Mata Kuliah :
Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Dosen Pengampu :
Dr. Muh Erwinto Imran, S.Pd., M.Pd
Disusun oleh:
Kelompok 1
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan Sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
Tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta Salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang Kita nanti-nantikan syafat-anya di akhirat nanti.
Penulis mengucap syukur pada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-nya,baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan makalah “Hakikat Anak Berkebutuhan Khusus”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan maupun kekurangan di dalamnya.Untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak,agar makalah ini
nantinya menjadi makalah yang lebih baik lagi.Kemudian jika terdapat banyak
kesalahan dalam makaalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
ii
Daftar Isi
MAKALAH ……………………………………………...i
KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii
Daftar Isi ......................................................................................................................... iii
BAB I ............................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2
BAB II .............................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN .............................................................................................................. 3
A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus ........................................................... 3
B. Konsep Perbedaan Inter dan Intra Individual ................................................. 5
C. Klasifikasi Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus ...................................... 17
D. Hak Anak Berkebutuhan Khusus Untuk Memperoleh Pendidikan ............. 20
BAB III .......................................................................................................................... 22
PENUTUP ..................................................................................................................... 22
A. Kesimpulan......................................................................................................... 22
B. Saran ................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dilahirkan dalam keadaan normal adalah suatu anugerah terindah yang
diberikan Tuhan kepada kita. Tak seorang pun menginginkan lahir di dunia ini
dalam keadaan yang kurang apalagi cacat. Pastinya manusia menginginkan
dirinya dilahirkan dalam keadaan sempurna. Meskipun kita meyakini bahwa
semua yang ada di dunia ini sudah menjadi takdir Allah SWT., akan tetapi
mempelajari tentang makhluk ciptaan-nya sangatlah diperlukan dan banyak
manfaatnya bagi kita, apa lagi kita adalah manusia yang berkecimpung di dalam
dunia keilmuan dimana segala sesuatu harus bisa dipertanggungjawabkan
dengan memberikan bukti pengkajian terhadap sesuatu tersebut.
Pembahasan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak sangatlah
menarik, terutama pembahasan terhadap anak berkebutuhan khusus. Dimana
jumlah anak berkebutuhan khusus dari tahun ke tahun selalu mengalami
peningkatan. Peningkatan tersebut tentunya desebabkan oleh beberapa faktor.
Disamping itu pembahasan terhadap hak-hak anak berkebutuhan khusus juga
sangat penting mengingat banyaknya masyarakat, bahkan orang tua dari anak
berkebutuhan khusus yang memandang sebelah mata.
Anak penyandang cacat mulai diakui keberadaannya, dan oleh sebab itu
mulai berdiri sekolah-sekolah khusus, rumah-rumah perawatan dan panti sosial
yangsecara khusus mendidik dan merawat anak-anak penyandang cacat. Mereka
yangmenyandang kecacatan, dipandang memiliki karakteristik yang berbeda dari
orangkebanyakan, sehingga dalam pendidikannya mereka memerlukan
pendekatan danmetode yang khsusus pula sesuai dengan karakteristiknya. Oleh
sebab itu, pendidikan anak penyandang cacat harus dipisahkan (di sekolah
khusus) dari pendidikan anak lainnya.
Peradaban manusia terus berkembang, pemahaman dan pengetahuan
baru mengajarkan kepada manusia bahwa setiap orang memiliki hak yamg sama
untuk hidup. Pandangan seperti inilah yang berhasil menyelamatkan kehidupan
anak-anak penyandang cacat.Menyelamatkan hidup anak-anak penyandang
1
cacat menjadi penting karena dipandang sebagai simbol dari sebuah peradaban
yang lebih maju dari suatu bangsa, meskipun anak penyandang cacat
membutuhkan bantuan ekstra (Miriam, 2001).Pandangan masyarakat dan orang
tua yang menganggap bahwa memelihara dan membesarkan anak merupakan
investasi agar kelak anak dapat membalas jasa orang tuanya, menjadi tidak
dominan.
