Dosen pengampu :
AHMAD YUSUF S.Pd. M.Pd.
Disusun oleh :
Kelompok I (Satu)
ANGGOTA :
DIMAS ALDI 921862010001 HASMAWATI 921862010034
RISDAYANTI 921862010002 SYALWA DWIFA AYUNI
SANDIAWAN 921862010003 921862010034
LINDA FEBRIANTI 921862010004 MUH. RESKY ARDIANSYAH NS
IKHLAZUL ANAS 9218620036 92186210033
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
Daftar isi
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG MASALAH................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN..................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
A. KONSEP ANAK DAN PERAN ORANGTUA.............................................................6
B. KONSEP SISTEM PENDIDIKAN DAN SEKOLAH.................................................12
C. KONSEP KEBERAGAMAN DAN DISKRIMINASI.................................................15
BAB III.....................................................................................................................................18
PENUTUP................................................................................................................................18
A. KESIMPULAN.............................................................................................................18
B. SARAN.........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
B. RUMUSAN MASALAH
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan
untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Untuk mengetahui bagaimana perhatian pemerintah terhadap anak yg
berkebutuhan khusus.
2. Untuk mengetahui apakah pendidikan hanya di prioritaskan bagi anak normal.
3. Untuk mengetahui cara pemerintah menerapkan pendidikan yg layak untuk
anak yg berkebutuhan khusus.
BAB II
PEMBAHASAN
Berbicara tentang anak, tidak bisa lepas dari yang namanya hak Setiap anak
mempunyai hak untuk disayang dan dibelai sehingga ketika sudah besar menjadi
pribadi yang penyayang. Hak anak untuk mendapatkan kasih sayang dari orangtua
mereka bukanlah sebuah tuntutan, melainkan kewajiban orangtua untuk
menunjukkan simpati dan perasaan cinta secara tulus. Mendorong empati
merupakan bagian dari tanggung jawab orangtua untuk membuat anak lebih peka
dan sadar terhadap apa yang terjadi di sekitar mereka.
Misalkan, ketika anak Anda pulang dari sekolah dan mengeluhkan perilaku
anak lain, suruh dia memikirkan masalah ini dari sudut pandangan anak tersebut.
"Menurut kamu, mengapa dia mengatakan hal itu?" "Apa yang membuatnya begitu
marah?" Dorong anak untuk melihat apa yang ada di bawah permukaan. Ketika
Pada usia dini, anak-anak perlu belajar bahwa berbeda tidak membuat
seseorang kurang dari kita. Selama bertahun-tahun di sekolah dasar, anak-anak
menjadi sangat sadar akan penampilan dan perbedaan di antara mereka sendiri dan
orang lain. Ketika seorang anak mengetahui sesuatu yang berbeda dari seseorang
dan menanyakannya kepada orangtuanya maka buatlah momen tersebut sebagai
kesempatan untuk mengajarkan bagaimana menghargai perbedaan. Misalkan saat
orangtua dan anak di supermaket, sang anak tiba-tiba mengatakan, "Kaki orang itu
cuma satu." Maka orangtua jangan menyuruh anaknya diam dan tidak
menyuruhnya tidak melotot. Orangtua perlu menjelaskan situasi yang ada dan
memberikan pandangan yang dapat menormalkan situasi yang kaku. Anak juga
perlu diajari tentang nilai-nilai penerimaan dan rasa empati kepada sesama
manusia yang dianggap cacat.
Studi oleh Drs. Janet Strayer dan William Roberts mengemukakan bahwa
semakin seorang anak berempati terhadap orang lain, ia akan semakin menghargai
segala perbedaan dalam diri orang lain. Bagaimanapun ketika berbicara mengenai
orang-orang yang mempunyai keterbatasan atau cacat, sebisa mungkin bisa
memengaruhi cara bagaimana anak berpikir mengenai mereka. Ajarkan kepada
anak bahwa orang yang mempunyai cacat harus diutamakan lebih dahulu. Mereka
hanya cacat, bukan lantas dikatakan berbeda. Hindarilah menyebut orang yang
cacat dengan diagnosis medisnya, yaitu anak terbelakang.
Jika anak Anda termasuk penyandang cacat atau memiliki kelainan. Anda
perlu memikirkan cara terbaik untuk menyekolahkannya di sekolah reguler. Jangan
sampai lupa bahwa hak semua anak untuk memperoleh pendidikan di dalam
masyarakatnya sendiri adalah tanggung jawab Anda sebagai orangtua. Anak dari
berbagai kalangan atau yang disebut berkebutuhan khusus tanpa terkecuali juga
memiliki hak yang sama dengan anak normal pada umumnya. Berikanlah
kesempatan anak Anda untuk menentukan masa depan pendidikannya sendiri dan
jangan sampai mengintervensi agar anak Anda tidak bersekolah karena takut
dihina atau dicaci oleh teman sebayanya.
Britania. Ini tidak aneh, mengingat Revolusi Industri dimulai di Inggris dan anak-
anak telah lama dimanfaatkan dan disalahgunakan sebagai tenaga kerja. Di
kalangan para penguasa, pada awalnya sikapnya positif terhadap meluasnya
penyalahgunaan sejumlah besar anak dari keluarga miskin itu. Bahkan filsuf John
Locke merekomendasikan bahwa anak-anak dari keluarga miskin sebaiknya mulai
masuk ke sekolah industri pada usia tiga tahun dalam kombinasi antara berlatih
dan bekerja dalam industri yang sedang tumbuh itu (Cunninghan, 1995: 23). Akan
tetapi di samping itu, dia juga merupakan salah seorang pemrakarsa dalam
lingkaran orang-orang kaya yang mengemukakan bahwa anak dan masa kanak-
kanak merupakan satu bagian yang khusus dari masa kehidupan dengan
kualitasnya sendiri.
