Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Inklusif
Disusun Oleh :
Kelompok 10 Kelas 5A
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
Rahmat-Nya yang selama ini kami dapatkan dan rasakan, juga yang memberi hikmah
serta kesehatan bagi kami, sehingga oleh karena-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik.
1. Bapak Reza Febri Abadi, M.Pd. dosen mata kuliah Pendidikan Inklusi yang
telah membimbing dan memberikan kesempatan kepada kami untuk
melakukan penyusunan makalah.
2. Teman-teman kelompok 10.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ............................................................................................................8
B. Saran ......................................................................................................................8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap anak di Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang sama,
khususnya dalam mendapatkan pendidikan yang bermutu. Anak dengan
kebutuhan khusus/difabel juga berhak memdapatkan pendidikan yang sama
dengan anak-anak lainnya. Dengan karakteristik dan kebutuhan yang tidak sama
antara satu dengan yang lainnya, bukan berarti pihak penyelenggara pendidikan
boleh melakukan diskriminasi kepada mereka yang mempunyai kebutuhan
khusus. Dengan setiap keistimewaan dan kelebihan yang dimiliki tiap anak,
diharapkan pendidikan di Indonesia mampu mencerdaskan mereka dalam semua
bidang, tidak hanya cerdas dari segi pengetahuan, namun juga dari segi mental
dan spiritual.
Salah satu kebijakan pemerintah agar anak berkebutuhan khusus memiliki
pendidikan yang adil, maka diterapkannya Pendidikan Inklusif. Pendidikan
inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang mensyaratkan anak berkebutuhan
khusus belajar di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman-teman
seusianya. Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif adalah sekolah yang
menampung semua murid di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program
pendidikan yang layak, menantang, tetapi disesuaikan dengan kemampuan dan
kebutuhan setiap murid maupun bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh
para guru, agar anak-anak berhasil dalam pendidikannya (Kurniawati, 2017).
Pada makalah ini, yang akan dibahas yaitu Pendidikan Inklusif pada
Sekolah Dasar. Tujuan penerapan pendidikan inklusi di Sekolah Dasar sebagai
perwujudan dari perintah regulasi dan program pemerintah yang menunjuk
seluruh sekolah-sekolah negeri wajib menerima dan melaksanakan pendidikan
inklusi agar peserta didik tetap memperoleh pendidikan dan memiliki
keterampilan untuk masa depannya. Pendidikan inklusi dilaksanakan sebagai
wujudkan perintah regulasi bahwa semua warga negara berhak mendapatkan
pendidikan tanpa pengecualian (Bahri, 2022). Adapun hambatan yang sering
dialami saat diterapkannya Pendidikan Inklusif yaitu, infrastruktur yang buruk,
keterbatasan keuangan, dan jumlah siswa yang banyak dalam kelas inklusif.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendidikan inklusi pada Sekolah Dasar di Indonesia?
2. Apa saja dan bagaimana kegiatan pendidikan di Sekolah Dasar pada setting
inklusi?
3. Apa saja dan bagaimana kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar pada setting
inklusi?
C. Tujuan
1. Untuk memahami pendidikan inklusi pada Sekolah Dasar di Indonesia
2. Untuk mengetahui kegiatan pendidikan di Sekolah Dasar pada setting inklusi
3. Untuk mengetahui kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar pada setting
inklusi
D. Manfaat
1. Manfaat Bagi Penulis
Makalah ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan terutama terkait pengertian pendidikan inklusif, kegiatan
pendidikan dan kegiatan pembelajaran pendidikan inklusif di Sekolah Dasar.
2. Manfaat Bagi Pembaca
Makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan tolak ukur informasi
khsususnya terkait pengertian pendidikan inklusif, kegiatan pendidikan dan
kegiatan pembelajaran pendidikan inklusif di Sekolah Dasar.
2
BAB II
ISI
3
(GPK) adalah guru yang bertugas mendampingi di sekolah penyelenggara
pendidikan inklusif dan memiliki kompetensi dalam menangani siswa
berkebutuhan khusus. (Kustawan, 2013). Dalam pendidikan inklusif diperlukan
peran serta GPK sebagai center of education yang mempunyai tugas penting
dalam pendampingan ABK. Jabaran mengenai tugas GPK dalam pendidikan
inklusif terdapat dalam Permendiknas No. 70. Tahun 2009, tugas dan tanggung
jawab Guru Pembimbing Khusus (GPK) dalam pembelajaran pada pendidikan
inklusif yang meliputi:
4
dalam satu lingungan pendidikan secara bersama – sama dengan
peserta didik pada umumnya.
