Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KONSEP DASAR PENDIDIKAN INKLUSIF

Dosen Pengampu : Dra. Hj Saka Hasan, M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok IV

Nurkhalisa lapae A1G120128


Malfi A1G120115
ferdianto A1G120098
Dwiarti sartika putri A1G120090
La Rislan A1G120113
Muhamad Wahyudin A1G120119
La Ode Abdul Malik Mubarak A1G120109
La Afi A1G120108

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat taufik dan

hidayahnya makalah ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam penulis curahkan kepada

nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah yang menjadi petunjuk serta rahmat bagi

seluruh alam.

Terimakasih atas perhatian dan kesempatan yang telah diberikan untuk membuat

makalah ini penulis ucapkan kepada Ibu Dosen Pengampu Mata Kuliah Pendidikan Inklusif.

Teimaksih juga penulis ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberi

masukan untuk makalah ini.

Adapun makalah ini yang berjudul”Konsep Dasar Pendidikan Inklusif”. Semoga

dengan adanya makalah ini, kita dapat mengetahui, mempelajari, dan juga menambah

pengetahuan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari

teman-teman sekalian.

Kendari, 15 Maret 2022

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

JUDUL HALAMAN

KATA PENGNTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .............................................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2

1.3. Tujuan. .......................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pendidikan Inklusif ................................................................................... 3

2.2. Model Pendidikan Inklusif .......................................................................................... 4

2.3. Latar Belakang Pendidikan Inklusif.............................................................................. 7

2.4. Tujuan Dan Sasaran Pendidikan Inklusi ....................................................................... 8

2.5. Karakteristik Pendidikan Inklusif ............................................................................... 9

2.6. Prinsip-prinsip Pendidikan Inklusif ............................................................................. 11

2.7. Perkembangan Pendidikan Inklusif ............................................................................. 12

2.8. Implikasi Pendidikan Inklusif ...................................................................................... 13

2.9. Mewujudkan Masyarakat Yang Inklusif ...................................................................... 13

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan. ................................................................................................................. 15

3.2. Saran. ........................................................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
pendidikan inklusif adalah pendidikan yang ramah untuk semua anak, dengan
sistem layanan pendidikan yang mensyaratkan anak berkebutuhan khusus belajar di
sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman-teman seusianya. Sejarah
pendidikan inklusif di dunia pada mulanya diprakarsai dan diawali dari negara-negara
Scandinavia (Denmark, Norwegia, Swedia), Amerika tahun 1960-an, Inggris dalam Ed.Act.
1991, selanjutnya deklarasi Bangkok tahun 1994 mencetuskan perlunya pendidikan
inklusif, di Indonesia tahun 2004 lalu tahun 2005 diadakan simposium Internasional di
Bukit Tinggi. Tujuan Pendidikan inklusif di antaranya memenuhi amanat UUD 1945 pasal
31 sedangkan yang melandasi pendidikan inklusif adalah filosofis, yuridis, dan empirik.Di
samping itu juga pendidikan inklusif adalah pendidikan yang mengakomodasi seluruh
kebutuhan anak sebagai hak asasi manuisa yang paling mendasar, hal ini dicantumkan
dalam (Deklarasi Internasional tentang Hak Asasi Manusia 1948 dan konvensi
Internasional tentang Hak anak, 1989).
Pendidikan inklusif membawa perubahan yang mendasar,dari pemikiran special
education (pendidikan khusus) kepada pemikiran special needs education (pendidikan
kebutuhan khusus). Perubahan tersebut bermakna strategis dan berdampak luas terhadap
praktek layanan pendidikan. Spesial education memiliki implikasi pemisahan (segregasi)
yang berarti berfokus pada pendidikannya yang khusus, sedangkan special need education
berarti pendidikan berfokus kepada anak (Supriadi:2003). Dengan demikian implementasi
pendidikan inklusif memandang anak sebagai individu yang memiliki keragaman,
keunikan, kemampuan, minat dan kebutuhan-kebutuhan yang berbeda sehingga proses
pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhankebutuhan anak. Implementasi pendidikan
inklusif dalam tataran pembelajaran dan pengajaran di kelas akan bermakna bila guru
mampu mengembangkan proses pembelajaran dan pengajaran sesuai dengan perbedaan
kebutuhan individu serta mampu mengembangkan program pendidikan bagi siswa sesuai
dengan keberagaman dan kebutuhan-kebutuhan siswa termasuk bila di dalam kelas tersebut
terdapat anak berkebutuhan khusus.

