Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENDIDIKAN INKLUSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

“Pendidikan Inklusi”

Dosen Pengampu : Dr.Santoso, M.Pd

Disusun oleh:

Kelompok 5

Nama Anggota

1. Dinar Aflih Nugraheni (202033167)


2. Annisa Qutrun Nada (202033175)
3. Hidayanti Fita Anjani (202033178)
4. Sri Indah Yani (202033179)
5. Marshindi Aulia Fatikhatul Jannah (202033158)
6. Wahyu Tri Atmojo (203033208 )

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

2O23
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga karya
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuandan pengalaman bagi para pembaca, Untuk kedepannya dapat memperbaiki

Bentuk maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini,
oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................................i
KATAPENGANTAR…………………………………………………….…………...ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ..............................................................................................................4
Rumusan Masalah .........................................................................................................5
Tujuan Penulisan............................................................................................................5
Manfaat Penulisan .........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

Pengertian Pendidikan İnklusi........................................................................................6


Manfaat Pendidikan İnklusi............................................................................................7
Filosofi pendidikan inklusi.............................................................................................7
Konsep pendidikan inklusi.............................................................................................8
Cara pembelajaran dalam setting Pendidikan inklusi…………………………………9
Ruang lingkup pendidikan inklusi................................................................................10

BAB III PENUTUP

Kesimpulan…………………………………………...………………………………11

Saran……..…………………………………………...………………………………11

Daftar Pustaka………………………………………………………………………..12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan inklusif merupakan layanan yang memberikan kesempatan kepada semua anak untuk
mendapatkan pendidikan di sekolah umum bersama anak lainnya, Dapa dkk (2007:145). Sehingga
pemerintah mengeluarkan pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) dengan
dikeluarkannya permendiknas (peraturan menteri pendidikan nasional) no 70 tahun 2009 pelayanan
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus tidak hanya dikhususkan pada sekolah luar biasa (SLB)
saja, tetapi sudah dimasukkan kedalam jalur pendidikan reguler atau yang sering disebut dengan
sekolah inklusif. Berdasarkan hal ini, maka kesempatan bagi anak berkebutuhan khusus untuk
mengenyam bangku sekolah telah terbuka lebar.

Menurut Undang-Undang 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi “setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan”. Sudah jelas dari undang-undang tersebut bahwasannya semua warga
negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang berkualitas tanpa memandang dari segi
manapun. Karena itu pemerintah memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan pendidikan yang
bermutu terhadap semua warganya tanpa terkecuali terhadap anak yang memiliki kelainan khusus
(ABK).

Undang-Undang 1945 yang menyatakan bahwasannya setiap warga negara berhak


mendapatkan pendidikan dan menurut Undang-Undang sisdiknas yang berpendapat peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi pada dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. Melalui
Undang-Undang dan sisdiknas tersebut setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan tanpa
terkecuali anak berkebutuhan khusus yang memiliki kelainan dibawah rata-rata anak normal lainnya
dan perlu mengembangkan potensi yang ia miliki.

Dengan adanya pendidikan inklusif diharapkan agar anak berkebutuhankhusus belajar


bersama dengan anak normal lainnya guna mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Dengan
adanya pendidikan inklusi merupakan usaha mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang
menghargai perbedaan dan tidak diskriminasi terhadap semua peserta didik. Selain itu juga dengan
adanya pendidikan inklusi yang akan mencampurkan anak-anak berkebutuhan khusus dengan anak
normal diharapkan anak berkebutuhan khusus (ABK) bisa bersosialisasi dengan baik. Begitu pula
dengan anak normal,dengan adanya anak berkebtuhan khusus (ABK) diharapkan bisa menumbuhkan
sikap saling menghormati satu sama lain dan akan membawa kesiapan bagi peserta didik dalam
kehidpan bermasyarakat nantinya.
Seharusnya para orang tua harus mendukung dengan adanya pendidikan inklusif yang di
selenggarakan oleh pemerintah. Bukan sebaliknya para orang tua akan mengancam mengeluarkan
anak-anak mereka dari sekolah tersebut jika sekolah mereka menjadi sekolah inklusif yang menerima
anak-anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus juga berhak mendapatkan pendidikan
yang sama dengan anak lainnya di sekolah reguler. Sehingga dukungan dan kepercayaan dari para
orang tua di butuhkan dalam mendirikan suatu sekolah iklusif yang awalnya sekolah reguler atau
biasa.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa pengertian Pendidikan inklusi?
2) Apa saja manfaat Pendidikan inklusi?
3) Bagaimana filosofi dalam Pendidikan inklusi?
4) Bagaimana konsep Pendidikan inklusi?
5) Bagaimana cara pembelajaran dalam setting Pendidikan inklusi?
6) Apa saja ruang lingkup Pendidikan inklusi?

