Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

HAKIKAT ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Mata Kuliah :
Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Dosen Pengampu :
Dr. Muh Erwinto Imran, S.Pd., M.Pd

Disusun oleh:

Kelompok 1

Amanda Awalia Nurhikma 105401109821


Nurul Ismi 105401109321
Ridha Amelia 105401110421
Sri Wiwiyanti J 105401111121
PGSD 5D

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan Sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
Tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta Salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang Kita nanti-nantikan syafat-anya di akhirat nanti.
Penulis mengucap syukur pada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-nya,baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan makalah “Hakikat Anak Berkebutuhan Khusus”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan maupun kekurangan di dalamnya.Untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak,agar makalah ini
nantinya menjadi makalah yang lebih baik lagi.Kemudian jika terdapat banyak
kesalahan dalam makaalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Makassar,4 November 2023

Penulis

ii
Daftar Isi

MAKALAH ……………………………………………...i
KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii
Daftar Isi ......................................................................................................................... iii
BAB I ............................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2
BAB II .............................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN .............................................................................................................. 3
A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus ........................................................... 3
B. Konsep Perbedaan Inter dan Intra Individual ................................................. 5
C. Klasifikasi Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus ...................................... 17
D. Hak Anak Berkebutuhan Khusus Untuk Memperoleh Pendidikan ............. 20
BAB III .......................................................................................................................... 22
PENUTUP ..................................................................................................................... 22
A. Kesimpulan......................................................................................................... 22
B. Saran ................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dilahirkan dalam keadaan normal adalah suatu anugerah terindah yang
diberikan Tuhan kepada kita. Tak seorang pun menginginkan lahir di dunia ini
dalam keadaan yang kurang apalagi cacat. Pastinya manusia menginginkan
dirinya dilahirkan dalam keadaan sempurna. Meskipun kita meyakini bahwa
semua yang ada di dunia ini sudah menjadi takdir Allah SWT., akan tetapi
mempelajari tentang makhluk ciptaan-nya sangatlah diperlukan dan banyak
manfaatnya bagi kita, apa lagi kita adalah manusia yang berkecimpung di dalam
dunia keilmuan dimana segala sesuatu harus bisa dipertanggungjawabkan
dengan memberikan bukti pengkajian terhadap sesuatu tersebut.
Pembahasan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak sangatlah
menarik, terutama pembahasan terhadap anak berkebutuhan khusus. Dimana
jumlah anak berkebutuhan khusus dari tahun ke tahun selalu mengalami
peningkatan. Peningkatan tersebut tentunya desebabkan oleh beberapa faktor.
Disamping itu pembahasan terhadap hak-hak anak berkebutuhan khusus juga
sangat penting mengingat banyaknya masyarakat, bahkan orang tua dari anak
berkebutuhan khusus yang memandang sebelah mata.
Anak penyandang cacat mulai diakui keberadaannya, dan oleh sebab itu
mulai berdiri sekolah-sekolah khusus, rumah-rumah perawatan dan panti sosial
yangsecara khusus mendidik dan merawat anak-anak penyandang cacat. Mereka
yangmenyandang kecacatan, dipandang memiliki karakteristik yang berbeda dari
orangkebanyakan, sehingga dalam pendidikannya mereka memerlukan
pendekatan danmetode yang khsusus pula sesuai dengan karakteristiknya. Oleh
sebab itu, pendidikan anak penyandang cacat harus dipisahkan (di sekolah
khusus) dari pendidikan anak lainnya.
Peradaban manusia terus berkembang, pemahaman dan pengetahuan
baru mengajarkan kepada manusia bahwa setiap orang memiliki hak yamg sama
untuk hidup. Pandangan seperti inilah yang berhasil menyelamatkan kehidupan
anak-anak penyandang cacat.Menyelamatkan hidup anak-anak penyandang

1
cacat menjadi penting karena dipandang sebagai simbol dari sebuah peradaban
yang lebih maju dari suatu bangsa, meskipun anak penyandang cacat
membutuhkan bantuan ekstra (Miriam, 2001).Pandangan masyarakat dan orang
tua yang menganggap bahwa memelihara dan membesarkan anak merupakan
investasi agar kelak anak dapat membalas jasa orang tuanya, menjadi tidak
dominan.
Konsep dan pemahaman terhadap pendidikan anak penyandang cacat
terus berkembang, sejalan dengan dinamika kehidupan masyarakat.Pemikiran
yang berkembang saat ini, melihat persoalan pendidikan anak penyandang cacat
dari sudut pandang yang lebih bersifat humanis, holistik, perbedaan individu dan
kebutuhan anak menjadi pusat perhatian. Dengan demikian layanan pendidikan
tidak lagi didasarkan atas label kecacatan anak, akan tetapi didasarkan pada
hambatan belajar dan kebutuhan setiap individu anak. Oleh karena itu layanan
pendidikan anak penyandang cacat tidak harus di sekolah khusus, tetapi bisa
dilayani di sekolah regular terdekat dimana anak itu berada. Cara berpikir seperti
ini dilandasi oleh konsep Special needs education, yang antara lain
melatarbelakangi munculnya gagasan pendidikan inklusif (UNESCO, 1994).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keseluruhan hakikat yang dimiliki oleh anak berkebutuhan
khusus?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui keseluruhan hakikat yang dimiliki oleh anak berkebutuhn
khusus.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus


Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus Di dalam psikologi
perkembangan, Desmita menyebutkan bahwa masa anak-anak dimulai setelah
melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni usia kira-kira 2 tahun
sampai saat anak-anak matang secara seksual, yaitu kira-kira 13 tahun bagi
wanita dan 14 tahun bagi pria (Desmita, 2005:127). Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) merupakan istilah lain untuk menggantikan kata Anak Luar Biasa (ALB)
yang menandakan adanya kelainan khusus, sebagaimana yang disebutkan oleh
Bandi Delphie (2006: 1). Untuk merumuskan secara definitif siapa yang
dimaksud dengan anak berkelainan memang sesuatu hal yang sulit, karena
disamping keanekaragaman jenis, perbedaan individual secara khas, kelainan itu
sendiri bersifat normatif dan gradual.
Menurut Sapariadi dkk., yang dimaksud dengan anak berkelainan yaitu
anak-anak yang mengalami kelainan fungsi dari organ-organ tubuhnya, baik
yang bersifat jasmaniyah maupun rokhaniyah (Sapariadi dkk, 1982: 12).
Kelainan berarti pula penyimpangan yang mengarah ke atas (super normal) atau
ke bawah (sub normal). Penyimpangan ke atas merupakan kelebihan yang tidak
dimiliki oleh anak-anak normal pada umumnya. Sedangkan penyimpangan ke
bawah merupakan suatu gangguan, hambatan dan sebagainya, sehingga
mengalami kekurangan bahkan kadang-kadang karena hambatan yang begitu
besar, sehingga mengakibatkan ketidakberfungsinya salah satu organ tubuh.
Istilah anak berkebutuhan khusus merupakan istilah terbaru yang
digunakan dan merupakan terjemahan dari child with specials needs yang telah
digunakan secara luas di dunia nternasional. Ada beberapa istilah lain yang
pernah digunakan diantaranya anak cacat, anak tuna, anak berkelainan, anak
menyimpang dan anak luar biasa.Ada satu istilah yang berkembang secara luas
telah digunakan yaitu difabel, sebenarnya merupakan pendekatan dari difference
ability. Penggunaan istilah anak berkebutuhan khusus membawa kosekuensi

3
cara pandang yang berbeda dengan istilah anak luar biasa yang pernah
diergunakan dan mungkin masih digunakan. Jika pada istilah luar biasa lebih
menitik beratkan pada kondisi (fisik, mental, emosi-sosial) anak, maka pada
berkebutuhan khusus lebih pada kebutuhan anak untuk mencapai prestasi sesuai
dengan prestesinya.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang secara pendidikan
memerlukan layanan yang spesifik yang berbeda dengan anak-anak pada
umumnya. Anak berkebutuhan khusus ini memiliki apa yang disebut dengan
hambatan belajar dan hambatan perkembangan (barier to learning and
development). Oleh sebab itu mereka memerlukan layanan pendidikan yang
sesuai dengan hamabatan belajar dan hambatan perkembang yang dialami oleh
masing-masing anak.

Secara umum rentangan anak berkebutuhan khusus meliputi dua kategori


yaitu: (a) anak yang memiliki kebutuhan khusus yang bersifat permanen, akibat
dari kecacatan tertentu (anak penyandang cacat), seperti anak yang tidak bisa
melihat (atunanetra), tidak bisa mendengar (tunarungu), anak yang mengalami
cerebral palsy dst. Dan (b) anak berkebutuhan khusus yang bersifat temporer.

Sedangkan menurut para ahli anak Berkebuthan Khusus adalah:

Menurut Suron dan Rizzo (1979), anak berkebutuhan khusus adalah


“anak yang memiliki perbedaan dalam keadaan dimensi penting dari
fungsikemanusiaan, mereka adalah secara fiisik, psikologis, kognitif, atau
socialterhambat dalam mencapai tujuan atau kebutuhan dan potensinya
secaramaksimal, sehingga memerlukan penanganan yang terlatih dari
tenaga professional”.
Dari uraian di atas nampak jelas bahwa kelaianan itu bersifat normatif
dan gradual. Tetapi yang perlu diingat bahwa kelainan bukanlah abnormalitas,
akan tetapi kelainan itu merupakan exceptional.Dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Permendiknas No. 70/2009 Pasal 3
ayat 1), anak berkebutuhan khusus dibahasakan sebagai peserta didik yang

4
memiliki kelainan. Dan pada pasal 3 ayat 2 diberikan daftar anak yang termasuk
berkebutuhan khusus (ABK) sebagai berikut: tunanetra, tunarungu, tunawicara,
tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, berkesulitan belajar, lamban belajar, autis,
memiliki gangguan motorik, menjadi korban penyalahgunaan narkoba, obat
terlarang dan zat adiktif lainnya, memiliki kelainan lainnya, dan tunaganda.

B. Konsep Perbedaan Inter dan Intra Individual


Untuk memahami anak berkebutuhan khusus berarti kita harus melihat
adanya berbagai perbedaan bila dibandingkan dengan keadaan normal, mulai
dari keadaan fisik sampai mental,dari anak cacat sampai anak berbakat
intelektual.Perbedaan untuk memahami anak berkebutuhan khusus dikenal ada
dua hal yaitu perbedaan interindividual dan perbedaan intraindividual.
1. Perbedaan Interindividual
Berarti membandingkan perbedaan individu dengan orang lain dalam
berbagai hal diantaranya perbedaan keadaan mental (kapasitas kemampuan
intelektual), kemampuan panca indera (sensory), kemampuan gerak motorik,
kemampuan komunikasi, kemampuan perilaku, dan keadaan fisik.
a. Perbedaan interindividual berdasarkan keadaan panca indera
1) Anak dengan gangguan penglihatan
Dengan menggunakan ukuran ketajaman penglihatan, seseorang
disebut buta apabila ia memiliki tingkat efisiensi penglihatan 20,0 % atau
lebih kecil. Yang tingkat efisiensinya lebih besar dari 20,0 % belum
diktegorikan sebagai buta. Tunanetra mengandung arti ketunaan
penglihatan mulai dari yang ringan sampai yang buta total.
Untuk mengenal apakah anak mengalami gangguan penglihatan,
dapat dilihat dari ciri-ciri fisik, perilaku maupun keluhan.
· Ciri fisik, seperti : mata juling, sering berkedip, menyipitkan mata,
kelopak mata merah, mata infeksi,gerakan mata takberaturan (goyang),
mata selalu beair
· Ciri perilaku, seperti : membaca terlalu dekat, membaca banyak
yang terlewati,cepat lelah ketika membaca/menulis, sering menggerakan
kepala ketika membaca, mengeryitkan kepala ketika melihat papan tulis,

5
seing mengusap mata, mendongakkan kepala, berjalan sering menabrak
benda di depannya, salah menyalin dalamjarak dekat, dsb.
· Ciri keluhan, seperti : merasa sakit kepala, sulit melihat dengan jelas
dari jarak jauh, penglihatan terasa kabur ketika membaca/menulis, benda
terlihat seperti dua buah, mata sering terasa gatal.

