Anda di halaman 1dari 33

BAB I : PENDAHULUAN

DEFINISI DAN PENGERTIAN

Word 1971. dalam bukunya “Clinical Management of Articulation

and Phonologic Disorder” kesalahan artikulasi yang disebabkan kesalahan belajar

atau ketidak normalan organ artikulasi bagian luar dan bukan karena adanya luka

pada sistem susunan saraf pusat (perifer), mungkin salah satunya gangguan

artikulasi yang disebabkan faktor organik ataupun faktor nn organik.

Robert. (1967). Ketidak sempurnaan artikulasi yang terlihat menjadi

fungsional akibat gangguan pada otak, atau dapat dikatakan kegagalan

kematangan otak pada sistem bicara.

Muriel E. Morley dalam bukunya “The Development and Disorder

Of Speech in Chilhood” (1972), mengatakan bahwa Robert (1976) telah

meyelidiki arti dari istilah Dyslalia. Ternyata istilah Dyslalia dipakai untuk

berbagai kelainan wicara seperti ; ketidak tepatan oral, kerusakan fonetik, dyslalia

umum atau juga disebut delayed speech, semacam lisping dan laling yang akut,

kesulitan artikulasi fungsional, kesalahan berartikulasi karena emosi, kelainan

wicara karena gangguan wicara. Morley juga mengatakan bahwa dsylalia adalah

kesalahan belajar atau gangguan artikulasi yang terjadi pada masa anak-anak

dimana kemampuan bahasanya baik, tetapi kemampuan untuk meniru dari anak

sebaya atau dewasa mengalami kesulita. Morley menganjurkan agar istilah

dysalia tidak digunakan pada kasus-kasus apraxia artikulatoris, dysarthria dalam

1
berbagai tingkatannya dan sebaiknya istilah tersebut juga dihindari dari kasus-

kasus yang mengalami kerusakan anatomis atau gangguan pendengaran.

Pada dyslalia sebenarnya tidak terdapat kelainan pada pergerakan

bibir, lidah atau palatum. Kelainan nampak sebagai suatu subtitusi fonemik dan

kasus berbicara dengan lancar meskipun sulit dimengerti, dan perkembangan

wicara tidak terlambat.

PENYEBAB GANGGUAN

Winitz (1969) menunjuk penyebab kesalahan artikulasi. Ketika

penguasaan tidak sesuai dengan tingkat usia. Masalah interpretasi sering terjadi.

Hal ini menjelaskan ketidak bisaan respon dari motor (gerakan motor). Dijelaskan

bahwa tingkat perkembangan neuromuskuler sangat dibutuhkan untuk

memperlajari kemampuan artikulasi yang didukung oleh faktor lain.

Perkembangan artikulasi yang normal melibatkan faktor yang fisik dan kapasitas

yang baik seperti perceptual dan faktor lingkungan.

Sedangkan Byne dan Shervanian (1977) menjelaskan, tidak semua

anak-anak memiliki kapasitas yang sama dalam menguasai bahasa. Setiap

lingkungan akan memberikan interaksi dan pengaruh yang berbeda apapun

keadaan anak beraneka ragam akan membentuk kualitas dan kuantitas pada

perkembangan bahasa bicara.

Bloodstein (1979) menerangkan bentuk kerusakan artikulasi karena

faktor non organik ; (1) Tidak adanya gangguan pada bentuk struktural

pendengaran, neural atau bentuk intelektual, (2) awal bicara terlambat, (3)

2
cenderung diakibatkan oleh kemajuan bicara spontan yang cepat, (4) gangguan

artikulasi yang multiple (lebih dari satu), (5) kebingungan akibat perkembangan

bunyi artikulasi yang lain, (6) gangguan artikulasi yang umum terjadi adalah

subtitusi dan omisi, (7) terjadi gangguan artikulasi yang tidak menetap.

Penyebab organik pada dyslalia adalah bentuk gangguan yang

bentuk atau sifatnya bukan kerusakan secara struktural melainkan gangguan

seperti faktor psikologi, sensori atau gangguan neurologi pada vocal track dan

struktur yang berkaitan dengan ini.

