Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata Bimbingan Anak Berbakat dan
Berkelainan
Disusun Oleh :
2
KATA PENGANTAR
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang turut
membantu baik moril maupun materil sehingga makalah ini dapat terselesaikan
tepat waktu.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
1
Pemerintah daerah perlu melakukan adaptasi terhadap program yang
sudah ada sebelumnya dan juga harus melakukan inovasi program agar
penyandang cacat terfasilitasi dengan baik sebagaimana warga masyarakat pada
umumnya.
I. 2 Tujuan
Tujuan tim penulis mengangkat judul “Anak Berkebutuhan Khusus Autis”
yaitu :
1. Tujuan Akademis
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Anak Berbakat dan
Berkelainan
2. Tujuan Umum
Untuk memaparkan beberapa inti pembahasan mengenai Anak
Berkebebutuhan Khusus Autis,
a. Anak Autis
b. Karakteristik Anak Autis
c. Layanan Belajar Anak Autis
d. Hambatan Pembelajaran Pada Anak Autis
e. Penyembuhan Anak Autis
I. 3 Metode Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Anak Autis
Autism berasal dari kata Yunani “autos” yang berarti self (diri). Kata
Autisme ini digunakan didalam bidang psikiatri untuk menunjukkan gejala
menarik diri. Istilah autisme pertama kali diperkenalkan oleh Leo Kanner pada
tahun 1943
Greenspan & Wieder dalam Nafi (2012;4) autistic ialah suatu gangguan
perkembangan yang kompleks yang melibatkan keterlambatan serta masalah
dalam interaksi sosial, bahasa dan berbagai kemampuan emosional, kognitif,
motorik dan sensorik. Sering kali tampak perilaku-perlaku khusus, misalnya
memutar tubuh, menjejer mainan atau mengulang-ngulang kata tanpa tujuan atau
makna yang jelas
Autisme menurut Hidayati (2014) merupakan gangguan pervasif yang
mencakup gangguan dalam bidang interaksi sosial, adanya gangguan pola
perilaku, minat, kegiatan yang terbatas dan berulang dan kelemahan dalam
komunikasi verbal maupun non verbal.
Menurut Koswara (2013;11) menyimpulkan bahwa “autis ialah anak yang
mengalami ganguan perkembangan yang khas mencangkup persepsi, linguistik,
kognitif, komunikasi dari yang ringan sampai yang berat dan seperti hidup dalam
dunianya sendiri, ditandai dengan ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal
dan non verbal dengan lingkungan eksternalnya.
Melly Budiman dalam Koswara (2013;11) menjelaskan bahwa “Autis
adalah ganguan perkembangan pada anak . oleh karena itu diagnosis ditegakan
dari gejala - gejala yang nampak dan menunjukan adanya penyimpangan dari
perkembangan yang normal sesuai umurnya.
Sedangkan menurut Sri Mulyati dalam bukunya yang berjudul
Penanganan Anak Autis (2019;6) autis ialah suatu bentuk ketidakmampuan dan
gangguan perilaku yang membuat penyandangnya lebih suka menyendiri.
3
Autis menurut Mc. Candles dalam Nafi (2012;6) terdapat tingkat paling
tinggi dari spektrum autisme yakni disebut Asperger Sydrome atau sindroma
Asperger yang mendeskripsikan seorang anak autis yang cerdas, mereka memiliki
pembedaharaan kata yang luas, tetapi mereka memiliki minat yang sempit dan
menunjukan banyak kekurangan dari segi sosial dengan gejala berupa gangguan
atau kesulitan dalam berinteraksi sosial, sulit menerima perubahan, suka
melakukan hal ang sama berulang - ulang serta terobsesi dan sibuk sendiri
dengan aktivitas yang menarik perhatian , umumnya tidak mempunyai
keterlambatan bicara atau perkembangan kognitif.
Dari beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa autis ialah
gangguan perkembangan yang kompleks mulai dari sulit berkomunikasi baik
verbal maupun non verbal, gangguan kognitif, emosional hingga motorik yang
melibatkan masalah dalam interaksi sosial dan lebih suka menarik diri atau
menyendiri.
