Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) AUTIS


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembeajaran Eksklusi
Dosen Pengampu : Novela Nadia Fardah, M.Psi

Disusun Oleh :
1. Mudzalifah (1323211029)
2. Siti Fatimah (1523211036)

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM IMAM GHOZALI (IAIIG) CILACAP
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “PENDIDIKAN ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) AUTIS” pada mata kuliah Pembelajaran ekslusi.
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya,
serta tak lupa shalawat serta salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad saw atas petunjuk
dan risalah-Nya, yang telah membawa zaman jahiliyah ke zaman Islamiyah, dan atas doa restu
dan dorongan dari berbagai pihak-pihak yang telah membantu kami memberikan referensi dalam
pembuatan makalah ini.

Kami dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
oleh karena itu saya sangat menghargai akan saran dan kritik untuk membangun makalah ini
lebih baik lagi. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

2
DAFTAR ISI
Halaman Judul.........................................................................................i
Kata Pengantar........................................................................................ii
Daftar Isi..................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

A. Latar belakang.....................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...............................................................................................5

C. Tujuan..................................................................................................................5

BAB II......................................................................................................................6

PEMBAHASAN......................................................................................................6

A. Pengertian Autisme.............................................................................................6

B. Ciri-ciri Autisme..................................................................................................6

C. Pola Penanganan bagi anak autis........................................................................9

D. Metode pembelajaran untuk penderita Autis......................................................9

BAB III..................................................................................................................12

PENUTUP..............................................................................................................12

A. Kesimpulan.......................................................................................................12

Daftar Pustaka........................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Autisme merupakan kelainan perkembangan yang menyebabkan gangguan pada
pemikiran, perasaan, pendengaran, ucapan dan interaksi sosial. Untuk alasan ini, anak
autis membutuhkan pelatihan khusus untuk meningkatkan kemampuan dalam
mempelajari keterampilan dan pengetahuan baru.
Seiring dengan jumlah penyandang autis di Indonesia akan berdampak pada
pendidikan yang akan diberikan pada anak-anak penyandang autis tersebut, hal inilah
yang menjadi bahan perhatian dari berbagai elemen masyarakat. Berbagai upaya telah
dilakukan oleh berbagai pihak untuk membantu penyandang autis, mulai dari pelayanan
deteksi dini diberbagai klinik tumbuh kembang anak, juga pelayanan di pusat-pusat
terapi. Tujuan didirikannya pusat-pusat terapi tersebut adalah membentuk perilaku positif
dan mengembangkan kemampuan anak yang terhambat, dengan kata lain meningkatkan
potensi anak autis untuk berinteraksi dilingkungan masyarakat. Artinya anak mampu
berintegrasi dan berinteraksi dalam berbagai lingkungan dalam kehidupannya, misalnya:
lingkungan keluarga, sekolah dan dalam situasi pergaulan dimanapun.
Berangkat dari latar belakang diatas perlu adanya pembahasan mengenai Autisme,
ciri-ciri, pola penanganan serta metode pembelajaran apa yang sesuai untuk penderita
autis guna menambah wawasan pngetahuan

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Autisme ?
2. Apa saja ciri-ciri Anak Autis ?
3. Bagaimana pola penanganan penderita Autisme ?
4. Apa metode pembelajaran yang digunakan untuk penderita Autis ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Autisme.
2. Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri Anak Autis.
3. Untuk mengetahui pola penanganan penderita Autisme.
4. Untuk mengetahui metode pembelajaran yang digunakan untuk penderita.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Autisme
Autisme pertama kali ditemukan oleh Kanner pada tahun 1943. Kanne
mendeskripsikan gangguan ini sebagai ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang
lain, gangguan berbahasa yang ditunjukkan dengan penguasaan yang tertunda, echolalia,
meutest, pembalikan kalimat, adanya aktivitas bermain yang repretative dan stereotype,
rite ingatan yang kuat dan keinginan obsesif untuk mempertahankan keteraturan dalam
lingkungannya.1
Autisme berasal dari kata auto yang artinya sendiri. Istilah ini dipakai karena
mereka yang mengidap gejala autism seringkali memang terlihat seperti seorang yang
hidup sendiri. Mereka seolah-olah hidup di duniannya sendiri dan terlepas dari kontak
sosial yang ada di sekitarnya.
Autism merupakan salah satu bentuk gangguan tumbuh kembang, berupa
sekumpulan gejala akibat adanya kelainan syaraf-syaraf tertentu yang menyebabkan
fungsi otak tidak bekerja secara normal sehingga mempengaruhi tumbuh kembang,
kemampuan komunikasi, dan kemampuan interaksi sosial seseorang. 2

