Anda di halaman 1dari 17

PENDIDIKAN ANAK TUNA LARAS

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus


Dosen Pengampuh : Ahmad Shiddiq, M.Pd.I

Oleh:

Nama : NPM :
Febrizal Hidayat 19862061A001502
Hasiratul Fausiah 19862061A001661
Wardatun Hasanah 19862061A001558
Afif Fahkroin 19862061A001648

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU
REPUBLIK INDONESIA
2022
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufik dan hidayah nya sehingga kita dapat menyelesaikan makalah “Pendidikan Anak Tuna
Laras”. Solawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah Saw, para
sahabatnya dan orang-orang yang mau mengikuti sunah-sunahnya Aamiin.
Dalam pembuatan makalah ini penulis dapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan kali ini kita mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua tercinta yang telah
memberikan dukungan dan kepercayaan kepada pemakalah dan tak lupa kepada ucapan
terimakasih kepada dosen pengampuh mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
yakni bapak Ahmad Shiddiq, M.Pd.I. Adapun maksud dan tujuan penulis membuat makalah
ini, adalah untuk mengetahui strategi pembelajaran bagi anak tuna laras.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
penyusunan maupun materinya. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari
Ahmad Shiddiq, M.Pd.I. Atas kesalahan dan kekurangannya dalam penyempurnaan laporan
selanjutnya. Akhirnya semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca dan menjadikan amal
sholih bagi kami Aamiin.

Sumenep, 23 Februari 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................................................................i
Daftar Isi ......................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan ......................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................................2
Bab II Pembahasan..............................................................................................................3
A. Kajian Teori.............................................................................................................3
B. Pemaparan Data.......................................................................................................8
C. Analisis Data............................................................................................................10
Bab III Penutup....................................................................................................................12
A. Kesimpulan..............................................................................................................12
B. Saran........................................................................................................................12
Daftar Pustaka .....................................................................................................................13
Dokementasi........................................................................................................................14

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu hal yang bisa didapatkan oleh seluruh manusia, tanpa
membedakan Ras, Suku, Adat, dan Daerah seseorang. Negara Indonesia juga tidak
membatasi seseorang untuk menempuh pendidikan, baik Anak berkebutuhan khusus
maupun anak non berkebutuhan khusus. Berdasarkan Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 4 ayat 1
menyatakan bahwa “Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta
tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
kultural dan kemajemukan bangsa” (Undang-undang Republik Indonesia, 2003).
Merujuk pada undang-undang tersebut menyatakan bahwa pendidikan wajib diperoleh
oleh setiap warga negara Indonesia untuk mendapatkan pendidikan tanpa terkecuali baik
anak normal maupun anak berkebutuhan khusus (ABK).
Sebutan tunalaras berasal dari kata “tuna” yang berarti kurang dan “laras” yang
berarti sesuai. Jadi, anak tunalaras berarti anak yang bertingkah laku kurang atau tidak
sesuai dengan lingkungan. Perilakunya sering bertentangan dengan norma-norma atau

3
aturan yang berlaku di dalam lingkungan ia tinggal. Anak tunalaras sering disebut
dengan anak tuna sosial karena tingkah laku mereka menunjukkan pertentangan yang
terus menerus terhadap norma-norma masyarakat yang berwujud seperti mencuri,
mengganggu dan menyakiti orang lain, Soemantri dalam Yulianingsih dkk (2022).
Rancangan pembelajaran dalam mengajar anak tunalaras tentunya berbeda dengan siswa
pada umumnya.
Sekolah luar biasa (SLB) merupakan lembaga pendidikan yang dapat menangani
anak berkebutuhan khusus dan membuka layanan untuk anak yang berkebutuhan khusus
agar bisa melakukan Pendidikan meskipun diperlakukan sacara khusus. Sekolah luar
biasa juga memisahkan anak yang luar biasa dengan anak lainnya pada umunya, hal ini
agar dapat melakukan pembelajaran yang efektivitas dan efesien sehingga dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan mereka memperoleh
pembelajaran secara optimal. SLB Yasmin merupakan sala satu Lembaga Pendidikan
bagi anak berkebutuan kusus yang ada di sumenep. Lembaga ini mempunyai siswa yang
lumayan banyak dan guru yang suda professional. sarana dan prasarana dari Lembaga ini
juga cukup memadai seperti tempat bermain, alat-alat music, serta media pembelajaran
seperti anatomi tubu manusia seingga tidak eran jika banyak orang tua dari anak
berkebutuan kusus percaya kepada Lembaga Pendidikan ini untuk bisa memberikan
Pendidikan yang baik bagi anaknya. Ole karena itu kami tertarik untuk melakukan
penelitian terkait system pembelajaran yang dilakukan ole guru dan hambatan-hambatan
yang dialaminya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah dari Makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa pengerian anak tuna laras ?
2. Bagaimana strategi pembelajaran anak tuna laras ?
3. Apa faktor pengambat pembelajaran anak tuna laras ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari Makala ini adala sebagai berikut :
1. Untuk mengetaui dan mengenal anak tuna laras
2. Untuk mengetaui strategi pembelajaran bagi anak tuna laras
3. Untuk mengetahui faktor pengambat pembelajaran anak tuna laras ?

