PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
(191102031324)
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Penulis sampaikan dan haturkan atassegala Limpah Rahmat
dan Karunia Allah SWT sehingga Tesis dengan judul : “EVALUASI
KARAKTER ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DALAM BIDANG
PENDIDIKAN DI SEKOLAH IBK CEMARA BOGOR ” dapat tersusun dengan
baik.
1. Dr. Umi Fatonah, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Evaluasi Program
yang telah meluangkan waktu untuk memberikan tugas akhir mata kuliah berupa
pembuatan proposal yang sangat bermanfaat untuk melatih dalam penyusunan
Proposal Skirpsi.
2. AL Juska Sasni Akbar, M.Pd. selaku Dosen Pengampu pada mata kuliah
Evaluasi Program yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan,
ilmu, bimbingan, serta dorongan yang sangat membantu dalam proses
penyempurnaan penyusunan tugas akhir mata kuliah Evaluasi Program.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...................................................................................................................iii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Fokus Penelitian.....................................................................................................10
1.3 Rumusan Masalah..................................................................................................11
1.4 Kegunaan Penelitian...............................................................................................12
BAB II................................................................................................................................13
KAJIAN TEORITIK..............................................................................................................13
2.1 Konsep evaluasi program.......................................................................................13
2.2 Konsep karakter anak berkebutuhan khusus (ABK)................................................17
BAB III...............................................................................................................................20
METODE PENELITIAN.......................................................................................................20
3.1 Tujuan penelitian...................................................................................................20
3.2 Tempat dan Waktu Evaluasi...................................................................................20
3.3 Metode Penelitian..................................................................................................21
3.4 Instrumen penelitian..............................................................................................23
3.5 Standar Evaluasi.....................................................................................................25
3.6 Analisis data penelitian..........................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................29
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
anak yang memiliki kebutuhan individual yang tidak bisa disamakan dengan anak
yang normal. Anak berkebutuhan khusus sering dikucilkan atau termaginalkan
dari lingkungan sekitar. Anak-anak berkebutuhan khusus sering menerima
perlakuan yang diskriminatif dari orang lain. Bahkan untuk menerima pendidikan
saja mereka sulit. Beberapa sekolah regular tidak mau menerima mereka sebagai
siswa. Alasannya guru di sekolah tersebut tidak memiliki kualifikasi yang
memadai untuk membimbing anak berkebutuhan khusus. Terkadang sekolah
khusus letaknya jauh dari rumah mereka, sehingga banyak anak berkebutuhan
khusus yang tidak mengenyam Pendidikan (Widiastuti, 2019).
2
khusus di seluruh dunia yang berusia di bawah 15 tahun terdapat di negara
berkembang. Lebih dari dua pertiga populasi tersebut terdapat di Asia. Terkait
dengan kondisi yang kronis tersebut, anak juga membutuhkan perawatan
kesehatan serta pelayanan lainnya termasuk layanan pendidikan yang lebih dari
anak lain pada umumnya. Karakteristik anak berkebutuhan khusus dan hambatan
yang mereka alami seringkali menyulitkan mereka mengakses layanan publik,
seperti fasilitas di tempat umum yang tidak aksesibel bagi mereka, hingga layanan
tumbuh- kembang dan pendidikan yang relatif membutuhkan usaha dan biaya
ekstra. Perbedaan karakteristik dan kebutuhan mereka dibanding anak-anak pada
umumnya membutuhkan bentuk penanganan dan layanan khusus yang sesuai
dengan kondisi mereka. Kondisi mereka yang berbeda bukan menjadi alasan
untuk menghindari atau membuang mereka, melainkan justru membuahkan
kesadaran untuk menghargai keragaman individu dan memberi perhatian dan
layanan seideal yang seharusnya mereka terima (Chamidah, 2013).
3
Tunanetra adalah anak yang mengalami gangguan daya
penglihatannya, berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian, dan
walaupun telah diberi pertolongan dengan alat-alat bantu khusus masih
tetap memerlukan pelayanan khusus.
• Tunagrahita
4
merespon rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baik
dibanding dengan yang tunagrahita, lebih lamban dibanding dengan
yang normal, mereka butuh waktu yang lebih lama dan berulangulang
untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non
akademik.