B. Ciri-ciri Autisme
Secara umum, anak yang mengalami gangguan autism akan menunjukkn gejala:
kurang respon terhadap orang lain, mengalami kendala berat dalam berkomuikasi, dan
memunculkan respon aneh terhadap berbagai aspek lingkungan disekitarnya, yang semua
ini berkembang pada 30 bulan pertama dari masa kelahiran anak. Anak yang mengalami
gangguan autisme menunjukkan kegagalan membina hubungan interpersonal yang
ditandai dengan kurangnya respond an minat terhadap orang disekitarnya. Hal ini terlihat,
misalnya, pada masa bayi anak terlihat kurang tertarik pada saat diakal bermain, tidak
merasa kehilangan pada saat ditinggal pergi (jawa: kelayu), tidak tertawa pada saat
1
Setiati Widihastuti,Pola Pendidikan Anak Autis.(Yogyakarta: CV. Data Media,2007) Hlm.1
2
Christopher Sunu,Panduan Memecahkan Masalah Autism unlocing Autism. (Yogyakarta: Lintang terbit,2012)
Hlm.7

6
dililing dan sebagainya.Sejak dini para orang tua dapat mengenali beberapa ciri alamiah
yang menunjukkan kemungkinan anak menyandang autis, yaitu para orang tua,
khususnya para ibu, memberikan perhatian terhadap perkembangan anaknya dan tentu
saja pengetahuan para orang tua terhadap autism. Adapun ciri-ciri alamiah anak
penyandang autis adalah:
1. Pada saat disusui tidak ada kontak mata antara anak dan ibu.
2. Anak bersikap acuh terhadap kondisi lingkungannya.
3. Bandingkan perkembangan anak dengan anak-anak yang lain
4. Segera bawa anak ke dokter tumbuh kembang anak.
Pada umumnya seorang anak penyandang autis mempunyai masalah/gangguan
dalam bidang:
1. Komunikasi verbal maupun non verbal
a. Perkembangan bahasa lambat atau tidak ada sama sekali.
b. Tampak seperti tuli, sulit berbicara atau pernah berbicara kemudian sirna.
c. Terkadang kata yang dipergunakan tidak sesuai artinya.
d. Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, bahasanya tidak dimengerti orang lain.
e. Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi.
f. Senang meniru atau membeo (echolalia)
g. Bila senang meniru dapat hafal kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa
mengetahui artinya.
h. Sebagian dari anak ini tidak berbicara (non verbal) atau sedikit berbicara
(kurang verbal) sampai usia dewasa.
2. Interaksi sosial:
a. Suka menyendiri
b. Tidak menengok pada saat dipanggil
c. Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan
d. Tidak tertarik untuk bermain bersama teman
e. Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh
3. Gangguan sensoris:

7
a. Sangat sensitive terhadap sentuhan, tekstur atau warna tertentu, seperti tidak
suka dipeluk, rishi dan gelisah mamakai baju atau kaos bertekstur
“menggelitik” dan “mengiris” kulitnya.
b. Bila mendengar suara keras, langsung menutup telinga
c. Senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda
d. Tidak sensitive terhadap rasa sakit dan rasa takut.

4. Pola bermain
a. Tidak suka bermain dengan anak sebayanya
b. Tidak kreatif, tidak imajinatif
c. Tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya: sepeda tidak dinaiki tetapi
dibalik kemudian rodanya diputar-putar
d. Menyukai benda yang berputar, seperti:kipas angina, roda sepeda
5. Gangguan pada perilaku
a. Dapat berprilaku berlebihan (excessive) atau berkekurangan (deficient)
b. Memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-goyang,
mengepakkan tangan seperti burung, berputar-putar, berjalan bolak-balik dan
melakukan greakan secara berulang-ulang.
c. Tidak suka perubahan
d. Dapat pula duduk berjam-jam dengan tatapan kosong, tanpa kegiatan
6. Gangguan emosi
a. Sering marah-marah, tertawa-tawa, dan menangis tanpa alasan yang jelas
b. Temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau tidak dituruti
keinginannya
c. Terkadang suka menyerang atau menusuk
d. Terkadang berprilaku yang menyakiti dirinya sendiri (menjambak rambut,
menggigit tangan, memukul kepala atau membanting-banting badan ke
lantai)
e. Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain.
f.