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Teori
1. Pengertian Anak Tuna Laras
Sebutan tunalaras berasal dari kata “tuna” yang berarti kurang dan “laras”
yang berarti sesuai. Jadi, anak tunalaras berarti anak yang bertingkah laku kurang
atau tidak sesuai dengan lingkungan. Perilakunya sering bertentangan dengan norma-
norma atau aturan yang berlaku di dalam lingkungan ia tinggal. Anak tunalaras
sering disebut dengan anak tuna sosial karena tingkah laku mereka menunjukkan
pertentangan yang terus menerus terhadap norma-norma masyarakat yang berwujud
seperti mencuri, mengganggu dan menyakiti orang lain. (Soemantri, 2006).
Istilah yang digunakan untuk anak yang berkelainan perilaku (anak tunalaras)
dalam konteks kehidupan sehari-hari di kalangan orang sangat bervariasi. Perbedaan
pemberian julukan kepada anak yang berperilaku menyimpang tidak lepas dari
konteks pihak yang berkepentingan. Misalnya, orangtua menyebut anak tunalaras
denga istilah anak nakal, para psikiater/psikolog lebih sering menyebut dengan anak
yang bermasalah emosinya, para pekerja sosial menyebutnya sebagai anak yang tidak
bisa mengikuti peraturan atau norma sosial yang ada, atau jika mereka berurusan
dengan hukum maka para hakim biasa menyebutnya sebagai anak-anak
pelanggar/penjahat. Terlepas dari julukan yang diberikan kepada para tunalaras,
secara substansial kesamaan makna yang terdapat pada pemberian “gelar” pada anak
tunalaras, disamping menunjuk pada cirinya yaitu terdapatnya penyimpangan yang
berlaku di lingkungannya. Perbuatan yang dilakukannya sering kali dapat merugikan
diri sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu menurut Agustina dkk (2022) Fokus
terkhusus anak tunalaras adalah pada gangguan perilaku pada kehidupan sehari-hari
di sekolah, rumah, maupun lingkungan luar
Anak tuna laras adalah individu yang mempunyai tingkah laku menyimpang/
berkelainan, tidak memiliki sikap, melakukan pelanggaran terhadap peraturan/
norma-norma sosial dengan frekuen si cukup besar, tidak/ kurang mempunyai
toleransi terhadap kelompok dan orang lain, serta mudah terpengaruh suasana,
sehingga membuat kesulitan bagi diri sendiri maupun orang lain. Tunalaras adalah
individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial.
individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai
dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan

