WAHYUNI (A1A221097)
RESKY WULAN SARI (A1A221106)
MEGA ARMINI (A1A221116)
SUARNI (A1A221131)
RISMA NURRAHIMA FIRDAUS (A1A221140)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
dan rahmat-Nyalah kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Berkebutuhan
Khusus Pada Perempuan Kondisi Rentan” tepat pada waktu yang kami rencanakan.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu acuan untuk menambah pengetahuan
terhadap kesehatan remaja dengan mempelajari, memahami serta menjelaskan terkait
kesehatan reproduksi pada remaja yang digunakan sebagai bahan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terkhusus pada remaja.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, dengan
demikian kami mohon kritikan dan masukan demi mendekati kesempurnaannya.
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL ........................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ..........................................................................................16
B. Saran.....................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perempuan dan anak merupakan kaum rentan akan kejahatan yang perlu
Dalam konstitusi Indonesia, anak memiliki peran strategis yang secara tegas
hidup, tumbuh, dan berkembang serta atas pelindungan dari kekerasan dan
diskriminasi, oleh karena itu kepentingan terbaik bagi anak patut dihayati
Setiap anak mempunyai harkat dan martabat yang patut dijunjung tinggi
dan setiap anak yang terlahir harus mendapatkan hak-haknya tanpa anak
tersebut meminta. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Konvensi Hak Anak
1
Kelompok rentan adalah masyarakat yang memiliki keterbatasan dalam
pemenuhan kesejahteraan sosial merupakan salah satu hal baik sebagai penyebab
juga menjadi akibat. Memetakan populasi dan kondisi kelompok rentan secara
tepat dan partisipatif merupakan awal dalam menentukan kegiatan dalam rangka
B. TUJUAN PENULISAN
kondisi rentan
C. MANFAAT PENULISAN
yang benar
pembacanya
3. Sebagai bentuk sumber dan sebagai bahan masukan kepada para penulis
khusus
2
BAB II
PEMBAHASAN
berkebutuhan khusus jika ada sesuatu yang kurang atau bahkan lebih dalam
dengan karakteristik khusus 6 yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa
Menurut (Maftuhin & Fuad, 2018) bahwa anak berkebutuhan khusus mendapatkan
perlakukan yang berbeda dalam hal layanan pendidikan, karena mereka dipandang
memiliki
hambatan dalam beberapa dimensi kehidupan, sehingga dalam layanan
pendidikannya harus
terpisah dari anak yang normal supaya proses pembelajaran tidak terganggu.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak
pada umumnya (Nalurita et al., 2019), pada pendapat lain (Tatang
Supriatna, 2017)
menyatakan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki suatu ciri-
ciri yang
berbeda terhadap anak pada umumnya yang memiliki hambatan pada kognitif,
bahasa, sosial
emosional, persepsi, dan motorik.
Menurut (Maftuhin & Fuad, 2018) bahwa anak berkebutuhan khusus mendapatkan
perlakukan yang berbeda dalam hal layanan pendidikan, karena mereka dipandang
memiliki
hambatan dalam beberapa dimensi kehidupan, sehingga dalam layanan
pendidikannya harus
3
terpisah dari anak yang normal supaya proses pembelajaran tidak terganggu.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak
pada umumnya (Nalurita et al., 2019), pada pendapat lain (Tatang
Supriatna, 2017)
menyatakan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki suatu ciri-
ciri yang
berbeda terhadap anak pada umumnya yang memiliki hambatan pada kognitif,
bahasa, sosial
emosional, persepsi, dan motorik.
Menurut (Maftuhin & Fuad, 2018) bahwa anak berkebutuhan khusus mendapatkan
perlakukan yang berbeda dalam hal layanan pendidikan, karena mereka dipandang
memiliki
hambatan dalam beberapa dimensi kehidupan, sehingga dalam layanan
pendidikannya harus
terpisah dari anak yang normal supaya proses pembelajaran tidak terganggu.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak
pada umumnya (Nalurita et al., 2019), pada pendapat lain (Tatang
Supriatna, 2017)
menyatakan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki suatu ciri-
ciri yang
berbeda terhadap anak pada umumnya yang memiliki hambatan pada kognitif,
bahasa, sosial
emosional, persepsi, dan motorik.
Anak tersebut membutuhkan metode, material, pelayanan dan peralatan yang
tersebut mungkin akan belajar dengan kecepatan yang berbeda dan juga dengan
cara yang berbeda. Walaupun mereka memiliki potensi dan kemampuan yang
berbeda dengan anak-anak secara umum, mereka harus mendapat perlakuan dan
kesempatan yang sama. Hal ini dapat dimulai dengan cara penyebutan terhadap
4
B. Pengertian kelompok rentan
no.39 tahun 1999 pasal 5 ayat (3) tentang Hak Asasi Manusia yang menyatakan
bahwa setiap orang yang termasuk kelompok masyarakat yang renta berhak
lain adalah orang lanjut usia, anak-naka, fakir miskin, wanita hamil, dan
penyandang cacat.
Kelompok rentan yang didapat melalui adanya pemetaan social atau social
dalam suatu wilayah tertenyu secara spesifik untuk dapat digunakan sebagai
bahan dalam membuat suatu keputusan yang terbaik adalah prinsip utama dalam
pemetaan social.
5
adanya perpecahan kelompok, penyimpangan perilaku serta banyaknya
pengangguran.
1. Masalah social
Menurut Soetomo (2012), masalah social adalah suatu kondisi yang tidak
waktu tertentu
kondisi yang ditentukan oleh factor fisik, osial ekonomi dan lingkungan
6
tidak jarang membuat kerugian pada invidu ataupun kelompok sehingga
efektif dan maksimal serta tepat sasaran. Baik dalam hal pemenuhan
pemberdayaan perempuan.