8
C. Pola Penanganan bagi anak autis
Autisme merupakan gangguan perkembangaan yang berat pada anak. Gejalanya
sudah tampak sebelum anak mencapai usia tiga tahun. Perkembngan mereka menjadi
tergnggu terutma dalam komunikasi, interaksi dn perilaku. Pada usi 2-3 thun, di ms ank
blit lain mulai beljr bicara, anak autis tidak menampakan tanda-tanda perkembngan
bahasa. Kadang kala ia mengelurkan suara tanpa arti, anak autis jug acap kali melkukn
gerkan aneh yng di ulang-ulang . mislnya duduk sambil menggoyang-goyangkan
badannya secara ritmis, berputar-putar dn mengepak-ngepakan lengannya. Sikpnya
sangat cuek. Kadang melompat-lompat, mengamuk, atau menangis tanpa sebab, sehingga
anak autis pun sulit dibujuk. bahkan menolk untuk dirayu oleh sipapun.
Penyebab penderita autis
1. Gangguan neurobiologis pada susun saraaf otak/ sel otak tidak sempurna.
Gangguan ini terjadi dalam tiga bulan pertama masa kehamilan, bila pertumbuhn
sel-sel otak di beberapa tempat tidak sempurna
Penyebabnya bisa karena virus ( toxoplasmosis, cytomegalo, rubela, daan herpes)
atau jamur (candida) yang ditularkan oleh ibu ke janin. Bisa juga karena selama
hamil sang ibu mengkonsumsi atau menghirup zat yang sangat polutif sehingga
meracuni jnin/ kekurngan jumlah sel otak ini tidak mungkin diperbaiki dengan
cara apapun.

D. Metode pembelajaran untuk penderita Autis


1. Metode modifikasi/ metode applied behvioral analysis (ABA) .
di indonesia, metode modifikasi ini lebih dikenal sebagai Metode Lovaas (nama
orang yang mengembangkannya) yang oleh yayasan autisme indonesia (YAI) terus
disebarluaskan. Secara berkaal, YAI mengadakan pelatihan bagi orang tua
penyandang agar mereka bisa melakukn sendiri terapi di rumah. Namun
pelaksnaannya harus benr-benar tepat. Kalau sampai salah, hasilnya akan
mengecewakan sehingga tentu akan merugikan si anak. Waktunya terbuang percuma,

9
padahal bila dilakukan secara intensif dan konsisten, program terapi ini bisa selesai
dalam waktu 1-2 tahun.
Kelebihan metode ini adalaah sifatnya yang sangat terstruktur, kurikulumnya
jelas, dan keberhsilnnya bisa dinilai secara objektif. Penatalaksanaanya dilkukn 4-8
jm sehari.
Melalui metode ini, anak dilatih melakukan berbagai macam ketrampilan yang
berguna bagi hidup bermsyarakat. Misalnya berkomunikasi, berinteraksi, berbicra,
berbhasa dan seterusnya. Namun yang pertama perlu diterapkan adalah latihan
kepatuhan. Hal ini sangat penting agar mereka dapat mengubah perilaku seenknya
sendiri (misalnya melaksanakan kehendak) menjadi perilku yang lazim dan diterima
msyarakat.
Cara mengapliksikan metode modifikasi/ metode applied behvioral analysis
(ABA).
Sebelum memulai dengan terapi itu sendiri, orang tua dan terapis biasanya
membicarakan persiapan untuk memulai terapi. Dalam mengerjakan metode lovvas,
anak akan dituntut waktu belajar tidak kurang dari 40 jam per minggu, dan adanya
suatu tim terapis dan orang tua yang dijadwalkan bergantian memberikan drill, dan
biasanya pertemuan utin 2-3 minggu sekali oleh anggota tim untuk membahas segala
sesuatu yang dialami bersama anak termasuk memastikan instruksi dan program yang
dipakai selalu sinkron.
Secara umum, tujuan programnya adalah sebagai berikut :
1. Usaha suatu tim pengajar-para guru bekerja sama dengan anak.
2. Compliance (kepatuhan), misalnya duduk dan siap bila diminta.
3. Mengurangi self-stimulatory dan perilaku agresif.
4. Mengajarkan kemampuan menirukan secara umum.
5. Setelah pra-kemampuan diajarkan , perkenalkan anak yang sebagai model.
6. Ajarkan satu cara untuk berkomunikasi:
a. Berbicara
b. Gambar, misalnya menggunakanCOMPIC sebagai jembatan untuk
nantinya berbicara menggunakan suara.