Anak yang berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang secara nyata
mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus , terutama
dalam hal kemampuan membaca, menulis dan berhitung atau
matematika. Permasalahan tersebut diduga disebabkan karena faktor
disfungsi neurologis, bukan disebabkan karena faktor inteligensi
(inteligensinya normal bahkan ada yang di atas normal). Anak
berkesulitan belajar spesifik dapat berupa kesulitan belajar membaca
(disleksia), kesulitan belajar menulis (disgrafia), atau kesulitan belajar
berhitung (diskalkulia), sedangkan mata pelajaran lain mereka tidak
mengalami kesulitan yang berarti.
5
ADHD/GPPH adalah sebuah gangguan yang muncul pada anak dan
dapat berlanjut hingga dewasa dengan gejala meliputi gangguan
pemusatan perhatian dan kesulitan untuk fokus, kesulitan mengontrol
perilaku, dan hiperaktif (overaktif). Gejala tersebut harus tampak
sebelum usia 7 tahun dan bertahan minimal selama 6 bulan.
• Autisme
Memperoleh pendidikan adalah hak setiap anak, baik anak itu normal
maupun anak berkebutuhan khusus (ABK). Pelayanan terhadap anak
berkebutuhan khusus di Indonesia berada di sekolah luar biasa/sekolah khusus dan
sekolah inklusi. Pada sekolah khusus, peserta didiknya adalah ABK sementara
pada sekolah inklusi terdapat penggabungan antara anak normal dan ABK. Oleh
karena itu berbagai pihak termasuk orang tua, sekolah, lembaga dan Negara
memiliki peranan penting dalam melangsungkan hak anak. Meski demikian, telah
banyak peraturan yang mengatur dan mengawasi anak dalam kaitannya dengan
kehidupan sosial, budaya dan ekonomi, namun masih saja ditemukan
permasalahan anak yang justru terlihat semakin kompleks. Di bidang pendidikan,
masih terdapat sekolah yang tidak mau menerima anak berkebutuhan khusus dan
belum dapat mengakses kesejahteraan, aksesibilitas anak difabel dalam
memperoleh Pendidikan (Mahrani, Siti Meutia Sari, 2022).
6
Sekolah Luar Biasa (SLB) yang jauh dari tempat tinggal siswa dengan kebutuhan
khusus tersebut jarak yang jauh dan sulitnya sarana transportasi menuju ke SLB.
b) Ketidakmampuan sekolah umum untuk mendidik anak berkebutuhan khusus
(ABK) karena pola berpikir mereka bahwa anak dengan kebutuhan khusus
harusnya disekolahkan di SLB. c) Tidak ada guru khusus yang menangani ABK,
karena semua guru di sekolah umum bukan lulusan dari jurusan sekolah luar
biasa. Dikarenakan jurusan yang banyak ditempuh oleh para pendidik di sekolah
dasar pada umumnya adalah pendidikan umum atau mata es menangani anak
berkebutuhan khusus hanya ada di sekolah luar biasa. d) Tidak ada sarana dan
prasarana yang dapat mendukung kelangsungan belajar siswa ABK di sekolah
biasa misalnya ruangan inklusif yang digunakan untuk melayani ABK baik di kala
jam pelajaran normal atau sepulang sekolah. e) Paradigma orang tua ABK yang
menganggap bahwa jika anak mereka disekolahkan di SLB adalah anak cacat
(Fauzan et al., 2021).
7
negara Indonesia tanpa kecuali untuk anak berkebutuhan khusus. sesuai dengan
amanat Pasal 31 ayat (1) UUD 1945 disebutkan bahwa setiap warga negara
berhak untuk mendapatkan pendidikan. Anak berkebutuhan khusus merupakan
warganegara Indonesia, sehingga mereka memiliki hak yang sama dengan warga
negara lainnya untuk mendapatkan pendidikan. Dalam hal ini, Pemerintah harus
memberikan pendi- dikan yang bermutu dan sesuai dengan kebutuhan anak
berkebutuhan khusus baik dalam pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun
pada pendidikan tinggi (Desti, 2017). Karakteristik yang dimiliki oleh anak
berkebutuhan khusus bukan alasan untuk tidak menanamkan karakter kebangsaan.
Sebagai warganegara, anak berkebutuhan khusus juga memiliki hak dan
kewajiban yang sama dengan anak pada umumnya untuk mengenali bangsanya
melalui pendidikan karakter kebangsaan yang diintegrasikan melalui Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan.