7
Diperluhkan peran lembaga/institusi penyedia layanan, para pakar,
kita semua dari berbagai kalngan dan sector, mampu bekerja sama dan
sesuai minat dan potensinya, maka anak akan lebih mandiri. Namun jika tidak
hambatan dan menjadi beban orang tua, keluarga, masyarakat dan Negara.
8
Orang tua dan keluarga sebagai pemberi layanan utama terhadap anak
tanggung jawab untuk memberukan persamaan hak dan kesempatan bagi anak-
anak tersebut. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan orang tua atau
khusus.
Pada anak dan perempuan yang berkebutuhan khusus adalah anak yang
a. Masalah disabilitas
visio).
9
ketidak mampuan dalam beradaptasi perilaku, yang muncul dalam masa
perkembangan.
10
berualng-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik
10. Anak dengan gangguan kesulitan belajar khuaua atau specific learning
suara, irama, dan kelancaran dari usia rata-rata yang disebabkan oleh
12. Disabilitas dengan gangguan kecerdasan dan atau bakat istimewa adalah
anak yang memiliki skor intelegensi yang tinggi (gifted), atau mereka
yang unggul dalam bidang-bidang khusus (talented) seperti music, seni,
olaraga, dan kepemimpinan.
tenaga medis secara rutin, karena jika tidak maka tubuh anak bisa
bertambah disabilitasnya
11
c) Memasukkan anak ke sekolah yang sesuai dan kembangkan potensi yang
dimiliki anak. Saat ini banyak anak tunadaksa yang dapat berprestasi
hari
fisik, tetapi kadang caranya kurang tepat. Oleh karena itu, ajari teman-
b. Masalah genetic
seharusnya hanya ada dua. Kromosom mengandung ribuan gen. gen adalah
12
keterlambatan dalam perkembangan fisik dan mental. Perkembangan bicara
dan bahasa anak dengan sindrom down biasanya lebih lambat dibandingkan
dengan anak yang tidak memiliki sindrom down ini. Hal ini menyebabkan
ucapannya sering sulit dipahami. Anak dengan sindrom down juga sering
obsesif-kompulsif, sifat yang keras, dan tantrum. Sebagaian kecil anak, selain
sindrom down pada umumnya tetap dapat mengikuti program sekolah untuk
hasilnya.
emosional yang lebih rendah atau lebih tinggi dari anak normal sebayanya
13
c. Perbedaan ras usia anak
kemanusiaan yang ada pada diri setiap peserta didik, termasuk anak
yang silih asah, silih asih, dan silih asuh (saling mencerdaskan, saling
tak terbatas. Dan perlu diyakini pula bahwa potensi itu pun ada pada diri
setiap ABK. Karena, seperti halnya ras, suku, dan agama di tanah Indonesia,
Masa remaja adalah masa peralihan atau masa transisi dari anak
14
dan perkembangan baik itu fisik maupun mental. Sehingga dapat
Pra remaja ini mempunyai masa yang sangat pendek, kurang lebih hanya satu
tahun; untuk laki-laki usia 12 atau 13 tahun - 13 atau 14 tahun. Dikatakan juga
fase ini adalah fase negatif, karena terlihat tingkah laku yang cenderung negatif.
Fase yang sukar untuk hubungan komunikasi antara anak dengan orang tua.
dengan apa yang orang pikirkan tentang mereka. Seperti pertanyaan: Apa yang
tampilan rambut aku? Apakah aku salah satu anak “keren”? dan lain lain.
hal terdapat pada usia ini. Ia mencari identitas diri karena masa ini, statusnya
tidak jelas. Pola-pola hubungan sosial mulai berubah. Menyerupai orang dewasa
muda, remaja sering merasa berhak untuk membuat keputusan sendiri. Pada
15
pemikiran semakin logis, abstrak dan idealistis dan semakin banyak waktu
dan mempunyai energi yang besar. Ia berusaha memantapkana identitas diri, dan
Selanjutnya, fase remaja didahului oleh timbulnya harga diri yang kuat,
berada pada fase ini cenderung membuat keributan, kegaduhan yang sering
mengganggu. Tendens untuk berada dalam suasana ribut dan berlebihan yang
bersifat fisik, lebih banyak terdapat pada anak laki-laki. Pada anak perempuan
tendens yang serupa manifest dalam ekspresi judes, mudah marah dan merajuk.
Kekuatan dan kehebatan fisik makin menjadi perhatian utama, sehingga banyak
puber yang menginginkan untuk menjadi bintang pembalap yang dipuja dan
dihargai. Pada wanita keinginan untuk mendapat penghargaan dan perhatian ini
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
karena kurangnya asset (apa yang dimiliki), akses (geografis), dan sistematik
khususnya perempuan dan anak hanya terwujud jika kita semua dari berbagai
kalngan dan sector, mampu bekerja sama dan saling membantu untuk
mewujudkannya. Kerja sama dari seluruh elemen masyarakat, juga merupakan hal
17
B. SARAN
dan jauh dari kesempurnaan. Kami akan memperbaiki makalah tersebut dengan
itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan di atas.
18
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia.
Deputi Bidang Perlindungan Anak (2012). Buku Saku Anak Berkebutuhan Khusus,
Republik Indonesia.
Blindness Australia.
19
Nieman, Sandy dan Jacob, Namita, dialihbahasakan oleh Hellen Keller Indonesia
Program.
Rezieka, D. G., Puyto, K. Z., & Fitri, M. (2021). Faktor penyebab anak berkebutuhan
20
JOBDESK
MATERI BAB II
SUARNI BAB II
21