarahan. Pada
penganiayaan seksual, dilakukan pemeriksaan:
Swab untuk analisa asam fosfatase, spermatozoa dalam 72 jam
setelah penganiayaan seksual.
Kultur spesimen dari oral, anal, dan vaginal untuk genokokus
Tes untuk sifilis, HIV, dan hepatitis B
2. Radiologi
Ada dua peranan radiologi dalam menegakkan diagnosis perlakuan
salah pada anak, yaitu untuk :
Identifiaksi fokus dari jejas
Dokumentasi
Pemeriksaan radiologi pada anak di bawah usia 2 tahun
sebaiknya dilakukan untuk meneliti tulang, sedangkan pada anak
diatas 4-5 tahun hanya perlu dilakukan jika ada rasa nyeri tulang,
keterbatasan dalam pergerakan pada saat pemeriksaan fisik.
Adanya fraktur multiple dengan tingkat penyembuhan adanya
penyaniayaan fisik.
3. CT-scan
Lebih sensitif dan spesifik untuk lesi serebral akut dan kronik,
hanya diindikasikan pada pengniayaan anak atau seorang bayi yang
mengalamitrauma kepala yang berat.
4. MRI (Magnetik Resonance Imaging)
Lebih sensitif pada lesi yang subakut dan kronik seperti
perdarahan subdural dansub arakhnoid.
5. Ultrasonografi
Digunakan untuk mendiagnosis adanya lesi viseral
6. Pemeriksaan kolposkopi
Untuk mengevaluasi anak yang mengalami penganiayaan
seksual.
2.7 Penatalaksanaan
a. Retardasi Mental
Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental adalah multidimensi
dan sangat individual. Tetapi perlu diingat bahwa tidak semua anak
penanganan multidisiplin merupakan jalan yang baik. Sebaiknya dibuat
rancangan suatu strategi pendekatan bagi setiap anak secara individual untuk
mengembangkan potensi anak tersebut seoptimal mungkin. Untuk itu perlu
melibatakan psikolog untuk menilai perkembangan mental anak terutama
kemampuan kognitifnya,dokter anak untuk memeriksa fisik anak,menganalisis
penyebab,dan mengobati penyakit atau kelainan yang mungkin ada. Juga
kehadiran pekerja social kadang-kadanng diperlukan untuk menilai situasi
keluarganya. Atas dasar itu maka buatlah strategi terapi. Seringkali melibatkan
lebih banyak ahli lagi,misalnya ahli saraf bila anka juga menderita
epilepsi,palsiserebral,dll. Psikiater,bila anaknya menunjukkan kelainan
tingkah laku atau bila orang tuanya membutuhkan dukungan terapi keluarga.
Ahli rehabilitasi,bila diperlukan untuk merangsang perkembangan motorik dan
sensoriknya. Ahli terapi wicara,untuk memperbaiki gangguan bicaranya atau
untuk merangsang perkembangan bicarnya. Serta diperlukan buruh pendidikan
luar biasa untuk anak-anak yang retardasi mental ini.
Pada orang tuanya perlu diberi penerangan yang jelas mengenai
keadaan anaknya, dan apa yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan.
kadang-kadang diperlukan waktu yang lama untuk meyakinkan orang tua
mengenai keadaan anaknya, maka perlu konsultasi pula dengan psikolog dan
psikiater. Disamping itu diperlukan kerja sama yang baik antara guru dengan
orang tuanya,agar tidak terjadi kesimpang siurandalam strategi penanganan
anak disekolah dan dirumah. Anggota keluarga lainnya juga harus diberi
pengertian. Disamping itu masyarakat perlu diberikan penerangan tenteng
retardasi mental,agar mereka dapat menerima anak
Sekolah khusus untuk anak retardasi mental ini adalah SLB-C.Di
sekolah ini diajarkan keterampilan-keterampilan dengan harapan mereka dapat
mandiri dikemudian hari. Diajarkan pula tentang baik buruknya suatu tindakan
tertentu,sehingga mereka diharapkan tidak melakukan tindakan yang tidak
terpuji,seperti mencuri,merampas,kejahatan seksual,dll.Semua anak yang
retardasi mental ini juga memerlukan perawatan seperti pemeriksaan
kesehatan yang rutin,imunisasi,dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya.
