KENDARI
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat taufik dan
hidayahnya makalah ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam penulis curahkan kepada
nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah yang menjadi petunjuk serta rahmat bagi
seluruh alam.
Terimakasih atas perhatian dan kesempatan yang telah diberikan untuk membuat
makalah ini penulis ucapkan kepada Ibu Dosen Pengampu Mata Kuliah Pendidikan Inklusif.
Teimaksih juga penulis ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberi
dengan adanya makalah ini, kita dapat mengetahui, mempelajari, dan juga menambah
pengetahuan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari
teman-teman sekalian.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
JUDUL HALAMAN
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
pendidikan inklusif adalah pendidikan yang ramah untuk semua anak, dengan
sistem layanan pendidikan yang mensyaratkan anak berkebutuhan khusus belajar di
sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman-teman seusianya. Sejarah
pendidikan inklusif di dunia pada mulanya diprakarsai dan diawali dari negara-negara
Scandinavia (Denmark, Norwegia, Swedia), Amerika tahun 1960-an, Inggris dalam Ed.Act.
1991, selanjutnya deklarasi Bangkok tahun 1994 mencetuskan perlunya pendidikan
inklusif, di Indonesia tahun 2004 lalu tahun 2005 diadakan simposium Internasional di
Bukit Tinggi. Tujuan Pendidikan inklusif di antaranya memenuhi amanat UUD 1945 pasal
31 sedangkan yang melandasi pendidikan inklusif adalah filosofis, yuridis, dan empirik.Di
samping itu juga pendidikan inklusif adalah pendidikan yang mengakomodasi seluruh
kebutuhan anak sebagai hak asasi manuisa yang paling mendasar, hal ini dicantumkan
dalam (Deklarasi Internasional tentang Hak Asasi Manusia 1948 dan konvensi
Internasional tentang Hak anak, 1989).
Pendidikan inklusif membawa perubahan yang mendasar,dari pemikiran special
education (pendidikan khusus) kepada pemikiran special needs education (pendidikan
kebutuhan khusus). Perubahan tersebut bermakna strategis dan berdampak luas terhadap
praktek layanan pendidikan. Spesial education memiliki implikasi pemisahan (segregasi)
yang berarti berfokus pada pendidikannya yang khusus, sedangkan special need education
berarti pendidikan berfokus kepada anak (Supriadi:2003). Dengan demikian implementasi
pendidikan inklusif memandang anak sebagai individu yang memiliki keragaman,
keunikan, kemampuan, minat dan kebutuhan-kebutuhan yang berbeda sehingga proses
pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhankebutuhan anak. Implementasi pendidikan
inklusif dalam tataran pembelajaran dan pengajaran di kelas akan bermakna bila guru
mampu mengembangkan proses pembelajaran dan pengajaran sesuai dengan perbedaan
kebutuhan individu serta mampu mengembangkan program pendidikan bagi siswa sesuai
dengan keberagaman dan kebutuhan-kebutuhan siswa termasuk bila di dalam kelas tersebut
terdapat anak berkebutuhan khusus.
1
1.2.Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Pendidikan Inklusif ?
