Anda di halaman 1dari 4

KELOMPOK 1

PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Dosen Pengampu :
SITI PATMAWATI, M.Pd

Anggota Kelompok :
 Lailul

 Milati Eka Rini

 Mutia Sari

 Ratih Yunita Sari (857016866)

 Siti Mardaleza Dea (857022727)

SESI PERTANYAAN:
1. Tia Oktariaini
Apakah waktu munculnya kelaianan juga mempengaruhi berat ringannya kebutuhan
khusus yang diperlukan oleh anak?

Waktu munculnya kelaianan mempengaruhi berat ringannya kebutuhan khusus yang


diperlukan oleh anak. Misalnya anak tuna rungu sejak lahir, tidak pernah mendapat
kesempatan untuk mendengar bunyi, sebagai akibatnya, dia sama sekali tidak
mengenal persepsi bunyi, keadaan ini akan berpengaruh bagi kemampuannya dalam
berkomunikasi. Sebaliknya dampak kelaianan yang didapat setelah kelahiran dapat
diperkecil karena anak tersebut sudah mengenal persepsi akan bunyi, anak tersebut
juga sudah sempat mengalami perkembangan yang normal sebelum munculnya
kelaianan.

2. Tri Sumiati
Apakah peran keluarga sangat berpengaruh bagi perkembangan anak berkebutuhan
khusus?

Keterlibatan orang tua dalam pendidikan adalah faktor pendorong dan penentu dalam
perkembangan pendidikan inklusif. Hal itu dimulai dari pengambilan keputusan
mengenai tempat sekolah juga kolaborasi dengan pihak sekolah dan orang tua yang
memiliki anak berkebutuhan khusus. Orang tua merupakan penanggung jawab utama
dalam pendidikan anaknya.
Peran orang tua menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan dan kegagalan
anak dalam proses pendidikan. Orang tua memiliki peranan yang sangat penting dan
mendukung proses pendidikan anaknya. Pendidikan dari orang tua merupakan
pendidikan dasar bagi anak. Karena, orang tua berperan dalam proses pertumbuhan
dan perkembangan anak. Keberhasilan anak sangat bergantung pada orang tua dan
lingkungan sekitarnya.

3. Dina Nopita Riska


Dapatkah anak yang berkebutuhan khusu tumbuh mandiri dan merasa percaya diri
pada kekurangan yang dimiliki?
Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), rasa percaya diri harus hadir pada dirinya
supaya ia dapat aktif di masyarakat dan menjadi sosok yang bermanfaat. Untuk
mengatasi rasa tidak percaya diri tersebut, ketahui terlebih dahulu penyebab dari
mengapa ia tidak percaya diri. Apakah karena kondisinya? Atau karena masyarakat
yang belum menerimanya? Sebab masyarakat atau justru ABK sendiri merasa ia
sudah ditakdirkan untuk sulit beradaptasi, berorganisasi, dan berinteraksi dengan
orang lain. Padahal hal tersebut salah besar jika rasa percaya diri pada ABK hadir.
Maka orang tua menjadi peran penting untuk memberikan motivasi kepada ABK
supaya ia dapat aktif dan percaya dirinya pun tumbuh. 

KESIMPULAN
Kebutuhan khusus di bagi dua katagori yaitu kebutuhan khusus di atas normal dan kebutuhan
khusus dibawah normal.Jenis kelainan di bawah normal yaitu: Tunanetra:kurang penglihatan,
Tunarungu:gangguan pendengaran, Gangguan Komunikasi, Tunagrahita : cacat mental,
Tunadaksa : cacat fisik, Tunalaras : gangguan emosi, Anak Berkesulitan Belajar, Tunaganda:
lebih dari 1 jenis kelainan.
Kemudian Penyebab Munculnya Kebutuhan Khusus Berdasarkan waktu terjadinya, penyebab
kelainan dapat dibagi menjadi tiga yaitu: 1. Penyebab Prenatal, penyebab yang beraksi
sebelum kelahiran. 2. Penyebab Perinatal, penyebab yang muncul pada saat atau waktu
proses kelahiran. 3. Penyebab Postnatal, penyebab yang muncul setelah kelahiran. Dan
dampak Kelainan dan Kebutuhan Khusus Dampak kelainan dan kebutuhan khusus ada 3
yaitu: 1. Dampak kelainan bagi anak, 2. Dampak kelainan bagi keluarga, dan 3. Dampak
kelainan bagi masyarakat

Mengenai Kebutuhan anak berkelainan terdiri dari: 1. Kebutuhan Fisik/Kesehatan, 2.