3. Lingkungan penyelenggaraan pendidikan inklusif yaitu
lingkungan pendidikan yang menyesuaikan desain dan struktur fisik,
metode pengajaran, kurikulum dan budaya, serta kebijakan dan praktik
di lingkungan pendidikan dapat diakses oleh semua siswa tanpa
diskriminasi. Setiap anak memiliki hak untuk memperoleh pendidikan,
termasuk anak dengan kebutuhan khusus.
4. Sarana prasarana dalam pendidikan inklusif sangat di butuhkan dan
menjadi syarat dalam menunjang fasilitas siswa khususnya untuk
siswa inklusif.
5. Penilaian, jenis-jenis penilaian pada kelas inklusif yaitu : Penilaian
tertulis, unjuk kerja, produk dan Penilaian portofolio.
Jika komponen – komponen yang sudah disebutkan diatas tidak ada maka
pembelajaran di sekolah dasar pada setting inklusi tidak akan berjalan dengan
baik.
5
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran di sekolah dasar
dengan setting inklusi adalah pihak sekolah harus menerapkan akomodasi proses
pembelajaran. Akomodasi proses pembelajaran merupakan penyesuaian yang
dilakukan dalam rangka memberikan kesempatan agar peserta didik dengan
kebutuhan khusus dapat berpartisipasi dalam kegiatan belajar di kelas bersama
dengan teman-temannya.
Berikut ini beberapa Akomodasi strategi pembelajaran yang diterapkan
dalam pendidikan sekolah dasar inklusi :
Selain itu ada akomodasi materi. Beberapa contoh akomodasi materi bagi
peserta didik berkebutuhan khusus seperti; bagi peserta didik Tunanetra materi
dapat ditulis dengan huruf braille, disajikan dalam format auditif, gambar tiga
dimensi dapat disajikan dengan gambar timbul dan lain sebagainya. Akomodasi
materi bagi peserta didik Tunarungu dapat disajikan visual, hindarkan kata-kata
yang belum dikenal peserta didik, materi disajikan dalam kalimat yang ringkas
dan representatif
Kegiatan pembelajaran pada sekolah inklusi berlangsung dengan pendekatan,
bahan ajar dan media yang sesuai kebutuhan setiap peserta didik. Dalam proses
6
pembelajarannya, guru diminta untuk aktif, inovatif, dan kreatif dalam
menyajikan pelajaran. Di samping itu guru juga harus mampu untuk
memanajemen kelas agar tercipta kondisi yang efektif
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep pendidikan inklusif dapat menjadi jembatan untuk mewujudkan
pendidikan untuk semua (education for all), tanpa ada seorangpun yang tertinggal
dari layanan sistem pendidikan. Perbedaan kemampuan dan kondisi siswa
hendaknya tidak dilihat sebagai beban namun sebuah tantangan yang memberikan
keuntungan baik bagi guru, peserta didik dengan kebutuhan khusus dan tanpa
kebutuhan khusus.
B. Saran
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh sebab itu penyusun mengharapkan masukan berupa kritik dan
saran yang membangun guna kesempurnaan pembuatan makalah ini dan
bermanfaat khususnya untuk penyusun dan umumnya untuk pembaca.
8
DAFTAR PUSTAKA
Bahri, Syaiful. (2022). Manajemen Pendidikan Inklusi di Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu
Pendidikan. 4(1) : 94-100.
Fitria, R. (2012). Proses Pembelajaran dalam Setting Inklusi di Sekolah Dasar. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Khusus. 1 (1) : 90 – 101.
Hisbollah. (2022). Model Pengelolaan Kelas Di Sekolah Dasar Inklusi Kabupaten
Bojonegoro. Journal Of Special Education Need. 2 (1) : 010 – 020.
Ilahi, M. T. (2013). Pendidikan Inklusif Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: ArRuzz
Media.
Putri. (2012). Proses Pembelajaran Sekolah Inklusi. Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus,
1(3) : 174-179
Rokhaniawati, Z. (2017). Strategi Guru Dalam Proses Pembelajaran Pada Kelas Inklusi
Di Sd Taman Muda Ibu Pawiyatan Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017.
Jurnal Pendidikan Ke-SD-an. 3 (3) : 189 – 193