Penyebab yang disebabkan oleh “non organik", antara lain :

Lingkungan dan Faktor Individu

Menurut Johnson (1967) mayoritas penyebab gangguan artikulasi

tidak disebabkan oleh faktor organik. Mungkin juga disebabkan oleh kurang

cukupnya kondisi yang baik untuk belajar berbicara yang benar. Lingkungan

sangat penting bagi perkembangan artikulasi anak. Dalam suatu penelitian

menunjukkan bahwa kesalahan artikulasi disebabkan pula oleh sosial-ekonomi

yang rendah (Powel, 1971).

Winitz melaporkan, hanya sedikit yang berhubungan antara

kemampuan berartikulasi dengan status sosial-ekonomi. Dilihat dari pola peniruan

bicara dari lingkungan yang lebih baik untuk anak dan pemberian motivasi serta

pujian.

Saudara Kandung

Anak tunggal, anak sulung, atau yang memiliki jarak usia jauh

dengan kelahiran saudaranya, memiliki kemampuan berbicara lebih baik,

3
artikulasi pada anak kembar cenderung lebih rendah disbanding mereka yang

tidak kembar. Hal ini mungkin disebabkan oleh frekuensi atau kualitas perhatian

yang diberikan orangtua ketika bersama-sama dengan anak. Keadaan awal

memperlihatkan situasi orang tangtua yang lebih banya meluangkan waktu dan

kualitas yang lebih baik terutama selama masa perkembangan anak. Dalam suatu

kasus keluarga yang memiliki anak lebih dari satu dan berjarak dekat, anak-

anaknya lebih banyak menghabiskan waktunya dengan saudaranya yang lebih

kecil sehingga memiliki tingkat kejelasan bicara yang lebih rendah. Saudara

kandung bisa saja tidak membantu bicara anak menjadi lebih baik. Letak rumah

yang bersebelahan dengan dengan “orang asing” yang berbicara dengan bahasa

yang beda, mungkin juga menjadi penyebab artikulasi yang tidak tepat. Penyebab

gangguan artikulasi karena faktor saudara kandung. Hal ini akan hilang ketika

anak mengikuti belajar disekolah.

Jenis Kelamin dan Tempat Tinggal

Beberapa ahli memberikan hasil penelitian adanya kemampuan

artikulasi anak perempuan lebih baik disbanding anak laki-laki. Anak laki-laki

lebih banyak memiliki gangguan artikulasi dari pada anak perempuan.

Winitz mengatakan gangguan artikulasi bukan dikarenakan adanya

abnormalitas yang jelas pada fisik dan mental, kebanyakan disebabkan oleh sistem

mempelajari bunyi artikulasi yang tidak tepat. Penyebab lain adalah, kurangnya

cntoh berbicara benar yang dapat didengar dan ditiru oleh anak-anak. Anak akan

mengalami gangguan artikulasi karena berada di lingkungan yang jarang berbicara

4
sehingga mereka tidak mendengar banyak contoh yang membuat anak mendapat

stimulus untuk berbicara dengan benar.

Kurangnya Stimulus dan Motivasi untuk Bicara

Seorang anak menginginkan bahwa gerakannya dapat diterima dan

diharapkan sehingga membuat dirinya tidak merasa perlu untuk berbicara dengan

orang lain untuk mengungkapkan apa yang diingin. Hal ini perlu diantisipasi oleh

orangtua, saudara kandung dan lainnya. Orang tua biasanya sudah dapat mengerti

apa yang anak-anak inginkan tanpa diungkapkan dalam bentuk bicara, anak-anak

juga menjadi tidak ingin dan jarang bicara. Dalam situasi yang berbeda ada

baiknya jika anak diberi “hukuman” jika tidak berbicara dengan tidak tepat atau

tidak diberikan pujian atas usaha untuk bicaranya benar atau ketka memilih untuk

tidak mau berbicara. Para ahli mengatakan sangatlah penting untuk memberikan

stimulus dan dorongan (motivasi) dalam perkembangan bahasa bicara.

