Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN OBSERVASI KUNJUNGAN KE SEKOLAH INKLUSI SD INPRES MACCINI

BARU MAKASSAR

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Purwaka Hadi M.Si & Wizerti Ariastuti Saleh S.Pd M.Pd

Oleh:

Kelas 19A

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat
rahmat, dan Hidayah-Nya, sehingga laporan ini dapat kami selesaikan sesuai dengan yang diharapkan.
Kami juga bersyukur atas rezeki kesehatan yang telah dberikan oleh-Nya sehingga kami dapat
menyusun laporan ini. Laporan ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Inklusi dengan judul “Laporan Observasi Kunjungan ke Sekolah Inklusi SD Maccini Baru
Makassar”.

Kami mengakui bahwa dalam menyusun laporan ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya
bantuan dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini kami menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam laporan
hasil observasi ini. Unutuk itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak.
Semoga laporan ini memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat untuk membangun ilmu
pengetahuan bagi kita semua.

Makassar

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I ............................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 4

BAB II ............................................................................................................................................. 6

PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 6

BAB IV .......................................................................................................................................... 15

PENUTUP ..................................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 16

LAMPIRAN .................................................................................................................................. 16

INSTRUMEN WAWANCARA ................................................................................................ 16


DOKUMENTASI ...................................................................................................................... 21
BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Memberikan pendidikan yang berkualitas unuutk semua anak merupakan tantangan yang paling
berat dan sekaligus isu sangat penting dalam dunia pendidikan. Menyadari hal ini masyarakat dunia
menyelenggarakan Konferensi Internasional di Jomtien Thailand tahun 1990 yang mempersoalkan
pendidikan dasar bagi semua anak. Puncak dari konferensi ini adalah lahirnya deklarasi tentang
Pendidikan Untuk Semua (Education For All). Konferensi ini menyimpulkan antara lain:

1. Kesempatan untuk memperoleh pendidikan masih terbatas atau masih banyak orang yang
belum mendapat akses pendidikan
2. Kelompok tertentu yang terpinggirkan seperti penyandang cacat (disable), etnis minoritas,
suku tersaing dan sebagainya masih terdiskriminasikan dari pendidikan bersama.

Meskipun demikian implementasi hasil dari konferensi ini belum memuaskan, khususnya yang
terkait dengan para penyandang cacat. Para praktisi pendiidikan luar biasa menyelenggarakan
konferensi pendidikan luar biasa (special needs education) di Salamanca, Spanyol tahun 1994 yang
menghasilkan pernyataan Salamanca inilah pendidikan inklusid (inclusive education) mulai
diperkenalkan secara meluas ke berbagai negara.

Terdapat dua tantangan besar yang sedang dihadapi dunia pendidikan saat ini, yaitu :

1. Pertambahan jumlah anak yang tereklusikan (terabaikan) dari partisipasi pendiidkan semakin
banyak. Diperkirakan ada sekitar 113 juta anak usia sekolah dasar di seluruh dunia termasuk
anak disabilitas, tidak memperoleh kesempatan pendidikan dasar (international
consultative forum on education for all, 2000), 90% dari mereka hidup di negara berkembang
termasuk Indonesia.
2. Pendidikan secara spesifik sekolah masih belum memberi keuntungan kepada semua anak.
Artinya kebutuhan belajar anak secara individual belum dapat dipenuhi. Sekolah lebih
menenkankan pada pencapaian akademik daripada mengembangkan anak sebagai inidividu
mencapai perkembangan optimal.

Untuk mengatasi tantangan diatas maka secara internasional terjadi pergeseran paradigma
pendidikan dari pendidikan yang bersifat konvensional (ekslusif) ke pendidikan yang menjangkau
semua anak yang bersifat inklusif .
I.II Rumusan Masalah

1. Teori pada pendidikan inklusif

2. Hasil studi lapangan berdasarkan observasi langsung ke sekolah inklusi

3. Instrumen yang digunakan dalam hal observasi ke sekolah inklusi

I.III Tujuan

Laporan ini bertujuan agar kita semua pembaca maupun penulis dapat memahami konsep
pendidikan inklusi terutama bagi anak berkebutuhan khusus yang disebabkan oleh disabilitas. Serta
penerapan pendidikan inklusi di SD INPRES MACCINI BARU MAKASSAR.
BAB II

