Untuk kondisi ABK yang bersifat permanen merupakan suatu kondisi dimana
anak-anak mengalami hambatan belajar dan perkembangan disebabkan oleh faktor
internal dan akibat langsung dari kondisi kecacatan. Misalnya pada anak yang kehilangan
fungsi pendengaran, penglihatan, gangguan perkembangan kecerdasan, gangguan
perkembangan interaksi sosial, gangguan gerak, gangguan emosi, dan tingkah laku. Pada
kondisi tersebut, anak-anak dihadapkan pada kondisi keterbatasan dalam kehidupannya
secara menetap.Dalam kehidupannya, ABK membutuhkan perhatian baik dari keluarga
maupun masyarakat sekitarnya. Pendidikan yang kita berikan kepada ABK berupa
pendampingan secara khusus dan berkelanjutan. Melalui pendidikan dapat mengetahui
kemampuan yang dimiliki ABK, untuk seterusnya akan dikembangkan dan berguna bagi
kehidupannya karena banyak ABK yang memiliki bakat yang tidak dimiliki oleh anak
normal pada umumnya. Tetapi abk sementara sebaiknya cepat ditangani agar tidak
menjadi bersifat permanen.
Selanjutnya (syaifa): Layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus tidak merata
dan hanya terkonsentrasi di beberapa daerah. Hal ini terjadi karena minimnya
keberpihakan para pembuat kebijakan pada isu anak berkebutuhan khusus (ABK). Untuk
itu, berbagai daerah didorong membuat peraturan daerah atau peraturan gubernur khusus
tentang pendidikan inklusi. Belum adanya payung hukum tentang pendidikan inklusi itu
menyebabkan minimnya sekolah yang membuka diri pada ABK. Padahal setiap satuan
pendidikan pada dasarnya bisa menyelenggarakan pendidikan inklusi. Namun tetap harus
ada persyaratan seperti sarana prasarana bagi ABK dan guru pembimbing khusus. Jika
sekolah tidak memiliki fasilitas pendidikan inklusi, bisa dibicarakan dengan dinas
pendidikan setempat. Meminta sekolah umum untuk tidak menolak ABK, karena ABK
juga memiliki potensi dan kecerdasan.