1.3 Tujuan Penelitian


1) Untuk mengetahui pengertian dari Pendidikan inklusi.
2) Untuk mengetahui apa saja manfaat jika ada Pendidikan inklusi.
3) Untuk mengetahui bagaiamana filosofi Pendidikan dalam inklusi.
4) Untuk mengetahui apa saja konsep Pendidikan inklusi.
5) Untuk mengetahui bagaiamana cara pembelajaran dalam setting Pendidikan inklusi.
6) Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup yang ada pada Pendidikan inklusi.

1.4 Manfaat Penelitian


1) Manfaat Teoritis.

Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat memberi masukan yang berarti bagi
perkembangan ilmu psikologi, khususnya dalam bidang psikologi pendidikan dan selanjutnya
ada usaha yang nyata untuk memberikan persepsi yang positif.

2) Manfaat Praktis.
a. Bagi Siswa
Manfaat bagi siswa, agar siswa ABK dan siswa non ABK dapat bersosialisasi
dengan baik. Selain itu juga agar siswa non ABK dapat menghargai perbedaan dan
mensyukuri apa yang diberikan sang pencipta.
b. Bagi Guru
Manfaat bagi guru,supaya guru tidak membeda-bedakan antara anak ABK dan
anak non ABK dalam memberikan perhatian dan pembelajaran di kelas.
c. Bagi Sekolah
Dari penelitian ini diharapkan memberikan informasi terhadap sekolah inklusif
sebagai masukan untuk memberikan persepsi yang positif terhadap orang tua non
berkebutuhan khusus (reguler).
d. Bagi Peneliti
Selain itu juga, penelitian persepsi orang tua terhadap pendidikan inklusif
diharapkan memberikan dorongan motivasi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian
dengan hasil yang lebih baik.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Pendidikan inklusi.


Pendidikan inklusif lahir sebagai bentuk ketidak puasan penyelenggaran
pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus dengan menggunakan sisitem
segregasi. Sistem segregasi adalah sistem penyelenggalan sekolah yang diperuntukan
bagi anak-anak yang memiliki kelainan atau anak-anak berkebutuhan khusus. Sistem
ini dipandang bertentangan dengan tujuan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan
khusus. Dimana tujuaan penyelenggaran pendidikan anak berkebutuhan khusus
adalah untuk mempersiapkan mereka untuk dapat berinteraksi dengan mandiri di
lingkungan masyarakat. Namun dalam proses penyelenggaran pendidikan, sistem
segregasi justru di pisahkan dengan lingkungan masyarakat, khususunya terjadi di
masyarakat kita berangkat dari kenyataan tersebut, lahirlah beberapa konsep
pendidikan inklusif.
Menurut Budianto (2006), sistem segregasi tidak mampu lagi mengemban misi
utama pendidikan, yaitu memanusiakan manusia. Sistem segregasi cenderung
diskriminatif, esklusif, mahal, tidak efesien, serta outputnyapun belum menjanjikan
sesuatu yang positif. Disebut pula oleh Reynolds dan birch (1988), bahwa model
segregasi tidak menjamin kesempatan anak berkenalinan berkembang potensi secara
optimal, karena kurikulum dirancang berbeda dengan kurikulum sekolah biasa. Hal
itu secara filosofis model segregasi tidak logis, karena menyiapkan peserta didik
untuk kelak dapat berinteraksi dengan masyarakat normal, tetapi faktanya mereka
dipisahkan dari masyarakat normal.
Pendidikan inklusif merupakan sistem penyelenggaran pendidikan bagi anak-
anak yang memiliki keterbatasan tertentu dan anak yang lainnya yang disatukan
dengan tanpa mempertimbangakan keterbatasan masing-masing. Menurutt
dikrektorat pembinaan SLB (2007), pendidikan inklusif adalah sistem layanan
pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua anak belajar bersama-sama.
Di sekolah umum dengan memerhatikan keragaman dan kebutuhan individual,
sehingga potensi anak dapat berkembang secara optimal. Semangat pendidikan
inkuusif akan memberi akses yang luas-luasnya kepada semua anak, termasuk anak
berebutuhan khusus, untuk memperoleh pendidikan yang bermutu dan memberikan
layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhanya.