5
karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.
Menurut Eli M. Bower, anak dengan hambatan emosional atau kaelainan perilaku,
apabila menunjukkan adanya satu atau lebih dari lima komponen berikut: (a) Tidak
mampu untuk melakukan hubungan baik dengan teman-teman dan guru-guru; (b)
Bertingkah laku atau berperasaan tidak pada tempatnya; (c) Secara umum mereka
selalu dalam keadaan tidak menggembirakan atau depresi; (e) Bersikap
membangkang; (f) Mudah marah ; (g) Sering melakukan tindakan aggresif.
2. Strategi pembelajaran anak tuna laras
Strategi pembelajaran merupakan suatu rencana untuk suatu kegiatan
pembelajaran yang didalamnya meliputi metode dan perangkat kegiatan yang
direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Pemilihan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan materi, kondisi, keadaan, dan kemampuan siswa
akan membuat proses pembelajaran lebih optimal. Berikut merupakan beberapa
implementasi startegi pembelajaran yang cocok bagi anak tuna laras menurut
Rahmanto (2022)
a. Membuat siswa merasa nyaman di sekolah dan kelas
Strategi pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan dengan kondisi dan
kemampuan siswa. Terdapat beberapa usaha yang dilakukan dalam pelaksanaan
strategi pembelajaran. pertama dengan berusaha membuat siswa bisa merasa
senyaman mungkin dengan guru. Diharapkan setelah murid merasa nyaman
dengan guru, sehingga guru dapat melaksanakan strategi pembelajaran untuk
menumbuhkan minat belajar siswa.
Cara yang bisa digunakan untuk membuat siswa nyaman yaitu dengan berusaha
berkomunikasi dengan cara sebaik mungkin dengan bahasa yang halus dan
sopan agar siswa dapat merasa nyaman dengan sikap guru yang baik dan sopan
terhadap siswa, walaupun terkadang siswa menanggapi hal tersebut tidak sesuai
dengan yang diharapkan oleh guru atau tidak sebaik yang telah guru lakukan
pada siswa, guru tetap harus bersabar dan mengikuti situasi dan kondisi siswa.
Ketika siswa sudah merasa nyaman dan mau untuk mengikuti pelajaran atau
tidak ada masalah saat proses pembelajaran, strategi pembelajaran yang
digunakan oleh guru lebih kepada penggunaan strategi pembelajaran langsung,
yaitu strategi yang bersifat deduktif yang banyak diarahkan oleh guru atau
teacher centered learning. Namun guru tetap berusaha menggabungkan dengan
strategi PAIKEM (Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, dan

6
Menyenangkan) dan CTL (Contextual Learning) yang sesuai dengan salah satu
tujuan sekolah.

b. Penggunaan strategi pembelajaran PAIKEM dan CTL


Dalam strategi CTL suumber pengetahuan adalah berasal dari luar diri siswa,
yang kemudian diarahkan pada upaya membangun kemampuan berfikir dan
kemampuan menguasai materi pembelajaran. Sehingga dalam strategi ini
pengetahuan diperoleh berdasarkan hasil upaya dan konstruksi pemikiran siswa.
Ketika menerapan strategi pembelajaran PAIKEM dan CTL, guru berusaha
secara aktif berinteraksi dengan murid. Guru menerapkan metode-metode
pembelajaran yang sudah disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan murid
agar siswa dapat aktif dan merasa senang dalam mengikuti proses pembelajaran
sehingga diharapkan dapat tumbuh minat belajar pada siswa
Dalam pelaksanaan strategi pembelajaran untuk menumbuhkan minat belajar
siswa, strategi PAIKEM yang terlihat saat pelajaran adalah guru terkadang guru
mengajak siswa belajar di luar ruang kelas seperti di masjid atau tempat-tempat
lain yang berkaitan dengan materi pembelajaran untuk menumbuhkan minat
belajar siswa.
c. Pengelompokan siswa
Pengelompokan siswa dilakukan supaya mereka merasa mempunyai teman
belajar dan bermain seperti anak pada umumnya. meskipun dalam
pembelajarannya membutuhkan beberapa guru untuk mengajar karena siswa
yang berbeda ketunaan juga berbeda cara mengajarnya.
d. Reward dan Punishment
Terkadang ada saat dimana kondisi siswa tidak sesuai dengan yang diharapkan
oleh guru, seperti saat siswa mempunyai masalah sebelum masuk sekolah atau
sebelum masuk kelas, yang dimana masalah tersebut belum terselesaikan
dengan baik. Kondisi seperti ini dapat membuat siswa melakukan hal-hal yang
tidak di inginkan, yang berdampak pada minat belajar siswa. Strategi yang bisa
guru lakukan agar dapat menumbuhkan lagi minat belajar siswa tersebut adalah
dengan menawarkan reward seperti menonton film atau belajar di luar kelas,
sehingga dapat dikatakan fokus strategi ini lebih kepada siswa yang bermasalah
tersebut. Jika siswa dengan reward masih tetap bermasalah atau tidak mau
mendengarkan atau mematuhi guru, maka guru akan memberi punishment

