Anda di halaman 1dari 10

CRITICAL BOOK REVIEW

REVIEW BOOK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN 2 BUKU PEMBANDING

KELENGKAPAN BUKU

Buku Utama

1. Judul Buku : Loving and Living With ABK

2. Pengarang : Dian Nafi

3. Penerbit : Familia

4. Tahun Terbit : 2013

5. Kota Terbit : Yogyakarta

6. Halaman : 88 hal

7. ISBN : 978-602-9434-89-7

8. Foto Sampul
Buku Pembanding I

1. Judul Buku : Menjadi Orangtua ABK Yang Bijak

2. Pengarang : Wahyu Triarni & Dwi Rakhmawati

3. Penerbit : Familia

4. Tahun Terbit : 2013

5. Kota Terbit : Yogyakarta

6. Halaman : 88 hal

7. ISBN : 978-602-9434-74-3

8. Foto Sampul :

Buku Pembanding II

1. Judul buku : Early Childhood Intervention: Shaping the Future for Children with Special Needs
and Their Families

2. Pengarang : Christina Groark, Steven Eidelman, Louise Kaczmarek, and Susan Maude

3. Penerbit : PRAEGER

4. Tahun Terbit : 2011

5. Kota Terbit : United States

6. ISBN : 978–0–313–37793-8

7. Banyak halaman : 922 halaman

8. Foto Sampul :

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Isu diskriminasi terhadap pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) telah lama bergulir di Indonesia.
Selama ini pendidikan yang tersedia bagi mereka hanya terbatas di setting pendidikan segregasi
(eksklusif). Terdapat 3 layanan segregasi yang diselenggarakan oleh pendidikan Indonesia yaitu, (1)
sekolah khusus yang hanya melayani peserta didik dengan jenis kelainan yang sama, (seperti: SLB/A,
SLB/B, SLB/C dst), (2) sekolah khusus yang menampung berbagai jenis kelainan, (seperti: SDLB, SMPLB
dan SMALB), dan (3) sekolah terpadu yakni sekolah reguler (nonSLB) yang menerima peserta didik
berkebutuhan khusus.

Dari ketiga setting layanan pendidikan tersebut, layanan dimana anak berkebutuhan khusus dapat
belajar bersama dengan siswa regular (non-ABK) adalah sekolah terpadu. Meskipun begitu, pada
settingpendidikan ini, peserta didik khusus yang harus menyesuaikan dengan sistem sekolah baik
kurikulum, guru, sarana prasarana pembelajaran, dan kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu banyak
siswa berkebutuhan khusus yang gagal dalam belajar di sekolah regular misalnya tidak naik kelas, tidak
lulus Ujian Nasional atau bahkan dikeluarkan karena tertinggal.

Berdasarkan isu-isu dunia tentang pendidikan untuk semua, selanjutnya di Indonesia mulai
dikembangkan sistem pendidikan inklusif, sebuah sistem pendidikan yang ditengarai lebih ramah dan
tidak diskriminatif terhadap mereka. Pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan
yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan
pendidikan di sekolah reguler bersama-sama dengan peserta didik regular, mulai dari jenjang pendidikan
usia dini (PAUD) hingga jenjang SMA atau SMK.

Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu lembaga yang memberikan layanan pengasuhan,
pendidikan dan pengembangan bagi anak lahir sampai enam tahun dan atau samapai dengan delapan
tahun. Dengan maraknya isu pendidikan inklusif, sekarang ini mulai dikembangkan PAUD inklusif. Hal ini
dilakukan mengingat pentingnya identifikasi dan intervensi dini bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

Untuk mensukseskan intervensi dini dan mengingat usia anak yang masih kecil, tentu peran orang tua
adalah yang terpenting. Hal ini dikarenakan orangtua adalah orang terdekat anak dan orang yang selalu
bersama anak. Keterlibatan orangtua adalah sangat penting untuk mewujudkan pembelajaran yang
optimal dimasa usia emas anak.Hal ini dikuatkan oleh pendapat Wu dan Brown yang menyatakan bahwa
partisipasi orangtua adalah salah satu faktor penting yang menentukan perkembangan anak
berkebutuhan khusus.

2. Tujuan

1. Untuk mengetahui cara penanganan Anak Berkebutuhan Khusus bagi orang tua.
2. Untuk mengetahui sikap yang harus dilakukan keluarga pada anak ABK.

3. Untuk mengetahui hal-hal yang harus di lakukan oleh pihak sekolah pada anak ABK.

3. Manfaat

Dapat memahami dan mengerti penanganan yang harus dilakukan orang tua pada anak berkebutuhan
khusus.

