0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
187 tayangan9 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang deteksi dini autisme pada anak, gejala-gejala autisme, dan bentuk layanan pendidikan untuk anak autisme seperti program intervensi dini, terapi penunjang, kelas transisi, program inklusi, pendidikan terpadu, sekolah khusus autisme, dan program sekolah di rumah.
Dokumen tersebut membahas tentang deteksi dini autisme pada anak, gejala-gejala autisme, dan bentuk layanan pendidikan untuk anak autisme seperti program intervensi dini, terapi penunjang, kelas transisi, program inklusi, pendidikan terpadu, sekolah khusus autisme, dan program sekolah di rumah.
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai DOC, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Dokumen tersebut membahas tentang deteksi dini autisme pada anak, gejala-gejala autisme, dan bentuk layanan pendidikan untuk anak autisme seperti program intervensi dini, terapi penunjang, kelas transisi, program inklusi, pendidikan terpadu, sekolah khusus autisme, dan program sekolah di rumah.
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai DOC, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Autisme adalah salah satu kelompok gangguan pada anak, yang ditandai munculnya gangguan & keterlambatan pada bidang kognitif, komunikasi, ketertarikan pada interaksi sosial, dan perilakunya. Perilaku autism terbagi menjadi dua, yaitu: 1. Perilaku yang eksesif (berlebihan), ditandai dengan hiperaktif & tantrum 2. Perilaku yang defisit (berkekurangan), ditandai dengan gangguan bicara, pola sosial kurang sesuai, emosi tidak tepat, defisit sensoris. Adapun penyebab autisme antara lain: • Gangguan autis terjadi pada fase pembentukan organ-organ, yaitu pada usia kehamilan 0 – 4 bulan. • Gangguan pada organ atau saraf otak lobus parietalis (anak tidak peduli dengan lingkungan). • Gangguan pada otak kecil, yang berfungsi untuk melakukan proses daya ingat, berpikir, aktivitas sensoris, perhatian, dan belajar bahasa. • Gangguan pada sistem limbik (terletak di bagian tengah otak), mengakibatkan gangguan fungsi kontrol agresi dan emosi. • Genetika. • Infeksi virus dan jamur. • Kekurangan nutrisi dan oksigen. • Polusi udara, air, dan makanan. Indikator-indikator anak autisme dapat dilihat dari aspek komunikasi, interaksi sosial, perilaku, gangguan sensoris, pola bermain, dan emosi. 1. Indikator Komunikasi • Ekspresi wajah datar.
• Tidak menggunakan bahasa/isyarat tubuh.
• Jarang memulai komunikasi.
• Mengoceh tanpa arti secara berulang-ulang.
• Membeo kata-kata, kalimat-kalimat, nyanyian.
• Intonasi vokal yang aneh.
• Tampak tidak mengerti kata.
• Bicara sedikit atau tidak ada.
• Anak seperti tuli.
• Perkembangan bahasa terhambat.
2. Indikator Interaksi Sosial
• Tidak responsif.
• Kontak mata terbatas.
• Kurang mampu berempati.
• Lebih suka menyendiri.
• Tidak tertarik bermain bersama teman.
• Menggunakan tangan orang lain sebagai alat.
3. Indikator Perilaku
• Adanya suatu kelekatan pada rutinitas atau ritual tertentu.
• Adanya suatu preokupasi yang terbatas pada pola perilaku yang tidak normal.
• Adanya gerakan-gerakan motorik aneh yang diulang-ulang.
4. Indikator Gangguan Sensoris
• Sangat sensitif terhadap sentuhan.
• Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.
• Senang mencium-cium atau menjilat benda.
• Tidak sensitif terhadapa rasa sakit dan rasa takut.
5. Indikator Pola Bermain
• Tidak bermain seperti anak pada umumnya.
• Tidak suka bermain dengan teman sebaya. • Tidak bermain sesuai dengan fungsi mainan. • Menyenangi benda-benda yang berputar. • Dapat sangat lekat dengn benda tertentu. 6. Indikator Emosi • Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas. • Temper tantrum.
• Kadang suka menyerang dan merusak.
• Tidak mempunyai empati.