2. Manfaat Pendidikan Inklusi.


Manfaat dari Pendidikan inklusi yaitu sangat berpengaruh juga terhadap
lingkungan sekitar karena warga dilingkungan sekitar pasti akan menerapkan sikap
inklusi dalam kehidupan sehari-hari beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari
upaya penerapan sikap inklusif dalam kehidupan sehari-hari yaitu :
1. Mengurangi adanya sikap diskriminatif, sebab pada dasarnya semua manusia itu
memiliki kedudukan yang sama dan tidak boleh dibeda-bedakan.
2. Dapat menghargai diri sendiri sekaligus orang lain yang memiliki perbedaan
dengan kita.
3. Turut mengembangkan masyarakat dengan pola pikir terbuka dan cerdas.
4. Mengembangkan produktivitas guna membangun kehidupan yang lebih baik.
5. Mengetahui adanya hambatan pada masalah sosial.
6. Sebagai sikap menghargai adanya perbedaan budaya dan tradisi yang ada di
lingkungan sekitar.
3. Filosofi Pendidikan inklusi.
Filosofi Pendidikan Inklusif di satuan pendidikan adalah sebuah kondisi
dimana seseorang/sekelompok siswa diperlakukan sama dengan siswa pada
umumnya dengan pemahaman intergral terhadap latar belakangnya termasuk sudut
pandang yang dimilikinya untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Adapun kaitan antara filosofi Indonesia dan pendidikan inklusif adalah
landasan negara menuntut kita untuk dapat mengemban tugas sebagai khalifah Tuhan
dalam bidang pendidikan inklusif. Sebagai sesama makhluk di dunia, manusia harus
saling menolong, mendorong, dan memberi motivasi agar semua potensi
kemanusiaan yang ada pada diri setiap peserta didik, termasuk anak berkebutuhan
khusus (ABK). Hal ini dilakukan agar ABK dapat mengembangkan potensinya
dengan optimal dan mampu meningkatkan kualitas kemandiriannya. Suasana tolong
menolong seperti yang dikemukakan di atas dapat diciptakan melalui suasana belajar
dan kerjasama yang silih asah, silih asih, dan silih asuh (saling mencerdaskan, saling
mencinta, dan saling tenggang rasa).