2. Bagaimana Model Pendidikan Inklusif ?
3. Bagaimana Latar Belakang Pendidikan Inklusif ?
4. Bagaimana Tujuan Dan Sasaran Pendidikan Inklusif ?
5. Bagaimana Karakteristik Pendidikan Inklusi ?
6. Bagaimana Prinsip_prinsip Pendidikan Inklusif ?
7. Bagaimana PerkembanganPendidikan Inklusif ?
8. Bagaimana Implikasi Pendidikan Inklusif ?
9. Bagaimana Mewujudkan Masyarakat Yang Inklusif ?
10. Bagaimana Permasalahn Pendidikan Inklusif ?
1.3.Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Pendidikan Inklusif
2. Untuk Mengetahui Model Pendidikan Inklusif
3. Untuk Mengetahui Latar Belakang Pendidikan Inklusif
4. Untuk Mengetahui Tujuan Dan Sasaran Pendidikan Inklusif
5. Untuk Mengetahui Karakteristik Pendidikan Inklusif
6. Untuk Mengetahui Prinsip_prinsip Pendidikan Inklusif
7. Untuk Mengetahui Perkembangan Pendidikan Inklusif
8. Untuk Mengetahui Implikasi Pendidikan Inklusif
9. Untuk Mengetahui Mewujudkan Masyarakat Yang Inklusif
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dari pernyataan di atas dapat diartikan bahwa inklusi merupakan suatu istilah yang
menyatakan komitmen terhadap pendidikan yang sedemikian tepatnya bagi setiap anak, di
mana is akan mengikuti pendidikan baik di sekolah maupun di kelas. Inklusi melibatkan
berbagai dukungan layanan terhadap anak dan hanya memerlukan bahwa anak akan
mendapat manfaat dari kehidupan di kelas (lebih baik mengalami untuk mengikuti siswa
yang lain).
3
Pendidikan inklusif merupakan perkembangan pelayanan pendidikan terkini dari
model pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, dimana prinsip mendasar dari
pendidikan inklusif, selama memungkinkan, semua anak atau peserta didik seyogyanya
belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada
pada mereka.” (pernyataan Salamanca,1994)“Inklusi itu masa depan, milik ras manusia,
hak asasi manusia, pengupayaan agar bisa hidup berdampingan satu sama lain, bukanlah
sesuatu hal yang harus dilakukan kepada seseorang atau untuk seseorang, dilakukan
bersama bagi satu sama lain, bukanlah sesuatu yang kita lakukan sedikit saja”. (Marsha
Forest, 2005: 19).
a. Guru Kelas, yaitu pendidik atau pengajar pada suatu kelas sesuai dengan kualifikasi
yang dimilikinya.Misalkan di taman kanak-kanak, maka seorang guru kelas haruslah
mereka yang mempunyai latar pendidikan Anak Usia Dini atau pendidikan Taman
Kanak-Kanak.
b. Guru Mata Pelajaran (GMP), yaitu guru yang mengajar mata pelajaran tertentu
sesuai kualifikasi yang di syaratkan.Untuk kasus pada pendidikan anak usia dini
4
seperti di taman kanak-kanak, GMP mungkin jarang ditemui, biasanya satu guru
kelas sudah mengajar keseluruhan mata pelajaran.
c. Guru Pembimbing Khusus (GPK), yaitu guru yang mempunyai latar belakang
pendidikan
Anak Berkebutuhan Khusus atau yang pernah mendapat pelatihan khusus tentang
pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Tugas dari GPK ini adalah:
Sekolah inklusif memang menawarkan sebuah sistem pendidikan yang sangat ideal,
khususnya bagi anak berkebutuhan khusus, namun juga menimbulkan beberapa
permasalahan. Misalnya, anak yang berkebutuhan khusus cenderung akan mengacaukan
kondisi kelas, karena mereka memiliki perkembangan kognitif yang berbeda dari teman-
temannya. Seorang guru juga harus melatih Anak Berkebutuhan Khusus dengan cara
berbeda dari standar pembelajaran yang pada umumnya. Jika diajarkan dengan cara yang
sama, Anak Berkebutuhan Khusus akan berada dalam kondisi yang kurang menguntungkan
jika dicocokkan dengan siswa yang levelnya di atas mereka.Seperti halnya dalam aktivitas
fisik, tidak ada kurikulum pendidikan yang mengatur tentang hal tersebut,akibatnya ketika
mereka terlibat,mereka akan “gagal” dan hanya akan menjadi bahan olok-olokan temannya,
mereka akan mengalami tindakan diskriminatif dan bulliying dari teman-temannya. Hal ini
secara negatif akan berdampak pada rasa percaya diri dan martabat Anak Berkebutuhan
Khusus.
5
a. Problematika Nilai (Value Barriers).
Beberapa orang menganggap bahwa perbedaan nilai seperti halnya perbedaan ras,
suku, gender, dan juga kondisi fisik dan juga mental merupakan bagian dari suatu
kebudayaan. Namun, faktanya sekolah inklusif masih mengalami kendala dalam
menghadapi perbedaan nilai ini. Misalnya seperti tindakan bullying dan rasisme yang pasti
terjadi di sekolah biasa yang menampung anak berkebutuhan khusus. Konflik seperti ini
mungkin bukan disebabkan karena penyelenggaraan sekolah inklusif tapi mungkin
diakibatkan oleh pengguna (users) termasuk murid, atau mungkin guru yang belum siap.