Anak-anak ini sering juga disertai dengan kelainan fisik yang memerlukan
penanganan khusus
b. Down Syndrom
Penatalaksanaan sampai saat ini belum ditemukan metode pengobatan
yang paling efektif untuk mengatasi kelainan ini. Pada tahap
perkembangannya penderita syndrome down juga dapat mengalami
kemunduran dari sistim tubuhnya. Dengan demikian penderita harus
mendapatkan support maupun informasi yang cukup serta kemudahan dalam
menggunakan sarana atau fasilitas yang sesuai berkaitan dengan kemunduran
perkembangan baik fisik maupun mentalnya. Hal yang dapat dilakukan antara
lain:
1. Penanganan Secara Medis
a. Pembedahan
Pembedahan biasanya dilakukan pada penderita untuk
mengoreksi adanya defek pada jantung, mengingat sebagian
besar penderita lebih cepat meninggal dunia akibat adanya
kelainan pada jantung tersebut.
b. Pemeriksaan Dini
Pendengaran
Biasanya terdapat gangguan pada pendengaran sejak
awal kelahiran, sehingga dilakukan pemeriksaan secara
dini sejak awal kehidupannya.
Penglihatan
Sering terjadi gangguan mata, sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan secara rutin oleh dokter ahli mata
c. Pemeriksaan Nutrisi
Pada perkembangannya anak dengan sindrom down
akan mengalami gangguan pertumbuhan baik itu kekurangan
gizi pada masa bayi dan prasekolah ataupun kegemukan pada
masa sekolah dan dewasa, sehingga perlu adanya kerjasama
dengan ahli gizi.
d. Pemeriksaan Radiologis
Diperlukan pemeriksaan radiologis untuk memeriksa
keadaan tulang yan dianggap sangat mengganggu atau
mengancam jiwa (spina servikalis)
2. Pendidikan
a. Pendidikan khusus
Program khus untuk menangani anak dengan sindrom
down adalah membuat desain bangunan dengan menerapkan
konsep rangsangan untuk tempat pendidikan anak- anak down's
syndrome. Ada tiga jenis rangsangan, yakni fisik, akademis dan
sosial.Ketiga rangsangan itu harus disediakan di dalam ruangan
maupun di luar ruangan. Hal ini diharapkan anak akan mampu
melihat dunia sebagai sesuatu yang menarik untuk
mengembangkan diri dan bekerja.
b. Taman bermain atau taman kanak – kanak
Rangsangan secara motorik diberikan melalui pengadaan
ruang berkumpul dan bermain bersama (outdoor) seperti :
Cooperative Plaza untuk mengikis perilaku pemalu dan
penyendiri.
Mini Zoo dan Gardening Plaza adalah tempat bagi anak
untuk bermain bersama hewan dan tanaman
c. Intervensi dini.
Pada akhir – akhir ini terdapat sejumlah program
intervensi dini yang dipakai sebagai pedoman bagi orang tua
untuk memberikan lingkungan bagi anak dengan sindrom
down. Akan mendapatkan manfaat dari stimulasi sensori dini,
latihan khusus untuk motorik halus dan kasar dan petunjuk
agar anak mau berbahasa. Dengan demikian diharapkan anak
akan mampu menolong diri sendiri, seperti belajar makan, pola
eliminasi, mandi dan yang lainnya yang dapat membentuk
perkembangan fisik dan mental.
2.8 Komplikasi
a. Retardasi Mental
Serebral palcy
Gangguan kejang
Gangguan kejiwaan
Gangguan konsentrasi /hiperaktif
Defisit komunikasi
Konstipasi
b. Down Syndrom
Penyakit Alzheimer’s (penyakit kemunduran susunan syaraf pusat)
Leukimia (penyakit dimana sel darah putih melipat ganda tanpa
terkendalikan)
c. Autism
Beberapa komplikasi yang dapat muncul akibat autisme adalah:
Gangguan sensorik, seperti merasa sensitif dan marah pada lampu yang
terang dan suara berisik, atau tidak dapat merespons sensasi sensorik
seperti panas, dingin, atau nyeri
Kejang pada penderita autisme dengan epilepsi, yang dapat memicu
penurunan kemampuan dalam aktivitas sehari-hari dan peningkatan
perasaan marah dan sensitive
Masalah pada pencernaan
Gangguan tidur
d. Child Abuse
Mengalami keterlambatan dan keterbelakangan mental
Hidrocepalus
Ataksia
Kenakalan remaja
Depresi dan percobaan bunuh diri
Gangguan Stress post traumatic
Kejang-kejang
Gangguan makan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
RETARDASI MENTAL
KASUS
An. A umur 6 tahun dibawa ibunya ke rumah sakit karena terdapat banyak luka sayatan di
tangannya. Ibu B mengatakan anaknya sering bersikap aneh misalnya sering melukai diri
sendiri dan sering mengancam jiwa orang lain. Ibu B mengatakan anaknya sering menolak
ketika diajak bermain oleh teman – temannya. Ibu B mengatakan An. A belum bisa menulis,
membaca dan melakukan aktivitasnya sendiri.