Dampak gangguan penglihatan bermacam-macam.Jika gangguan


cukup ringan, mungkin dengan alat Bantu khusus (seperti kaca mata, loop,
atau memperbesar huruf, penempatan tempat duduk) dapat sedikit
membantu mengatasi masalah belajar anak.Tetapi, untuk gangguan yang
sangat serius (sudah samapai tarap buta tentu mereka tidak dapat
mengikuti pendidikan biasa tanpa bantuan layanan khusus.Mereka tidak
lagi menggunakan huruf biasa di dalam belajar.Mereka sudah harus
menggunakan huruf Braille.Guru perlu mengenal mereka agar sejak dini
anak yang mengalami gangguan penglihatan dapat terlayani secara
optimal, baik secara medis, sosial, psikologis, maupun pendidikan,
sehingga tidak menimbulkan kesulitan belajar pada diri anak dikemudian
hari.
2) Anak dengan gangguan pendengaran
Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh kebutuhan khusus oleh
kerusakan fungsi dari sebagian atau seluruh alat atau organ-organ
pendengaran, dapat diketahui dengan menggunakan alat ukur tertentu
(audiometer).Dengan menggungkapkan ciri fisik dan perilaku anak,
seorang anak dideteksi apakah mengalami gangguan pendengaran
gangguan atau tidak. Ciri-ciri tersebut, antara lain : sering keluar cairan
dari liang telinga, bentuk daun telinga tidak normal, sering mengeluh atau
gatal di lubang telinga, kalau berbicara selalu melihat gerakan bibir lawan
bicara, sering tidak bereaksi jika diajak bicara kurang keras selalu minta
diulang dalam pembicaraan, dan sebagainya.
3) Anak dengan kelainan autistic
Perlunya penanganan khusus bagi anak autis termasuk perkembangan
baru dalam bidang pendidikan luar biasa.Mereka umumnya dikatagorikan

6
sebagai anak dengan gangguan tunagrahita dan karenanya penanganannya
sering dijadikan satu dengan anak tunagrahita.Namun dalam
perkembangan ternyata penyandang autis tidak selalu mengalami
anagrahita.Oleh karena itu dipandang perlu untuk dijadikan katagori
tersendiri sebagai anak yang mengalami kesulitan belajar.
Ciri-ciri umum anak dengan kelainan autistik antara lain adalah :
Sering berkata tanpa arti.Sering menirukan perkataan orang lain
secara spontan.Tanpa mengerti apa yang dibaca.Gerakan/aktivitas kaku,
menonton dan berulang.Sering memutar, membanting dan membariskan
benda.Lebih tertarik pada benda mati daripada orang.Mempunyai
gerakan serba cepat (hiperaktif)Sering berprilaku stereotipik (diulang-
ulang), aneh tanpa tujuan. Minat terhadap objek tertentu secara luar biasa
dan tidak lazim misal detik jam, kipas angin.Kadangkala agresif
(menyerang, merusak).Sulit konsentrasi pada aktivitas/objek
tertentu.Sering sulit tidur, ngompol atau ngebrok.Tidak senang/mudah
marah pada perubahan (letak barang di kamar, urutan kegiatan).Sering
berubah emosi mendadak tanpa sebab (dari sedih kegembira, atau
sebaliknya).Sering terjadi ledakan tawa atau tangis tanpa sebab
b. Perbedaan interindividual berdasarkan keadaan fisik dan
kemampuan gerak motoric.
Ada dua kategori cacat tubuh, yaitu cacat anggota tubuh karena
penyakit polio dan cacat tubuh karena kerusakan otak sehingga
mengakibatkan ketidak mampuan gerak ( cerebral palsy ).
Pada dasarnya cerebral palsy merupakan gangguan koordinasi otot.
Ototnya sendiri sebenarnya normal, tetapi otak mengalami gangguan
dalam mengirimkan sinyal-sinyal yang penting untuk memerintah otot-otot
untuk memendek atau memanjang atau harus meregang ( Puseschel ,1988
) Anak-anak semacam ini masih dapat belajar dengan menggunakan semua
inderanya. Tingkat intelektualnya umumnya normal bahkan ada yang
sedikit diatas kesulitan jika harus melakukan tugas-tugas yang berkaitan
dengan koordinasi motorik dan/atau keterampilan fisik, seperti olahraga,
bermain, menulis, malakukan mobilitas, dan sebagainya.

7
Ciri-ciri gangguan gerakan karena kerusakan otak ( cerebral
palsy ) antara lain sebagai berikut :

• otot keras dan kadang-kadang kaku serta tidak dapat menggerakkan


anggota tubuh dengan baik, gerakannya sering tersentak-sentak.
• Sukar mengontrol kaki dan tangan dalam melakukan aktivitas, wajah
seram dan kadang dengan mengulurkan lidah;
• Kekakuan dalam gerakan yang memerlukan keseimbangan, orientasi
ruang, posisi tubuh mudah jatuh;
• Kakakuan yang ekstrem pada anggota tubuh dan sendi-sendi dan sukar
bergerak untuk waktu yang lama.

Anak yang mengalami gangguan gerakan pada taraf sedang dan berat,
umumnya dimasukkan ke sekolah luar biasa ( SLB ). Yang mengalami
gangguan ringan mungkin banyak juga ditemukan di sekolah-sekolah
umum.Jika mereka tidak mendapatkan bantuan pelayanan khusus dapat
menyebab anak kebutuhan khusus terjadinya kesulitan belajar yang serius.