Konsep dan pemahaman terhadap pendidikan anak penyandang cacat
terus berkembang, sejalan dengan dinamika kehidupan masyarakat.Pemikiran
yang berkembang saat ini, melihat persoalan pendidikan anak penyandang cacat
dari sudut pandang yang lebih bersifat humanis, holistik, perbedaan individu dan
kebutuhan anak menjadi pusat perhatian. Dengan demikian layanan pendidikan
tidak lagi didasarkan atas label kecacatan anak, akan tetapi didasarkan pada
hambatan belajar dan kebutuhan setiap individu anak. Oleh karena itu layanan
pendidikan anak penyandang cacat tidak harus di sekolah khusus, tetapi bisa
dilayani di sekolah regular terdekat dimana anak itu berada. Cara berpikir seperti
ini dilandasi oleh konsep Special needs education, yang antara lain
melatarbelakangi munculnya gagasan pendidikan inklusif (UNESCO, 1994).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keseluruhan hakikat yang dimiliki oleh anak berkebutuhan
khusus?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui keseluruhan hakikat yang dimiliki oleh anak berkebutuhn
khusus.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
cara pandang yang berbeda dengan istilah anak luar biasa yang pernah
diergunakan dan mungkin masih digunakan. Jika pada istilah luar biasa lebih
menitik beratkan pada kondisi (fisik, mental, emosi-sosial) anak, maka pada
berkebutuhan khusus lebih pada kebutuhan anak untuk mencapai prestasi sesuai
dengan prestesinya.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang secara pendidikan
memerlukan layanan yang spesifik yang berbeda dengan anak-anak pada
umumnya. Anak berkebutuhan khusus ini memiliki apa yang disebut dengan
hambatan belajar dan hambatan perkembangan (barier to learning and
development). Oleh sebab itu mereka memerlukan layanan pendidikan yang
sesuai dengan hamabatan belajar dan hambatan perkembang yang dialami oleh
masing-masing anak.
4
memiliki kelainan. Dan pada pasal 3 ayat 2 diberikan daftar anak yang termasuk
berkebutuhan khusus (ABK) sebagai berikut: tunanetra, tunarungu, tunawicara,
tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, berkesulitan belajar, lamban belajar, autis,
memiliki gangguan motorik, menjadi korban penyalahgunaan narkoba, obat
terlarang dan zat adiktif lainnya, memiliki kelainan lainnya, dan tunaganda.
5
seing mengusap mata, mendongakkan kepala, berjalan sering menabrak
benda di depannya, salah menyalin dalamjarak dekat, dsb.
· Ciri keluhan, seperti : merasa sakit kepala, sulit melihat dengan jelas
dari jarak jauh, penglihatan terasa kabur ketika membaca/menulis, benda
terlihat seperti dua buah, mata sering terasa gatal.
6
sebagai anak dengan gangguan tunagrahita dan karenanya penanganannya
sering dijadikan satu dengan anak tunagrahita.Namun dalam
perkembangan ternyata penyandang autis tidak selalu mengalami
anagrahita.Oleh karena itu dipandang perlu untuk dijadikan katagori
tersendiri sebagai anak yang mengalami kesulitan belajar.
Ciri-ciri umum anak dengan kelainan autistik antara lain adalah :
Sering berkata tanpa arti.Sering menirukan perkataan orang lain
secara spontan.Tanpa mengerti apa yang dibaca.Gerakan/aktivitas kaku,
menonton dan berulang.Sering memutar, membanting dan membariskan
benda.Lebih tertarik pada benda mati daripada orang.Mempunyai
gerakan serba cepat (hiperaktif)Sering berprilaku stereotipik (diulang-
ulang), aneh tanpa tujuan. Minat terhadap objek tertentu secara luar biasa
dan tidak lazim misal detik jam, kipas angin.Kadangkala agresif
(menyerang, merusak).Sulit konsentrasi pada aktivitas/objek
tertentu.Sering sulit tidur, ngompol atau ngebrok.Tidak senang/mudah
marah pada perubahan (letak barang di kamar, urutan kegiatan).Sering
berubah emosi mendadak tanpa sebab (dari sedih kegembira, atau
sebaliknya).Sering terjadi ledakan tawa atau tangis tanpa sebab
b. Perbedaan interindividual berdasarkan keadaan fisik dan
kemampuan gerak motoric.