• Kadang menyakiti diri. Deteksi dini sangat perlu dilakukan agar anak-anak yang memiliki ciri-ciri autisme dapat ditangani secara cepat dan tepat. Deteksi dini untuk bayi berusia 0-6 bulan antara lain: 1. Bayi tampak terlalu tenang. 2. Terlalu sensitif, cepat terusik. 3. Gerakan tangan/kaki berlebihan. 4. Tidak babbling. 5. Tidak kontak mata (> 3 thn). 6. Perkmbangan motorik kasar/halus tampak normal. Deteksi dini untuk bayi berusia 6-12 bulan antara lain: 1. Sulit bila digendong. 2. Menggigit tangan dan badan orang lain secara berlebihan. 3. Tidak ditemukan senyum social. Deteksi dini untuk anak berusia 1-2 tahun antara lain: 1. Kaku bila digendong. 2. Tidak mau bermain permainan sederhana. 3. Tidak mengeluarkan kata. 4. Memperhatikan tangannya sendiri. 5. Tidak tertarik pada boneka. Deteksi dini untuk anak berusia 2-3 tahun antara lain: 1. Tidak tertarik bersosialisasi dengan anak lain. 2. Melihat orang sebagai “benda”. 3. Tertarik pada benda tertentu. 4. Kontak mata terbatas. 5. Kaku bila digendong.
Layanan Pendidikan untuk Anak dengan Autisme
1 Salah satu bentuk pelayanan untuk anak dengan autisme adalah melalui pendidikan yang disesuaikan dengan karakteristik anak, yaitu pendidikan untuk pengembangan potensi dan kemandirian anak. Salah satu bentuk layanan pendidikan yang disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan anak antara lain: • Pengajaran terstruktur. • Guru aktif mengambil inisiatif untuk berinteraksi. • Tahap-tahap pembelajaran dari yang terkecil. • Rutin dan continue, spontan dan fleksibel untuk ketrampilan sosial. Model layanan pendidikan untuk anak dengan autisme ada dua, yaitu layanan pendidikan awal dan layanan pendidikan lanjutan. 1. Layanan Pendidikan Awal A. Program Intervensi Dini Program intervensi dini: Erba (Jan, 2000)empat program intervensi dini bagi anak autistik yaitu: 1.Discrete Trial Training (DTT), dari Lovaas dkk, 1987. 2.Learning Experience an Alternative Program for preshoolers and parents (LEAP), dari Strain dan Cordisco, 1994. 3.Floor Time, dari Greenspan dan Wider, 1998. 4.Treatment and Education of Autistic and related Communication handicapped CHildren (TEACCH), dari Mesibov, 1996. B. Program Terapi Penunjang: − Terapi Wicara, − Terapi Okupasi, − Terapi Sensory Integrasi, − Terapi Auditori, − Terapi Bermain, − Terapi Musik, dsb. 2. Layanan Pendidikan Lanjutan A. Kelas Transisi (Kelas Persiapan) Tujuan dari kelas transisi ini ialah untuk mempersiapkan transisi ke bentuk layanan pendidikan lanjutan. Fungsinya untuk menggali dan mengembangkan kemampuan, potensi dan minat anak. Syarat-syarat anak yang boleh memasuki kelas transisi antara lain: 0 1.Anak dengan autisme sudah pernah menjalani terapi intervensi dini. 1 2.Karakteristik anak: tidak mendistraksi teman lain dan tidak terdistraksi oleh adanya teman lain (bisa belajar secara klasikal). 2 3.Diperlukan guru terlatih dan terapis, sesuai dengan keperluan anak didik (terapis perilaku, terapis bicara, terapis okupasi, dsb). 3 4.Kurikulum masing-masing anak dibuat melalui pengkajian oleh satu tim dari berbagai bidang ilmu (psikolog, pedagogi, speech patologist, terapis, guru dan orang tua/relawan). B. Program Inklusi Untuk mengikuti program inklusi, anak dengan autisme harus dapat mengendalikan perilakunya, berkomunikasi dan berbicara normal, wawasan akademik yang cukup sesuai anak seusianya. Anak autisme harus diperkenalkan dengan anak-anak normal, sehingga ia dapat mempunyai figur/role model anak normal dan meniru tingkah laku anak normal seusianya. Program inklusi dapat berjalan dengan baik apabila ada: 1 1.Keterbukaan dari sekolah umum. 2 2.Tes masuk. 3 3.Peningkatan SDM/guru terkait. 4 4.Proses shadowing berfungsi. 5 5.Dukungan semua pihak di sekolah. 6 6.Tersedianya unit khusus. 7 7.Masa orientasi. 8 8.Ideal 1 anak autistik dalam 1 kelas. 9 9.Batasan kemampuan: kelas 1 SD.