Gejala-gejala gangguan gerakan ringan pada anak seperti


berikut,ini mungkin perlu di cermati dan diberi perhatian yang lebih
serius :
• Salah satu/kedua tangan atau kaki cacat,
• Salah satu/kedua tangan atau kaki tidak berfungsi,
• Sikap/keseimbangan tubuh saat duduk/berdiri, berjalan tidak normal,
• Rounded Rectangle: 5Koordinasi gerakan kaki, tangan, mata tidak
normal,
• Banyak gerakan yang tidak terkontrol, menunjukkan tidak terkontrol,
menunjukkan
• ketidaknormalan.apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya”.

c. Perbedaan interindividual berdasarkan keadaan kemampuan


komunikasi

8
Di Indonesia anak dengan gangguan komunikasi termasuk di
dalamnya anak dengan gangguan wicara. Menurut Hallahan dan Kauffman
( 1991 ) gangguan komunikasi terdiri atas gangguan wicara dan gangguan
bahasa. Gangguan wicara adalah suatu kerusakan atau gangguan dari
suara, artikulasi dari bunyi dan/ atau kelancaran wicara.Jadi gangguan
wicara terdiri dari tiga macam yaitu gangguan suara, gangguan artikulasi,
dan gangguan kelancaran bicara.

Gangguan bahasa adalah gangguan dari pemahaman dan/atau


penggunaan bahasa ujaran, bahasa tulis, dan/atau sistem simbol.
Kerusakan tersebut mungkin meliputi : bentuk bahasa ( fonologi,
morfologi, dan sintaksis ), bahasa atau semantik, dan fungsi bahasa atau
fragmatik.

Anak yang mengalami gangguan komunikasi biasanya menunjukkan


gejala tidak lancar berbicara, pembicaraanya sulit ditangkap,suaranya tidak
normal, gagap, dan sebagainya. Penyebabnya dapat bersifat organik dan
dapat pula psikologik.

d. Perbedaan interindividual berdasarkan keadaan kemampuan emosi


dan perilaku

Tidak ada definisi yang baku mengenai gangguan emosi dan perilaku,
tetapi cirri-ciri umum menggambarkan adanya 4 dimensi ( Hallahan dan
Kauffman, 1991 ) sebagai berikut.

• Anak yang mengalami gangguan perilaku, memiliki ciri-ciri antara


lain suka berkelahi, memukul, menyerang, bersifat pemarah, tidak
penurut/melawan peraturan, suka merusak baik baik milik diri sendiri
maupun orang lain, kasar, tidak sopan, tidak mau kerja sama, penentang,
kurang perhatian pada orang lain, suka mengganggu, suka ribut, mudah
marah, suka mendominasi orang lain, suka mengancam atau menggertak,
iri hati, cemburu, suka bertengkar, tidak bertanggung jawab, ceroboh,
mencuri, mengacau, menolak kesalahan dan menyalahkan orang lain,
murung, cemberut, mementinkan diri sendiri.

9
• Anak yang mengalami kecemasan dan menyendiri, memiliki ciri-
ciri antara lain tegang, rasa takut bersalah, cemas, pemalu, menyendiri,
mengasingkan diri, tidak punya teman, perasaan tertekan, sedih, sensitive,
mudah merasa disakiti hatinya, merasa rendah diri, merasa tidak berharga,
mudah frustasi, kurang keyakinan, pendiam.

• Anak yang agresif sosia ciri-cirinya antara lain adalah memiliki


perkumpulan yang tidak baik, berani mencuri, loyal terhadap teman yang
suka melanggar hukum, suka begadang sampai larut malam, melarikan diri
dari sekolah, melarikan dari rumah.

• Individu yang tidak pernah dewasa ciri-cirinya antara lain adalah


perhatiannya terbatas, kurang konsentrasi, melamun, kaku, canggung,
pasif, kurang inisiatif, mudah digerakkan, lamban, ceroboh, mudah bosan,
kurang tabah, kurang rapi.

Dengan melihat gejala-gejala tersebut, guru dapat melakukan identifikasi


dan kemudian memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan mereka sehingga tidak menjadi berkesulitan belajar.

e. Perbedaan interindividual berdasarkan keadaan prestasi belajar

Anak berkesulitan belajar dapat dikelompokan menjadi empat jenis :

1) Anak yang sebenarnya IQ nya rata-rata atau di atas rata-rata tetapi


hasil belajarnya rendah karena factor eksternal. Disebut sebagai anak yang
mengalami hambatan belajar,

2) Anak yang sebenarnya IQ nya rata-rata atau di atas rata-rata tetapi


mengalami kesulitan dalam bidang akademik tertentu (mislanya membaca,
menulis, berhitung) tidak seluruh mata pelajaran, diduga karena factor
neurologis, disebut sebagai anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik
atau spesific learning disability,

3) Anak yang prestasi belajarnya rendah tetapi IQ nya sedikit di bawah


rata-rata disebut anak yang lamban belajar atua slow learner, dan

10
4) Anak yang prestasi belajarnya rendah disertai adanya hambatan-
hambatan kmunikasi dan social, sedangkan IQ nya jauh di bawah rata-rata
disebut sebagai retardasi mental atau tunagrahita.

Pengelompokan ini penting karena pada umumnya secara pendidikan


kadang-kadang mereka memiliki gejala yang sama, ialah sama-sama
mengalami kesulitan belajar atau problema dalam belajar. Jika kita dapat
menganalisis dan mencari sumber penyebab seta dapat mengelompokkan
secara tepat, maka kita dapat memberikan perlakuan yang sesuai dengan
kebutuhan khusus mereka.

Mengenai anak berkesulitan belajar spesifik (spesific learning


disability), juga dapat dibagi menjadi dua jenis, ialah kesulitan belajar
praakademik dan kesulitan belajar akademik.