7
kepada siswa dengan gertakan-gertakan secukupnya hanya untuk memberi efek
jera kepada siswa yang bermasalah tersebut.
Hal tersebut dilakukan guru karena siswa yang bermasalah dapat mempengaruhi
teman siswa yang tidak bermasalah dan dapat melakukan hal-hal yang tidak di
inginkan. Sehingga dapat berpengaruh pada minat belajar siswa lainya, sehingga
strategi yang digunakan untuk menumbuhkan minat belajar siswa adalah
strategi yang disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan siswa
e. Penggunaan pendekatan untuk anak tunalaras
guru sebaiknya menggunakan beberapa pendekatan dalam strategi
menumbuhkan minat belajar siswa tunalaras. Seperti model behavioral, dalam
pendekatan model behavioral guru diharapkan dapat mengubah kebiasaan
tersebut dengan modifikasi tingkah laku kognitif. Modifikasi ini dapat dilakukan
dengan penggunaan observasi, diskusi, dan pembelajaran. Kemudian dengan
teori belajar sosial, yaitu dengan pemberian hadiah, hukuman, dan sebagainya.
Dalam model ini guru diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran yaitu
siswa dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya. Pendekatan behaviorial ini
dapat terlihat dari tujuan dari pembelajaran di SLB bukanlah prestasi akademik
melainkan diharapkan adanya perubahan perilaku pada siswa menuju ke yang
lebih baik dari sebelumnya, karena yang menjadi perhatian utama sekolah dan
guru adalah memperbaiki gangguan emosi dan perilaku yang dimiliki anak
sehingga diharapakan dapat tumbuh minat belajar pada siswa.
3. Faktor penghambat pembelajaran anak tunalaras
Ketika melaksanakan strategi guna menumbuhkan minat belajar pada siswa,
pastinya guru menemukan hambatan khususnya pada siswa tunalaras. Siswa yang
memiliki gangguan perilaku dan emosi tentu memiliki karakteristik yang berbeda
dalam penanganan nya dengan siswa normal yang tidak memiliki gangguan apapun.
Berdasarkan pada faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar siswa, dan faktor-
faktor penyebab rendahnya minat belajar siswa, terdapat beberapa faktor-faktor
penghambat dalam pelaksanaan strategi, sehingga guru mengalami kesulitan dalam
berupaya untuk melaksanakan strategi pembelajaran untuk menumbuhkan minat
belajar siswa. Faktor penghambat ini dibagi menjadi 3 yaitu faktor internal, faktor
eksternal dan faktor pendekatan.
Faktor internal yang menghambat guru PAI dalam menumbuhkan minat
belajar siswa adalah adanya gangguan fisik atau kesehatan pada siswa. Siswa yang

8
bersekolah di SLB adalah anak yang memiliki kelainan gangguan perilaku dan
emosi. Dimana siswa sulit untuk mengendalikan emosinya dan dapat melakukan hal-
hal yang tak seharusnya dilakukan. Hal itulah yang menjadi tantangan bagi guru
untuk menerapkan strategi pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat belajar
siswa tunalaras, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Hambatan lainnya adalah kurangnya motivasi belajar pada siswa, karena
belum menyadari pentingnya belajar untuk masa depan. sebenarnya siswa sudah
memiliki motivasi untuk belajar karena siswa sadar bahwa untuk naik kelas dan lulus
dari sekolah dibutuhkan nilai yang baik. Akan tetapi tidak ada usaha lebih dari siswa
untuk mendapatkan nilai yang baik. Kemungkinan hal ini terjadi dapat dikarenakan
gangguan emosi dan perilaku yang dimiliki siswa, sehingga siswa sulit untuk
berusaha lebih agar bisa mengusai materi yang diajarkan dan berhasil mendapat nilai
yang baik, yang menjadi salah satu faktor penghambat. Karena memang
sesungguhnya tujuan pembelajaran di SLB bukanlah nilai akademis akan tetapi
perbaikan perilaku siswa tunalaras.
Hambatan selanjutnya adalah hambatan yang berasal dari faktor eksternal.
Keluarga siswa menjadi faktor penting yang dapat menumbuhkan minat belajar
siswa. Keluarga yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya menyebabkan anak
menjadi kurang berminat untuk belajar di sekolah, sehingga anak sering tidak masuk
sekolah tanpa alasan yang jelas, dan ketika di sekolah anak tidak terlalu
mementingkan apa yang sedang diajarkan oleh gurunya, karena tidak adanya
dorongan atau perhatian dari keluarga (Yumnah, 2021). Selain itu, lingkungan tempat
belajar siswa juga menjadi salah satu penghambat dalam menumbuhkan minat belajar
siswa. kondisi lingkungan tempat belajar siswa seperti kelas yang kurang berwarna
walaupun sudah cukup baik kondisinya, akan tetapi hal ini perlu diperhatikan sebagai
salah satu upaya untuk membuat siswa nyaman di kelas yang kemudian berpengaruh
pada minat belajar siswa. Kemudian, saat ada siswa lain yang mengalami masalah
saat proses pembelajaran, yang kemudian mengganggu siswa yang sedang belajar.
Hal ini dapat mengganggu proses pembelajaran, dan mempengaruhi siswa minat
belajar siswa yang lain.
Hambatan yang terakhir yaitu berdasarkan faktor pendekatan. Kesulitan dalam
menghadapi karakteristik siswa yang berbeda-beda menjadi salah satu hambatan
dalam mengimplementasikan strategi guna menumbuhkan minat belajar pada siswa.
Setiap kelas pasti memiliki karakteristik siswa yang berbeda-beda, dengan latar