8
terbaik sehingga mampu mengembangkan potensi anak berkebutuhan khusus
yang berada dalam lingkungan pendidikan yang ada. Persiapan yang bisa
dilakukan meliputi memberikan bekal kemampuan kepada guru-guru agar
memiliki kemampuan mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus. Kemampuan
identifikasi ini menjadi penting, sebab selengkap apapun fasilitas dan dana atau
dukungan sekolah namun bila gurunya kemampuan belum memiliki
membedakan, mengenali anak berkebutuhan khusus bisa berakibat terhadap
pelayanan dan penanganan selanjutnya (Agustin, 2019).
9
Pengetahuan khusus ini sama pentingnya dengan pengetahuan umum karena
seorang anak yang dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus biasanya hanya
memiliki sebagian dari karakteristik umum sehingga dengan demikian data ini
merupakan basis untuk menyusun rencana dan penerapan pembelajaran (Agustin,
2019).
10
d. Product : Aspek product atau hasil dalam program pada evaluasi karakter anak
berkebutuhan khusus ini mencakup bagaimana efektivitas dari program yang
telah dijalankan yaitu Evaluasi karakter anak berkebutuhan khusus (ABK) dalam
bidang pendidikan..
3. Apakah di setiap karakter yang dimiliki anak-anak ini terdapat salah satu anak
yang tidak bisa di atasi ?
2. Apakah menurut bapak/ibu dalam melatih anak berkebutuhan khusus ini sangat
lah sulit ?
11
1.4 Kegunaan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik
dari anak berkebutuhan khusus yang memerlukan layanan pendidikan dan model
layanan pendidikan yang nantinya digunakan untuk membantu anak berkebutuhan
khusus dalam belajar dan mengembangkan kreativitasnya. Selain mengenai
Pendidikan penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan wawasan kepada
pembaca tentang karakteristik setiap jenis ABK dan bagaimana pemenuhan
kebutuhan layanan yang disesuaikan dengan setiap karakteristik mereka.
1. Secara Teoritis
Hasil evaluasi ini diharapkan dapat menambah keilmuan dan pengetahuan
dalam evaluasi karakter anak berkebutuhan khusus (ABK) di Sekolah Ibk
Cemara Bogor, khususnya dalam evaluasi program karakter anak
berkebutuhan khusus (ABK) dalam bidang pendidikan. Selain itu, hasil
penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan dan membantu
perkembangan anak yang berkebutuhan khusus menjadi lebih baik.
2. Secara Praktis
Hasil evaluasi ini diharapkan dapat menjadi salah satu landasan untuk
mengetahui suatu evaluasi karakter anak berkebutuhan khusus (ABK) di sekolah
Ibk Cemara Bogor, serta dapat meningkatan penilaian untuk kedepannya agar
lebih efektif dan efisien.
12
BAB II
KAJIAN TEORITIK
Menurut Wynne (1991) kata karakter berasal dari Bahasa Yunani yang berarti “to
mark” (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana mengaplikasikan nilai
kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Dalam Kamus
Poerwadarminta (Kemendiknas, 2010: 44), karakter diartikan sebagai tabiat;
watak; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
daripada yang lain. Dengan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa membangun
karakter (character building) adalah proses mengukir atau memahat jiwa
sedemikian rupa, sehingga `berbentuk’ unik, menarik, dan berbeda atau dapat
dibedakan dengan orang lain.
13
B. Sejarah
Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk pola sifat atau karakter
mulai dari usia dini, agar karakter baik tersebut tertanam dan mengakar pada jiwa
anak. Pendidikan karakter adalah pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada
aspek kognitif saja, akan tetapi lebih berorientasi pada proses pembinaan potensi
yang ada dalam diri anak, dikembangkan melalui pembiasaan sifat-sifat baik yaitu
berupa pengajaran nilai-nilai karakter yang baik. Dalam konteks pendidikan di
Indonesia, substansi pendidikan karakter telah diamanatkan dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).
Dalam pasal 1 UU tersebut dinyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.Pembangunan karakter anak bangsa merupakan upaya perwujudan amanat
Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan
kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti: disorientasi dan belum dihayatinya
nilai-nilai Pancasila; keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam
mewujudkan nilai-nilai Pancasila; bergesernya nilai etika dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara; memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya
bangsa; ancaman disintegrasi bangsa; dan melemahnya kemandirian bangsa
(Sumber: Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-
2025).
14
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab” (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional --UUSPN). Dengan demikian, RPJPN dan UUSPN
merupakan landasan yang kokoh untuk melaksanakan secara operasional
pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai prioritas program Kementerian
Pendidikan Nasional 2010-2014, yang dituangkan dalam Rencana Aksi Nasional
Pendidikan Karakter (Amka, 2016:70).