1) Kesulitan Belajar Praakademik

Kesulitan belajar praakademik sering disebut juga sebagai kesulitan belajar


developmental. Ada tiga jenis anak dengan kesulitan belajar developmental:

• Gangguan Motorik dan persepsi

Gangguan motorik disebut dispraksia, mencakup gangguan pada motorik


kasar, penghayatan tubuh, dan motorik halus.Gangguan persepsi mencakup
persepsi penglihatan atau persepsi visual.Persepsi pendengaran atau persepsi
auditorik, presepsi heptik (raba dan gerak atau taktil dan kinestik), dan
intelegensi system persepsual.Jenis gangguan ini perlu penanganan secara
sistematis karena pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif yang pada
gilirannya juga dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar
akademik.Dispraksia atau sering disebut clumsy adalah keadaan sebagai
akibat adanya gangguan dalam intelegensi auditor-motor.Anak tida mampu
melaksanakan gerakan bagian dari tubuh dengan benar walaupun tidak ada
kelumpuhan anggota tubuh, manifestasinya dapat berupa disfasia verbal
(bicara) da non verbal (menulis, bahasa isyarat dan panomim).

Ada beberapa jenis dispraksia, yaitu :

11
a) Dispraksia ideomotoris ditandai kurangnya kemampuan dalam
melakukan gerakan praktis sederhana, seperti menggunting, menggosok gigi
atau menggunakan sendok makan. Gerakannya terkesan canggung dan
kurang luwes. Dispraksia ini sering merupakan kendala bagi perkembagan
bicara.

b) Rounded Rectangle: 5Dispraksia ideosional : anak dapat melakukan


gerakan kompleks tetapi tidak mampu menyelesaikan secara keseluruhan
terutama dalam kondisi lingkungan yang tidak tenang. Kesulitannya erletak
pada urutan gerakan, anak sering bingung mengawali suatu aktivitas,
misalna mengikuti irama musik.

c) Dispraksia konstruksinal : anak mengalami kesulitan dalam


melakukan gerakan-gerakan kompleks yag berkaitan dengan bentuk, seperti
menyusun balok dan menggambar. Kondisi ini dapat mempengaruhi
gangguan menulis (disgrafia). Hal ini disebabkan dengna kebutuhan
khususan karena kegagalan dalam konsep visio konstruktif.

d) Dispraksia oral : sering ditemukan pada anak yang mengalami disfasia


perkembangan (gangguan perkembangan bahasa). Anak mempunyai
ganggaun dalam bicara karena adanya gangguan dalam konsep gerakan
motorik di dalam mulut. Berbicara dipandang sebagai bentuk gerakan halus
dan terampil dalam rongga mulut sehinggga anak kurang mampu kalau
diminta menirukan gerak, misalnya menjulurka atau menggerakan lidah,
mengembangkan pipi, mencucurkan bibir dan sebagianya.

• Kesulitan belajar kognitif

Pengertian kognitif mencakup berbagai aspek structural intelek yang


diprgunakan untuk mengetahui sesuatu.Dengan demikian kognitif
merupakan fungsi mental yang mencakup persepsi, pikiran, simbolisasi,
penalaran dan pemcahan masalah, perwujudan fungsi kognitif dapat dilihat
dari kemampuan anak dalama penggunaan bahasa dan penyelesaian soal-
soal matematika. Mengingat besarnya peran fungsi kognitif dalam
penyelesaian ditangani sejak anak masih berda pada usia prasekolahan

12
• Gangguan perkembangan bahasa

Disfasia adalah ketidakmampuan atau keterbatasan kemmpuan anak untuk


menggunakan simbol linguistik dalam rangka berkomunikasi sear vrbal.
Gangguan pada anak yang terjadi pada fase perkembangan ktika anak
belajar bebicara disebut sebagai disfasia perkembangan (develompment
dysphasia). Bicara adalah bahasa verbal yang memiliki komponen
artikulasi, suara dan kelanaran, ekspresi bahasa bicara (ujaran) mencakup
enam komponen, yaitu : fonem, morfem, sintaksis, semantic, prosodi
(itosasi) dan pragmatik. Kesulitan belajar bicara seyogyanya telah diketahui
dan diperbaiki sejak anak berada pada usia prasekolah karena berpengaruh
terhadap prestasi akademik sekolah.

Defisia ada dua jenis : yaitu defisia reseptif dan defisia eksprsif. Pada defisia
reseptif anak mengalami gangguan pemahaman dalam penerimaan bahasa.
Anak dapat mendengar kata-kata yang diucapkan, tetapi tidak mengerti apa
yang diengar karena menglami gangguan dalam memproses stimulus yang
masuk. Pada defisia eksprsi anak tidak mengalami didapat gangguan
pemahaman bahasa, tetapi ia sulit mengekspresikan kata secara verbal.
Anak dengan gangguan perkembangan bahasa akan berdampak pada
kemampuan membaca dan menulis.

• Kesulitan dalam penyesuaian perilaku social

Pada anak yang periakunya tidak diterima oleh lingkungan sosialnya, baik
oleh seama anak, guru, maupun orang tua.Ia ditolak oleh lingkungan
sosialnya karena sering mengganggu, tidak sopan, tidak tahu aturan atau
berbagai perilaku neatif lainnya. Jika kesulitan penyesuaian perilaku social
ini tidak secepatnya ditaangani maka tidak hanya menimbulkan kerugian
bagi anak itu sendiri, tetapi juga bagi lingkungan.

2) Kesulitan Belajar Akademik

Meskipun sekolah mengajarkan berbagai mata pelajaran atau bidang studi,


klaisfikasi kesulitan beljar akademik tidak dikaitkan dengan semua mata
pelajaran atau bidang studi tersbut. Berbagai literature yang mengkaji

13
kesulitan belajar hanya menyebutkan tiga jenis kesulitan belajar akademik
sebagai berikut :

• Kesulitan belajar membaca (Disleksia)

Kesulitan belajar sering disebut Disleksia.Kesulitan belajar membaca yang


berat dinamakan aleksia.Kemampuan membaca tidak hanya merupakan
dasar untuk menguasai berbagai bidang akademik, tetapi juga unutk
meningkatkan keterampilan kerja Rounded Rectangle: 8dan memungkinkan
orang untuk berprestasi dalam kehidupan masyarakat secara bersama.Ada
dua jenis pelajaran membaca, membaca permulaan atau membaca lisan dan
membaca pemhaman.Mengingat pentingnya kemampuan membaca bagi
kehidupan, kesulitan belajar membaca hendaknya ditangani sedini
mungkin.Ada dua tipe disleksia, yaitu disleksia auditoris dan disleksia
visual.