PEMBAHASAN

II. I Konsep Pendidikan Inklusi

Pendidikan inklusif mrupakan Filosofi Pendidikan, bukan istilah kebijakan atau legislasi dalam
pendidikan, yang memungkinkan semua peserta didik memperoleh pendidikan yang terbaik.
Pendidikan inklusif merujuk pada kwbutuhan belajar semua peserta didik, dengan suatu fokus spesifik
pada mereka yang rentan terhadap marjinalisasi dan pemisahan. Dengan pendidikan inklusif berarti
sekolah harus mengakomodasi semua anak tanpa memandang kondisi fisik, intelektual, sosial, emosi,
bahasa, atau kondisi lainnya dengan dasar layanan yang kooperatif, toleransi, penerimaan, dan
fleksibilitas.

Pendidikan Inklusif sangat peduli dalam memberikan respon tepat terhadap spektrum kebutuhan
belajar yang luas baik dalam setting pendidikan formal maupun pendidikan non-formal. Pendidikan
inklusif adalah sebuah pendekatan yang melihat bagaimana mengubah dan mengadaptasikan sistem
pendidikan agar dapat merespon keberagaman peserta didik. Tujuannya adalah agar guru dan siswa
keduanya memungkinkan merasa nyaman dalam keberagaman dan melihat keragaman sebagai
tantangan dan pengayaan dalam lingkungan belajar. Keberagaman bukan sebagai masalah.

Untuk memperoleh pemahaman yang jelas tentang konsep pendidikan inklusif, diperlukan
definis yang jelas, disepakati dan diterima oelh banyak pihak secara internasional. Jika pendidikan
inklusif di definisikan secara sempit atau hanya didasarkan pada pandangan bahwa anak sebagai
masalah, maka pendidikan inklusif akan menjadi tidak cocok. Pendidikan inklusif memandang bahwa
lingkungan sebagai maslah. Semua anak memungkinkan dapat belajar dengan optimal jika dilakukan
perubahan/penyesuaian lingkungan terhadap kebutuhan dan hambatan belajar anak. Definisi tentang
pendidikan inklusif akan terus berubah secara pelan-pelan sebagai refleksi dari apa yang terjadi dalam
prakteknya, dalam kenyataan, dan bahkan harus terus berubah jika pendidikan inklusif ingin tetap
memiliki respon yang bernilai nyata dalam menghadapi tantangan pendidikan dan hak asasi manusia.

Meskipun definisi tentang pendidikan inklusif itu bersifat progresif dan terus berubah, tetapi
diperlukan kejelasan konsep yang terkandung di dalamnya, karena banyak orang menganggap bahwa
pendidikan inklusif sebagai versi lain dari pendidikan khusus/PLB (special education). Konsep yang
mendasari pendidikan inklusif sangat berbeda dengan konsep yang mendasari pendidikan khusus.
Inklusi atau pendidikan inklusif adalah bukan istilah lain dari pendidikan khusus. Konsep pendidikan
inklusif mempunyai banyak kesamaan dengan konspe yang mendasari pendidikan untuk semua dan
konsep tentang perbaikan sekolah.

Definisi pendidikan inklusif yang diterima oleh banyak pihak adalah definisi yag diangkat dari
seminar tentang pendidikan inklusif yang diselenggarakan di Agra India, yang disetujui oleh 55
partisipan dari 23 negara. Dari hasil seminar itu pendidikan inklusif didefinisikan sebagai berikut :

1. Lebih luas daripada pendidikan formal, tetapi mencakup rumah, masyarakat, non-formal dan
sistem informal
2. Menghargai bahwa semua anak dapat belajar
3. Memungkinkan struktur, sistem, dan metodologi, memenuhi kebutuhan-kebutuhan semua
anak
4. Mengakui dan menghargai bahwa setiap anak memiliki perbedaan-perbedaan dalam usia,
jenis kelamin, etnik, bahasa, kecacatan, status sosial ekonomi, potensi dan kemampuaan
5. Merupakan proses dinamis yang secara evolusi terus berkembang sejalan dengan konteks
budaya
6. Merupakan strategi unutk memajukan dan mewujudkan masyarakat inklusif.