C. Konsep pendidikan
15
yang dimiliki semua peserta didik. Anak berkebutuhan khusus tidak hanya dilihat
dari kekurangan, namun meraka juga memiliki kelebihan, karakteristik, serta
bakat tersendiri pada bidang-bidang tertentu. Bahkan sejarah telah mencatat, tak
sedikit tokoh-tokoh besar yang justru terlahir dari anak-anak berkebutuhan
khusus. Agatha Christie misalnya, meskipun sejak kecil dirinya menderita
kesulitan belajar bahasa (disleksia), tapi namanya dikenal banyak orang sebagai
penulis kenamaan. Juga Albert Einstein yang dikenal sebagai ahli dibidang fisika,
dirinya pernah divonis menyandang Autisme.
Oleh karena itulah, tidak para pendidik tidak perlu merasa takut untuk
mengajar anak-anak berkebutuhan khusus. Sebab setiap guru sebagaimana
tertuang dalam peraturan Mendiknas No.16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru secara pedagogik haruslah dapat
menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,
emosional, dan intelektual peserta didiknya.Sebagaimana diungkapkan oleh Agus
Wibowo (2012: 83) yang menjelaskan bahwapendidikan karakter dapat dilakukan
dengan cara integrasi dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya
sekolah. Sejalan dengan pendapat tersebut, Sri Narwanti (2011: 53) menjelaskan
bahwa penerapan pembelajaran karakter di sekolah dasar dilakukan pada proses
pembelajaran, pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar, kegiatan
ko-kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler, serta koordinasi dengan keluarga untuk
memantau kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat.
Pembentukan karakter akan lebih terbentuk ketika dalam proses belajar anak -
anak juga belajar bagaimana membangun kerjasama satu sama lain (Doni
Koesoema, 2012: 119). Lebih lanjut, Muchlas Samani dan Hariyanto (2013: 162-
163) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif telah mampu meningkatkan
kualitas pembelajaran siswa dalam hal:
16
3. Meyakinkan siswa untuk mampu membangun pengetahuannya sendiri.
6. Meningkatkan interaksi positif antar anggota yang berasal dari berbagai kultur
yang berbeda serta kelompok sosial ekonomi yang berlainan.
17
berkebutuhan khusus berada seperti orang tua, guru, keluarga, teman dan
masyarakat secara luas. Disadari atau tidak, kondisi fisik maupun mental yang
berbeda yang melekat pada diri anak berkebutuhan khusus kerap menjadi stimulus
yang memancing respons yang kurang bersahabat bagi proses perkembangan diri
anak berkebutuhan khusus. Sikap resistensi orang tua, guru maupun teman serta
keluarga yang di persepsi oleh ABK kerap berdampak pada perkembangan yang
buruk dalam aspek kepribadian ABK.
18
lain performance siswa dalam bidang kognitif, afektif,dan psikomotor,
kemampuan guru mengajar, administrasi sekolah, fasilitas, alat dan sumber
mengajar, kurikulum, pedoman instruksional, determinan kurikulum, falsafah dan
misi lembaga. data yang dikumpulkan dibandingkan dan dinilai berdasarkan
standar itu.
Model evaluasi CIPP merupakan model yang paling banyak dikena dan
diterapkan oleh para evaluator. Oleh karena itu, uraian yang diberikan relatif
panjang dibanding dengan model lainnya. Model CIPP ini dikembangkan oleh
Stufflebeam di Ohion State University. CIPP yang merupakan sebuah singkatan
dari huruf awal empat buah kata, yaitu: Context evaluation : evaluasti terhadap
konteks, Input evaluation : evaluasi terhadap masukan, Process evaluation :
evaluasi terhadap proses, Product evaluation : evaluasi terhadap hasil.