Gejala-gejala disleksia auditoris seabgai berikut :

a) Kesulitan dalam diskriminasi auditoris dan prsepsi sehingga


mengalami kesulitan dalam analisis fonetik. Contoh : anak tidak dapat
membedakan kata “Kakak, katak, kapak”.

b) Rounded Rectangle: 6Kesulitan analisis dan sintesis auditoris.


Contoh : “ibu” tidak dapat diuraikan menjadi Rounded Rectangle:
9Rounded Rectangle: 7“I-bu” atau problem sintesa “p-I-ta” menjadi
“pita”. Gangguan ini dapat menyebabkan kesulitan membaca dan
mengeja.

c) Kesulitan re-auditoris bunyi atau kata. Jika diberi hurup tidak dapat
mengingat bunyi hurup atau kata tersebut, atau kalau melihat kata tidak
dapat mengungkapkannya walaupun mengerti arti kata tersebut;

d) Membaca dalam hati lebih baik dari membaca lisan;

e) Kadang-kadang disertai gangguan urutan auditoris;

f) Anak enderung melakukan aktiutas visual.

14
Gejala-gejala desleksia visual sebagai berikut :

a. Tendensi terbalik: misalnya b dibaca d, p menjadi g, u menjadi n,


m menjadi w dan sebagainya;

b. Kesulitan diskriminasi, mengacaukan hurup atau kata yang mirip;

c. Kesulitan mengikuti dan mengingat urutan visual. Bila diberi huruf


cetak untuk menyusun kata mengalami kesulitan mislanya kata ibu
menjadi ubi atau iub;

d. Memori visual terganggu;

e. Kecepatan persepsi lambat;

f. kesulitan analisis dan sintesis visual;

g. hasil tes membaca buruk;

h. biasanya ebih baik dalam kemampuanaktivias auditorik.

• Kesulitan belajar menulis (disgrafia)

Kesulitan belajar menulis disebut juga disgrafia.Kesulitan belajar menuli


yang berat disebut agrafia. Ada tiga jenis pelajaran menulis, yaitu

(a). menulis permulaan.

(b). mengeja atau dikte dan

(c). menulis ekspresif. Kegunaan kemampuan menulis bagi seorang anak


adalah untuk menyalin, mencatat, dan mengerjakan sebagaian besar tugas
sekolah.Oleh karena itu, kesulitan belajar menulis hendaknya dideteksi dan
ditangani sejak dini agar tidak menimbulkan kesulitan bagi anak dalam
mempelajari berbagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.

• Kesulitan belajar berhitung (diskalkulia)

Kesulitan belajar berhitung disebut juga diskalkulia.Kesulitan belajar


berhitung yang berat disebut akalkulia.Ada tiga elemen pelajaran

15
berhitung yang harus dikuasai oleh anak.Ketiga elemen tersebtu adalah (a)
knsep, (b) komputasi dan (c) pemecahan masalah.Seperti halnya bahsa
berhitung yang merupakan bagian dari matematika adalah sarana berpikir
keilmuan. Oleh karena itu, seperti halnya kesulitan belajar bahasa,
kesulitan berhitung hendaknya dideteksi dan ditangani sejak dini agar
tidak menimbulkan kesulitan bagi anak dalam mepelajari lain di sekolah.

2. Perbedaan Intraindividual

Adalah suatu perbandingan antara potensi yang ada di dalam diri indivdu
itu sendiri, perbedaan ini dapat muncul dari berbagai aspek meliputi
intelektual, fisik, psikologis, dan sosial.Selain masalah perbedaan ada
beberapa terminologi yang dapat digunakan untuk memahami anak
berkebutuhan khusus. Istilah tersebut yaitu:

- impairment

Merupakan suatu keadaan atau kondisi diman individu mengalami kehilangan


atau abnormalitas psikologis, fisiologis, atau fungsi struktur anatomis secara
umum pada tingkat organ tubuh.Contoh seorang yang mengalami amputasi
satu kakinya.Maka dia mengalami kecacatan kaki.

- Disability

Suatu keadaan dimana individu mengalami kekurang kemampuan yang


dimungkikan karena adanya keadaan impairment seperti kecacatan pada
organ tubuh. Contoh pada orang yang cacat kakinya maka dia akan
merasakan kekurangan fungsi kaki untuk melakukan mobilitas.

- Handicaped

Keadaan dimana individu mengalami ketidakmampuan dalam bersosialisasi


dan berinteraksi dengan lingkungan.Hal ini dimungkinkan karena adanya
kelainan dan berkurangnya fungsi organ individu.Contoh orang yang
mengalami amputasi kaki sehingga untuk aktivitas mobilitas atau berinteraksi
dengan lingkungannya dia memerlukan kursi roda.Dan pengajaran yang
khusus.

16
Setiap anak berkebutuhan khusus, baik yang bersifat permanen maupun
yang temporer, memiliki hambatan belajar dan kebutuhan yang berbeda-beda.
Hambatan belajar yang dialami oleh setiap anak, disebabkan oleh tiga hal
yaitu: (1) faktor lingkungan (2) faktor dalam diri anak sendiri, dan (3)
kombinasi antara faktor lingkungan dan faktor dalam diri anak. Oleh karena
itu layanan pendidikan didasarkan atas hambatan belajar dan kebutuhan
masing-masing anak. Dengan kata lain pendidikan lebih berpusat kepada
anak (child center), bukan berpusat pada kurikulum dan kecacatan. Untuk
memahami kebutuhan dan hambatan belajar setiap anak, dilakukan melalui
sebuah proses yang disebut assessment. Dalam konteks pendidikan kebutuhan
khusus, assessment menjadi kompetensi dasar seorang guru.