Kesiapan yang dimaksud adalah kesiapan guru siswa, dan orang tua siswa dalam
menerima segala bentuk perbedaan.
Problematika dalam teknis pelaksanaan ini berkaitan dengan kondisi natural yang
ada di sekolah,meliputi waktu,sumber materi pembelajaran, dan sistem
pembelajaran.Tantangan teknis ini memang menjadi problematika tersendiri bagi sekolah
yang menyelenggarakan pendidikan inklusif, karena pasti membutuhkan proses adaptasi
terhadap sistem pendidikan yang ada. Masalah yang muncul misalnya dalam hal
penerimaan jenis kekhususan, tingkat kecerdasan yang masih dibawah rata-rata,belum ada
penentuan batas jumlah siswa yang diterima, kurangnya pelatihan bagi guru kelas yang
6
menangani Anak Berkebutuhan Khusus, kurikulum yang ada belum mengakomodasi
keberadaan ABK, dan juga
7
Istimewa Yogyakarta dan daerah Ibu Kota Jakarta. Tahun 2004, Pemerintah Indonesia
melalui deklarasi di Bandung mengumumkan secara resmi program “Indonesia Menuju
Pendidikan Inklusif” , tetapi dalam pelaksanaan masih ditemukan banyak kendala
dibeberapa kota seperti, manajemen sekolah inklusif masih belum optimal, tenaga kerja
yang memiliki kapabilitas dalam mengajar anak-anak ABK masih dinilai kurang (seperti
guru belum mengetahui karateristik ABK dan metode- metode untuk menanganinya),
kurangnya guru pendamping kelas, belum siapnya sekolah menampung ABK, masih
banyaknya siswa dalam kelas, masih adanya intimidasi anak ABK oleh teman sekelasnya
(Kompas, 2012)
Secara umum, tujuan pendidikan inklusi masih berpatokan pada UU No. 20 tahun
2003 mengenai Sisdiknas, pasal 1 ayat 1, yakni pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi pribadinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara Oleh karena itu, tujuan utama dari pendidikan
inklusi adalah untuk memenuhi hak asasi manusia atas pendidikan. Anak-anak berkebutuhan
khusus juga memiliki hak yang sama dengan anak biasa.
1. Tujuan praktis langsung oleh anak Anak memiliki kemampuan percaya diri dan merasa
yakin atas apa yang telah dia capai selama ini
8
2. Anak mampumelakukan segala aktivitas nya dan mampu
mengaplikasikan nya secara sempurna dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mampu bertukar pendapat bersama teman, guru, maupun masyarakat
4. Anak belajar menerima perbedaan, serta mampu beradaptasi terhadap perbedaan
tersebut
Dalam kelas inklusif terdapat peserta didik yang beragam salah satunya dalam hal
kemampuan memahami materi pembelajaran. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan
pendidikan inklusif seorang pendidik harus mampu menggunakan pendekatan yang
mampu mengakomodasi seluruh peserta didik tanpa menyulitkan peserta didik dengan
berkebutuhan khusus sesuai dengan tingkat kemampuannya.
9
Penilaian dalam pendidikan inklusif harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta
didik termasuk peserta didik dengan kebutuhan khusus. Pendidik harus memperhatikan
keseimbangan kebutuhan antara peserta didik berkebutuhan khusus dan peserta didik
normal lainya.