4. Konsep Pendidikan Inklusi.


Istilah pendidikan inklusif atau pendidikan inklusi ini dicetuskan oleh pihak
UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization).
Maksudnya, pendidikan ini harus ramah untuk semua orang dan menjangkau semua
orang tanpa terkecuali. Semua orang memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam
memperoleh manfaat yang maksimal dari pendidikan. Biasanya, lembaga pendidikan
sekolah yang menyelenggarakan sekolah ini mampu menampung semua murid untuk
berada di kelas yang sama. Sekolah ini nantinya juga akan menyediakan program
pendidikan yang layak dan menantang, tetapi tetap disesuaikan dengan kemampuan
dan kebutuhan dari setiap muridnya.
Tidak hanya itu saja, sekolah inklusif juga memberikan bantuan dan dukungan
dari para guru supaya anak-anak didiknya berhasil. Atas dasar itulah, konsep
pendidikan inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak
berkebutuhan khusus untuk belajar bersama dengan anak sebayanya di sekolah
reguler yang ada di sekitar tempat tinggal mereka. Konsep dasar pendidikan inklusi
dimaksudkan sebagai sistem layanan pendidikan yang mengikut sertakan anak
berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak sebayanya di sekolah reguler yang
dekat dengan tempat tinggalnya.
Terobosan program inklusif memberikan kesempatan dan peluang kepada anak
berkebutuhan khusus untuk memperoleh pendidikan di sekolah reguler (SD, SMP dan
SMA/SMK) terdekat. Program inklusif ini didasari oleh pemikiran yang mendalam
dan melalui tahapan-tahapan berpikir yang terstruktur. Diungkap oleh Bridges et al,
dan Green dan Tull dalam Salusu (2003: 81) bahwa dalam pengambilan keputusan,
ada fase- fase dalam penyelesaian masalah, baik secara eksplisit maupun secara
implisit yang harus tampak dalam membuat keputusan, yaitu:
1. Menetapkan masalah yang harus diselesaikan.
2. Memilih masalah mendesak yang harus diselesaikan.
3. Menyelesaikan masalah yang telah diseleksi.
4. Implementasikan solusi.
5. Modifikasi penyelesaian awal berdasar observasi atas hasil yang diperoleh.
6. Menyusun kebijakan.
Hal ini menyakinkan bahwa keputusan yang diambil pemerintah dalam program
inklusif akan memberikan solusi bagi anak-anak berkebutuhan khusus, terutama bagi
mereka yang berada di daerah dan jauh dari SLB. Sebagai wadah yang ideal,
pendidikan inklusif memiliki empat karakteristik makna, yaitu:
1. Pendidikan inklusif adalah proses yang berjalan terus dalam usahanya menemukan
cara-cara merespon keragaman individu anak.
2. Pendidikan inklusif berarti memperdulikan cara-cara untuk meruntuhkan
hambatan-hambatan anak dalam belajar.
3. Pendidikan inklusif membawa makna bahwa anak kecil yang hadir (di sekolah),
berpartisipasi dan mendapatkan hasil belajar yang bermakna dalam hidupnya.
4. Pendidikan inklusif diperuntukkan utamanya bagi anak-anak yang tergolong
marginal, ekslusif, dan membutuhkan layanan pendidikan khusus dalam belajar.
Program inklusif merupakan alternatif terbaik yang memiliki tingkat kegunaan yang
tinggi untuk kondisi Indonesia sehingga tujuan pemerintah dalam pemeraaan
pendidikan dapat dicapai di seluruh pelosok Indonesia tidak terkecuali. Alternatif atau
pilihan terbaik diukur dengan tingkat kegunaan yang diharapkan tertinggi
berdasarkan pandangan, sikap, kepercayaan, dan intuisi pengambil keputusan.
Kuntoro Mangkusubroto (1987: 112)menuliskan bahwa utiliti adalah pencerminan
preferensi kita, maka untuk melakukan pilihan kita mendasarkan pada ekspektasi
utiliti dari alternatif-alternatif yang ada dan memilih berdasarkan ekspektasi utiliti
yang tertinggi.
5. cara pembelajaran dalam setting Pendidikan inklusi.
Dalam pembelajaran Pendidikan inklusi ada beberapa setting yang harus diperhatikan
yaitu :
1) Ada beberapa rancangan yang harus di lakukan di sekolah inklusi yang pertama
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan yang ke dua Pelaksanaan
pembelajaran individu (PPI). Rencana pelaksanaan pembelajaran yang wajib di buat
oleh setiap guru kelas untuk menyusus terlaksananya pembelajaran untuk semua
anak. Sedangkan Pelaksanaan pembelajaran individu yang wajib di buat oleh guru
pendamping khusus (GPK) sebelom melakukan pembelajaran kepada anak