Ada dua kategori cacat tubuh, yaitu cacat anggota tubuh karena
penyakit polio dan cacat tubuh karena kerusakan otak sehingga
mengakibatkan ketidak mampuan gerak ( cerebral palsy ).
Pada dasarnya cerebral palsy merupakan gangguan koordinasi otot.
Ototnya sendiri sebenarnya normal, tetapi otak mengalami gangguan
dalam mengirimkan sinyal-sinyal yang penting untuk memerintah otot-otot
untuk memendek atau memanjang atau harus meregang ( Puseschel ,1988
) Anak-anak semacam ini masih dapat belajar dengan menggunakan semua
inderanya. Tingkat intelektualnya umumnya normal bahkan ada yang
sedikit diatas kesulitan jika harus melakukan tugas-tugas yang berkaitan
dengan koordinasi motorik dan/atau keterampilan fisik, seperti olahraga,
bermain, menulis, malakukan mobilitas, dan sebagainya.
7
Ciri-ciri gangguan gerakan karena kerusakan otak ( cerebral
palsy ) antara lain sebagai berikut :
Anak yang mengalami gangguan gerakan pada taraf sedang dan berat,
umumnya dimasukkan ke sekolah luar biasa ( SLB ). Yang mengalami
gangguan ringan mungkin banyak juga ditemukan di sekolah-sekolah
umum.Jika mereka tidak mendapatkan bantuan pelayanan khusus dapat
menyebab anak kebutuhan khusus terjadinya kesulitan belajar yang serius.
8
Di Indonesia anak dengan gangguan komunikasi termasuk di
dalamnya anak dengan gangguan wicara. Menurut Hallahan dan Kauffman
( 1991 ) gangguan komunikasi terdiri atas gangguan wicara dan gangguan
bahasa. Gangguan wicara adalah suatu kerusakan atau gangguan dari
suara, artikulasi dari bunyi dan/ atau kelancaran wicara.Jadi gangguan
wicara terdiri dari tiga macam yaitu gangguan suara, gangguan artikulasi,
dan gangguan kelancaran bicara.
Tidak ada definisi yang baku mengenai gangguan emosi dan perilaku,
tetapi cirri-ciri umum menggambarkan adanya 4 dimensi ( Hallahan dan
Kauffman, 1991 ) sebagai berikut.
9
• Anak yang mengalami kecemasan dan menyendiri, memiliki ciri-
ciri antara lain tegang, rasa takut bersalah, cemas, pemalu, menyendiri,
mengasingkan diri, tidak punya teman, perasaan tertekan, sedih, sensitive,
mudah merasa disakiti hatinya, merasa rendah diri, merasa tidak berharga,
mudah frustasi, kurang keyakinan, pendiam.
10
4) Anak yang prestasi belajarnya rendah disertai adanya hambatan-
hambatan kmunikasi dan social, sedangkan IQ nya jauh di bawah rata-rata
disebut sebagai retardasi mental atau tunagrahita.
11
a) Dispraksia ideomotoris ditandai kurangnya kemampuan dalam
melakukan gerakan praktis sederhana, seperti menggunting, menggosok gigi
atau menggunakan sendok makan. Gerakannya terkesan canggung dan
kurang luwes. Dispraksia ini sering merupakan kendala bagi perkembagan
bicara.
12
• Gangguan perkembangan bahasa
Defisia ada dua jenis : yaitu defisia reseptif dan defisia eksprsif. Pada defisia
reseptif anak mengalami gangguan pemahaman dalam penerimaan bahasa.
Anak dapat mendengar kata-kata yang diucapkan, tetapi tidak mengerti apa
yang diengar karena menglami gangguan dalam memproses stimulus yang
masuk. Pada defisia eksprsi anak tidak mengalami didapat gangguan
pemahaman bahasa, tetapi ia sulit mengekspresikan kata secara verbal.
Anak dengan gangguan perkembangan bahasa akan berdampak pada
kemampuan membaca dan menulis.