Selain Karakteristik di yang sudah di jelaskan di atas ada bebrapa karakteristik yang
terdapat dalam pendidikan inklusi tergabung dalam beberapa hal seperti hubungan,
kemampuan, pengaturan tempat duduk, materi belajar, sumber dan evaluasi yang dijelaskan
sebagai berikut:
10
a) Hubungan, Ramah dan hangat, contoh untuk anak tuna rungu: guru selalu berada di
dekatnya dengan wajah terarah pada anak dan tersenyum. Pendamping kelas( orang
tua ) memuji anak tuna rungu dan membantu lainnya.
b) Kemampuan, Guru, peserta didik dengan latar belakang dan kemampuan yang
berbeda serta orang tua sebagai pendamping.
c) Pengaturan tempat duduk Pengaturan tempat duduk yang bervariasi seperti, duduk
berkelompok di lantai membentuk lingkaran atau duduk di bangku bersama- sama
sehingga mereka dapat melihat satu sama lain.
d) Materi belajar Berbagai bahan yang bervariasi untuk semua mata pelajaran, contoh
pembelajarn matematika disampaikan melalui kegiatan yang lebih menarik,
menantang dan menyenangkan melalui bermain peran menggunakan poster dan
wayang untuk pelajaran bahasa.
e) Sumber Guru menyusun rencana harian dengan melibatkan anak, contoh meminta
anak membawa media belajar yang murah dan mudah didapat ke dalam kelas untuk
dimanfaatkan dalam pelajaran tertentu.
f) Evaluasi Penilaian, observasi, portofolio yakni karya anak dalam kurun waktu tertentu
dikumpulkan dan dinilai (Lay Kekeh Marthan, 2007:152).
Dalam pendidikan inklusi terdapat siswa normal dan berkebutuhan khusus, dalam
rangka untuk menciptakan manusia yang berkembang seutuhnya maka diperlukan adanya
pembinaan peserta didik, melalui pembinaan ini maka diharapkan peserta didik mampu
berkembang dan memiliki keterampilan secara optimal.
Adapun menurut Mudjito, dkk pada tahun (2012) pendidikan inklusif memiliki
prinsip-prinsip filosofis antara lain:
11
d) Para guru bersama sama atau bekerja sama serta mendapat pengetahuan pendidikan
umum, khusus dan tehnik belajar individu serta keperluan keperluan pelatihan dan
juga bagaimana proses dalam mengapresiasikan keanekaragaman dan perbedaan suatu
individu dalam pengorganisasian kelas
e) Setiap anak termasuk dalam komunitas setempat dan dalam satu kelas atau kelompok.
f) Pada Hari sekolah itu adanya pengaturan tertentu secara penuh mengenai tugas-tugas
pembelajaran kooperatif dengan perbedaan pendidikan serta kefleksibelan dalam
memilih dengan sepuas hati.
2.7.Perkembangan Pendidikan Inklusif
1. Sejarah Perkembangan pendidikan inklusif
12
Indonesia sejak awal tahun 2000 mengembangkan program pendidikan inklusif. Program ini
merupakan kelanjutan program pendidikan terpadu yang sesungguhnya pernah diluncurkan
di Indonesia pada tahun 1980-an, tetapi kemudian kurang berkembang, dan baru mulai tahun
2000 dimunculkan kembali dengan mengikuti kecenderungan dunia, menggunakan konsep
pendidikan inklusif.
Pendidikan inklusif merupakn suatu sistem pengolaan pendidikan berbasis ham yang
melayani semua anak tanpa kecuali sistem pendidikan yang selalu di arahkan untuk
melayani semua anak dari berbagai latar maupun kondisi tanpa suatu memandang
kekurangan,kelemahan dan perbedaan dari setiap anak. Dalam suatu penyelenggara sistem
berimplikasi terhadap suatu pengelolaan pendidikan, baik pada tingkat pusat dalam suatu
pendidikan yaitu:
13
Salah satu kelompok masyarakat yang terpresentasikan dalam sebuah masyarakat
inklusif adalah masyarakat disabilitas, penyandang disabilitas sebagai masyarakat inklusif
mempunyai perbedaan dari segi fisik dan kemampuan berfikir karena ada kekurangan atau
tidak sempurna, bagaimana kita menyikapi terhadap perbedaan tersebut. Karena secara
empiris di lapangan masih ada hak-hak yang belum terakomodir secara baik dan juga
perlindungan sosial yang belum optimal dan maksimal yang mereka terima. Mengingat pada
dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari
orang lain. Masyarakat inklusif adalah kita semua dalam wilayah tertentu yang saling
bertanggung jawab untuk mengupayakan dan menyediakan kemudahan berupa bantuan
layanan dan sarana agar masingmasing diantara kita dapat terpenuhi keperluannya,
melaksanakan kewajiban dan mendapatkn haknya.