Saat dilakukan pengkajian terdapat banyak luka sayatan di tangan An. A. saat diajak
berinteraksi, respon An. A sangat lambat dan jawaban An. A juga menyimpang dari
pertanyaan yang diberikan oleh perawat. Ketika diamati tubuh An. A terlihat kurus, kecil,
tidak seperti anak umur 6 tahun pada umumnya. Saat diberikan mainan oleh perawat An. A
terlihat kurang berminat.
Saat dilakukan pemeriksaan TTV didapatkan hasil :
TD : 110/80 mmHg
RR : 32 x / menit
S : 36,5 o C
N : 110x/menit
A. PENGKAJIAN
Nama perawat : Ns Donny
Tanggal pengkajian : 20 November 2012
Jam pengkajian : 10.30
1. Biodata Pasien
Nama klien : An.A
Umur : 6 Tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Status pernikahan : Belum menikah
Alamat : Jl. Raya Tejem 60
Diagnosa Medis : Retardasi Mental
Tanggal masuk RS : 20 April 2015 pukul 08.00
Penanggung jawab
Nama : Ibu B
Umur : 50 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status pernikahan : Menikah
Alamat : Jl. Raya Tejem 60
Hub. dengan klien : Ibu Klien
2. Keluhan Utama:
An.A Mengalami banyak perdarahan di tangannya
Riwayat Kesehatan:
a. penyakit sekarang :
klien mengatakan anaknya mengalami perdarahan karna sayatan di tangannnya
b. Riwayat penyakit dahulu :
Penyakit yang Pernah dialami : klien pernah mengalami diare sebelumnya,
pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida
albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA
campak.klien juga mengatakan tidak ada alergi makanan atau obat dan baru
melakukan imunisasi pada umur 5 tahun
c. Riwayat Penyakit keluarga
Bapak E mengatakan kalau neneknya pernah mengalami penyakit Diabetes
Millitus
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum
Keadaan pasien saat ini adalah lemas,gelisah dan rewel dengan tanda-tanda vital :
S :36,5 C
N :110/80 mmHg
RR :32x/menit
Bb sebelum sakit : 19 kg
Bb masuk RS : 14kg
Tb : 110cm
1) Kepala
Kulit kepala klien normal,bersih, tidak ada lesi dan benjolan. Rambut hitam dan
kering. Wajah klien tampak pucat dan meringis. Mata bengkak dan merah. Bibir klien
kering.
2) Leher
Leher An.A tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran tonsil dan
tidak ada masalah pada tenggorokan.
3) Dada
tidak terkaji
4) Abdomen
Peristaltik usus normal 5-35x/menit
5) Genetalia
Genetalia klien normal tidak ada lesi tidak ada cairan yang keluar dari vagina
6) Rectum
Rektum klien normal,tidak ada luka
7) Ekstermitas
Kekuatan tangan klien lemah dan sangat sakit ketika di gerakkan
5. PSIKO-SOSIO-BUDAYA- SPIRITUAL
Psikologis
Klien terlihat cemas,gelisah,dan rewel menahan sakit
Sosial
Ibu B mengatakan anaknya sering tidak nyambung ketika di ajak bicara,menolak
jika di ajak bermain,dan menyimpang dari pertanyaan yang di berikan perawat
Budaya
Dalam kesehariannya klien berbahasa Jawa
Spiritual
An.A beragama Islam.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita
retardasi mental, yaitu (Shonkoff JP, 1992):
a. Kromosomal kariotipe
b. EEG (Elektro Ensefalogram)
c. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance
Imaging)
d. Titer virus untuk infeksi congenital
e. Serum asam urat (Uric acid serum)).
f. Pemeriksaan kromosom
g. Pemeriksaan urin, serum atau titer virus.
ANALISA DATA
INTERVENSI
Nama Klien : An. A No. RM : 11130032
Umur : 6 Tahun Alamat : Jl. Raya Tejem 60
Bangsal : Melati Dx. Medis :
Terapeutik
1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi tarbimbing. kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2) Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan,kebisingan)
1) Fasilitasl istirahat dan tidur
2) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyerl Jelaskan strategi
meredakan nyeri
2) Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
3) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
Pemberian Analgesik
1.08243
Tindakan
Observasi
1) Identifikasi karakteristik nyeri (mis.
pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
Intensitas, frekuensi, Identifikasi
riwayat alergi obat durasi)
2) Identifikasi kesesualan jenis
analgesik (mis. narkotika, non-
narkotik, atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri.