Pendidikan kebutuhan khusus adalah layanan pendidikan bagi anak


berkebutuhan khusus baik yang bersifat permanen maupun yang temporer,
dan sangat fokus pada hambatan belajar dan kebutuhan anak secara individual
(Miriam, 2001).Pendidikan kebutuhan khusus memandang anak sebagai
individu yang khas dan utuh, keragaman dan perbedaan individu sangat
dihormati.Dilihat dari caranya memandang eksistensi seorang anak,
pendidikan kebutuhan khusus (special needs education) berbeda dengan jelas
dari pendidikan khusus (special education).

Dalam pendidikan khusus (special education), yang menjadi fokus


perhatian tertuju kepada kecacatan anak (disability).Sedangkan pendidikan
kebutuhan khusus (special needs education) fokus kepada hambatan belajar
dan kebutuhan anak. Ruang lingkup garapan disiplin ilmu pendidikan
kebutuhan khusus meliputi tiga hal yaitu: Pertama, mencegah timbulnya
hambatan belajar dan hamabatan perkembangan pada setiap anak. Kedua
mengkompensasikan hambatan yang dimiliki anak dan Ketiga, menangani
hambatan (intervensi).

C. Klasifikasi Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus


Pendidikan Inklusi Cikal. Setiap anak itu spesial dengan kebutuhan dan
minat belajar yang dapat dipenuhi melalui metode pendidikan yang bermakna,

17
termasuk anak-anak dengan kebutuhan khusus. Sebelum membahas lebih jauh
mengenai kebutuhan belajar bagi anak berkebutuhan khusus, mari kita mengenal
dan memahami dulu jenis-jenis anak berkebutuhan khusus yang perlu diketahui
agar dapat memetakan pendekatan dan kebutuhan anak lebih dalam, berikut
penjelasannya.
1. Disabilitas penglihatan. Anak disabilitas penglihatan adalah anak yang
mengalami gangguan daya penglihatan berupa kebutaan menyeluruh
(total) atau sebagian (low vision).
2. Disabilitas pendengaran. Anak disabilitas pendengaran adalah anak yang
mengalami gangguan pendengaran, baik sebagian maupun menyeluruh,
dan biasanya memiliki hambatan dalam berbahasa dan berbicara.
3. Disabilitas intelektual. Anak disabilitas intelektual adalah anak yang
memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata anak
seusianya dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku,
yang muncul dalam masa perkembangan.
4. Disabilitas fisik. Anak disabilitas fisik adalah anak yang mengalami
gangguan gerak akibat kelumpuhan, tidak lengkap anggota badan,
kelainan bentuk dan fungsi tubuh atau anggota gerak.
5. Disabilitas sosial. Anak disabilitas sosial adalah anak yang memiliki
masalah atau hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial,
serta berperilaku menyimpang.
6. Anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH)
atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD) adalah anak
yang mengalami gangguan perkembangan, yang ditandai dengan
sekumpulan masalah berupa gangguan pengendalian diri, masalah
rentang atensi atau perhatian, hiperaktivitas dan impulsivitas, yang
menyebabkan kesulitan berperilaku, berpikir, dan mengendalikan emosi.
7. Anak dengan gangguan spektrum autisma atau autism spectrum
disorders (ASD) adalah anak yang mengalami gangguan dalam tiga area
dengan tingkatan berbeda-beda, yaitu kemampuan komunikasi dan
interaksi sosial, serta pola-pola perilaku yang repetitif dan stereotipi.

18
8. Anak dengan gangguan ganda adalah anak yang memiliki dua atau lebih
gangguan sehingga diperlukan pendampingan, layanan, pendidikan
khusus, dan alat bantu belajar yang khusus.
9. Anak dengan kapasitas menyerap yang lamban (slow learner) adalah
anak yang memiliki potensi intelektual sedikit dibawah rata-rata tetapi
belum termasuk gangguan mental. Mereka butuh waktu lama dan
berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik
maupun non akademik.
10. Anak dengan kesulitan belajar khusus atau specific learning disabilities
adalah anak yang mengalami hambatan atau penyimpangan pada satu
atau lebih proses psikologis dasar berupa ketidakmampuan mendengar,
berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja dan berhitung.
11. Anak dengan gangguan kemampuan komunikasi adalah anak yang
mengalami penyimpangan dalam bidang perkembangan bahasa wicara,
suara, irama, dan kelancaran dari usia rata-rata yang disebabkan oleh
faktor fisik, psikologis dan lingkungan, baik reseptif maupun ekspresif.
12. Anak dengan potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa adalah anak
yang memiliki skor intelegensi yang tinggi (gifted), atau mereka yang
unggul dalam bidang-bidang khusus (talented) seperti musik, seni,
olahraga, dan kepemimpinan

Setelah mengetahui jenis-jenis anak dengan kebutuhan khusus di atas,


penting tentunya bagi para orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan
khusus dapat memetakan kebutuhan, minat dan bakat anak dengan
pendampingan pendidikan terbaik melalui pendidikan inklusi yang dapat
mengoptimalkan potensinya. Sebagai Sekolah Inklusi, Sekolah Cikal
menyediakan pendidikan Inklusi Cikal bagi anak-anak berkebutuhan khusus
dengan pendampingan metode, dan pendekatan yang dapat mendukung
pengembangan potensi anak.. Diantara keutamaan orang yang berilmu dan mau
mengajarkan ilmunya adalah pahala akan terus mengalir meskipun ia telah
meninggal.