Pemberian pujian (Reinforcement) yang tidak cukup atau tidak tepat

Jika anak tidak diberikan pujian saat berbicara dengan baik, atau

diberikan komentar yang baik ketika bicaranya tidak baik, mungkin akan tetap

menggunakan bicara yang salah. Jika lingkungan tidak berusaha memberikan

respon terhadap ucapan anak dan memberikan cukup pujian yang baik atas

usahanya, anak mungkin lebih memilih untuk tidak berbicara lagi. Sikap

menerima (tanpa teguran) dari orangtua membuat anak tidak akan berusaha untuk

mengubah bicaranya yang tidak benar. Sebainya orang tua memberitahukan

5
kepada anak dengan cara yang tepat dengan pengetahuan yang baik agar bicara

anak lebih baik.

Prestasi Pendidikan

Ham dan Winitz melaporkan bahwa ada hubungan yang jelas antara

masalah membaca-mengeja dengan masalah artikulasi. Dikatakan bahwa

‘keterlambatan dalam membaca adalah suatu hasil dari keterlambatan

perkembangan artikulasi’, termasuk di dalamnya adalah masalah pada faktor

linguistik. Anak yang memiliki masalah artikulasi tidak berprestasi dalam bidang

akademik dan biasanya memiliki masalah dalam bahasa seperti masalah membaca

dan masalah mengeja.

Faktor Psikologi dan Emosi

Carrel menjelaskan bahwa bicara pada masa perkembangan jarang

didasari dengan emsi, kematangan reflek, rasa tidak aman atau hal-hal psikologis

lainnya. Faktor lain seperti ketergantungan dan kemunduran menurut Perkins

(1977) secara klinis dikaitkan dengan ketidak matangan artikulasi, penelitian ini

masih memberikan sedikit bukti. Winitz menambahkan, anak dengan masalah

artikulasi memiliki masalah dalam penyesuaian kepribadian.

Selanjutnya Powers menemukan ada hal yang berbeda antara kepribadian dengan

pola penyesuaian diri. Dalam hal ini diterangkan bahwa kepribadian atau

psikologi sangatlah berbeda dilihat dari gangguan artikulasi yang dihasilkan.

Sikap orangtua dan Kaitannya

Ada hubungan yang erat antara kemampuan berbicara (berartikulasi)

dengan sikap orang tua dan segala hal yang berkaitan dengan faktor orangtua.

6
Beberapa pembelajaran menunjukkan anak-anak yang mengalami gangguan

artikulasi memiliki ibu yang tingkat penyesuaian diri rendah, memiliki sikap yang

kurang baik terhadap anak, memiliki standard yang hidup yang tinggi dan lebih

banyak memberi kritik. Sifat lain berupa sikap menolak, memberikan kritik yang

berlebihan, menghukum atau gangguan emosi. Situasi ini bisa saja menyebabkan

kesalahan belajar berbicara.

Reaksi Emosi

Reaksi emosi yang diterima anak pada masa perkembangan, dapat

menyebabkan bicara anak berhenti atau kemunduran dalam hal bicara sehingga

pola bicaranya menjadi tidak matang. Reaksi emosi ini menjadi trauma untuk

anak. Cotohnya seperti kelahiran saudara kandung (adik baru), peristiwa orangtua

yang harus menjalani perawatan di Rumah Sakit (opname), atau kematian

seseorang yang dekat di lingkungan anak. Perkembangan artikulasi menajadi

terhambat atau terhenti jika anak menjalani keadaan itu dalam waktu lama.

Kecemasan, frustasi dan merasa kecil hati dapat menjadi bagian dari penyebab

gangguan artikulasi.

Power juga menyebutkan bahwa lingkungan di rumah sangat

mempengaruhi perkembangan bahasa bicara anak. Untuk mengembangkan pola

bicara yang baik pada anak hendaknya yang bersifat normal dan baik, situasi yang

memiliki keinginan untuk saling berbicara, memberikan pengalaman bicara yang

menyenangkan, respon yang cukup, mimiliki cukup variasi dalam berbicara, dan

satu sama lain harus memberikan reaksi yang membangun.

7
Penyebab yang tdak terlihat yang menyebabkan terjadi gangguan

artikulasi sebaiknya diteliti lebih lanjut. Anak-anak memiliki resiko gangguan

artikulasi yang disebabkan faktor fisik, lingkungan dan emosional. Anak-anak

juga mudah mendapatkan hal-hal yang tidak baik selama masa perkembangan

mereka yaitu usia 5 – 6 tahun.