1
1.2.Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Pendidikan Inklusif ?
2. Bagaimana Model Pendidikan Inklusif ?
3. Bagaimana Latar Belakang Pendidikan Inklusif ?
4. Bagaimana Tujuan Dan Sasaran Pendidikan Inklusif ?
5. Bagaimana Karakteristik Pendidikan Inklusi ?
6. Bagaimana Prinsip_prinsip Pendidikan Inklusif ?
7. Bagaimana PerkembanganPendidikan Inklusif ?
8. Bagaimana Implikasi Pendidikan Inklusif ?
9. Bagaimana Mewujudkan Masyarakat Yang Inklusif ?
10. Bagaimana Permasalahn Pendidikan Inklusif ?
1.3.Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Pendidikan Inklusif
2. Untuk Mengetahui Model Pendidikan Inklusif
3. Untuk Mengetahui Latar Belakang Pendidikan Inklusif
4. Untuk Mengetahui Tujuan Dan Sasaran Pendidikan Inklusif
5. Untuk Mengetahui Karakteristik Pendidikan Inklusif
6. Untuk Mengetahui Prinsip_prinsip Pendidikan Inklusif
7. Untuk Mengetahui Perkembangan Pendidikan Inklusif
8. Untuk Mengetahui Implikasi Pendidikan Inklusif
9. Untuk Mengetahui Mewujudkan Masyarakat Yang Inklusif

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Pendidikan Inklusif

Pengertian pendidkan inklusi yang dianggap istilah baru untuk mendiskripsikan


penyatuan bagi anak-anak berkelainan (penyandang hambatan/cacat) ke
dalam program-program sekolah (dan juga diartikan sebagai menyatukan anak-anak
berkelainan (penyandang hambatan/cacat) dengan cara- cara yang realistis dan
komprehensif dalam kehidupan pendidikan yang menyeluruh.Pendidikan inklusif
merupakan sebuah pendekatan yang berusaha mentransformasi sistem pendidikan dengan
meniadakan hambatan-hambatan yang dapat menghalangi setiap siswa untuk berpartisipasi
penuh dalam pendidikan. Pendidikan inklusif merupakan model penyelenggaraan program
pendidikan bagi anak berkelainan atau cacat dimana penyelenggaraannya dipadukan
bersama anak normal dan tempatnya di sekolah umum dengan menggunakan kurikulum
yang berlaku di lembaga bersangkutan.

Dari pernyataan di atas dapat diartikan bahwa inklusi merupakan suatu istilah yang
menyatakan komitmen terhadap pendidikan yang sedemikian tepatnya bagi setiap anak, di
mana is akan mengikuti pendidikan baik di sekolah maupun di kelas. Inklusi melibatkan
berbagai dukungan layanan terhadap anak dan hanya memerlukan bahwa anak akan
mendapat manfaat dari kehidupan di kelas (lebih baik mengalami untuk mengikuti siswa
yang lain).

Pada hakekatnya pendidikan inklusif tidaklah hanya sebatas untuk memberi


kesempatan kepada anak-anak berkebutuhan khusus, untuk menikmati pendidikan yang
sama, namun hak berpendidikan juga untuk anakanak lain yang kurang beruntung, misalnya
anak dengan HIV/AIDS, anakanak jalananan, anak yang tidak mampu (fakir-miskin), anak-
anak korban perkosaan, korban perang dan lainnya, tanpa melihat agama, ras dan
bahasanya. Konsep pendidikan inklusif memiliki lebih banyak kesamaan dengan konsep
yang melandasi gerakan ‘Pendidikan untuk Semua’ dan ‘Peningkatan mutu sekolah’.
Namun kebijakan dan praktek inklusi anak berkebutuhan khusus (penyandang cacat) telah
menjadi katalisator utama untuk mengembangkan pendidikan inklusif yang efektif, yang
fleksibel dan tangap terhadap keanekaragaman gaya dan kecepatan belajar.

3
Pendidikan inklusif merupakan perkembangan pelayanan pendidikan terkini dari
model pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, dimana prinsip mendasar dari
pendidikan inklusif, selama memungkinkan, semua anak atau peserta didik seyogyanya
belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada
pada mereka.” (pernyataan Salamanca,1994)“Inklusi itu masa depan, milik ras manusia,
hak asasi manusia, pengupayaan agar bisa hidup berdampingan satu sama lain, bukanlah
sesuatu hal yang harus dilakukan kepada seseorang atau untuk seseorang, dilakukan
bersama bagi satu sama lain, bukanlah sesuatu yang kita lakukan sedikit saja”. (Marsha
Forest, 2005: 19).

Adapun pendidikan inklusi mempunyai pengertian yang beragam. Stainback dan


Stainback (1990) mengemukakan bahwa sekolah inklusi adalah sekolah yang menampung
semua siswa di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak,
menantang, tetapi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa, maupun bantuan
dan dukungan yang dapat diberikan oleh para guru agar anak-anak berhasil. Lebih dari itu,
sekolah inklusi juga merupakan tempat setiap anak dapat diterima, menjadi bagian dari
kelas tersebut, dan saling membantu dengan guru dan teman sebayanya, maupun anggota
masyarakat lain agar kebutuhan individualnya dapat terpenuhi.Dan pernyatan-pernyataan di
atas mengisyaratkan bahwa sekolah reguler yang berorientasi inklusi merupakan alat untuk
memerangi sikap diskriminasi, menciptakan masyarakat yang ramah, mencapai pendidikan
bagi semua, sehingga akan memberikan pendidikan yang efektif kepada mayoritas anak dan
meningkatkan efisiensi karena akan menurunkan biaya bagi seluruh sistem pendidikan.