d. Kajian relevan
Berikut adalah beberapa hasil penelitian yang relevan dan berkaitan dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti :
19
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tujuan penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi terkait
evaluasi program karakteristik anak berkebutuhan khusus dalam bidang
pendidikan di Sekolah Rumah IBK Cemara Bogor dengan menggunakan model
CIPP ( context,input,process, Product). Yang dikembangkan Sttuflebeam,dkk
(1967). Dengan demikian,tujuan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :
2. Waktu penelitian
Evaluasi program dilakukan pada tahun akademik 2022 selama 3 bulan, yaitu antara
maret 2022 sampai dengan bulan mei 2022
Tabel 3.1
20
No Jenis kegiatan Bulan
1. Pengajuan judul
2. Pernyusunan proposal
3 Seminar proposal
Berdasarkan karakteristik progam yang akan diteliti, yaitu evaluasi Karakter anak
berkebutuhan khusus (ABK) dalam bidang pendidikan di Sekolah Ibk Cemara
Bogor, maka peneliti menetapkan metode yang digunakan dalam penelitian ini
iala evaluasi dengan menggunakan model CIPP (Contetx, Input, Process,
Product). Adanya tujuan dari penggunaan model ini ialah bertujuan agar penelitian ini
bisa mengetahui tingkat evaluasi yang dilakukan dan bagaimana sarana dan prasarana
untuk menunjang terjadi evaluasi program pendidikan anak berkebutuhan khusus (ABK)
tersebut, masalah apa yang seringkali terjadi pada peserta didik, dan hambatan
21
yang terjadi pada evaluasi karakter anak berkebutuhan khusus (ABK) dalam bidang
pendidikan di Sekolah Ibk Cemara Bogor.
2. bagaimana kesesuaian
program evaluasi karakter
anak berkebutuhan khusus
dalam bidang pendidikan
dengan kebutuhan
stakeholder ! seperti :
mahasiswa,guru dan
pencapaian tujuan
pendidikan ?
3.apakah tujuan
penyelenggaraan prpgram
evaluasi karakter anak
berkebutuhan khusus
dalam bidang pendidikan
ini ?
22
5.apakah perlu
pembimbing khusus dalam
mengevaluasi karakter
anak berkebutuhan khusus
dalam bidang pendidikan
ini ?
8.apakah tenaga
kependidikan yaitu guru
atau dosen sudah mampu
memahami karakter anak
berkebutuhan khusus ini
secara baik dan benar ?
9. bagaimana proses
pembelajaran pada anak
berkebutuhan khusus ini
sert a adakah kendala yang
dialami stakeholder dosen
atau guru dan mahasiswa ?
10. fasilitas pembelajaran
atau tools apa saja yang
tersedia untuk
memfasilitasi dosen atau
guru pada anak
berkebutuhan khusus ini?
4. product 11. apakah program Wawancara Guru
evaluasi karakter anak Pembimbing
berkebutuhan khusus
dalam bidang pendidikan
ini dapat diadakan lagi di
sekolah Ibk ceamara guna
mengetahui perkembangan
karakter siswa ?
23
mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu
penelitian. Widoyoko (2014:46) observasi merupakan “pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap unsur-unsur yang nampak dalam suatu
gejala pada objek penelitian”. Sugiyono (2014:145) “observasi merupakan suatu
proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis
dan psikologis.Adapun Tujuan observasi sebagai berikut :
1. Menggambarkan objek yang diamati
Observer harus bisa menggambarkan kembali objek yang telah diamati untuk
memberikan pengetahuan kepada orang lain.
2. Mendapatkan sebuah kesimpulan
Hasil akhir dari dilakukannya observasi adalah adanya laporan yang di dalamnya
terdapat kesimpulan dari observer tentang hasil pengamatannya.
3. Mendapatkan data dan informasiKegiatan observasi juga bisa dimanfaatkan
oleh para peneliti untuk mendapatkan data bagi penelitian mereka. Sehingga
laporan hasil observasi tidak hanya berbentuk teks bacaan melainkan juga karya
ilmiah.
2. Wawancara
Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan
informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek
penelitian. Dengan kemajuan teknologi informasi seperti saat ini, wawancara bisa
saja dilakukan tanpa tatap muka, yakni melalui media telekomunikasi. Pada
hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara
mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam
penelitian. Atau, merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau
keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya.Karena
merupakan proses pembuktian, maka bisa saja hasil wawancara sesuai atau
berbeda dengan informasi yang telah diperoleh sebelumnya.Agar wawancara
efektif, maka terdapat berapa tahapan yang harus dilalui, yakni ; 1). mengenalkan
diri, 2).menjelaskan maksud kedatangan, 3).menjelaskan materi wawancara, dan
4). mengajukan pertanyaan (Yunus, 2010: 358). Dalam praktik sering juga terjadi
jawaban informan tidak jelas atau kurang memuaskan. Jika ini terjadi, maka
peneliti bisa mengajukan pertanyaan lagi secara lebih spesifik. Selain kurang
jelas, ditemui pula informan menjawab “tidak tahu”.Benny don Hughnes (dalam
Black, 1996 305} menyatakan bahwa: "Wawancara bukan sebagoi alat don kojian
(studi}. Wawancara seni kemampuan s6sial, peran yang kito mainkan memberi
enikmatan don kepuosan. Hubungan berlangsung don terus menerus memberi
keasyikan sehingga kita berusaha terus menerus untuk menguasainya yang pada
okhirnya akan membangkitkan semangat untuk tetap berlangsungnya
wawancara". Sementara itu, Mcnamara (2001 }, mengatakon bahwa Interview
atau wawancara khususnya berguna untuk mendapatkan gambaran dibalik
pengalaman-pengalaman orang yang diwawancarai (partisipan}.