3) Monitor tanda-tanda vital sebelum
dan sesudah pemberian analgesik
4) Monitor efektifitas analgesik
Terapeutik
1) Diskusikan jenis analgesik yang
disukai untuk mencapai analgesla
optimal, jika perlu
2) Pertimbangkan penggunaan infus
kontinu, atau bolus oploid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
3) Tetapkan target efektifitas analgesik
untuk mengoptimalkan respons pasien
4) Dokumentasikan respons terhadap
efek analgesik dan efek yang tidak
diinginkan
Edukasi
1) Jelaskan efek terapi dan efek samping
obat
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgesik, sesuai indikasi.
IMPLEMENTASI
\
NO TANGGAL JAM IMPLEMENTASI TTD
1. 20-04-2015 08.00 observasi
Defisit 1) mengidentifikasi status nutrisi
nutris b.d hasil : nutsisi pasien kurang, nafsu
psikologis makan berkurang
d.d nafsu 2) mengidentifikasi alergi dan intoleransi
makan makanan
menurun hasil : px tidak mengalami alergi
3) mengidentifikasi makanan yang
disukai
hasil : makanan yang lucu dan manis
4) mengidentifikasi kebutuhan kalori dan
jenis nutrient
hasil : (66.7+6.24 x 14)+(12.7 x 110)-
(6.755 x 6) = 1500 kkal dan
kaborhidrat diutamakan
5) mengidentifikasi perlunya
penggunaan selang nasogastrik
hasil : tidak perlu menggunakan
selang nasogastrik
6) memoonitor asupan makanan
hasil : px tidak mau makan sama
sekali, jika dipaksa hanya 2 kali
suapan
7) memoonitor berat badan
bb saat sehat : 19kg
bb saat sakit : 14kg
Terapeutik
1) melakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
hasil : px mau melakukannya dibantu
dengan keluarga
2) menyajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
hasil : pasien ingin makan walaupun 3
sendok
Edukasi
3) menganjurkan posisi duduk
hasil : px memgikuti perintah dan mau
makan sambil duduk
Kolaborasi
3) berkolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik)
hasil : perawat dan gizi sudah
berkolaborasi untuk makanan pereda
nyeri
4) berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
hasil : untuk kalori yang dibutuh kan
per harinya kurang lebih 1500 kkal
2. PROMOSI BERAT BADAN
Observasi
1) mengidentifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang
hasil : nafsu makan px berkurang
2) Memonitor adanya mual dan muntah
hasil : px tidak mual dan muntah
Terapeutik
1) Berikan pujian pada pasien atau
keluarga untuk peningkatan yang
dicapai
hasil : px memiliki daya tarik untuk
nafsu makan meningkat
2. 20-04-2015 08.00 Manajemen Nyeri
Nyeri akut 1.08238
b.d agen Tindakan
pencedera Observasi :
fisik d.d 1. mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
mengeluh durasi, frekuensi, kualitas, Intensitas
nyeri, nyeri, Identifikasi skala nyeri
tampak hasil : P :dari reaksi non verbalnya
meringis klien terlihat menahan sakit dan
meringis
Q :dari reaksi non verbalnya klien
sering menangis dan rewel
R :Nyeri klien berada di telapak
tangan
S :Skala nyeri antara 1-10 klien
menunjukkan skala nyerinya di angka
7
T :dari reaksi non verbalnya klien
merasakan nyeri saat beraktivitas
2. mengidentifikasi pengetahuan dan
keyaninan tentang nyeri
hasil : px dan keluarga kurang
pengetahuan dalam nyeri
3. Memonitor efek samping penggunaan
analgetik
hasil : px mengatakan nyerinya mereda
Terapeutik
3) Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi tarbimbing. kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
hasil : dilakukan teknik imajinasi
terbimbing dan px mau melakukannya
didampingi ibunya
3) memfasilitasl istirahat dan tidur
hasil : sudah difasilitasi dengan RS
Edukasi
1. menjelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
hasil : px dan keluarga memahami
EVALUASI KEPERAWATAN
NO EVALUASI TTD
1. S : px mengatakan makan nya meningkat
O : px tampak lebih berisi, bb naik 15 kg
A : masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan.
2. S : px mengatakan nyerinya mendingan
O : sudak tidak tampak
A : Tujuan belum tercapai.
Intervensi dilanjutkan.
DAFTAR PUSTAKA