Penyebab lain yang dapat menyebabkan gangguan artikulasi

(Charles Van Riper, Speech Correction, p:169) : (1) Auditori Memory Span,

sulitnya anak untuk mengingat bunyi yang didengarnya. (2) Phonetic

Discrimination, sulit mengidentifikasi bunyi yang diberikan atau yang diucapkan.

KARAKTERISTIK

Dyslalia ditandai dengan adanya gangguan artikulasi, gangguan

artikulasi adalah kegagalan produksi bunyi pada individu atau mengalami

kesulitan memproduksi kombinasi bunyi dapat berupa subtitusi, omisi dan distorsi

(pengacauan).

Kesulitan dalam memproduksi bentuk bunyi, kata, sukukata dan kata-kata akan

sulit dimengerti dan dipahami oleh pendengaran. Kegagalan berupa penggantian,

penghilangan dan distorsi (pengacauan).

Perolehan artikulasi menurut perkembangan usia.

Usia Perolehan bunyi


3 tahun m, n, ng, p, f, h, w
4 tahun j, k, b, d, g
5 tahun r, s, sh, ch, t
6 tahun th, v, l
7 tahun z, dg

8
Perkembangan bunyi-bunyi bahasa (ujaran)

Usia Kemampuan yang dimiliki


3 tahun Vocal A, i, u, e, o, e
Diftong ai, au, oi
Konsonan Awal Tengah Akhir
m m M
n n N
- ng Ng
p p P
t - T
k k -
b b -
d d -
g g -
f f F
h h -
w w -

Klasifikasi gangguan artikulasi Ringan, Sedang dan Berat dilihat dari gangguan

artikulasi menurut Point of Articulation

Problem-problem yang dialami dan sering ditemui pada anak

Dyslalia, sebagai tanda dan gejala ; (1) Problem bahasa, (2) Problem bicara, (3)

Problem suara, (4) Problem irama kelancaran.

Keterlambatan perkembangan bahasa bicaranya terjadi sejak dari

tahap refleksi vokalisasi sampai true speech. Terjadinya keterlambatan

perkembangan bahasa bicaranya terjadi karena proses tingkat perkembangan

neuromuskuler, sosialisasi dan penyesuaian diri terhadap lingkungan

(Winitz,1969), Interaksi dan pengaruh yang didapat pada masa perkembangannya

(Byrne and Shervanian, 1977), dipengaruhi karena adanya faktor organik dan

non-organik (Bloodstein, 1979).

9
Penyebab lain yang dapat menyebabkan gangguan artikulasi

diantaranya ; (1) Auditori Memory Span, sulitnya anak untuk mengingat bunyi

yang didengarnya. (2) Phonetic Discrimination, sulit mengidentifikasi bunyi

yang diberikan atau yang diucapkan. (Charles Van Riper, Speech Correction,

p:169)

Terjadinya gangguan bahasa bicara pada anak Dyslalia dapat

berpengaruh pada kemampuan bersosialisasi dan kemampuan berinteraksi dengan

teman sebaya maupun dengan linngkungan sekitarnya.

BAB II : DATA KASUS

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Dalam pengumpulan data pasien, penulis menggunakan empat (4)

teknik pengumpulan data sebagai berikut :

Wawancara

Wawancara merupakan suatu proses tanya jawab secara lisan antara

Terapi dan orangtua atau orang ketiga yang diarahkan pada suatu konteks

pertanyaan tertentu yang berhubungan dengan tanda maupun gejala.

10
Disini penulis melakukan wawancara terhadap orangtua pasien

secara langsung untuk memperoleh data sbb ; (1) Identitas pasien, (2)

Rekomendasi/ rujukan, (3) Riwayat prenatal, natal dan postnatal, (4) Riwayat

perkembangan motorik, perilaku anak dan hubungan sosial, (5) Riwayat keluarga,

dan (6) Riwayat perkembangan bahasa wicaranya. Adapun hasil wawancara

tersebut penulis catat dalam format wawancara (lampiran 1)

Pengamatan

Pengamatan adalah dengan sengaja dan sistematis mengamati

aktivitas individu lain (Sumadi Suryobroto, 1984). Dalam hal ini penulis

melakukan pengamatan terhadap tingkah laku, fisik, kemampuan motorik,

kemampuan sensorik, kemampuan bahasa, kemampuan wicara, kemampuan suara

dan kemampuan irama kelancaran pasien.