19
D. Hak Anak Berkebutuhan Khusus Untuk Memperoleh Pendidikan
Kesamaan hak anak atas pendidikan dijamin sepenuhnya dalam berbagai
instrumen hukum (baik internasional maupun nasional). Pendidikan bertujuan
memperkuat hak asasi manusia. Walaupun tujuan dan sasarannya berbeda-beda
menurut konteks nasional budaya, politik, agama serta sejarah _ masing-masing.
Pasal 26 ayat (1) DUHAM menegaskan: "Setiap orang berhak atas pendidikan.
Pendidikan harus cumacuma, paling tidak pada tahap-tahap awal dan dasar.
Pendidikan dasar harus diwajibkan ... "
Apabila melihat pada Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
(DUHAf\1\) 1948, tidak ada satu kalimat pun yang menunjukkan adanya
perbedaan antara manusia yang satu dengan man usia yang lain. Kata "semua
orang", "setiap orang", "tidak seorang pun", "laki-laki dan perempuan"
menggambarkan hak yang sama bagi semua. Hak anak berkebutuhan khusus
atas pendidikan diperjelas kembali dalam Konvensi Hak Anak ( 1989),
Deklarasi Dunia tentang Pendidikan untuk Semua ( 1 989), Peraturan Standar
PBB tentang Persamaan Kesempatan bagi Para Penyandang Cacat ( 1993),
Deklarasi Salamanca dan Kerangka Aksi Unesco ( 1994), Undang-undang
Penyandang Kecacatan ( 1997), dan Kerangka Aksi Dakar (2000).
Dalam Deklarasi Salamanca dipesankan untuk menerima setiap orang
dan menghargai perbedaan. Selama memungkinkan, semua anak seyogyanya
belajar bersama tanpa memandang kesulitan atau perbedaan yg ada. Kongres
lnternasional ke-8 tentang Mengikutsertakan Anak Penyandang Kecacatan ke
Dalam Masyarakat: Menuju Kewarganegaraan yang Penuh, yang dilaksanakan
pada Juni 2004 di Stavanger, menegaskan adanya hak yang sama bagi yang
berkebutuhan khusus maupun yang tidak berkebutuhan khusus.
Kewarganegaraan yang penuh memberi konsekuensi bahwa setiap anak
memiliki kesempatan yang sama dalam semua aspek kehidupan, seperti layanan
kesehatan, pendidikan, program perawatan, maupun rekreasi.
Hal ini berarti, anak berkebutuhan khusus juga memiliki hak untuk
berbicara, berpendapat, memperoleh pendidikan, kesejahteraan dan kesehatan,
serta mendapatkan hak dan kewajiban secara penuh sebagai warga negara.
Indonesia, dalam UUD 1945 menyebutkan bahwa setiap warga negara

20
mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan. Hal ini
berarti tidak terkecuali bagi anak berkebutuhan khusus.
UU Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat menyebutkan
adanya kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan pada satuan,
jenis, dan jenjang pendidikan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya.
Sebaliknya, setiap lembaga pendidikan haruslah memberikan kesempatan
tersebut. Hak anak yang berkebutuhan khusus juga menjadi bagian yang diatur
dalam Konvensi Hak Anak (diratifikasi melalui Keppres Nomor 20 Tahun 1990)
dan UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dengan ragam hak
untuk: • Mendapat kesempatan yang sama dan aksesibilitas bagi pendidikan
biasa dan pendidikan luar biasa; • Menerima pendidikan, pelatihan dengan cara
yang memungkinkan sepenuh mungkin tercapainya integrasi social; • Dilindungi
dari tindak kekerasan yang dilakukan guru, pengelola sekolah, atau teman-
temannya.
Mengenai sistem pendidikannya, UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyebut bahwa penyelenggaraan pendidikan
untuk peserta didik berkelainan (dapat diartikan berkebutuhan khusus)
diselenggarakan secara inklusif atau berupa sekolah khusus. Hal ini berarti, tidak
ada keharusan dilaksanakan melalui berbagai sekolah luar biasa, melainkan juga
dapat diselenggarakan melalui sekolah urn urn.Hal yang terpenting, pendidikan
haruslah diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif _ dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan,
nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Ketiga, menghormati guru. Termasuk
menghormati ilmu adalah dengan.

21
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat kita ambil beberapa kesimpulan,bahwa:Anak
berkebutuhan khusus yaitu anak yang memiliki karakteristik khusus pada hal
fisik, mental, maupun karakteristik perilaku sosialnya, sehingga memerlukan
pelayanan khusus untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Secara
umum rentangan anak berkebutuhan khusus meliputi dua kategori yaitu: (a)
anak yang memiliki kebutuhan khusus yang bersifat permanen, akibat dari
kecacatan tertentu (anak penyandang cacat), seperti anak yang tidak bisa
melihat (atunanetra), tidak bisa mendengar (tunarungu), anak yang
mengalami cerebral palsy dst. Dan (b) anak berkebutuhan khusus yang
bersifat temporer.
Daftar anak yang termasuk berkebutuhan khusus (ABK) sebagai
berikut: tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras,
berkesulitan belajar, lamban belajar, autis, memiliki gangguan motorik,
menjadi korban penyalahgunaan narkoba, obat terlarang dan zat adiktif
lainnya, memiliki kelainan lainnya, dan tunaganda.Hak-hak yang dimiliki
anak berkebutuhan khusus sama dengan hak anak pada umumnya, yakni hak
mendapatkan pendidikan, pelayanan kesehatan, perlindungan HAM dan
mendapatkan pelayanan khusus.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami susun, semoga makalah ini bermanfaat
bagi para pembaca. Dalam penulisan ini kami sadar masih banyak
kekurangan, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk
menyempurnakan makalah ini .

22
DAFTAR PUSTAKA

https://www.coursehero.com/file/63155211/Makalah-AL-ISLAM-4-Kelompok-
3docx/

file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/AL+TARBIYAH,+Vol.1+No.3+Juli+202
3+Hal+110-117.pdf

https://www.scribd.com/document/390040329/Makalah-Kewajiban-Menuntut-
Ilmu

https://media.neliti.com/media/publications/167158-ID-sumber-sumber-ilmu-
pengetahuan-dalam-al.pdf

23

Anda mungkin juga menyukai