2.2 Model Pendidikan Inklusif

1. Model Pendidikan Inklusif

Direktorat Pendidikan Luar Biasa (PLB) sebagaimana dikutip oleh Ashman

a. Guru Kelas, yaitu pendidik atau pengajar pada suatu kelas sesuai dengan kualifikasi
yang dimilikinya.Misalkan di taman kanak-kanak, maka seorang guru kelas haruslah
mereka yang mempunyai latar pendidikan Anak Usia Dini atau pendidikan Taman
Kanak-Kanak.
b. Guru Mata Pelajaran (GMP), yaitu guru yang mengajar mata pelajaran tertentu
sesuai kualifikasi yang di syaratkan.Untuk kasus pada pendidikan anak usia dini

4
seperti di taman kanak-kanak, GMP mungkin jarang ditemui, biasanya satu guru
kelas sudah mengajar keseluruhan mata pelajaran.
c. Guru Pembimbing Khusus (GPK), yaitu guru yang mempunyai latar belakang
pendidikan

Anak Berkebutuhan Khusus atau yang pernah mendapat pelatihan khusus tentang
pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Tugas dari GPK ini adalah:

1. Menyusun instrumen assessment pendidikan bersama-sama dengan guru kelas dan


guru mata pelajaran.
2. Membangun sistem koordinasi antara guru, pihak sekolah dan orang tua siswa.
3. Memberikan bimbingan khusus kepada Anak Berkebutuhan Khusus kepada anak
luar biasa yang membutuhkannya.
4. Memberikan bantuan kepada guru kelas dan guru mata pelajaran agar dapat
memberikan pelayanan pendidikan khusus kepada anak luar biasa yang
membutuhkan nya.

Problematika Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus

Sekolah inklusif memang menawarkan sebuah sistem pendidikan yang sangat ideal,
khususnya bagi anak berkebutuhan khusus, namun juga menimbulkan beberapa
permasalahan. Misalnya, anak yang berkebutuhan khusus cenderung akan mengacaukan
kondisi kelas, karena mereka memiliki perkembangan kognitif yang berbeda dari teman-
temannya. Seorang guru juga harus melatih Anak Berkebutuhan Khusus dengan cara
berbeda dari standar pembelajaran yang pada umumnya. Jika diajarkan dengan cara yang
sama, Anak Berkebutuhan Khusus akan berada dalam kondisi yang kurang menguntungkan
jika dicocokkan dengan siswa yang levelnya di atas mereka.Seperti halnya dalam aktivitas
fisik, tidak ada kurikulum pendidikan yang mengatur tentang hal tersebut,akibatnya ketika
mereka terlibat,mereka akan “gagal” dan hanya akan menjadi bahan olok-olokan temannya,
mereka akan mengalami tindakan diskriminatif dan bulliying dari teman-temannya. Hal ini
secara negatif akan berdampak pada rasa percaya diri dan martabat Anak Berkebutuhan
Khusus.

Dari beberapa permasalahan di atas, menurut Dilan, ada 4 kategori permasalahan


pembelajaran yang secara signifikan mempengaruhi kesuksesan penyelenggaran pendidikan
di sekolah inklusif.

5
a. Problematika Nilai (Value Barriers).

Beberapa orang menganggap bahwa perbedaan nilai seperti halnya perbedaan ras,
suku, gender, dan juga kondisi fisik dan juga mental merupakan bagian dari suatu
kebudayaan. Namun, faktanya sekolah inklusif masih mengalami kendala dalam
menghadapi perbedaan nilai ini. Misalnya seperti tindakan bullying dan rasisme yang pasti
terjadi di sekolah biasa yang menampung anak berkebutuhan khusus. Konflik seperti ini
mungkin bukan disebabkan karena penyelenggaraan sekolah inklusif tapi mungkin
diakibatkan oleh pengguna (users) termasuk murid, atau mungkin guru yang belum siap.
Kesiapan yang dimaksud adalah kesiapan guru siswa, dan orang tua siswa dalam
menerima segala bentuk perbedaan.

b. Problematika Kekuasaan (Power Barriers)

Penulis mendefinisikan permasalahan kekuasaan sebagai problematika yang


dihasilkan oleh kebijakan yang dibuat oleh pihak autoritatif (pemerintah). Sebagai pihak
yang “mewajibkan” penyelenggaraan pendidikan inklusif ini, pemerintah belum secara
maksimal mempersiapkan segalanya, misalnya minimnya sarana penunjang sistem
pendidikan inklusif yang disediakan. Selain itu distribusi guru kelas dan guru pembimbing
khusus (GPK) atau teacher assistant (TA) yang ahli menangani ABK masih belum diatur
dengan jelas. Padahal disproporsi antara Guru Kelas dan Guru Pembimbing Khusus akan
berpengaruh negatif bagi proses pendidikan di sekolah inklusif. Kenyataan yang dihadapi
selama ini adalah Dukungan pemerintah baik pusat maupun daerah belum merata di semua
daerah dan masih sangat terbatas, baik dalam bantuan teknis (keterlibatan dalam
pelaksanaan : monitoring, pembimbingan maupun evaluasi pelaksanaan pendidikan
inklusi) maupun bantuan non-teknis (dana maupun peralatan).