Secara ekplisit berdasarkan uraian diatas, pendidikan inklusif dapat didefinisikan yaitu sekolah
seharusnya mengakomodasi semua anak tanpa memedulikan keadaan fisik, intelektual, sosial-emosi,
bahasa, atau kondisi-kondisi lain, termasuk anak-anak disabilitas, anak-anak berbakat, anak-anak
jalanan, anak-anak daerah terpencil, anak-anak dari kelompok etnik dan bahasa minoritas yang tidak
beruntung dan terpinggirkan dari masyarakat.

Pendidikan inklusif sebenarnya pendidikan yang mengkehendaki perubahan dan modifikasi isi
kurikulum, pendekatan, struktur dan strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan hambatan belajar
dan kebutuhan anak. Sejalan dengan itu pendidikan inklusif ditopang oelh elemen-elemen sebagai
berikut:

1. Merangkul semua anak


2. Pelaksanaan pembelajaran berpusat pada anak bukan pada kurikulum
3. Menghargai dan menerima perbedaan dan keberagaman
4. Lingkungan sekolah yang mudah dijangkau
5. Guru bekerja dalam tim
6. Orangtua terlibat dalam pembelajaran di sekolah
7. Kurikulum, metode pembelajaran, dan penilaian disesuaikan pada kebutuhan anak

Munculnya gagasan tentang pendidikan inklusif dilatarbelakangi oleh dua faktor utama yaitu
adanya gerakan yang disebut scool improvement dan di dorong oleh pemikiran yang berkembang
dalam bidang special need education. Kedua faktor tersebut dalam realitasnya terjadi melalui :

1. Lobi-lobi yang dilakukan oleh para aktivis seperti organisasi penyandang cacat, kelompok-
kelompok orangtua, dan kelompok-kelompok yang mendorong anak perempuan untuk
memperoleh akses ke pendidikan
2. Adanya pendangan yang menganggap bahwa program sekolah khusus dan sekolah terpadu
tidak berhasil
3. Adanya desakan yang sangat kuat terhadap sekolah agar peduli terhadap kenyataan bahwa
ada sekian banyak anak yang tepinggirkan dan tidak mendapatkan akses pendidikan, seperti
pengungsi, orang yang terinveksi HIV/AIDS, anak-anak dari keluarga miskin, dan situasi
konflik
4. Adanya keberhasilan program-program yang dilaksanakan oleh masyarakat dalam
pemberantasan buta huruf dan keberhasilan program rehabilitasi berbasis masyarakat, dalam
membantu mengembangkan para penyandang cacat
5. Banyaknya contoh-contoh keberhasilan dalam praktek inklusif dalam rentang budaya dan
konteks sosial tertentu

Pelaksanaan pendidikan inklusif akan mampu mendorong terjadinya perubahan sikap lebih
positif dari peserta didik terhadap adanya perbedaan melalui pendidikan yang dilakukan secara
bersama-sama dan pada akhirnya akan mampu membentuk sebuah kelompok masyarakat yang tidak
diskriminatif dan akomodatif kepada semua orang.

Bebrapa manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan pendidikan inklusif, antara lain:

1. Bagi Siswa
 Sejak dini siswa memiliki pemahaman yang baik terhadap adanya perbendaan dan
keberagaman
 Munculnya sikap empati pada siswa terdorong secara alamiah
 Munculnya budaya saling menghargai dan menghormati pada siswa
 Menurunkan terjadinya stigma dan labeling kepada semua anak dan khususnya pada
anak tertentu
 Timbulnya budaya kooperatif dan kolaboratif pada siswa sehingga memungkinkan
adanya saling bantu sama lain
2. Bagi Guru
 Lebih tertantang unutk mengembangkan berbagai metode dalam mensiasati
pembelajaran
 Bertambahnya kemampuan dan pengetahuan guru tentang keberagaman siswa
termasuk keunikan, karakteristik, dan sekaligus kebutuhannya
 Terjalinnya komunikasi dan kolaborasi kemitraan antar guru (guru reguler dan guru
khusus) dan dengan ahli lainnya
 Bertambahnya pemahaman tentang siswa
 Berkurangnya stigma labeling terhadap anak berkebutuhan khusus yang dilakukan
oleh guru
 Menumbuhkan sikap empati terhadap siswa, termasuk anak berkebutuhan khusus
3. Bagi Otoritas Pendidikan
 Memberikan kontribusi yang sangat besar bagi program penunutasan wajib belajar
pendidikan dasar 9 tahun
 Memebrikan peluang terjadinya pemerataan pendidikan bagi semua kelompok
masyarakat
 Menggunakan biaya yang realtif lebih efisien
 Mengakomodasi kebutuhan masyarakat
 Meningkatkan kualitas layanan pendidikan