4
disertai gerakan-gerakan berulang tanpa tujuan yang sudah terlihat sebelum usia 3
tahun. Gangguan tersebut terbagi kedalam 5 poin yaitu :
1. Gangguan dalam komunikasi
a) Terlambat bicara, tidak ada usaha untuk berkomunikasi dengan gerak
dan mimic
b) Meracau dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti orang lain
c) Sering mengulang apa yang dikatakan orang lain
d) Meniru kalimat-kalimat iklan atau nyanyian tanpa mengerti
e) Bicara tidak dipakai untuk komunikasi
f) Bila kata-kata telah diucapkan, ia tidak mengerti artinya
g) Tidak memahami pembicaraan orang lain
h) Menarik tangan orang lain bila menginginkan sesuatu
2. Gangguan dalam interaksi sosial
a) Menghindari atau menolak kontak mata
b) Tidak mau menengok bila dipanggil
c) Lebih asik main sendiri
d) Bila diajak main malah menjauh
e) Tidak dapat merasakan empati
f) Gangguan dalam tingkah laku
g) Asyik main sendiri
h) Tidak acuh terhadap lingkungan
i) Tidak mau diatur, semaunya
j) Menyakiti diri
k) Melamun, bengong dengan tatapan mata kosong
l) Kelekatan pada benda tertentu
m) Tingkah laku tidak terarah, mondar mandir tanpa tujuan, lari-lari,
manjat-manjat, berputar-putar, melompat-lompat, mengepak-ngepak
tangan, berteriak-teriak, berjalan berjinjit-jinjit.
3. Gangguan dalam emosi
a) Rasa takut terhadap objek yang sebenarnya tidak menakutkan
b) Tertawa, menangis, marah-marah sendiri tanpa sebab
5
c) Tidak dapat mengendalikan emosi; ngamuk bila tidak mendapatkan
keinginannya
4. Gangguan dalam sensoris atau penginderaan
a) Menjilat-jilat benda
b) Mencium benda-benda atau makanan
c) Menutup telinga bila mendengar suara keras dengan nada tertentu
d) Tidak suka memakai baju dengan bahan yang kasar
Selain ciri di atas, ada ciri umum yang sering terjadi adalah kegigihannya
terhadap hal yang sama secara terus – menerus yang jika berubah sedikit saja
akan menyebabkan mereka bingung, bahkan mengamuk. Hal ini disebabkan
karena ketidakmampuan mereka untuk memahami atau mengatasi situasi yang
baru.
Sekitar 40% penyandang autisme tidak suka pada suara-suara atau
frekuensi tertentu, sehingga seringkali mengalami ledakan emosi ketika
mendengar suara tangisan bayi atau sepeda motor. Sebaliknya, beberapa anak
penyandang autisme seperti tampak tuli karena tidak merespons terhadap
berbagai suara. Hal tersebut dikarenakan sebagian anak penyandang autisme
mengalami gangguan terhadap satu atau beberapa inderanya, yaitu meliputi
pendengaran, penglihatan, taktil (rabaan), pengecapan, keseimbangan,
penciuman, dan vestibular (penginderaan pada otot, urat/tendon, sendi, dan organ
keseimbangan, yang mendeteksi gerakan serta posisi tubuh dan anggota badan).
Menurut DSM 5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders)
yang dierbitkan oleh American Psychiatric Association (APA), autis dibagi
kedalam 3 level yaitu :
6
(Sumber : verywellhealth.com)
Level 1 : Membutuhkan dukungan
Mengalami kesulitan dalam memulai komunikasi dan membuka
pembicaraan dengan orang lain. Anak dapat berbicara satu kalimat penuh dan
dapat memulai pembicaraan meskipun terkadang gagal dan tampak aneh,
menunjukkan perilaku yang tidak luwes, dan mengalami kesulitan saat harus
mengganti aktivitasnya. Mereka jug keslutian mengartikan bahasa isyarat.
Mereka juga kesulitan berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya.
Selain itu, mereka mungkin memiliki masalah dengan organisasi dan perencanaan
yang menghambat sifat kemandirian.
Level 2 : Memerlukan bimbingan substansial
Memiliki masalah komunikasi verbal dan non verbal yang makin serius. Mereka
cenderung memiliki minat yang sangat sempit dan terlibat dalam perilaku
berulang. Serta sulit menyesuaikan diri.