9
belakang yang berbeda juga. Seperti sesaat sebelum masuk kelas atau sekolah, siswa
membawa suatu masalah yang belum terselesaikan sehingga membuat anak jadi
bersifat sensitif dan tempramen. Sehingga guru harus mengetahui kondisi tiap siswa
sebelum memulai pelajaran, sehingga guru dapat menganalisis strategi mana yang
tepat untuk digunakan saat itu. Hambatan lainnya adalah sulitnya menentukan materi
yang cocok untuk kejiwaan dan jenjang peserta didik dan sulitnya menentukan
metode yang sesuai agar siswa tidak bosan. salah satu perhatian berdasarkan hasil
penelitian yang ada bahwa, guru masih menggunakan metode pembelajaran yang itu-
itu saja, walaupun sudah menggunakan strategi yang baik, akan tetapi jika guru
kurang variatif dalam penggunaan metode pembelajaran dapat berdampak pada
menurunnya minat belajar siswa karena siswa merasa bosan. Sehingga dalam hal ini
diperlukan kompetensi guru dalam menentukan metode yang bermacam-macam
sehingga dapat menumbuhkan minat belajar siswa.
B. Pemaparan Data
Lembaga Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus di sumenep salah satunya
adalah SLB Yasmin. Sekolah Luar Biasa ini terletak di desa Pabian Kecamatan kota
sumenep. Sekolah ini tergolong favorit dan dipercaya oleh masyarakat terutama bagi
mereka yang mempunyai anak berkebutuhan khusus. Hal ini dapat diketahui dari
keterangan pak Rizqi selaku kepala sekolah yang mengatakan bahwa jumlah murid
keseluruhan berjumlah 36 orang dan mempunyai guru 8 orang. Berikut hasil wawancara
kami dengan pak Rizqi selaku kepala sekolah dan bu Fitri selaku guru di sekolah
tersebut:
1. Kepala sekolah
Kami : Assalamu’alaikum pak. Kami dari STKIP PGRI Sumenep mohon
ijin untuk melakukan observasi terkait Pendidikan bagi ABK
khususnya tuna laras
Pak Rizqi : Waalaikum salam. Iya tidak apa-apa dek. Untuk saat ini masih
belum ada lagi siswa tuna laras tetapi sebelumnya kami punya
siswa yang tuna laras dan sudah lulus.
Kami : Baik pak. Kami ingin mengetahui pengalaman bapak menangani
siswa tuna laras khususnya dalam strategi pembelajarannya.
Pak Rizqi : Tidak ada strategi khusus sih dek. Karena SLB itu berbeda dengan
sekolah pada umumnya. Disini siswa mau belajar saja sudah bagus.
Jadi kami menekankan pada perubahan perilaku dulu sebelum ke

10
pelajaran.
Kami : Baik pak. Memangnya bagaimana perilaku siswa tuna laras tersebut
pak?
Pak Rizqi : Pertama kali dia masuk sudah sering ngamuk-ngamuk dan mukul
orang sembarangan. Jadi kami tenangkan dulu, kita cari tahu
penyebab dia marah. Setelah itu baru sedikit diberi pelajaran
Kami : Sekolah ini ada tingkatannya juga ya pak?
Pak Rizqi : Ya ada dek seperti biasa kelas satu sampai enam. Tapi karena ini
sekolah luar biasa tentu saja tidak ada siswa yang tidak naik kelas
Kami : Untuk mata pelajarannya apakah juga sama dengan sekolah umum
pak?
Pak Rizqi : Ya sama dek. Ada matematika, ipa dan lain-lainnya juga. Hanya
saja materi pelajarannya yang berbeda menyesuaikan dengan
kondisi siswa.
Kami : Baik pak terima kasih atas waktu dan ilmunya.
Pak Rizqi : Iya sama-sama
Kami : Ijin pamit pak. Wassalamu’alaikum
Pak Rizqi : Iya waalaikum salam