II.II Pengertian Special Needs

Dalam pendidikan inklusif dikenal dengan istilah dan konsep children with special needs (anak
dengan berkebutuhan khusus) atau children with special education needs (anak dengan kebutuhan
pendidikan yang khusus) istilah ini tidak bermaksud menggantikan istilah “anak cacat” atau “anak luar
biasa” tetapi memiliki cara pandang yang lebih luas dan positif terhadap peserta didik atau anak yang
memiliki kebutuhanyang sangat beragam. Yang dimaksud dengan kebutuhan khusus disini adalah
setiap kebutuhan yang ada kaitannya dengan pendidikan.

Setiap anak dipandang mempunyai kebutuhan khusus baik yang permanen maupun yang
temporer. Kebutuhan yang permanen adalah kebutuhan yang terus menerus ada dan tidak akan hilang,
misalnya pada anak yang memiliki kelainan penglihatan ia harus selalu membaca huruf Braille.
Sedangkan kebutuhan yang bersifat temporer adalah kebutuhan yang bersifat sementara, misalnya
anak yang tidak dapat berkonsentrasi karena ia sedang sedih, setelah penyebabnya hilang maka ia
dapat berkonsentrasi lagi.

Adapun penyebab menculnya kebutuhan khusus tersebut dapat berasal dari diri sendiri maupun
dari luar diri (lingkungan). Salah satu contoh penyebab munculnya kebutuuhan khusus dari diri sendiri
adalah kecacatan (disability). Sedangkan kebutuhan khusus yang berasal dari lingkungan misalnya
anak mengalami kesulitan belajar karena tidak dapat ebrkonsentrasi dengan baik dan penyebabnya
mungkin suasana tempat belajar ayang tidak nyaman.

Disamping itu, kebutuhan khusus juga dapat dibedakan menjadi:

1. Kebutuhan khusus umum


2. Kebutuhan khusus individu
3. Kebutuhan khusus kecacatan

Kebutuhan khusus umum adalah kebutuhan khusus yang secara umum dapat terjadi pada
siapapun misalnya karena sakit tidak bisa belajar dengan baik. Sedangkan kebutuhan khusus
individu adallah kebutuhan yang sangat khas yang dimiliki oleh seorang anak, misalnya
seseorang tidak bisa belajar sambil mendengarkan musik. Kebutuhan khusus kecacatan adalah
kebutuhan khusus yang ada akibat kecacatan, misalnya kebutuhan berbicara dengan bahasa
isyarat dan artikulasi bagi anak tunarungu, kebutuhan pengajaran menolong diri sendiri pada
anak tunagrahita.
BAB III

HASIL STUDI LAPANGAN

III.I Pengetahuan Tentang Pendidikan Inklusi

Program pendidikan inklusif adalah program yang membuat siswa ABK bisa belajar bersama
dengan siswa reguler (Sumber: Ibu Lilis). Sekolah inklusi adalah sekolah yang menerima siswa ABK
untuk belajar bersama dengan siswa reguler (Sumber: Ibu Mirna). Peserta didik berkebutuhan khusus
adalah seorang siswa yang memiliki kelainan baik itu fisiknya maupun intelegensinya, yang
digolongkan ke dalam beberapa jenis, ada tunarungu, tunanetra, autis, tunagrahita, dll(Sumber: Ibu
Mirna). Tujuan diselenggarakannya program pendidikan inklusi adalah agar tidak ada kesenjangan
antara ABK dengan anak-anak lainnya, agar ABK bisa berbaur dengan anak-anak lainnya, agar ABK
bisa belajar dan bermain bersama dengan anak-anak lainnya (Sumber: Ibu Lilis). Pendidikan inklusi
menjadi salahsatu solusi terhadap problematika pendidikan disabilitas, tidak ada lagi perbedaan antara
ABK dengan anak-anak lainnya, mereka bisa belajar dan bermain bersama-sama, mereka bisa saling
menerima (Sumber: Ibu Lilis). Lingkungan fisik sekolah dalam setting pendidikan inklusif di sekolah
ini seperti nuansa lingkungan sekolah pada umumnya, anak-anak belajar, ebrmain, beraktivitas seperti
biasanya. Adanya siswa ABK tidak menjadi halangan di sekolah ini (Sumber: Ibu Lilis). Untuk hal-
hal lainnya (seperti dana atau apapun yang berkaitan dengan inklusi) kami kurang tahu, tapi sejauh ini
tidak ada kendala yang berarti, hanya ada beberapa pertanyaan dari orangtua siswa reguler yang
menanyakan apa itu ABK, mengapa mereka bersekolah disini, dan beberapa pertanyaan lainnya
seputar siswa ABK. Tapi guru maupun GPK mampu mengatasinya (Sumber: Ibu Lilis dan Ibu
Mirna).