BAB II

ISI BUKU

1. Ringkasan Buku Setiap Bab

MEREKA BAGIAN DARI KITA


bawah 18 tahun menyandang ketunaan atau masuk kategori anak berkebutuhan khusus. “Apabila
ditambah dengan anak anak yang menggunakan kacamata,]umlahnya akan lebih banyak lagi,"ungkap
Prof dr Sunartini, SpA (K), PhD dalam pidato pengukuhan jabatan guru besar pada Fakultas Kedokteran
Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta di gedung senat perguruan tinggi itu.

Diperkirakan antara 3 7 % atau sekitar 5,5 10,5 juta anak usia dini Secara global, tuturnya, diperkirakan
ada 370juta penyandang cacat atau sekitar 7 % populasi dunia, kurang lebih 80juta di antaranya mem
butuhkan rehabilitasi. Darijumlah tersebut, hanya 10 persen mempunyai akses pelayanan.

Istilah anak berkebutuhan khusus adalah klasihkasi untuk anak dan remaja secara flsik, psikologis dan
atau sosial mengalami masalah serius dan menetap. Anak berkebutuhan khusus ini dapat diartikan
mempunyai kekhususan dari segi kebutuhan layanan kesehatan, kebutuhan pendi dikan khusus,
pendidikan layanan khusus, pendidikan inklusi, dan kebu tuhan akan kesejahteraan sosial dan bantuan
sosial.

MACAM-MACAM ABK

beberapa defenisi mengenai anak luar biasa atau yang kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan
khusus (ABK). Suran dan Rizzo (1979) mengartikan anak berkebutuhan khusus adalah anak yang secara
signifikan berbeda dalam beberapa dimensi yang penting dari fungsi kemanusiaannya. Mereka secara
Gsik, psikologis, kognitif, atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan tujuan(kebutuhan) dan
potensinya secara maksimal. Untuk lebih mendalami klasifikasi anak berkebutuhan khusus berikut ini
anda akan membahas bagaimana anak yang memiliki hambatan/gangguan Hsiknya, emosinya , sosial
dan intelektualnya.

A. ANAK DENGAN GANGUAN FISIK

Anak dengan gangguan pada fungsi hsik dapat dikelompokkan menjadi tiga berdasar pada bagian mana
gangguan dialami, yaitu anak tunanetra, tunarungu, tunadaksa. Penjelasan dari masing masing
gangguan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tunanetra

Tunanetra adalah jenis gangguan yang dialami anak pada fungsi penglihatan,

b. Tunarungu

Gangguan pada orangan pendengaran ini bila dilihat daritingkat kerusakan kemampuan mendengar
digolongkan dalamlima kelompok, yaitu sangat ringan, ringan, sedang, berat, dan ekstrim tuli. Sedang
berdasar tempat terjadinya kerusakan, tunarungu dapat dibedakan atas kerusakan pada bagian telinga
luar dan tengah, sehingga meng hambat bunyi bunyian yang akan masuk ke dalam telinga disebut tuli
konduktif dan kerusakan telinga bagian dalam dan hubungan ke saraf otak yang menyebabkan tuli
sensoris. Anak yang mengalami gangguan pada pendengaran sejak kecil, pasti akan mengalami
gangguan pada kemampuan berbicara dan komunikasi verbal.
c. Tuna Daksa

Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan anggota tubuh dan atau gerakan.

B. ANAK DENGAN GANGGUAN EMOSI DAN PERILAKU

Kelainan pada emosi dan perilaku terbagi menjadi dua yaitu tunalaras dan gangguan sosial.

a. Tunalaras

Anak tunalaras yang mengalami hambatan atau gangguan emosi terwujud dalam tiga jenis perbuatan,
yaitu: senang sedih, lambat cepat marah, dan releks tertekan. Secara umum emosinya menunjukkan
sedih, cepat tersinggung atau marah, rasa tertekandan merasa cemas.

b. Gangguan Sosial

Adalah anak yang mengalami gangguan dalam pergaulan. Mereka tidak dapat menyesuaikan diri dengan
tuntutan hidup bergaul. Gejala gejala perbuatan itu adalah seperti sikap bermusuhan, agresip, bercakap
kasar, menyakiti hati orang lain, keras kepala, menentang menghina orang lain, berkelahi, merusak milik
orang lain dan sebagainya. Perbuatan mereka terutama sangat mengganggu ketenteraman dan
kebahagiaan orang lain.