2. Guru
Kami : Assalamu’alaikum ibu. Ijin bertanya tentang pengalaman
Bu Fitri : Waalaikum salam. Iya boleh
Kami : Bagaimana strategi ibu dalam mengajar anak tuna laras
Bu Fitri : Kami lakukan pendekatan dulu dek. Biasanya siswa datang tidak
langsung mau belajar. Jadi kami turuti dulu kemauannya apa baru
setelah itu diberi pelajaran.
Kami : Jadi ibu melakukan pendekatan dulu ke mereka sebelum mengajar
ya
Bu Fitri : Iya dek. Bahkan kami menganggap mereka seperti anak sendiri.
Beberapa diantara mereka bahkan ada yang pulangnya ikut kami
dikarenakan orang tuanya sibuk kerja jadi tidak bisa menjemput
anaknya
Kami : Untuk tingkat kesulitan materi pelajarannya gimana bu?
Bu Fitri : Ya tentu tidak sama seperti sekolah pada umumnya. Karena siswa

11
disini kadang materi satu itu diulang-ulang sampai beberapa
minggu sampai anak benar-benar paham
Kami : Untuk penilaiannya bagaimana bu?
Bu Fitri : Setiap semester kami hanya melaporkan perkembangan perilakunya
saja. Sekolah ini lebih menekankan pada sikap dan perilaku dari
pada akademik dek
Kami : Baik bu. Terima kasih atas waktunya
Bu Fitri : Iya sama-sama

C. Analasis Data
Berdasarkan hasil observasi diperoleh kesimpulan bahwa Pendidikan di SLB Yasmin
Sumenep sudah melakukan sistem pembelajaran yang sesuai dengan strategi
pembelajaran menurut Rahmanto (2022) diatas yang cocok bagi anak berkebutuhan
khusus terutama bagi anak tuna laras yaitu
1. Membuat siswa merasa nyaman di sekolah dan kelas
Dari keterangan bu fitri selaku guru di sekolah ini mengatakan bahwa jika siswa
baru datang ke sekolah maka mereka tidak langsung diberi pelajaran melainkan
diajak bicara dulu sampai siswa mempunyai minat belajar. Biasanya siswa ingin
bermain dan makan dulu sebelum belajar maka guru harus menuruti dulu kemauan
mereka. Menurut keterangan kepala sekolah, sekolah ini memang tidak terlalu
menekankan pada akademik melainkan pada perubahan perilaku/karakter anak. hal
ini sejalan dengan pendapat Sihati dkk (2021) yang mengatakan Pendidikan karakter
juga memiliki peran besar dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Guru hanya
memberikan pelajaran tentang bagaimana cara makan yang baik dan benar, cara
berwudhu’ dan hal lain yang juga merupakan pelajaran dasar keagamaan yang harus
diketahui siswa. Hal ini senada dengan pendapat wiswanti dk (2021) yang
mengatakan bahwa Pendidikan memiliki fungsi salah satunya yakni menjadikan
manusia yang memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
serta memiliki akhlak yang mulia. Guru sering mengulang pelajaran tersebut supaya
siswa benar-benar paham dan tidak lupa.
2. Pengelompokan Siswa
SLB Yasmin mempunyai total keseluruhan 36 siswa menurut keterangan kepala
sekolah. Masing-masing kelas terdiri dari beberapa siswa yang berbeda ketunaan.
Hal ini dimaksudkan supaya anak merasa mempunyai teman dan belajar beradaptasi