Konvensi PBB tentang Hak Anak tahun 1989, yang telah ditandatangani oleh
semua negara di dunia, kecuali Amerika Serikat dan Somalia; menyatakan bahwa
pendidikan dasar seyogianya wajib dan bebas biaya bagi semua (pasal 28).
Seterusnya perlu diketahui bahwa Konvensi tentang Hak Anak PBB memiliki
empat prinsip umum yang menaungi semua pasal lainnya termasuk pasal mengenai
Alice Miller dalam bukunya The Drama of The Gifted Child, mengatakan
bahwa (1) semua anak dilahirkan untuk tumbuh, berkembang, untuk hidup,
mencintai, dan untuk dapat mengungkapkan kebutuhan serta perasaan-perasaan
mereka, demi perlindungan diri mereka; (2) demi perkembangan jiwa mereka,
anak-anak memerlukan rasa hormat dan perlindungan dari orang dewasa yang akan
menanggapi mereka dengan serius, mencintai mereka, dan secara jujur membantu
mereka untuk berorientasi kepada dunia; jika kebutuhan-kebutuhan vital itu tidak
terpenuhi, dan si anak malah dianiaya demi memenuhi kebutuhan orang dewasa
dengan cara dieksploitasi, dipukuli, dihukum, dimanipulasi, dimanfaatkan,
diabaikan, atau dikhianati tanpa adanya intervensi dari seorang pun saksi maka
integritas mereka akan rusak selamanya.
Pendidikan inklusif mempunyai cakupan yang sangat luas terkait dengan anak
berkebutuhan khusus. Luasnya cakupan tentang pendidikan inklusif
memungkinkan Anda untuk mengenal lebih jauh isu dan permasalahan yang
memengaruhi perkembangan setiap anak yang memerlukan bantuan khusus dalam
menerima materi pelajaran ketika memasuki pendidikan umum. Dalam pendidikan
inklusif terdapat konsep tentang sistem pendidikan dan sekolah yang berhubungan
langsung dengan strategi pembelajaran sekolah dalam menampung semua anak
berkebutuhan khusus agar berkesempatan menikmati pendidikan bersama anak
normal pada umumnya.
Bila berbicara tentang anak berkebutuhan khusus, di situ akan ada konsep
keberagaman dan diskriminasi. Konsep tentang keberagaman dan diskriminasi
menjadi dua konsep yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan pendidikan
inklusif bagi anak berkebutuhan khusus. Konsep keberagaman mencerminkan
sebuah penghargaan terhadap segala perbedaan dalam setiap pribadi anak, baik
yang cacat atau normal. Keberagaman bukan saja penting untuk menunjukkan
sikap saling menghormati satu sama lain, melainkan pula sebagai bentuk
manifestasi dari fitrah manusia yang ditakdirkan Tuhan dalam kondisi yang
berbeda.
Bagi anak berkebutuhan khusus yang berbeda dengan anak normal pada
umumnya, memang seringkali mendapatkan perlakuan yang tidak adil bahkan
diskriminatif terutama dalam memperoleh hak pendidikan. Anak penyandang cacat
biasanya kesulitan untuk menempuh pendidikan di SLB yang relatif sangat jauh
hingga memakan biaya cukup tinggi yang tidak terjangkau oleh mereka. Hal ini
pula masalah yang harus diselesaikan oleh pendidikan atau sekolah inklusi, di
samping memecahkan masalah golongan penyandang cacat yang merata karena
diskriminasi sosial.
Bila kita bercermin pada Deklarasi Jomtien yang melangkah lebih jauh
daripada Deklarasi Universal HAM dalam Pasal III tentang "Universalisasi Akses
dan Mempromosikan Kesetaraan" maka di situ dinyatakan bahwa terdapat
kesenjangan pendidikan dan bahwa berbagai kelompok tertentu rentan akan
diskriminasi dan eksklusi. Kelompok yang mendapatkan diskriminasi dan eksklusi
mencakup anak perempuan, orang miskin, anak jalanan dan anak pekerja,
penduduk pedesaan dan daerah terpencil, etnik minoritas dan kelompok-kelompok
lainnya, dan secara khusus disebutkan para penyandang cacat.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Studi oleh Drs. Janet Strayer dan William Roberts mengemukakan bahwa
semakin seorang anak berempati terhadap orang lain, ia akan semakin menghargai
segala perbedaan dalam diri orang lain. Bagaimanapun ketika berbicara mengenai
orang-orang yang mempunyai keterbatasan atau cacat, sebisa mungkin bisa
memengaruhi cara bagaimana anak berpikir mengenai mereka. Ajarkan kepada
anak bahwa orang yang mempunyai cacat harus diutamakan lebih dahulu. Mereka
hanya cacat, bukan lantas dikatakan berbeda. Hindarilah menyebut orang yang
cacat dengan diagnosis medisnya, yaitu anak terbelakang.
Jika anak Anda termasuk penyandang cacat atau memiliki kelainan. Anda
perlu memikirkan cara terbaik untuk menyekolahkannya di sekolah reguler. Jangan
sampai lupa bahwa hak semua anak untuk memperoleh pendidikan di dalam
masyarakatnya sendiri adalah tanggung jawab Anda sebagai orangtua. Anak dari
berbagai kalangan atau yang disebut berkebutuhan khusus tanpa terkecuali juga
memiliki hak yang sama dengan anak normal pada umumnya. Berikanlah
kesempatan anak Anda untuk menentukan masa depan pendidikannya sendiri dan
jangan sampai mengintervensi agar anak Anda tidak bersekolah karena takut
dihina atau dicaci oleh teman sebayanya.
B. SARAN