c. Problematika dalam Teknis Pelaksanaan (Practical Barriers)

Problematika dalam teknis pelaksanaan ini berkaitan dengan kondisi natural yang
ada di sekolah,meliputi waktu,sumber materi pembelajaran, dan sistem
pembelajaran.Tantangan teknis ini memang menjadi problematika tersendiri bagi sekolah
yang menyelenggarakan pendidikan inklusif, karena pasti membutuhkan proses adaptasi
terhadap sistem pendidikan yang ada. Masalah yang muncul misalnya dalam hal
penerimaan jenis kekhususan, tingkat kecerdasan yang masih dibawah rata-rata,belum ada
penentuan batas jumlah siswa yang diterima, kurangnya pelatihan bagi guru kelas yang

6
menangani Anak Berkebutuhan Khusus, kurikulum yang ada belum mengakomodasi
keberadaan ABK, dan juga

kurangnya materi pembelajaran yang sesuai untuk diajarkan di sekolah inklusif.

d. Problematika Psikologi (Psychological Barriers)

Terkadang masyarakat masih menentang segala bentuk perubahan meskipun


perubahan tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap hidup mereka. Kurangnya
dukungan moral dari orang tua ABK dan orang tua siswa regular, dan juga dari masyarakat
umum seperti ini merupakan sebuah masalah psikologi, mereka menganggap Anak
Berkebutuhan Khusus sebagai beban bukan memikirkan bersama cara mengatasi hal
tersebut.

2.3.Latar Belakang Pendidikan Inklusif

Memberikan pendidikan yang berkualitas untuk semua anak di dunia merupakan


tantangan yang paling berat dan sekaligus merupakan isu sangat penting dalam dunia
pendidikan. Dengan adanya Pernyataan inilah pendidikan inklusif (Inclusive Education)
mulai diperkenalkan secara meluas di berbagai negara. Secara formal istilah inklusif
education diperkenalkan sejak adanya Pernyataan Salamanca, tahun 1994, namun jauh
sebelum itu kesadaran akan perlunya pendidikan yang tidak diskriminatif, mampu
mengakomodasi semua peserta didik tanpa syarat, dengan memperhatikan kebutuhan
khususnya di negara maju seperti negara skandinavia telah dikembangkan. Sedangkan di
Amerika Serikat isu pendidikan inklusif ini mendapat perhatian sekitar tahun 1980an.
Seiring dengan pendidikan inklusif, di Amerika ada beberapa istilah dan konsep yaitu
mainstreaming, normalization, Least Restrictive Environment (LRE) yang semuanya
berkenaan dengan pendidikan bagi penyandang cacat yang diintegrasikan. Perkembangan
lebih lanjut konsep inklusi jauh lebih luas dari pada integrasi.

Konsep Pendidikan inklusif merupakan filosofi pendidikan, bukan istilah kebijakan


atau legislasi dalam pendidikan, yang memungkinkan semua peserta didik memperoleh
pendidikan yang terbaik. Pendidikan inklusif merujuk pada kebutuhan belajar semua peserta
didik, dengan suatu fokus spesifik pada mereka yang rentan terhadap marjinalisasi dan
pemisahan. UU no 20 tahun 2003, pemerintah Indonesia telah melaksanakan pendidikan
inklusi untuk memfasilitasi dan memberikan hak kepada anak- anak berkebutuhan khusus.
Tahun 2001, pemerintah mulai melakukan uji coba perintisan sekolah inklusi di daerah

7
Istimewa Yogyakarta dan daerah Ibu Kota Jakarta. Tahun 2004, Pemerintah Indonesia
melalui deklarasi di Bandung mengumumkan secara resmi program “Indonesia Menuju
Pendidikan Inklusif” , tetapi dalam pelaksanaan masih ditemukan banyak kendala
dibeberapa kota seperti, manajemen sekolah inklusif masih belum optimal, tenaga kerja
yang memiliki kapabilitas dalam mengajar anak-anak ABK masih dinilai kurang (seperti
guru belum mengetahui karateristik ABK dan metode- metode untuk menanganinya),
kurangnya guru pendamping kelas, belum siapnya sekolah menampung ABK, masih
banyaknya siswa dalam kelas, masih adanya intimidasi anak ABK oleh teman sekelasnya
(Kompas, 2012)

Dengan pendidikan inklusif berarti sekolah harus mengakomodasikan semua anak


tanpa memandang kondisi fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa atau kondisi lainnya.
Pelaksanaan pendidikan inklusif memerlukan penyesuaian-penyesuaian dan fleksibilitas di
berbagai bidang di antaranya, fleksibilitas kurikulum, strategi pembelajaran, sistem evaluasi,
materi pelajaran, dan lain-lain. Dengan demikian tidak ada alasan peserta didik yang
memiliki kecacatan tingkat berat sekalipun yang tidak dapat mengikuti pendidikan di
sekolah reguler. Special Needs Dalam pendidikan inklusif dikenal istilah dan konsep
”children with special needs” (anak dengan kebutuhan khusus) atau “children with special
educational needs” (anak dengan kebutuhan pendidikan yang khusus) Istilah ini tidak
bermaksud menggantikan istilah ”anak cacat” atau ”anak luar biasa” tetapi memiliki cara
pandang yang lebih luas dan positif terhadap peserta didik atau anak yang memiliki
kebutuhan yang sangat beragam.