24
3. Studi dokumen
Studi dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan menghimpun dan menganlisis
dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik. Menurut
Danial (2009:79) “ studi dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah dokumen
yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian,
seperti peta, data statistic, gambar dan sebagainya.” Sedangkan studi dokumen
menurut Fathoni (2006:112) ialah “Teknik pengumpulan data dengan mempelajari
catatan-catatan mengenai data pribadi responden, seperti yang dilakukan oleh
psikolog dalam meneliti perkembangan seorang klien melalui catatan pribadinya.”
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa studi dokumen adalah sesgala
sesuatu yang sudah tercatat, baik itu berupa laporan maupun pedoman dalam
pelaksanaan suatu program. Dalam penelitian ini dokumen yang dimaksud ialah
pedoman layanan bimbingan dan konselinng, karakteristik daring masing-masing
Perserta didik visi dan misi, serta sarana dan prasarana yang akan digunakan
dalam evaluasi program bimbingan dan konseling dalam meningkatkan mutu
layanan.
25
2. Berhubungan dengan Stakeholder evaluasi
3. Memanfaatkna hasil evaluasi
4. Melaksanakan evaluasi yang etis.
3. Kesahihan (propriety)
26
Menurut Muzayanah, 2002. h. 36, propriety berarti legal dan etis. Standar
ini mengacu pada evaluasi yang sah, beretika, jujur, lengkap, dan mendukung
kepentingan semua pihak yang terlibat dalam evaluasi. Suatu evaluasi harus
memenuhi kondisi kepatutan, harus didasarkan pada kejelasan dan perjanjian
tertulis dimana mendefinisikan kewajiban evaluator dan klien untuk mendukung
pelaksanaan evaluasi. Terdapat delapan unsur propriery yaitu perjanjian formal,
memperhatikan kemungkinan ada konflik kepentingan, terbuka hak masyarakat
untuk tahu, hak subjek dilindungi, interaksi manusiawi, pelaporan seimbang,
pertanggung jawaban keuangan. Standar Profriety atau etika guna menyaakan
bahwa Evaluasi Karakter anak berkebutuhan khusus (ABK) sudah sesuai dengan
dengan ketentuan yang ada tanpamelanggar hukum.
1. Reduksi data
Penelitian ini reduksi data dilakukan pada saat peneliti mendapatkan data
wawancara sumber data atau informasi. Seperti peserta didik,, guru mata
pelajaran, dan wali kelas di Sekolah Ibk Cemara Bogor. Setelah penelitian
mereduksi data hasil wawancara kemudian menyederhanakan data tersebbut
dengan mengambil data-data yang mendukung pembahasan pada
penelitian,sehingga data-data tersebut mengarah pada kesipulan yang dapat
dipertanggung jawabkan.
27
2. Penyajian data
3. Penarikan kesimpulan
Hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara yang telah dilakukan
kepada kepala sekolah dan guru pembimbing sekolah Ibk Cemara Bogor, yakni
jika dibandingkan dari peningkatan karakter anak berkebutuhan khusus ABK
yang telah dilaksanakan dan yang belum dilaksanakan mengalami peningkatan
yang cukup tinggi. Penyebab haltersebut terjadi yakni pada proses pelaksanaan
berlangsung dalam evaluasi karakter anak berkebutuhan khusus ABK dalam
bidang pendidikan di ekolah Ibk Cemara. Serta pengaruh dari sarana dan
prasarana yang ada di sekolah tersebut, dan bagaimana proses kerja sama antara
guru pembimbing, kepala sekolah, wali kelas dan konselor. Proses tersebutsangat
mempengaruhi peningkatanan mutu layanan pendidikan terhadap anak
berkebutuhan khusus ABK, sehingga harus menciptakan proses yang terlaksana
dengan baik
28
DAFTAR PUSTAKA
29