Pada anak yang periakunya tidak diterima oleh lingkungan sosialnya, baik
oleh seama anak, guru, maupun orang tua.Ia ditolak oleh lingkungan
sosialnya karena sering mengganggu, tidak sopan, tidak tahu aturan atau
berbagai perilaku neatif lainnya. Jika kesulitan penyesuaian perilaku social
ini tidak secepatnya ditaangani maka tidak hanya menimbulkan kerugian
bagi anak itu sendiri, tetapi juga bagi lingkungan.
13
kesulitan belajar hanya menyebutkan tiga jenis kesulitan belajar akademik
sebagai berikut :
c) Kesulitan re-auditoris bunyi atau kata. Jika diberi hurup tidak dapat
mengingat bunyi hurup atau kata tersebut, atau kalau melihat kata tidak
dapat mengungkapkannya walaupun mengerti arti kata tersebut;
14
Gejala-gejala desleksia visual sebagai berikut :
15
berhitung yang harus dikuasai oleh anak.Ketiga elemen tersebtu adalah (a)
knsep, (b) komputasi dan (c) pemecahan masalah.Seperti halnya bahsa
berhitung yang merupakan bagian dari matematika adalah sarana berpikir
keilmuan. Oleh karena itu, seperti halnya kesulitan belajar bahasa,
kesulitan berhitung hendaknya dideteksi dan ditangani sejak dini agar
tidak menimbulkan kesulitan bagi anak dalam mepelajari lain di sekolah.
2. Perbedaan Intraindividual
Adalah suatu perbandingan antara potensi yang ada di dalam diri indivdu
itu sendiri, perbedaan ini dapat muncul dari berbagai aspek meliputi
intelektual, fisik, psikologis, dan sosial.Selain masalah perbedaan ada
beberapa terminologi yang dapat digunakan untuk memahami anak
berkebutuhan khusus. Istilah tersebut yaitu:
- impairment
- Disability
- Handicaped
16
Setiap anak berkebutuhan khusus, baik yang bersifat permanen maupun
yang temporer, memiliki hambatan belajar dan kebutuhan yang berbeda-beda.
Hambatan belajar yang dialami oleh setiap anak, disebabkan oleh tiga hal
yaitu: (1) faktor lingkungan (2) faktor dalam diri anak sendiri, dan (3)
kombinasi antara faktor lingkungan dan faktor dalam diri anak. Oleh karena
itu layanan pendidikan didasarkan atas hambatan belajar dan kebutuhan
masing-masing anak. Dengan kata lain pendidikan lebih berpusat kepada
anak (child center), bukan berpusat pada kurikulum dan kecacatan. Untuk
memahami kebutuhan dan hambatan belajar setiap anak, dilakukan melalui
sebuah proses yang disebut assessment. Dalam konteks pendidikan kebutuhan
khusus, assessment menjadi kompetensi dasar seorang guru.
17
termasuk anak-anak dengan kebutuhan khusus. Sebelum membahas lebih jauh
mengenai kebutuhan belajar bagi anak berkebutuhan khusus, mari kita mengenal
dan memahami dulu jenis-jenis anak berkebutuhan khusus yang perlu diketahui
agar dapat memetakan pendekatan dan kebutuhan anak lebih dalam, berikut
penjelasannya.
1. Disabilitas penglihatan. Anak disabilitas penglihatan adalah anak yang
mengalami gangguan daya penglihatan berupa kebutaan menyeluruh
(total) atau sebagian (low vision).
2. Disabilitas pendengaran. Anak disabilitas pendengaran adalah anak yang
mengalami gangguan pendengaran, baik sebagian maupun menyeluruh,
dan biasanya memiliki hambatan dalam berbahasa dan berbicara.
3. Disabilitas intelektual. Anak disabilitas intelektual adalah anak yang
memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata anak
seusianya dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku,
yang muncul dalam masa perkembangan.
4. Disabilitas fisik. Anak disabilitas fisik adalah anak yang mengalami
gangguan gerak akibat kelumpuhan, tidak lengkap anggota badan,
kelainan bentuk dan fungsi tubuh atau anggota gerak.
5. Disabilitas sosial. Anak disabilitas sosial adalah anak yang memiliki
masalah atau hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial,
serta berperilaku menyimpang.
6. Anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH)
atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD) adalah anak
yang mengalami gangguan perkembangan, yang ditandai dengan
sekumpulan masalah berupa gangguan pengendalian diri, masalah
rentang atensi atau perhatian, hiperaktivitas dan impulsivitas, yang
menyebabkan kesulitan berperilaku, berpikir, dan mengendalikan emosi.
7. Anak dengan gangguan spektrum autisma atau autism spectrum
disorders (ASD) adalah anak yang mengalami gangguan dalam tiga area
dengan tingkatan berbeda-beda, yaitu kemampuan komunikasi dan
interaksi sosial, serta pola-pola perilaku yang repetitif dan stereotipi.
18
8. Anak dengan gangguan ganda adalah anak yang memiliki dua atau lebih
gangguan sehingga diperlukan pendampingan, layanan, pendidikan
khusus, dan alat bantu belajar yang khusus.
9. Anak dengan kapasitas menyerap yang lamban (slow learner) adalah
anak yang memiliki potensi intelektual sedikit dibawah rata-rata tetapi
belum termasuk gangguan mental. Mereka butuh waktu lama dan
berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik
maupun non akademik.
10. Anak dengan kesulitan belajar khusus atau specific learning disabilities
adalah anak yang mengalami hambatan atau penyimpangan pada satu
atau lebih proses psikologis dasar berupa ketidakmampuan mendengar,
berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja dan berhitung.
11. Anak dengan gangguan kemampuan komunikasi adalah anak yang
mengalami penyimpangan dalam bidang perkembangan bahasa wicara,
suara, irama, dan kelancaran dari usia rata-rata yang disebabkan oleh
faktor fisik, psikologis dan lingkungan, baik reseptif maupun ekspresif.
12. Anak dengan potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa adalah anak
yang memiliki skor intelegensi yang tinggi (gifted), atau mereka yang
unggul dalam bidang-bidang khusus (talented) seperti musik, seni,
olahraga, dan kepemimpinan
19
D. Hak Anak Berkebutuhan Khusus Untuk Memperoleh Pendidikan
Kesamaan hak anak atas pendidikan dijamin sepenuhnya dalam berbagai
instrumen hukum (baik internasional maupun nasional). Pendidikan bertujuan
memperkuat hak asasi manusia. Walaupun tujuan dan sasarannya berbeda-beda
menurut konteks nasional budaya, politik, agama serta sejarah _ masing-masing.
Pasal 26 ayat (1) DUHAM menegaskan: "Setiap orang berhak atas pendidikan.
Pendidikan harus cumacuma, paling tidak pada tahap-tahap awal dan dasar.
Pendidikan dasar harus diwajibkan ... "
Apabila melihat pada Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
(DUHAf\1\) 1948, tidak ada satu kalimat pun yang menunjukkan adanya
perbedaan antara manusia yang satu dengan man usia yang lain. Kata "semua
orang", "setiap orang", "tidak seorang pun", "laki-laki dan perempuan"
menggambarkan hak yang sama bagi semua. Hak anak berkebutuhan khusus
atas pendidikan diperjelas kembali dalam Konvensi Hak Anak ( 1989),
Deklarasi Dunia tentang Pendidikan untuk Semua ( 1 989), Peraturan Standar
PBB tentang Persamaan Kesempatan bagi Para Penyandang Cacat ( 1993),
Deklarasi Salamanca dan Kerangka Aksi Unesco ( 1994), Undang-undang
Penyandang Kecacatan ( 1997), dan Kerangka Aksi Dakar (2000).
Dalam Deklarasi Salamanca dipesankan untuk menerima setiap orang
dan menghargai perbedaan. Selama memungkinkan, semua anak seyogyanya
belajar bersama tanpa memandang kesulitan atau perbedaan yg ada. Kongres
lnternasional ke-8 tentang Mengikutsertakan Anak Penyandang Kecacatan ke
Dalam Masyarakat: Menuju Kewarganegaraan yang Penuh, yang dilaksanakan
pada Juni 2004 di Stavanger, menegaskan adanya hak yang sama bagi yang
berkebutuhan khusus maupun yang tidak berkebutuhan khusus.