III.II Kebersihan Lingkungan Sekolah

Kebersihan di seklah ini sudah terjaga, dimana setiap kelas memiliki jadwal piketnya msing-
masing dan pada hari Jumat diadakan kerja bakti. Tempat sampah juga sudah disediakan. Kebersihan
lingkungan sekolah sangat penting dikarenakan dapat mempengaruhi kesehatan dan bisa mengganggu
proses belajar mengajar jika banyak sampah yang menimbulkan bau tak sedap atau busuk. Dan
kebersihan lingkungan memberikan kenyamanan dalam proses belajar mengajar. Piket di sekolah ini
sudah berjalan dengan sebagaimana mestinya. Pada setiap kelas sudah dibagi siswa dan siswinya unutk
piket kelas. Disini sudah disediakan beberapa tempat sampah, merawat taman sekolah, mendaur ulang
sampah plastik jadi barang layak pakai.
Tahun lalu pernah terjadi pembullyan terhadap ABK didalam kelas yaitu anak Tunagrahita.
Dimana siswa ABK tersebut ngeces (ileran), siswa reguler mengejeknya. Mengembangkan
pertemanan yang positif, saling mendukung satu sama lain, memahami dan menerima perbedaan tiap
individu, dan menengakkan peraturan pembullyan di sekolah.

III.III Instrumen di Bidang Kurikulum

Terdapat dua kurikulum yang digunakan disekolah SD INPRES MACCINI BARU, yaitu:

Kelas 1-4 menggunakan kurikulum sekolah penggerak. Kelas 5-6 menggunakan kurikulum 2013.
Kekurangan dalam penerapan kurikulum yaitu kurangnya fasilitas dalam hal ini masalah kekurangan
buku. Sedangkan kelebihan dari penerapan kurikulum ini adalah anak bisa lebih aktif mengembangkan
bakat dan minat belajarnya disekolah. Kurikulum tambahan di sekolah ini adalah kurikulum sekolah
penggerak. Target yang ingin dicapai dengan diterapkannya kurikulum tambahan yaitu:

 Berakhlak mulia
 Kreatif
 Bernalar kritis
 Mandiri
 Gotong royong

Untuk sekolah reguler dengan sekolah inklusif menggunakan modul ajar dalam pembelajaran.
Tapi, modul ajar untuk kelas yang terdapat ABK pelajarannya dimodifikasi, dikembangkan sesuai
dengan ABK.

Tujuannya: memberikan ABK keterampilan agar bisa bersinergi dengan anak-anak pada
umumnya. Bisa bersosialisasi di lingkungan sekolah.

Ada kurikulum untuk ABK harus diterapkan di sekolah dan bekerja sama dengan instansi.

III.IV Sumber Daya yang Ada di Sekolah

GPK cukup memahami tentang pendidikan inklusi karena berlatar belakang pendidikan luar
biasa sedangkan guru kelas baru memahaminya setelah mengajar dan terjun langsung ke sekolah
inklusi. Apakah di sekolah ini terdapat GPK?. Terdapat lima orang GPK yang bekerja sama dengan
koordinator inklusi, guru kelas, dan orangtua.
III.V Perkembangan Anak di Sekolah Inklusi

Semester ganjil: sikap yang kurang fokus dalam pembelajaran dan juga mood yang sering
berubah-ubah meskipun adanya guru pendamping khusus (GPK). Anak dalam lingkungan
bersosialisasinya sangat baik dia berbaur seperti anak-anak pada umumnya. Respon teman-teman di
lingkungan sekolah dan juga lingkungan kelasnya sangatlah baik, mereka bermain seperti pada
umumnya dan kadang juga sering bertengkar.