Tes

Tes adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau perintah -

perintah yang harus dijalankan berdasarkan bagaimana tester memberikan

pertanyaan - pertanyaan dan melakukan perintah - perintah itu.

Dalam hal ini penulis melakukan tes pemahaman bahasa secara auditori dan tes

artikulasi yang hasilnya penulis lampirkan pada lampiran.

Studi dokumen

Studi dokumen merupakan data penunjang guna mempertimbangkan

hal yang berkaitan dengan kondisi pasien, khususnya dalam mendiagnosa yang

dapat dijadikan laporan tambahan yang lebih relevan.

11
HASIL PENGUMPULAN DATA

Identifikasi Pasien

N a m a (inisial) : Ast

Jenis kelamin : Laki – laki

Umur : 3 tahun

Agama : Islam

Nama ayah : Wjy (48 tahun)

Nama ibu : Why (31 tahun)

Data yang berhubungan dengan faktor penyebab

Berdasarkan dari hasil wawancara yang telah dilakukan kepada

orang tua pasien (ibu), diperoleh informasi bahwa pasien (ast) adalah anak ke-2

dari 2 bersaudara, beragama islam. Pasien datang ke unit Terapi Wicara karena

mendapat rujukan dari Unit Tumbuh kembang dikarena pasien mengalami

keterlambatan dalam bicara.

Pasien lahir normal, cukup bulan dengan BBL 3,1 kg langsung

menangis, riwayat perkembangan motorik (seperti yang tertera dibawah)

diperoleh informasi bahwa pasien tidak melalui tahap merangkak. Pada saat

mengandung, ibu tidak pernah mengkonsumsi obat-obat selain anjuran dari

dokter, dan ibu tidak pernah merasa ada kelainan dalam kandungan maupun

gangguan atau problem-problem yang serius.

12
Kesehatan keluarga, berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada

ibu pasien, diperoleh informasi bahwa ayah pasien (Wjy, 48 tahun) pada saat ayah

pasien masih dalam kandungan, saat usia kandungan 7 bulan, ibu dari ayah

pasien mengalami sundulan (mengandung adik dari ayah pasien), ayah pasien

baru bisa berjalan pada usia 4 tahun, bahasa yang dipergunakan adalah bahasa

jawa. Dan tidak ada kemungkinan keterlambatan/ kelainan bahasa-wicara dalam

keluarga pasien.

Data yang berhungan dengan sindroma (bahasa, bicara, irama/kelancaran)

Berdasarkan hasil wawancara di dapatkan data bahwa perkembangan

bahasa wicara pasien diperoleh ; Refleks vokalisasi 1 minggu, Babbling 3 bulan,

Lalling 5 bulan, Echolalia 9 bulan, True speech 1,3 tahun.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, didapatkan data

bahwa pasien mampu memahami perintah sederhanan misalnya : salim, pasang,

ambil, masukan. Pasien juga mampu mamahami beberapa anggota tubuh seperti :

rambut, mata, hidung, mulut, telinga, tangan dan kaki. Pasien mampu menyortir

dan membedakan warna-warna dasar seperti : merah, biru, dan kuning.

Disamping itu pasien juga memahami beberapa benda familiar

seperti : jam, buku, pensil, sandal, sendok, mobil, meja, kursi, bantal, tas, baju dan

celana. Pasien juga mampu memahami gambar binatang seperti : ayam, bebek,

burung, kucing. Bicara spontan yang terujar seperti : us-us (susu), mantuk (jika

mau pulang), wes (jika sudah selesai). Pasien mampu meniru ucapan berupa vocal

/a/ /i/ /u/ /e/ o/. Pasien juga mampu meniru satu suku kata seperti : ma, la, me, nga,

13
ti, po, be dan ta. dan mampu meniru ucapan tingkat kata namun masih belum tepat

misalnya : ‘susu menjadi us-us, mobil menjadi pabil’.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap suara pasien,

didapatkan bahwa suara pasien tidak ada kelainan atau gangguan terhadap

suaranya.