Kewarganegaraan yang penuh memberi konsekuensi bahwa setiap anak
memiliki kesempatan yang sama dalam semua aspek kehidupan, seperti layanan
kesehatan, pendidikan, program perawatan, maupun rekreasi.
Hal ini berarti, anak berkebutuhan khusus juga memiliki hak untuk
berbicara, berpendapat, memperoleh pendidikan, kesejahteraan dan kesehatan,
serta mendapatkan hak dan kewajiban secara penuh sebagai warga negara.
Indonesia, dalam UUD 1945 menyebutkan bahwa setiap warga negara
20
mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan. Hal ini
berarti tidak terkecuali bagi anak berkebutuhan khusus.
UU Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat menyebutkan
adanya kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan pada satuan,
jenis, dan jenjang pendidikan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya.
Sebaliknya, setiap lembaga pendidikan haruslah memberikan kesempatan
tersebut. Hak anak yang berkebutuhan khusus juga menjadi bagian yang diatur
dalam Konvensi Hak Anak (diratifikasi melalui Keppres Nomor 20 Tahun 1990)
dan UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dengan ragam hak
untuk: • Mendapat kesempatan yang sama dan aksesibilitas bagi pendidikan
biasa dan pendidikan luar biasa; • Menerima pendidikan, pelatihan dengan cara
yang memungkinkan sepenuh mungkin tercapainya integrasi social; • Dilindungi
dari tindak kekerasan yang dilakukan guru, pengelola sekolah, atau teman-
temannya.
Mengenai sistem pendidikannya, UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyebut bahwa penyelenggaraan pendidikan
untuk peserta didik berkelainan (dapat diartikan berkebutuhan khusus)
diselenggarakan secara inklusif atau berupa sekolah khusus. Hal ini berarti, tidak
ada keharusan dilaksanakan melalui berbagai sekolah luar biasa, melainkan juga
dapat diselenggarakan melalui sekolah urn urn.Hal yang terpenting, pendidikan
haruslah diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif _ dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan,
nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Ketiga, menghormati guru. Termasuk
menghormati ilmu adalah dengan.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat kita ambil beberapa kesimpulan,bahwa:Anak
berkebutuhan khusus yaitu anak yang memiliki karakteristik khusus pada hal
fisik, mental, maupun karakteristik perilaku sosialnya, sehingga memerlukan
pelayanan khusus untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Secara
umum rentangan anak berkebutuhan khusus meliputi dua kategori yaitu: (a)
anak yang memiliki kebutuhan khusus yang bersifat permanen, akibat dari
kecacatan tertentu (anak penyandang cacat), seperti anak yang tidak bisa
melihat (atunanetra), tidak bisa mendengar (tunarungu), anak yang
mengalami cerebral palsy dst. Dan (b) anak berkebutuhan khusus yang
bersifat temporer.
Daftar anak yang termasuk berkebutuhan khusus (ABK) sebagai
berikut: tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras,
berkesulitan belajar, lamban belajar, autis, memiliki gangguan motorik,
menjadi korban penyalahgunaan narkoba, obat terlarang dan zat adiktif
lainnya, memiliki kelainan lainnya, dan tunaganda.Hak-hak yang dimiliki
anak berkebutuhan khusus sama dengan hak anak pada umumnya, yakni hak
mendapatkan pendidikan, pelayanan kesehatan, perlindungan HAM dan
mendapatkan pelayanan khusus.
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami susun, semoga makalah ini bermanfaat
bagi para pembaca. Dalam penulisan ini kami sadar masih banyak
kekurangan, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk
menyempurnakan makalah ini .
22
DAFTAR PUSTAKA
https://www.coursehero.com/file/63155211/Makalah-AL-ISLAM-4-Kelompok-
3docx/
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/AL+TARBIYAH,+Vol.1+No.3+Juli+202
3+Hal+110-117.pdf
https://www.scribd.com/document/390040329/Makalah-Kewajiban-Menuntut-
Ilmu
https://media.neliti.com/media/publications/167158-ID-sumber-sumber-ilmu-
pengetahuan-dalam-al.pdf
23