Semester genap: sikap anak dalam pembelajaran sudah mulai meningkatkan, membaik dan juga
anak memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap sesuatu, dengan di dampinginya guru pendamping
khusus (GPK) anak semakin tertarik dalam pembelajaran dan semangat. Anak selalu bersosialisasi
dengan baik dengan baik dengan teman-temannya dari awal semester. Respon teman-temannya selalu
baik tidak ada diskriminasi didalamnya, mereka bermain dan berbagi dengan baik.

III.VI Peserta Didik

39 peserta didik (sumber: Kepala Seklah Risnawati Majid,S.Pd M.Pd). 10 orang ABK (Sumber:
Andar Wijaya S.Pd M.Pd). Setiap kelas terdiri dari 30 orang siswa dari kelas 1-6 SD (sumber:
Mirnawati S.Pd). Tiap kelas memiliki 2-3 orang ABK tanpa perbedaan jadi dalam satu kelas terdapat
siswa ABK dan reguler (sumber: Mirnawati S.Pd). Semua diterima di sekolah ini hanya saja selama
sekolah ini menerapkan sistem inklusi belum pernah menerima siswa dengan klasifikasi Tunanetra
(sumber: Mirnawati S.Pd). 12 orang guru kelas, 2 orang guru agama, 5 orang guru mata pelajaran
(sumber: Andar Wijaya S.Pd M.Pd). Tiap kelas terdiri dari 1-2 GPK untuk mendampingi ABK dalam
kelas (sumber: Andar Wijaya S.Pd M.Pd). Seluruh GPK merupakan lulusan pendidikan khusus
(Sumber : Andar Wijaya S.Pd M.Pd). Biaya operasional campur yaitu ada dari dana bos, orangtua,
pemerintah kota, unutk GPK yang dokontrak (Sumber: Risnawati Majid S.Pd M.Pd).

III.VII Sarana & Prasarana

Semua gedung dapat diakses oelh ABK tergantung tingkat kesulitan yang dialami oleh peserta
didik jika peserta didik tidak mampu menaiki tangga siswa tersebut akan di tempatkan di ruangan dan
di desain sesuai kebutuhan anak etrsebut (sumber: Andar Wijaya S.Pd M.Pd). Media pembelajaran
yang digunakan disesuaikan dengan peserta didik umumnya media yang digunakan yaitu media visual
(sumber: Andar Wijaya S.Pd M.Pd). Adapun ruang khusus yang diperuntukkan unutk ABK yaitu
ruang sumber dan ruang inklusi (sumber: Andar Wijaya S.Pd M.Pd). Penempatan siswa ABK di kelas
disesuaikan dengan anak contohnya untuk anak tunarungu di tempatkan di depan agar siswa tersebut
mampu membaca bibir guru.
BAB IV

PENUTUP

IV. I Kesimpulan

Pendidikan inklusif hakekatnya adalah filosofi, pendekatan, proses, sekaligus strategi dalam
merespon kebutuhan yang beragam dari semua anak tanpa sikap diskriminasi, memperluas akses, serta
meningkatkan kualitas pendidikan. Karena itu, secara konseptual pendidikan inklusif harus
didefinisikan secara jelas, disepakati dan diterima oleh banyak pihak secara internasional, sekalipun
mungkin akan terus berubah sebagai refleksi dari apa yang terjadi dalam prakteknya serta tantangan
yang dihadapinya.

Sesuai dengan konsep yang mendasari pendidikan inklusif, maka pendidikan inklusif hendaknya
dijadikan momentum bukan sekedar memasukkan anak penyandang disabilitas ke dalam sistem dan
bukan persoalan mengadaptasikan anak ke dalam sistem, akan tetapi persoalan mengadaptasikan
sistem yang ada kepada semua anak. Sistem yang harus disesuaikan dengan keragaman anak dan setiap
anak harus mendapat layanan pembelajaran yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan khususnya.