2.4.Tujuan Dan Sasaran Pendidikan Inklusi

Secara umum, tujuan pendidikan inklusi masih berpatokan pada UU No. 20 tahun
2003 mengenai Sisdiknas, pasal 1 ayat 1, yakni pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi pribadinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara Oleh karena itu, tujuan utama dari pendidikan
inklusi adalah untuk memenuhi hak asasi manusia atas pendidikan. Anak-anak berkebutuhan
khusus juga memiliki hak yang sama dengan anak biasa.

1. Tujuan praktis langsung oleh anak Anak memiliki kemampuan percaya diri dan merasa
yakin atas apa yang telah dia capai selama ini

8
2. Anak mampumelakukan segala aktivitas nya dan mampu
mengaplikasikan nya secara sempurna dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mampu bertukar pendapat bersama teman, guru, maupun masyarakat
4. Anak belajar menerima perbedaan, serta mampu beradaptasi terhadap perbedaan
tersebut

Sasaran pendidikan inklusif adalah anak berkebutuhan khusus, yang memiliki


bakat istimewa untuk mengembangkan potensi-potensi kemampuannya tanpa adanya
deskriminasi, antara anak berkebutuhan khusus dan anak non berkebutuhan khusus, baik
yang suda terdaftar di sekolah regular maupun yang belum dilingkungan sekolah regular.
Yang dimana sekolah regular aalah sekolh umum dimana proses pembelajaran nya
berlangsung dari pagi sampai siang hari.

2.5.Karakteristik Pendidikan Inklusif

Terdapat beberapa karakteristik pendidikan inklusif (Ilahi, 2013: 43) yaitu:

1. Kurikulum yang fleksibel

Penyesuaian kurikulum dalam pendidikan inklusif lebih menekankan pada


bagaimana memberikan perhatian penuh terhadap kebutuhan peserta didik, perlu adanya
penyesuaian kurikulum berkaitan dengan waktu penguasaan terhadap sejumlah materi
pelajaran. Fleksibilitas kurikulum harus menjadi prioritas utama dalam memberikan
kemudahan pada peserta didik yang belum mendapatkan layanan pendidikan terbaik demi
menunjang karier dan masa depanya. Misalnya dengan memberikan materi yang sesuai
dengan kebutuhan mereka, terutama berkaitan dengan keterampilan dan potensi peserta
didik yang belum berkembang.

2. Pendekatan pembelajaran yang fleksibel

Dalam kelas inklusif terdapat peserta didik yang beragam salah satunya dalam hal
kemampuan memahami materi pembelajaran. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan
pendidikan inklusif seorang pendidik harus mampu menggunakan pendekatan yang
mampu mengakomodasi seluruh peserta didik tanpa menyulitkan peserta didik dengan
berkebutuhan khusus sesuai dengan tingkat kemampuannya.

3. Sistem evaluasi yang fleksibel

9
Penilaian dalam pendidikan inklusif harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta
didik termasuk peserta didik dengan kebutuhan khusus. Pendidik harus memperhatikan
keseimbangan kebutuhan antara peserta didik berkebutuhan khusus dan peserta didik
normal lainya.

4. Pembelajaran yang ramah

Pembelajaran yang ramah sangat diperlukan demi mendorong kelancaran dalam


pelaksanaan pendidikan inklusif. Para peserta didik berkebutuhan khusus memerlukan
dukungan dan motivasi yang mampu mendorong mereka untuk dapat berinteraksi dengan
lingkungan. Oleh karenanya, komponen utama yang diperlukan adalah adanya lingkungan
yang ramah.

Sedangkan menurut Sukinah (2010: 45), pendidikan inklusi memiliki beberapa


karakteristik sebagai berikut:

a) Tidak adanya diskriminatif. Artinya sekolah inklusi harus memberikan layanan


pendidikan kepada semua anak tanpa terkecuali termasuk anak berkebutuhan khusus.
b) Pengakuan dan penghargaan terhadap keragaman individu anak. Artinya sekolah
inklusi menerima keanekaragaman dan menerima setiap perbedaan anak, menciptakan
kelas yang kondisif, menreapkan kurikulum dan pembelajaran yang bersifat
individual, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak.
c) Fasilitas belajar dan lingkungan memberikan kemudahan dan rasa aman kepada setiap
anak, serta sarana fisik dapat dengan mudah digunakan anak termasuk anak
berkebutuhan khusus.
d) Guru bekerja dalam tim. Dalam hal ini guru dituntut melakukan kolaborasi dengan
profesi atau sumberdaya lain dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pembelajaran. Sekolah menerima ABK dengan terbuka. Pembelajaran yang
dilaksanakan ABK di ruang sumber, akan tetapi pada muatan PJOK dan agama
maupun kegiatan di luar kelas lainnya sekolah ini mengikutsertakan ABK belajar
bersama dengan siswa reguler lainnya.