Dalam program inklusi harus ada pendampingnya. Pendampingnya ialah Guru
Pembimbing Khusus dan guru pendamping siswa/shadow. Fungsi guru pendamping siswa /shadow ialah untuk membantu guru kelas dalam mendampingi anak autistik pada saat diperlukan, sehingga proses pengajaran dapat berjalan lancar tanpa gangguan. Tugas guru pendamping siswa antara lain: • Menjembatani instruksi antara guru dan anak. • Mengendalikan perilaku anak di kelas. • Membantu anak untuk tetap berkonsentrasi. • Membantu dalam interaksi sosial. • Menjadi media informasi guru-orangtua. • Mengejar ketinggalan pelajaran di kelasnya. Kiat-kiat dalam program inklusi: 1.Ikut dalam kegiatan belajar 2 minggu setelah kegiatan dimulai (setelah masa orientasi). 2.Anak duduk di meja paling depan untuk konsentrasi. 3.Dalam waktu istirahat anak dilatih untuk sosialisasi. 4.Anak mendapatkan program remedial. 5.Anak menguasai bahan pembelajaran lebih awal. 6.Melalui dedikasi dan toleransi yang tinggi dari para guru, program inklusi dapat berhasil dengan baik. C. Program Pendidikan Terpadu Untuk masuk dalam program pendidikan terpadu kita harus melihat hasil evaluasi anak di kelas transisi, anak belajar individu di sekolah regulr, perlu guru pembimbing khusus dan guru pendamping/shadow, dan dicoba sesekali bergabung di kelas umum untuk latihan dan sosialisasi. Program ini akan berhasil bila: 1.Idealnya anak berhak memilih pelajaran yang ia mampu saja (Mempunyai IEP/Program Pendidikan Individu sesuai dengan kemampuannya). 2.Anak dapat “tamat” (bukan lulus) dari sekolahnya karena telah selesai melewati pendidikan di kelasnya bersama-sama teman sekelasnya/peers. 3.Tersedianya tempat khusus (special unit) bila anak memerlukan terapi 1:1 di sekolah umum. D. Sekolah Khusus Autistik Kondisi anak yang sukar berkonsentrasi, mudah terdistraksi, tapi mempunyai potensi yang dapat dikembangkan seperti dalam bidang olahraga, musik, lukis, komputer, matematika dsb. dapat masuk sekolah khusus autistik ini. Ada beberapa kelas khusus yang ada dalam sekolah khusus autistik ini, antara lain kelas musik, kelas ketrampilan, kelas seni lukis, kelas pengembangan olahraga, dll. E. Program Sekolah di Rumah Karakteristik anak autistik dengan keterbatasan yang kompleks, seperti masalah motorik dan auditory, retardasi mental dan non verbal, dsb dapat mengikuti program sekolah di rumah ini. Agar program sekolah di rumah ini berhasil maka perlu: • Disediakan ruangan khusus untuk melaksanakan program, sehingga anak terlatih siap belajar pada saat masuk ruangan tersebut. • Kerjasama yang baik dengan guru, orangtua dan orang-orang disekitarnya, untuk mengembangkan potensi/strength anak, menggeneralisasi program dan membentuk hubungan yang positif antara keluarga dan masyarakat. • Di lain pihak, perlu dukungan yang memadai untuk keluarga dan masyarakat sekitarnya untuk dapat menghadapi kehidupan bersama seorang autistik. F. Griya Rehabilitasi Autistik Anak autistik yang kemampuannya sangat rendah/terbatas dapat masuk griya rehabilitasi autistik. Keuntungan dari griya rehabilitasi autistik ini adalah: 1.Mendapatkan layanan sesuai kebutuhannya. 2.Pengembanganpotensi diri secara optimal. 3.Mendapatkan ketrampilan kerja terbatas, bekal untuk bekerja di tempat kerja terlindung (Shelter Workshop). 4.Mendapatkan ketrampilan akademik yang terbatas dan fungsional.