IV II Saran

Berdasarkan hasil observasi kami di SD INPRES MACCINI BARU, penerapan pendidikan


inklusif sudah cukup berjalan dengan baik. Namun pasti ada kendala yang terjadi. Kami harap
kedepannya pihak sekolah bekerja sama dengan pemerintah setempat unutk lebih meningkatkan
kualitas penerapan sistem pendidikan inklusi.
DAFTAR PUSTAKA

Alimin, Z. 2011. “Paradigma Pendidikan Inklusifsebagai Upaya Memperluas Akses dan Perbaikan
Mutu Pendidikan”. Jassi_Anakku. 10 (1): 71-81.

Allan, J 2005. Actively Seeking Inclusion Pupil with Special Needs in Mainstreams Schools. London:
Falmer Press.

Alimin, Z 2004. “Reorientasi Pemahaman Konsep Pendidikan Khusus Ke Pendidikan Kebutuhan


Khusus dan Implikasinya terhadap Layanan” . Affl_Anakku. 10 (1) :52-63.

LAMPIRAN

INSTRUMEN WAWANCARA

Nama Sekolah : SD INPRESS MACCINI BARU

Hari/Tanggal : JUM’AT / 03 JUNI 2022

Nama GPK : Ibu Mirnawati (GPK Kelas 1)

: Ibu Lilis Nur Indasari (GPK Kelas 3)