Selain Karakteristik di yang sudah di jelaskan di atas ada bebrapa karakteristik yang
terdapat dalam pendidikan inklusi tergabung dalam beberapa hal seperti hubungan,
kemampuan, pengaturan tempat duduk, materi belajar, sumber dan evaluasi yang dijelaskan
sebagai berikut:

10
a) Hubungan, Ramah dan hangat, contoh untuk anak tuna rungu: guru selalu berada di
dekatnya dengan wajah terarah pada anak dan tersenyum. Pendamping kelas( orang
tua ) memuji anak tuna rungu dan membantu lainnya.
b) Kemampuan, Guru, peserta didik dengan latar belakang dan kemampuan yang
berbeda serta orang tua sebagai pendamping.
c) Pengaturan tempat duduk Pengaturan tempat duduk yang bervariasi seperti, duduk
berkelompok di lantai membentuk lingkaran atau duduk di bangku bersama- sama
sehingga mereka dapat melihat satu sama lain.
d) Materi belajar Berbagai bahan yang bervariasi untuk semua mata pelajaran, contoh
pembelajarn matematika disampaikan melalui kegiatan yang lebih menarik,
menantang dan menyenangkan melalui bermain peran menggunakan poster dan
wayang untuk pelajaran bahasa.
e) Sumber Guru menyusun rencana harian dengan melibatkan anak, contoh meminta
anak membawa media belajar yang murah dan mudah didapat ke dalam kelas untuk
dimanfaatkan dalam pelajaran tertentu.
f) Evaluasi Penilaian, observasi, portofolio yakni karya anak dalam kurun waktu tertentu
dikumpulkan dan dinilai (Lay Kekeh Marthan, 2007:152).

Dalam pendidikan inklusi terdapat siswa normal dan berkebutuhan khusus, dalam
rangka untuk menciptakan manusia yang berkembang seutuhnya maka diperlukan adanya
pembinaan peserta didik, melalui pembinaan ini maka diharapkan peserta didik mampu
berkembang dan memiliki keterampilan secara optimal.

2.6.Prinsip-prinsip Pendidikan Inklusif

Adapun menurut Mudjito, dkk pada tahun (2012) pendidikan inklusif memiliki
prinsip-prinsip filosofis antara lain:

a) Anak-anak tidak boleh untuk direndahkan maupun dibedakan berdasarkan


keterbatasannya serta kesulitan dalam belajar.
b) Semua anak tersebut mempunyai hak untuk belajar serta bermain bersama.
c) Tidak ada satu alasan manapun yang dapat dibenarkan dalam memisahkan anak
selama ia sekolah. Pada dasarnya Anak-anak tersebut saling memiliki bukan untuk
dipisahkan Sedangkan menurut Budiyanto pada tahun 2017

11
d) Para guru bersama sama atau bekerja sama serta mendapat pengetahuan pendidikan
umum, khusus dan tehnik belajar individu serta keperluan keperluan pelatihan dan
juga bagaimana proses dalam mengapresiasikan keanekaragaman dan perbedaan suatu
individu dalam pengorganisasian kelas
e) Setiap anak termasuk dalam komunitas setempat dan dalam satu kelas atau kelompok.
f) Pada Hari sekolah itu adanya pengaturan tertentu secara penuh mengenai tugas-tugas
pembelajaran kooperatif dengan perbedaan pendidikan serta kefleksibelan dalam
memilih dengan sepuas hati.
2.7.Perkembangan Pendidikan Inklusif
1. Sejarah Perkembangan pendidikan inklusif

Sejarah perkembangan pendidikan inklusif di dunia pada mulanya diprakarsai dan


diawali dari negara-negara Scandinavia (Denmark, Norwegia, Swedia). Di Amerika Serikat
pada tahun1960-an oleh Presiden Kennedy mengirimkan pakar-pakar Pendidikan Luar Biasa
ke Scandinavia untuk mempelajari mainstreaming dan Least restrictive environment, yang
ternyata cocok untuk diterapkan di Amerika Serikat. Selanjutnya di Inggris dalam Ed.Act.
1991 mulai memperkenalkan adanya konsep pendidikan inklusif dengan ditandai adanya
pergeseran model pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus dari segregatif ke integratif.

Tuntutan penyelenggaraan pendidikan inklusif di dunia semakin nyata terutama sejak


diadakannya konvensi dunia tentang hak anak pada tahun 1989 dan konferensi dunia tentang
pendidikan tahun 1991 di Bangkok yang menghasilkan deklarasi ’education for all’.
Implikasi dari statemen ini mengikat bagi semua anggota konferensi agar semua anak tanpa
kecuali (termasuk anak berkebutuhan khusus) mendapatkan layanana pendidikan secara
memadai.