Mengenali dan Mengembangkan Potensi Anak Penyandang Autisme
Potensi adalah kemampuan atau kekuatan atau daya, dimana potensi dapat merupakan bawaan (bakat) dan hasil dari stimulus atau latihan dalam perkembangan anak. Ada lima kunci dalam mengembangkan potensi anak: 1. Setiap anak memiliki bakat; anak dengan kebutuhan khusus juga mempunyai kemampuan spesial. 2. Bakat harus dikembangkan melalui latihan dan rangsangan secara terus menerus. 3. Stimulasi sejak usia dini melalui kegiatan yang menyenangkan (bermain). 4. Tugas orang tua-lah mengenali & mengembangkan bakat anak (Membutuhkan ketekunan, kesabaran, ketelatenan, kreativitas). 5. Kembangkan bakat sesuai dengan minat dan kebutuhan anak. Potensi anak dengan autisme sama seperti anak normal hanya saja perkembangannya mengalami hambatan. Sering tidak dapat berkembang karena masalah perilaku. Diperlukan metode khusus yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak. Penanganannya harus kontinyu dan terprogram. Jadi, cara mengembangkan potensi anak antara lain: • Menangani masalah sensorik, seperti hipersensitif, hiposensitif atau kombinasi keduanya. • Fokus pada kelebihan anak. • Mengenali kecerdasan majemuk. • Mengenali gaya belajar anak. • Empati. Kecerdasan majemuk menurut Gardner antara lain: • Spatial – visual intelligence. • Linguistic intelligence. • Interpersonal intelligence. • Musical intelligence. • Naturalist intelligence. • Bodily-kinesthetic intelligence. • Intrapersonal intelligence. • Logical-mathematical intelligence. Kecerdasan setiap anak berbeda-beda, bisa salah satu dari kecerdasan di atas, atau gabungan dari beberapa kecerdasan di atas. Untuk itu kita perlu mengetahui apa kecerdasan anak sehingga kita bisa menggali potensinya. Selain itu kita juga harus mengenali gaya belajar anak untuk mengembangkan potensinya. Macam-macam gaya belajar anak antara lain: 1. Gaya belajar visual, ciri-cirinya: • Dapat mengingat gambar dan informasi visual secara mendetil. • Dapat memiliki rekaman video dalam memori. • Alat bantu visual yang jelas dan menarik mutlak digunakan dalam belajar berbagai informasi, membuat jadwal, memberikan instruksi dan berkomunikasi. 2. Gaya belajar kinestetik Masalah sensorik pada anak autisme menyebabkan kesulitan dalam konsentrasi dan kontrol diri. Proses belajar akan lebih berhasil bila dilakukan dengan mengerjakan langsung dan pada konteks sesungguhnya. Menurut penelitian, gerakan yang tepat diperlukan untuk mengembangkan cabang-cabang syaraf otak dan memperbaiki fungsi sensorik. Kemudian masalah lainnya untuk mengembangkan potensi anak adalah empati. Empati adalah kemampuan untuk memahami kondisi anak dan bagaimana anak menghayati dirinya dan dunia luar. Manfaat empati antara lain: • Menciptakan hubungan yang intim secara emosional yang selanjutnya memberikan rasa aman dan dimengerti pada anak. • Meningkatkan keinginan membuka diri pada anak, baik secara verbal maupun non verbal. • Mengetahui alasan dibalik tingkah laku anak sehingga dapat diberikan respon dan penanganan yang tepat. Adapun cara mengembangkan empati antara lain dengan cara: • Observasi. • Wawancara dengan orang-orang yang dekat dengan anak. • Terlibat dalam kegiatan yang diminati anak. • Mendengarkan ungkapan diri anak (kata-kata, hasil karya, surat). • Meniru tingkah laku anak.