Dengan demikian maka setiap orang dalam masyarakat memerlukan cara berbeda
berupa layanan dan sarana khusus yang sesuai dan tepat dengan keunikan dan keperluan
khususnya. Bagaimana menunjukkan suatu keadilan dan pelayanan berkesinambungan
untuk memberikan perlindungan dan hak bagi penyandang disabilitas dalam ranah kebijakan
secara explisit sudah diakomodir dalam Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Penyandang Disabilitas. Dalam Undang- Undang tersebut telah mengakomodir semua
keperluan Penyandang Disabilitas mulai dari pelayanan, pemenuhan dan hak penyandang
disabilitas, hak penyandang disabilitas tidak hanya pendidikan, pekerjaan, aksesibilitas dan
kesejahteraan sosial, tetapi seluruh hak yang menyangkut hajat hidup manusia secara
universal. Terkait dengan disabilitas masyarakat inklusif diharapkan tidak saja mampu
melihat kekurangan, tetapi juga melihat potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh penyandang
disabilitas. Jangkauan pengaturan dalam Undang-Undang ini meliputi Pemenuhan
Kesamaan Kesempatan terhadap Penyandang Disabilitas dalam segala aspek
penyelenggaraan negara dan masyarakat. Penghormatan, Perlindungan, dan Pemenuhan Hak
Penyandang Disabilitas, termasuk penyediaan Aksesibilitas dan Akomodasi yang layak.
Pengaturan pelaksanaan dan Pemenuhan hak Penyandang Disabilitas bertujuan untuk
mewujudkan taraf kehidupan Penyandang Disabilitas yang lebih berkualitas, adil, sejahtera
lahir dan batin, serta bermartabat. Selain itu, Pelaksanaan dan Pemenuhan hak juga
ditujukan untuk melindungi Penyandang Disabilitas dari penelantaran dan eksploitasi,
pelecehan dan segala tindakan diskriminatif, serta pelanggaran hak asasi manusia.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
pendidikan inklusif adalah pendidikan yang ramah untuk semua anak, dengan sistem
layanan pendidikan yang mensyaratkan anak berkebutuhan khusus belajar di sekolah-
sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman-teman seusianya.Penyelenggaraan pendidikan
inklusif ini merupakan suatu sistem layanan anak berkebutuhan khusus (ABK) bersatu
dalam layanan pendidikan formal. Sistem ini menunjukkan bahwa terdapat satu sistem
pembelajaran dalam sekolah inklusif, tetapi mampu mengakomodasi perbedaan kebutuhan
belajar setiap individu baik anak yang normal atau anak berkebutuhan khusus Dengan
pendidikan inklusif berarti sekolah harus mengakomodasikan semua anak tanpa memandang
kondisi fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa atau kondisi lainnya. Pelaksanaan pendidikan
inklusif memerlukan penyesuaianpenyesuaian dan fleksibilitas di berbagai bidang.
Meskipun perkembangan pendidikan inklusif di Indonesia saat ini berkembang cukup pesat,
tetapi dalam tataran implementasinya masih banyak permasalahan yang harus dicari solusi
untuk mengatasi masalah tersebut. Hasil pemecahan masalah tersebut dapat memudahkan
implementasi pendidikan inklusif dalam upaya dan proses menuju pendidikan inklusif itu
sendiri yang sejalan dengan filosofi dan konsep-konsep yang mendasarinya.
3.2 Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Iooku. Makalah Konsep Dasar dan Landasan Pendidikan Inklusif. Blogspot.com. Published
August 14, 2020. Accessed March 15, 2022. https://inour-
opinion.blogspot.com/2020/08/v-behaviorurldefaultvmlo.html
kekinian. Konsep Dasar Pendidikan Inklusi Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Inklusi. Blogspot.com. Published 2014. Accessed March 15, 2022.
https://izzaucon.blogspot.com/2014/06/konsep-dasar-pendidikan-inklusi-disusun.html
16