berkebutuhan khusus (ABK).
2) Dalam pembelajaran guru / pendidik harus memiliki banyak metode karena dalam
sekolah inklusi kita menghadapi anak yang berbeda -beda karena di dalam kelas ada
anak yang berkebutuhan khusus. Agar bisa berjalan dengan baik banyak metode yang
kita gunakan seperti : video, ceramah, pembelajaran di luar kelas, dll agar siswa tidak
bosen dalam melakukan pembelajaran.
3) Penataan tempat duduk dalam kelas inklusi, kita harus membuat suasana di kelas
menyenangkan. Dalam pembelajaran awal kita buat berbaris seperti kereta kemudian
duduk melingkar berkelompok di atas kursi. Kemdian ada juga penataan anak yang
lambat belajar di berikan tempat paling depan.
4) Untuk materi pembelajarannya siswa reguler dan anak berkebutuhan khusus
menerima materi dan kurikulum yang sama karena belum ada kurikulum untuk anak
ABK. Untuk lembar kerja siswa reguler dan anak berkebutuhan khusus berbeda,
untuk pembuatan lembar kerja siswa reguler yang membuat adalah guru kelas
sedangkan untuk anak berkebutuhan khusus yang membuat adalah guru pendamping
khusus (GPK).
6. Ruang lingkup Pendidikan inklusi.
Pelaksanaan pendidikan insklusif tidak lepas dari berbagai komponen- komponen
dalam pembelajaran, sebagai berikut:
1) Komponen Kesiswaan.
Manajemen kesiswaan merupakan salah satu komponen pendidikan inklusif yang
perlu mendapat perhatian dan pengelolaan lebih. Hal ini dikarenakan kondisi peserta
didik pada pendidikan inklusif yang lebih majemuk daripada kondisi peserta didik
pada pendidikan reguler. Tujuan dari manajemen kesiswaan ini tidak lain agar
kegiatan belajar mengajar di sekolah dapat berjalan lancar, tertib, dan teratur, serta
mencapai tujuan yang diinginkan.
2) Komponen Kurikulum.
Pendidikan inklusif masih menggunakan kurikulum standar nasional yang telah
ditetapkan pemerintah. Namun dalam pelaksanaan di lapangan, kurikulum pada
pendidikan inklusif disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik.
Pemerintah menyatakan bahwa kurikulum yang dipakai satuan pendidikan
penyelenggara pendidikan inklusif adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang mengakomodasi kebutuhan dan kemampuan peserta didik sesuai
dengan bakat, minat dan potensinya.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan.
Berdasarkan uraian di atas penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut:
a. Pendidikan inklusif adalah pendidikan regular yang disesuaikan dengan
kebutuhan peserta didik yang memiliki kelainan dan atau memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa pada sekolah regular dalam satu kesatuan yang
sistemik. Pendidkan inklusif mengakomodasi semua anak berkebutuhan
khusus yang mempunyai IQ normal,diperuntukan bagi yang memiliki
kelainan, bakat istimewa, kecerdasan istimewa dan atau yang memerlukan
pendidkan layanan khusus.
b. Manfaat pendidikan inklusif antara lain: Membangun kesadaran dan
konsensus pentingnya pendidikan inklusif sekaligus menghilangkan sikap dan
nilai yang diskriminatif, melibatkan dan memberdayakan masyarakat untuk
melakukan analisis situasi pendidikan lokal, mengumpulkan informasi semua
anak pada setiap distrik dan mengidentifikasi alasan mengapa mereka tidak
sekolah, mengidentifikasi hambatan berkaitan dengan kelainan fisik, sosial
dan masalah lainnya terhadap akses dan pembelajaran, melibatkan masyarakat
dalam melakukan perencanaan dan monitoring mutu pendidikan bagi semua
anak.

2. Saran.
Dengan adanya makalah ini penulis berharap pembaca dapat memahami isi dari
makalah ini dan tentu dapat menambah pengetahuan seputar dunia pendidikan
inklusif. Semoga pembaca bisa terus menggali wawasanya dengan terus mencari
referensi lain selain dari makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Zakia, Dieni Laylatul. 2015. Guru Pembimbing Khusus (GPK): Pilar Pendidikan Inklusi.
https://media.neliti.com/media/publications/172016-ID-guru-pembimbing-khusus-gpk-
pilar-pendidi.pdf

Intan Nawangwulan. 2019. Proses Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah


Inklusi: Studi Deskriptif [skripsi]. Universitas Sanata Dharma. Diakses dari
https://repository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdf

Anda mungkin juga menyukai