Sejalan dengan kecenderungan tuntutan perkembangan dunia tentang pendidikan


inklusif, Indonesia pada tahun 2004 menyelenggarakan konvensi nasional dengan
menghasilkan Deklarasi Bandung dengan komitmen Indonesia menuju pendidikan
inklusif.Untuk memperjuangkan hak-hak anak dengan hambatan belajar, pada tahun 2005
diadakan simposium internasional di Bukittinggi dengan menghasilkan Rekomendasi
Bukittinggi yang isinya antara lain menekankan perlunya terus dikembangkan program
pendidikan inklusif sebagai salah satu cara menjamin bahwa semua anak benar-benar
memperoleh pendidikan dan pemeliharaan yang berkualitas dan layak.Berdasarkan
perkembangan sejarah pendidikan inklusif dunia tersebut, maka Pemerintah Republik

12
Indonesia sejak awal tahun 2000 mengembangkan program pendidikan inklusif. Program ini
merupakan kelanjutan program pendidikan terpadu yang sesungguhnya pernah diluncurkan
di Indonesia pada tahun 1980-an, tetapi kemudian kurang berkembang, dan baru mulai tahun
2000 dimunculkan kembali dengan mengikuti kecenderungan dunia, menggunakan konsep
pendidikan inklusif.

2.8. Implikasi Pendidikan Inklusif

Pendidikan inklusif merupakn suatu sistem pengolaan pendidikan berbasis ham yang
melayani semua anak tanpa kecuali sistem pendidikan yang selalu di arahkan untuk
melayani semua anak dari berbagai latar maupun kondisi tanpa suatu memandang
kekurangan,kelemahan dan perbedaan dari setiap anak. Dalam suatu penyelenggara sistem
berimplikasi terhadap suatu pengelolaan pendidikan, baik pada tingkat pusat dalam suatu
pendidikan yaitu:

a) Kurangya suatu pemahaman tentang suatu penyelenggaraan pendidikan di kalangan


masyarakat khususnya di kalangan pendidikan atau masyarakat yang menyebabkan
pelaksanaan pendidikan inklusif di tingkat satuan pendidikan yang tidak menunjukkan
suatu perkembangan yang berarti.
b) Pendidikan inklusif di berbagai daerah sangat beragam suatu pemerintah melakukan
sebagian besar memandang bahwa pendidikan hanya besar memandang bahwa
pendidikan hanya merupakan kebijakan pemerintah pusat dalam suatu
penyelenggaraan yang menyebabkan suatu pendidikan inklusif tidak maksimal
c) Program pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus di sekolah inklusif tidak
memiliki suatu arah dan tujuan yang jelas.
d) Ketidak jelasan sistem dukungan terhadap pendidikan inklusif menyebabkan
pengembangan pendidikan inklusif menjadi lambat
2.9. Mewujudkan Masyarakat Yang Inklusif

Dengan demikian masyarakat yang inklusif dapat diartikan sebagai sebuah


masyarakat yang mampu menerima berbagai bentuk keberagaman dan keberbedaan serta
mengakomodasinya ke dalam berbagai tatanan maupun infrastruktur yang ada di
masyarakat. Adapun yang dimaksud dengan berbagai bentuk perbedaan dan keberagaman
diantaranya adalah keberagaman budaya, bahasa, gender, ras, suku bangsa, strata ekonomi,
serta termasuk juga didalamya adalah keberbedaan kemampuan fisik / mental yang
selanjutnya kita sebut juga dengan disabilitas.

13
Salah satu kelompok masyarakat yang terpresentasikan dalam sebuah masyarakat
inklusif adalah masyarakat disabilitas, penyandang disabilitas sebagai masyarakat inklusif
mempunyai perbedaan dari segi fisik dan kemampuan berfikir karena ada kekurangan atau
tidak sempurna, bagaimana kita menyikapi terhadap perbedaan tersebut. Karena secara
empiris di lapangan masih ada hak-hak yang belum terakomodir secara baik dan juga
perlindungan sosial yang belum optimal dan maksimal yang mereka terima. Mengingat pada
dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari
orang lain. Masyarakat inklusif adalah kita semua dalam wilayah tertentu yang saling
bertanggung jawab untuk mengupayakan dan menyediakan kemudahan berupa bantuan
layanan dan sarana agar masingmasing diantara kita dapat terpenuhi keperluannya,
melaksanakan kewajiban dan mendapatkn haknya.