10
c. Bahasa isyarat, biasanya tidak begitu disarankan karena kemungkinan
penggunaanya sebagai cara untuk self- stimulatory. Bahasa isyarat ini juga
seharusnya tidak boleh diajarkan pada anak yang masih sangat kecil
( dibawah 4 tahun) yang konsep bahasanya kemungkinan terlambat, atau
anak-anak yang belum banyak menerima verbal training.
7. Ajarkan anak bermain secara mandiri dan dengan anak yang lain.
8. Ajarkan kemampuan pra-sekolah (misalnya menggunting, menempel, duduk
dilantai).
9. Ajarkan kemampuan bantu diri (untuk ke kamar mandi).
10. Ajarkan kemampuan bersosialisasi (misalnya menyapa “halo”).
11. Ajarkan kemampuan motoric kasar dan halus.
12. Ajarkan bahasa reseptif/ ekspretif (kata benda, kata kerja, kemampuan memulai
pembicaraan.

2. Metode PECS (Picture Exchange Communication System).

PECS merupakan suatu pendekatan untuk melatih komunikasi dengan


menggunakan simbol-simbol verbal. PECS merupakan metode yang memadukan
pengetahuan dari terapi berbicara dengan memahami kondisi keadaan komunikasi
anak. Metode PECS diharapkan mendorong anak autis dapat meningkat
berkomunikasi secara verbal. Berdasarkan konsep metode PECS, akan dikembangkan
sebuah multimedia augmented reality untuk anak autis dalam belajar berkomunikasi.
Augmented reality (AR) merupakan sebuah tampilan real-time langsung atau tidak
langsung dari sebuah fisik dari sebuah objek nyata ditambah dengan menambahkan
objek pada dunia maya sehingga menghasilkan informasi tambahan pada objek yang
ada. AR ini menggabungkan benda-benda nyata dan virtual objek yang ada, virtual
objek ini hanya bersifat menambahkan bukan menggantikan objek nyata, sedangkan
tujuan dari AR ini adalah menyederhanakan objek nyata dengan membawa objek
maya sehingga informasi tidak hanya untuk pengguna secara langsung (user
interface), tetapi juga untuk setiap pengguna yang tidak langsung berhubungan
dengan user interface dari objek nyata, seperti live-streaming video.

11
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Autism merupakan salah satu bentuk gangguan tumbuh kembang, berupa
sekumpulan gejala akibat adanya kelainan syaraf-syaraf tertentu yang menyebabkan
fungsi otak tidak bekerja secara normal sehingga mempengaruhi tumbuh kembang,
kemampuan komunikasi, dan kemampuan interaksi sosial seseorang.
Anak autis memiliki ciri serta pola tertentu, dengan begitu untuk memmbantu
mereka dalam proses pembelajaran tentunya harus menggunakan metode yang khusus
adapaun metode yang dapat digunakan bagi penderita autis diantaranya adalah :
1. Metode modifikasi/ metode applied behvioral analysis (ABA)
2. Metode PECS (Picture Exchange Communication System).

12
Daftar Pustaka

Maulana Mirza. 2009. Anak Autis. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group


Sunu Christopher, 2012. Panduan Memecahkan Masalah Autism unlocing Autism.
Yogyakarta: Lintang terbit
Widihastuti setiati, 2007. Pola Pendidikan Anak Autis.Yogyakarta: CV. Data Media
Ichwan KurniawanPembelajaran Anak Autis Dengan Metode Picture Exchange
Communication System (PECS) Berbasis Multimedia AugmentedReality. Halaman 1- 6

13

Anda mungkin juga menyukai