C. ANAK DENGAN GANGGUAN INTELEKTUAL.

Anak dengan gangguan intelektual diklasihkasikan menjadi empat kategori yaitu anak tunagrahita, anak
berbakat, anak lamban belajar dan anak yang mengalami kesulitan belajar spesihk. Penjelasan dari
masing masing klasifikasi tersebut dapat Anda cermati pada uraian berikut:

a. Tunagrahita

Anak tungrahita adalah anakyang mengalami gangguan kecerdasan, sehingga secara umum kemampuan
intelektualnya berada di bawah kemampuan anak pada umumnya. Klasihkasikan dari kemampuan
kecerdasan ini dapat dilihat berdasarkan skor IQ baik dari Stanford Binet maupun dari David
Wechsler( dalam tabel Endang Rochyadi ).

b. Anak Berbakat

Anak berbakat adalah anakyang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dapat dilihat secara
konservatif yaitu anak yang memiliki skor IQ diatas anak normal, secara umum dapat diklasif1kasikan
menjadi tiga kelompok yaitu: skor IQ antara 130 144 gifted, skor IQ 145 159 highly gifted, skor IQ < 160
profoundly gifted.

Sedang menurut pendekatan yang lebih inklusif, yang dimaksud anak berbakat adalah mereka yang
tidak hanya memiliki kemampuan inte lektual tinggi, tetapi juga memiliki kemampuan kreativitas, sosial
emo sional dan motivasi (gifted) dan memiliki keunggulan dalam satu atau lebih bidang keahlian
tertentu misalnya dalam musik, sastra, olahraga dan sebagainya (talented) sehingga mereka
memerlukan layanan khusus dalam pendidikan.
c. Anak Lamban Belajar

Anak yang memiliki kemampuan dibawah rata rata mereka ini bukan tergolong anak terbelakang
mental. Skor tes IQ mereka menunjukkan skor anatara 70 dan 90 (Cooter & Cooter Jr., 2004; Wiley,
2007). Anak lamban belajar memiliki kemampuan belajar lebih lambat dibanding dengan anak seusia.
Tidak hanya kemampuan akademiknya yang terbatas tapi juga pada kemampuan kemampuan yang lain,
seperti kemampuan menggunakan alat tulis, olahraga dan sebagainya. Dari sisi perilaku, mereka
cenderung pendiam dan pemalu, rentang perhatian

d. Anak yang mengalami kesulitan belajar.

Klasiflkasi kesulitan belajar menurut Wahyu Sri Ambar Arum ( 2005 ), secaragaris
besardapatdikelompokkan kedalamduajenis,yaitu kesulitan belajar yang berhubungan dengan
perkembangan (developmental disabilities) atau kesulitan belajar praakademik (preacademic learning
disabilities ).

D. AUTISME

E. ANAK ADHD/ GPPH

Anak ADHD dan GPPH adalah Attention Dehcit Hyperactivity Disorder/ gangguan pemusatan perhatian
dan hiperaktivitas, terbagi menjadi tiga yaitu ADHD/GPPH tipe kombinasi, ADHD/GPPH tipe kurang
mampu memperhatikan, dan ADHD/GPPH tipe predominan hiperaktif impulsif.

2. Keunggulan Buku

Setiap buku memiliki keunggulannya masing masing, Pada Buku Utama ini memiliki ke unggulan
diantaranya: Buku ini dapat dijadikan pedoman oleh para pendidik maupun calon pendidik, karena mau
tidak mau seorang guru itu dituntut untuk menguasai tentang kemampuannya dalam mengenal dan
mengurus anak ABK. Pada buku ini, penulis lebih membahas mengenai cerita-cerita yang pernah dialami
oleh orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Terdapat 9 Bab yang membahas mengenai
bagaimana orang tua belajar memahami anak berkebutuhan khusus. Disetiap babnya penulis
menambahkan kisah kisah yang menarik sehingga para pembaca tertarik dan terhanyut kedalam buku
tersebut. Sebelum membahas mengenai cara belajarnya, buku ini menjelaskan terlebih dahulu macam
macam ABK.

Terdapat rangkuman-rangkuman pada akhir bab nya, sehingga memudahkan bagi pembaca untuk
mengetahui gambaran materi yang akan dipelajari. Sehingga pembaca mempunyai pengetahuan awal
sebelum membaca lebih dalam. Layout, tata letak dan tata tulis pada buku ini tertata dengan sangat rapi
dan baik. Penulis menjabarkan dengan baik diawal mengenai buku yang dibahasnya, jadi jika kita
membaca sekilas mengenai buku ini kita akan memahami maksud dari buku tersebut. Buku ini tidak
begitu tebel tetapi pembahasan yang dijabarkan begitu lengkap.
Sedangkan Pada Buku Pembanding I memiliki ke unggulan: Hampir tidak jauh berbeda dengan buku
utama, buku pembanding juga menceritakan mengenai kisah-kisah Anak berkebutuhan Khusus, tetapi di
buku ini lebih berfokus kepada sudut pandang anaknya. Penyampaian yang dijabarkan oleh penulis juga
sangat mudah di mengerti dan diingat. Daftar pustaka pada buku ini juga sangat banyak yang berarti
penulis memiliki referensi yang banyak mengenai evaluasi program pendidikan.