No Pertanyaan Keterangan
1. Menurut Bapak/Ibu guru, apa yang  Program pendidikan inklusif adalah
dimaksud dengan program pendidikan program yang membuat siswa ABK
inklusif? bisa belajar bersama dengan siswa
reguler.
(Sumber: Ibu Lilis)
 Sekolah inklusi adalah sekolah yang
menerima siswa ABK untuk belajar
bersama dengan siswa reguler
(Sumber: Ibu Mirna)
2. Apakah Bapak/Ibu guru mengetahui Peserta didik berkebutuhan khusus adalah
apa itu peserta didik berkebutuhan seorang siswa yang memiliki kelainan baik
khusus? itu fisiknya maupun intelegensinya, yang
digolongkan ke dalam beberapa jenis, ada
tunarungu, tunanetra, autis, tunagrahita,
dll.
(Sumber : Ibu Mirna)
3. Apa tujuan diselenggarakannya Tujuan diselenggarakannya program
program pendidikan inklusi? pendidikan inklusi adalah agar tidak ada
kesenjangan antara ABK dengan anak-
anak lainnya, agar ABK bisa berbaur
dengan anak-anak lainnya, agar ABK bisa
belajar dan bermain bersama dengan anak-
anak lainnya.
(Sumber: Ibu Lilis)
4. Menurut bapak/ibu guru, Apakah Ya pendidikan inklusi menjadi salah satu
pendidikan inklusi merupakan solusi solusi terhadap problematika pendidikan
terhadap problematika pendidikan disabilitas, tidak ada lagi perbedaan di
disabilitas? antara ABK dengan anak-anak lainnya,
mereka bisa belajar dan bermain bersama-
sama, mereka bisa saling menerima.
(Sumber: Ibu Lilis)
5. Bagaimana menurut Bapak/Ibu guru Lingkungan fisik sekolah dalam setting
mengenai lingkungan fisik sekolah pendidikan inklusif di sekolah ini seperti
dalam setting pendidikan inklusif? suasana lingkungan sekolah pada
umumnya, anak-anak belajar, bermain,
beraktivitas seperti biasanya. Adanya siswa
ABK tidak menjadi halangan di sekolah
ini.
(Sumber: Ibu Lilis)
6. Apakah ada kendala dalam Untuk hal-hal lainnya (seperti dana atau
pelaksanaan pendidikan inklusi di apapun yang berkaitan dengan inklusi)
sekolah ini? kami kurang tahu, tapi sejauh ini tidak ada
kendala yang berarti, hanya ada beberapa
pertanyaan dari orangtua siswa reguler
yang menanyakan apa itu ABK, mengapa
mereka ber sekolah di sini, dan beberapa
pertanyaan lainnya seputar siswa ABK.
Tapi guru maupun GPK bisa
mengatasinya.
(Sumber: Ibu Lilis dan Ibu Mirna)
7. Jenis ABK apa saja yg diterima di Semua jenis ABK di terima di sekolah ini,
sekolah inklusif ini? tanpa terkecuali. Tapi sejauh ini belum ada
siswa ABK Tunanetra yang mendaftar di
sekolah ini.
(Sumber: Ibu Mirna)
8. Apakah ada syarat khusus untuk ABK Tidak ada syarat khusus untuk ABK agar
agar bisa di terima dalam sekolah ini? bisa diterima di sekolah ini. Semua ABK
bisa mendaftar.
(Sumber: Ibu Mirna)
9. Pada tahun berapa sekolah ini menjadi Sekolah ini menjadi sekolah inklusi pada
sekolah inklusi? tahun 2005 dengan 2 siswa ABK yang
menjadi siswa pertama yang diterima di
sekolah ini.
(Sumber:
10. Ada berapa kelas yang di dalamnya Ada 6 kelas yang ada siswa ABK nya
terdapat ABK? (Sumber: Ibu Mirna)
11. Ada berapa ABK dalam 1 kelas?  Kelas 1: 3 siswa ABK (ABB dan
Tunadaksa)
 Kelas 2: 1 siswa ABK (ADHD,
Hiperaktif)
 Kelas 3: 2 siswa ABK (Tunarungu)
 Kelas 4: 3 siswa ABK (Tunagrahita dan
ABB)
 Kelas 5: 2 siswa ABK (Tunarungu)
Kelas 6: 4 siswa ABK (Autis, Tunadaksa,
Tunagrahita)
12. Bagaimana cara guru dalam mengajar Guru mengajar seperti biasanya,
di dalam kelas tersebut dengan adanya menjelaskan materi, dll. Guru dibantu
siswa ABK? dengan GPK. GPK mengawasi dan
mengajari siswa ABK sampai siswa ABK
mengerti dan tidak tertinggal dengan siswa
reguler lainnya.
 (Sumbet: Ibu Lilis)
13. Bagaimana cara guru mengatur siswa Guru mengatur siswa-siswa di kelas
ABK di dalam kelas? dengan tertib, biasanya jika suasana sudah
tidak kondusif guru akan mengajak siswa
untuk menyanyi bersama-sama. Selain itu
ada GPK yang bertugas untuk mengawasi
siswa ABK di dalam kelas. Jadi guru kelas
dan GPK bekerja sama menciptakan
suasana kelas yang nyaman bagi siswa.
(Sumber: Ibu Lilis dan Ibu Mirna)
14. Bagaimanakah proses pembelajaran Proses pembelajaran di kelas berlangsung
pada kelas yang terdapat anak seperti biasa, guru membuat RPP dari buku
berkebutuhan khiusus? Tematik yang akan diajarkan kepada siswa,
menerangkan materi dipapan tulis,
membuka sesi tanya jawab, memberikan
tugas. Sedangkan GPK bertugas
memodifikasi RPP yang dibuat oleh guru
kelas menjadi RPI untuk kemudian
diberikan kepada siswa ABK, di mana RPI
ini di modifikasi yang disesuaikan dengan
kemampuan siswa ABK
(Sumber: Ibu Lilis dan Ibu Mirna)
15. Apa saja kendala yang ada di kelas Kendalanya yaitu terkadang pada saat
dengan adanya siswa ABK? proses belajar mengajar berlangsung siswa
ABK tiba-tiba mengamuk, bosan, tidak
suka ketika di suruh2. Biasanya jika sudah
mengamuk siswa ABK akan dibawa oleh
GPK ke ruangan khusus untuk
ditenangkan, setelah tenang siswa ABK
dibawa kembali ke dalam kelas.
(Sumber: Ibu Lilis dan Ibu Mirna)
16. Apakah siswa reguler bisa menerima Ya, para siswa reguler bisa menerima
keberadaan ABK di dalam kelasnya keberadaan siswa ABK di kelas. Tidak ada
atau tidak? batasan, mereka belajar dan bermain
bersama baik itu di dalam kelas maupun di
dalam kelas. Tapi ada juga siswa ABK
yang tidak mau berbaur dengan siswa
reguler.
(Sumber: Ibu Lilis dan Ibu Mirna)
17. Apakah terdapat guru pembimbing Ya, di sekolah ini ada 5 GPK. setiap kelas
khusus di dalam sekolah inklusif ini? didampingi oleh GPK dan setiap GPK
memegang 2 ABK
(Sumber: Ibu Lilis)
DOKUMENTASI

Ibu Lilis

Ibu Mirnawati

Anda mungkin juga menyukai