Kebutuhan sosial-emosional, 3. Kebutuhan Pendidikan. Dan Hak Penyandang Kelainan
Sebagai warga Negara, para penyandang kelainan mempunyai hak yang sama dengan warga
Negara lainnya. Dalam pasal 31 UUD 1945 disebutkan bahwa semua warga Negara berhak
mendapat pendidikan.
Jenis layanan pendidikan dapat dibedakan menjadi 3 kategori sebagai berikut :
 Layanan pendidikan yang berkaitan dengan bidang kesehatan dan fisik. Seperti ;
kebutuhan yang berkaitan dengan koordinasi gerakan anggota tubuh dan berbagai
jenis gangguan kesehatan lainnya. Jenis layanan ini kepada ahli terapi fisik dan dokter
ahli.
 Layanan pendidikan yang berkaitan dengan kebutuhan emosional social. Seperti ;
pada penyesuaian diri dengan lingkungan/masyarakat sekitar dan menghadapi
persitiwa penting dalam hidup. Jenis pelayanan ini kepada para psikoloi dan pekerja
social.
 Layanan pendidikan yang memang berkaitan langsung dengan kebutuhan pendidikan.
Jenis pelayanan yang melibatkan ahli pendidkan dari berbagai bidangg dan psik

1. LAYANAN PENDIDIKAN SEGREGASI


 Bentuk layanan pendidikan segresi memisahkan ABK dengan anak normal. Alasan
para pendukung pelayanan pedidikan terpisah ini antara lain sebagai berikut:
 Dalam layanan segregasi (terpisah) ABK akan mendapat perlakuan / perhatian yang
lebih intensif karena para guru memang disiapkan khusus untuk melayani mereka
 Dalam layanan segregasi, para ABK merasa senasib sehingga dapat bergaul lebih
akrab
 Keinginan bersaing dalam pendididkan segregasi mungkin lebih tinggi karena para
ABK meresa mempunyai kemampuan setara sehingga kesempatan untuk bergaul akan
semakin terbuka.

2. LAYANAN PENDIDIKAN INTERGRASI

Layanan dalam bentuk terpadu atau integrasi menyediakan pendidikan bagi ABK di
sekolah yang sama dengan anaka normal. Melalui pendidikan terintegrasi, Para ABK
dapa menghayati dunia yang sama dengan anak normal, demikian pula anak normal
akan mendapatkan kesempatan untuk menghayatu keanekaragaman dalam hidup.

3. LAYANAN PENDIDIKAN INKLUSI


 Pada layanan ini setiap anak diakui sebagi bagian dari anak-anak lain yang ada dalam
stu sekolah. Pada praktiknya ABK disekolahkan disekolah yang terdekat dengan
tempat tinggalnya, terlepas dari tingkat kelainan yang disandang.
 Oleh karena itu, pengintregrasian anak hendaknya jangan hanya mempertimbangkan
kelainan anak, tetapi juga empertimbangkan kemampuan dan kebutuhan anak.
 Menurut Reynolds & Birch (1988) Model integrasi ini terdiri dari 3 jenis, yaitu
integrasi fisik, sosial dan pembelajan. Integrasi fisik terjadi dalam bentuk
kebersamaan antara anak normal dan ABK seperti mereka berada bersama-sama
dalam ruangan bermain., kantin dan ruangan lain. Integrasi sosial terjadi jika antara
ABK dan anak normal terjadi komunikasi misalnya saling menyapa, bersenda gurau,
atau bermain. Akhirnya integrasi pembelajaran terjadi jika ABK dan anak normal
belajar bersama-sama. Durasi atau waktu untuk ketiga jenis integrasi tersebut dapat
bervariasi sesuai dengan kemampuan setiap anak

Anda mungkin juga menyukai