Pada Buku Pembanding II buku tersebut adalah buku yang berasal dari amerika, dibuku ini penulis setiap
BAB nya berbeda beda dengan pembahasan yang berbeda juga. Buku ini memiliki 3 volume, dan yang
sedang di bandingkan adalah buku volume ke-3. Pada buku ini bukan hanya membahas mengenai cerita
dari anak-anak berkebutuhna khusus, tetapi juga membahas mengenai su-Isu Implementasi Kebijakan
Nasional dan Negara Bagian, Intervensi Dini: Kebijakan dan Program Internasional, Tren Keluarga
Amerika Kontemporer dan bagaimana mereka memperlakukan anak berkebutuhan khusus, Evaluasi
Program dalam Intervensi Dini dan Awal Pendidikan Khusus Anak Usia Dini untuk khususnya anak ABK.
Buku ini memiliki ketebalan hingga 922 halaman dan disetiap bab nya terdapat daftar pustaka/referensi
yang memperkuat pembahasan di setiap bab dalam buku ini.

3. Kelemahan Buku

Kelemahan pada buku utama ini adalah: pada cover buku ini, latar yang disajikan sedikit monoton, yaitu
hanya warna putih saja sehingga kurang menarik perhatian para pembaca. Mengingat materi ini sangat
penting peranannya dalam bidang pendidikan, maka materi-materi yang terkandung dalam buku ini
kurang spesifik pembahasannya. Ketika membahas mengenai macam-macam anak berkebutuhan
khusus, pada buku tidak dibahas dengan detail. Buku ini hanya mengambil point-point saja dan tidak
menjelaskan dengan rinci. Sehingga ketika kita membacanya, kita memerlukan buku lain untuk
membantu kita menambah pemahaman kita mengenai anak ABK. Pada buku ini juga cerita yang di
jabarkan memiliki bahasa yang kurang baik dan ada beberapa kata yang seharusnya tidak di tuliskan
pada buku ini.

Sedangkan kelemahan pada Buku Pembanding I ini adalah: Pada buku ini terdapat beberapa kalimat
yang terbalik penulisannya sehingga terkadang ketika kita membacanya sedikit bingung. Referensi atau
daftar pustaka pada buku ini tidak terlalu banyak. Pada buku ini juga, tidak dijabarkan mengenai dasar-
dasar yang harus kita ketahui tentang ABK. Jadi yang ada didalam buku ini hanya cerita mengenai sudut
pandang anak ABK

Dan yang terakhir pada Buku pembanding II kelemahan yang dimiliki adalah: pada buku terlalu banyak
kata-kata yang sulit untuk dipahami oleh pembaca. Halaman pada buku ini juga membuat pembaca
bingung karna di buku tersebut hanya ada 260 halaman, sedangkan aslinya buku ini ada 922 halaman
dan ketebalannya sangat besar. Tidak efisien untuk dibawa-bawa. Karna penulis dari buku ini berbeda
beda, ada hal yang sudah di bahas, terbahas lagi di BAB berikutnya. Walupun hanya sedikit, tetapi cukup
mengganggu ketika pembaca mulai membaca buku ini.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Untuk mensukseskan intervensi dini dan mengingat usia anak yang masih kecil, tentu peran orang tua
adalah yang terpenting. Hal ini dikarenakan orangtua adalah orang terdekat anak dan orang yang selalu
bersama anak. Keterlibatan orangtua adalah sangat penting untuk mewujudkan pembelajaran yang
optimal. Adalah peran orangtua untuk mengembangkan potensi psikomotor, kognitif maupun potensi
afektif, disamping itu orangtua juga harus memelihara jasmaniah mulai dari memberi makan dan
penghidupan yang layak.

2. Saran

Saran untuk pembaca: kedua buku ini memiliki 3 karakter isi yang berbeda tetapi memiliki makna yang
sama untuk dipahami oleh kita. Buku ini sangat baik untuk kita sebagai salah satu referensi untuk lebih
mengetahui mengenai anak berkebutuhan khusus dan orang tua juga keluarga.

Saran untuk penulis buku: Sebaiknya materi ini dibahas lebih spesifik agar lebih mudah dalam
memahami materi ini. Disamping itu juga sebaiknya bahasa yang digunakan pun lebih sederhana agar
para pembaca lebih mudah dalam mencerna kandungan pokok buku ini.

DAFTAR PUSTAKA

Nafi, Dian. 2013. Loving and Living With ABK. Yogyakarta: Familia

Triarni, Wahyu. Rakhmawati, Dwi. 2013. Menjadi Orangtua ABK Yang Bijak. Yogyakarta: Familia

Griark, Christina. Dkk. 2011. Early Childhood Intervention: Shaping the Future for Children with Special
Needs and Their Families. United State: PRAEGER

Anda mungkin juga menyukai