12
dengan lingkungan. Siswa yang berbeda ketunaan maka berbeda pula cara
mengajarnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Angreni (2022) yang mengatakan
bahwa Pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus hendaknya disesuaikan dengan
jenis ketunaan dan kebutuhannya Oleh karena itu pada satu kelas terdapat beberapa
guru yang mengajar.
3. Penggunaan Pendekatan
Pendekatan yang dilakukan oleh guru SLB Yasmin sangat luar biasa. Mereka
bahkan menganggap siswa sebagai anaknya sendiri. Dari keterangan bu fitri selaku
guru diketahui bahwa beberapa siswa hanya diantar orang tuanya waktu berangkat
ke sekolah saja sedangkan pulang ikut bersama gurunya. Hal ini membuat siswa
merasa nyaman di sekolah dan mudah untuk memperoleh minta belajar.
4. Menggunakan model pembelajaran PAIKEM
Guru juga sering menggunakan pembelajaran yang menyenangkan seperti mengajak
siswa belajar di ruang ruangan. SLB Yasmin mempunyai halaman yang dipenuhi
dengan berbagai jenis permainan sehingga siswa juga bisa belajar sambil bermain.
Sarana prasarana seperti alat music dan anatomi tubuh pun tersedia demi menunjang
proses pembelajaran supaya mencapai tujuan pembelajaran
Adapun hambatan yang dialami guru dalam mengajar adalah kesibukan orang tua siswa
sehingga kurang mendukung dan membantu guru dalam memberikan pendidikan bagi
anak-anak berkebutuhan khusus ini. Hal ini dapat dilihat dari keterangan guru yang
mengatakan bahwa beberapa siswa ada yang ikut guru ketika pulang ke rumah masing-
masing dikarenakan orang tuanya sibuk kerja. Kemudian pada saat keadaan lagi hujan
maka siswa banyak yang tidak masuk sekolah. Seharusnya orang tua tetap
memerhatikan dengan serius perkembangan anaknya meskipun dalam kedaan
disabilitas. Hal ini senada dengan pendapat Nurasa dk (2022) bahwa Orang tua
memiliki kewajiban yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan anak dengan
disabilitas.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan
kontrol social. Mereka membutuhkan penanganan khusus baik dalam kehidupan sehari-
hari dan dalam dunia pendidikan. SLB Yasmin merupakan lembaga pendidikan yang
memberikan pelayanan bagi anak berkebutuhan khusus termasuk tuna laras untuk
mengenyam pendidikan. Strategi pembelajaran yang dilakukan yang pertama adalah
membuat siswa nyaman dulu di sekolah, mengelompokkan siswa, menggunakan
pendekatan, setelah itu membuat pembelajaran yang menyenangkan.
B. Saran
Guru harus lebih bersabar dalam mengajar siswa sehingga membuat mereka betah di
sekolah dan memberikan pengajaran yang bervariasi sehingga tidak membuat siswa
merasa bosan. Bagi orang tua siswa sebaiknya lebih memerhatikan perkembangan
anaknya meskipun ditengah kesibukan mencari nafkah dan urusan rumah tangga karena
peran orang juga sangat penting bagi pendidikan anak. kerjasama antara guru dan orang
tua sangat penting untuk memberikan pendidikan yang maksimal bagi anak.

14
DAFTAR PUSTAKA
Yulianingsih, D dkk. (2022). Penanaman Nilai–Nilai Islami bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Tuna Laras. ULIL ALBAB : Jurnal Ilmiah Multidisiplin. 1(2). 108-114
Rahmanto, A. (2022). Strategi Guru Menumbuhkan Minat Belajar Pendidikan Agama Islam
Bagi Siswa Difabel. Journal Of Islamic Education. 7(1). 21-41
Agustina, S dkk. (2022). Karakteristik Dan Model Bimbingan Pendidikan Islam Abk Tuna
Laras. Jurnal Penelitian Guru Indonesia. 2(1). 161-175
Sihati, A dkk. (2021). Peran Kepanduan Hizbul Wathan Dalam Pembentukan Karakter Bagi
Siswa Tuna Laras. Jurnal Inovasi Penelitian. 1(8). 1669-1674
Nurasa, I dk. (2022). Kualitas Hidup Orang Tua dengan Anak Disabilitas. Citra Delima :
Jurnal Ilmiah Stikes Citra Delima Bangka Belitung. 5(2). 100-104
Angreni, S dk. (2022). Analisis Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar
Inklusi Kota Padang. Jurnal Cakrawala Pendas. 8(1). 94-102
Wiswanti, C dk. (2021). Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Anak Tunalaras di SLB E
Prayuwana Yogyakarta. Jurnal Pendidikan. 9(1). 44-52

15
DOKUMENTASI

16
17

Anda mungkin juga menyukai