0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
1 tayangan3 halaman
Laporan ini membahas kemampuan berbicara anak tunadaksa berdasarkan hasil pengamatan terhadap seorang anak bernama Wahyu Pratama. Wahyu mengalami kesulitan dalam berbicara karena rahang dan bibirnya yang kaku sehingga ucapannya kurang jelas, terutama untuk beberapa huruf vokal. Wahyu juga membutuhkan bantuan orang lain saat berkomunikasi karena ekspresi berbicaranya yang masih terbatas. Laporan ini
Laporan ini membahas kemampuan berbicara anak tunadaksa berdasarkan hasil pengamatan terhadap seorang anak bernama Wahyu Pratama. Wahyu mengalami kesulitan dalam berbicara karena rahang dan bibirnya yang kaku sehingga ucapannya kurang jelas, terutama untuk beberapa huruf vokal. Wahyu juga membutuhkan bantuan orang lain saat berkomunikasi karena ekspresi berbicaranya yang masih terbatas. Laporan ini
Laporan ini membahas kemampuan berbicara anak tunadaksa berdasarkan hasil pengamatan terhadap seorang anak bernama Wahyu Pratama. Wahyu mengalami kesulitan dalam berbicara karena rahang dan bibirnya yang kaku sehingga ucapannya kurang jelas, terutama untuk beberapa huruf vokal. Wahyu juga membutuhkan bantuan orang lain saat berkomunikasi karena ekspresi berbicaranya yang masih terbatas. Laporan ini
A. Latar Belakang Istilah tunadaksa berasal dari kata “tuna” yang berarti kurang atau rugi, sedangkan “daksa” artinya tubuh. Jadi, pengertian tunadaksa adalah kondisi anak yang memiliki anggota tubuh tidak sempurna. Ketidaksempurnaan ini hanyalah secara fisik (tulang, sendi otot), sedangkan fungsi pancaindra penderita tunadaksa masih normal sehingga kelainan ini kerap disebut juga sebagai cacat tubuh, disabilitas fisik, atau orthopedically handicapped. Kelainan atau kecacatan fisik dapat mengakibatkan gangguan pada koordinasi, komunikasi, adaptasi, dan mobilisasi penderitanya. Seorang anak dikatakan tunadaksa jika kondisi fisik atau kesehatannya mengganggu kemampuan untuk berperan aktif dalam kegiatan sehari-hari. Karakteristik bahasa dan bicara juga dialami oleh sejumlah jenis tunadaksa. Pada penyandang tunadaksa jenis polio, perkembangan bahasa atau bicaranya tak begitu normal. Sementara itu, gangguan bicara pada penyandang cerebral palsy umumnya berupa kesulitan artikulasi, fonasi, dan sistem respirasi.Berikut ini adalah hasil pengamatan mengenai kemampuan berbicara dari salah satu anak Tunadaksa. B. Tujuan Untuk mengetahui bagaimana kemampuan berbicara anak tunadaksa berdasarkan hasil pengamatan C. Hasil Pengamatan
Nama : Wahyu Pratama
Umur : 9 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Jenis ketunaan : Tunadaksa Organ bicara anak: Rahang dan bibir wahyu sedikit kaku sehingga dalam berbicarakurang jelas. Sedangkan Gigi wahyu normal Bentuk kelainan bicara: Artikulasi masih kurang jelas sehingga bunyi suara yang keluar sedikit.Pengucapan huruf vocal masih kurang jelas. Beberapa penyebutan huruf vocal kurang jelas diantaranya huruf B, C, F, J, P, R, V dan X. Cara berbicara: Ketika wahyu berbicara, artikulasinya kurang jelas sehingga huruf, kata atau kalimat yang dikeluarkan kurang jelas. Misalnya dalam menyebutkan huruf J ia seperti menyebut huruf G, begitupun dalam menyebutkan huruf P ia seperti menyebut huruf B. kemampuan bicara ekspresif nya masih kurang. Dalam berbicara memerlukan bantuan dari keluarga terdekatnya. C. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan, sudah jelas bahwa anak tunadaksa mengalami gangguan untuk berkomunikasi atau berbicara. Hal ini disebabkan oleh berbagai aspek. Karakteristik bahasa dan bicara dialami oleh sejumlah jenis tunadaksa. Pada penyandang tunadaksa jenis polio, perkembangan bahasa atau bicaranya tak begitu normal. Sementara itu, gangguan bicara pada penyandang cerebral palsy umumnya berupa kesulitan artikulasi, fonasi, dan sistem respirasi.