Dengan demikian maka setiap orang dalam masyarakat memerlukan cara berbeda
berupa layanan dan sarana khusus yang sesuai dan tepat dengan keunikan dan keperluan
khususnya. Bagaimana menunjukkan suatu keadilan dan pelayanan berkesinambungan
untuk memberikan perlindungan dan hak bagi penyandang disabilitas dalam ranah kebijakan
secara explisit sudah diakomodir dalam Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Penyandang Disabilitas. Dalam Undang- Undang tersebut telah mengakomodir semua
keperluan Penyandang Disabilitas mulai dari pelayanan, pemenuhan dan hak penyandang
disabilitas, hak penyandang disabilitas tidak hanya pendidikan, pekerjaan, aksesibilitas dan
kesejahteraan sosial, tetapi seluruh hak yang menyangkut hajat hidup manusia secara
universal. Terkait dengan disabilitas masyarakat inklusif diharapkan tidak saja mampu
melihat kekurangan, tetapi juga melihat potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh penyandang
disabilitas. Jangkauan pengaturan dalam Undang-Undang ini meliputi Pemenuhan
Kesamaan Kesempatan terhadap Penyandang Disabilitas dalam segala aspek
penyelenggaraan negara dan masyarakat. Penghormatan, Perlindungan, dan Pemenuhan Hak
Penyandang Disabilitas, termasuk penyediaan Aksesibilitas dan Akomodasi yang layak.
Pengaturan pelaksanaan dan Pemenuhan hak Penyandang Disabilitas bertujuan untuk
mewujudkan taraf kehidupan Penyandang Disabilitas yang lebih berkualitas, adil, sejahtera
lahir dan batin, serta bermartabat. Selain itu, Pelaksanaan dan Pemenuhan hak juga
ditujukan untuk melindungi Penyandang Disabilitas dari penelantaran dan eksploitasi,
pelecehan dan segala tindakan diskriminatif, serta pelanggaran hak asasi manusia.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

pendidikan inklusif adalah pendidikan yang ramah untuk semua anak, dengan sistem
layanan pendidikan yang mensyaratkan anak berkebutuhan khusus belajar di sekolah-
sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman-teman seusianya.Penyelenggaraan pendidikan
inklusif ini merupakan suatu sistem layanan anak berkebutuhan khusus (ABK) bersatu
dalam layanan pendidikan formal. Sistem ini menunjukkan bahwa terdapat satu sistem
pembelajaran dalam sekolah inklusif, tetapi mampu mengakomodasi perbedaan kebutuhan
belajar setiap individu baik anak yang normal atau anak berkebutuhan khusus Dengan
pendidikan inklusif berarti sekolah harus mengakomodasikan semua anak tanpa memandang
kondisi fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa atau kondisi lainnya. Pelaksanaan pendidikan
inklusif memerlukan penyesuaianpenyesuaian dan fleksibilitas di berbagai bidang.
Meskipun perkembangan pendidikan inklusif di Indonesia saat ini berkembang cukup pesat,
tetapi dalam tataran implementasinya masih banyak permasalahan yang harus dicari solusi
untuk mengatasi masalah tersebut. Hasil pemecahan masalah tersebut dapat memudahkan
implementasi pendidikan inklusif dalam upaya dan proses menuju pendidikan inklusif itu
sendiri yang sejalan dengan filosofi dan konsep-konsep yang mendasarinya.

3.2 Saran

Dalam pendidikan inklusif terdapat beberapa permasalahan dan kendala yang


dihadapi pada pelaksanaannya. Dalam mengatasi permasalahan tersebut diperlukan
komitmen tinggi dan kerja keras melalui kolaborasi berbagai pihak, baik pemerintah, pihak
swasta maupun masyarakat. Upaya mengatasi permasalahan pendidikan inklusif dapat
memberikan layanan optimal bagi anak berkebutuhan khusus yang mengikuti pendidikan di
sekolah inklusif

15
DAFTAR PUSTAKA

Iooku. Makalah Konsep Dasar dan Landasan Pendidikan Inklusif. Blogspot.com. Published
August 14, 2020. Accessed March 15, 2022. https://inour-
opinion.blogspot.com/2020/08/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Nawawi O, Pendidikan J, Biasa L. MAKALAH PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM


IMPLEMENTASI,PENDIDIKAN,INKLUSIF.2010.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195412071981121

MAKALAH PENDIDIKAN INKLUSI. cynthiadevinapynki. Published June 2016. Accessed


March 15, 2022. https://cynthiadevinapynki.wordpress.com/2016/06/01/makalah-
pendidikan-inklusif

kekinian. Konsep Dasar Pendidikan Inklusi Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Inklusi. Blogspot.com. Published 2014. Accessed March 15, 2022.
https://izzaucon.blogspot.com/2014/06/konsep-dasar-pendidikan-inklusi-disusun.html

MAKALAH KEGIATAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN INKLUSI. malamiftasites.


Published April 9, 2018. Accessed March 15, 2022.
https://malamifta.wordpress.com/2018/04/09/makalah-kegiatan-pembelajaran
pendidikan-inklusi/

Siantayani Y, Pd M. MODUL 1 KONSEP DASAR Dan FILOSOFI PENDIDIKAN


INKLUSI. https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/CAUD010602-
TM.pdf

Bayan S. Konsep Dasar Pendidikan Inklusif. Blogspot.com. Published January 2016.


Accessed March 15, 2022. https://wartobyn.blogspot.com/2016/01/konsep-dasar-
pendidikan-inklusif.html

16

Anda mungkin juga menyukai