Level 3 : Sangat membutuhkan bimbingan
Level 3 adalah bentuk autisme yang paling parah. Anak-anak dalam
kategori ini akan menunjukkan banyak perilaku yang sama seperti mereka yang
memiliki tingkat 1 dan 2, tetapi pada tingkat yang lebih ekstrem.
Seseorang dengan ASD level 3 akan memiliki kemampuan yang
sangat terbatas untuk berbicara dengan jelas dan jarang akan memulai interaksi.
Saat mereka memulai interaksi, mereka akan melakukannya dengan canggung.
7
2.3. Layanan Belajar Anak Autis
Pada prinsipnya, sekolah yang tepat ditentukan oleh kemampuan dan
keperluan anak. Beberapa kriteria sekolah yang ideal untuk anak autis adalah :
8
sama. Alat yang biasa digunakan dalam ABA antara lain pelatihan percobaan
diskrit, respons pivotal, pengajaran insidental, kefasihan, dan perilaku verbal.
Setelah dilakukan terapi, anak penyandang autis diharapkan bisa bergabung
dengan anak-anak normal, baik dalam aktifitas berinteraksi maupun bermain.
Proses penggabungan penyandang autis dengan anak normal inilah yang disebut
inklusif. Atas dasar kaidah-kaidah diatas, maka pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus ini harus didukung oleh semua kalangan masyarakat,
terutama lingkungan keluarga dan sekitar.
9
IV(diagnostic Manual of Mental Disorder, fourth edition) dengan instrumen
sebagai berikut,
Nama :
Jenis Kelamin :
Tanggal Lahir :
Tanggal Assesment :
10
dipakai untuk komunikasi
c. Sering menggunakan bahasa yang
aneh dan diulang - ulang
d. Cara bermain kurang variatif,
kurang imajinatif dan kurang bisa
meniru
3 Suatu pola yang dipertahankan dan Minimal 1 gejala
diulang -ulang dari perilaku, minat
dan kegiatan
a. Mempertahankan satu minat atau
lebih dengan cara yang sangat khas
dan berlebihan
b. Terpaku pada suatu kegiatan yang
ritualistik atau rutinitas yang tidak
ada gunanya
c. Ada gerakan - gerakan aneh yang
khas dan diulang - ulang
d. Seringkali terpukau pada bagian -
bagian benda
4 Sebelum umur 3 tahun tampak
keterlambatan atau gangguan dalam
bidang :
a. Interkasi sosial
b. Bicara dan Berbahasa
c. Cara bermain yang kurang variatif
5 Bukan disebabkan oleh sindroma
Rett atau Gangguan Distintegratif
masa kanak - kanak
Anak dapat didiagnosa autis apabila menunjukan 4 atau lebih dari gejala
diatas sehingga komunikasi dengan anak autis seorang guru harus
mengembangkan kemampuan tidak hanya bicara, tetapi perlu dikembangkan
11
kemampuan anak dalam mengekspresikan apa yang dikomunikasikan dengan
gerakan tangan, ekspresi wajah dan geraka tubuh lainnya untuk mengegaskan
yang dikomunikasikan.
Berikut beberapa hambatan belajar anak autisme
A. Interaksi sosial
Dalam aspek ini, anak autis akan mengalami kesulitan dalam tingkah laku
non verbal seperti kontak mata, ekspresi wajar, gesture dalam melakukan
interaksi sosial. Anak autis tidak dapat melakukan relasi dengan teman sebaya
yang memiliki tingkat perkembangan yang sama. Lalu anak autis juga tidak dapat
berbagi kesenagan secara spontan dengan orang lain yang mana hal ini
menyebabkan tidak adanya hubungan sosioemosional secara timbal balik.
B. Komunikasi
Terlambatnya perkembangan bahasa, tidak adanya inisiatif /
mempertahankan sebuah percakapan, penggunaan bahasa yang stereotip atau
aneh, serta terhambatnya jiwa bermain secara sosial sesuai usianya.
12
keterampilan prasyarat, sehingga tidak dapat menguasai keterampilan
berikutnya..
13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
14
DAFTAR PUSTAKA
15