Berdasarkan hasil tes artikulasi, pasien mengalami kelainan

artikulasi berupa subtitusi misalnya /m/ dan /o/ menjadi /p/,/a/ pada kata mobil,

dan distorsi dari kata susu menjadi us-us.

1. Data lain yang relevan

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data mengenai

perkembangan motorik kasar pasien sebagai berikut :

 Tengkurap : 5 bulan 4 minggu.

 Merangkak : tidak melalui tahap merangkak.

 Duduk : 1 1 bulan.

 Berdiri : 1 tahun 7 bulan.

 Berjalan : 2 tahun 6 bulan, pernah mendapatkan

pelayanan “Terapi dari fisioterapi selama 6

bulan pada saat pasien berumur 2 tahun”.

Berdasarkan pengamatan, pasien mampu berjalan tanpa terjatuh,

tepuk tangan, dan melempar. Dari segi kemampuan motorik halus, pasien

mampu mengambil dan memegang pena, balok-balok susun dan benda

kecil dengan dua jarinya. Koordinasi motor visualnya pasien mampu

memasang pasak balok dengan benar. Dari hasil pengamatan juga

14
didapatkan data bahwa pada saat duduk, berjalan dan berlari posisi

tubuhnya seimbang, disamping itu juga pasien mampu berjalan lurus pada

satu garis namun pada saat berdiri dengan satu kaki penulis belum

mengamatinya.

Berdasarkan kemampuan sensorik pendengarnya, didapatkam data

pasien menoleh ketika dipanggil namanya dan mampu menengok ke arah

sumber bunyi seperti : bunyi peluit, bunyi sirine ambulance dan bunyi

ketukan pintu. Kemampuan sensorik visualnya, pasien mampu melihat

dalam jarak 5 meter. Kemampuan taktil kinestetiknya pasien mampu

merasakan dan membedakan rasa sentuhan, tekstur dan rasa kecap

seperti : kasar, lembut, panas, dingin.

2. Data ahli yang relevan

Dari catatan dalam rekam medik dari dokter rehabilitasi medik

diketahui bahwa kondisi pasien adalah Delayed Speech.

ANALISA DATA, DIAGNOSA DAN PROGNOSA

ANALISA DATA

Berdasarkan data wawancara mengenai perkembangan motoriknya

diketahui tahap tengkurap usia 5,4 bln, duduk usia 11 bln, berdiri usia 1,7

tahun berjalan dikuasai oleh pasien pada usia 2,6 tahun, tanpa melalui

tahap merangkak.

15
Dari analisi data perkembangan motorik pasien diatas dapat

diketahui bahwa tahap perkembangan motorik pasien mengalami

keterlambatan. Ini sesuai dengan tahapan perkembangan motorik normal

yang dikutip oleh Ki Pranindyo HA dalam makalah “Perilaku Komunikasi

Normal”.

Tahap perkembangan motorik normal ;

Tahapan Usia
Tengkurap 5 bulan

Merangkak 7 bulan

Duduk 8 bulan

Berdiri 11 bulan

Berjalan 12 bulan

Berdasarkan pengamatan terhadap perkembangan motorik

halusnya. Pasien tidak mengalami keterlambatan dapat dilihat dari

kemampuan pasien memasang, mengambil dan memegang benda-benda

kecil, pena dan balok pasang dengan kedua jarinya.

Berdasarkan data kemampuan sensorik pendengaran pasien diatas.

Dapat disimpulkan bahwa pasien tidak mengalami gangguan sensorik

pendengaran.

Kemampuan sensorik visual pasien, pasien mampu mengenali dan melihat

benda atau suatu objek tertentu pada jarak 5 m.

Kemampuan taktil proprioseptifnya, pasien mampu merasakan dan

membedakan rasa sentuhan dan tekstur : kasar, lembut, panas, dingin.

16
Dari data di atas di ketahui bahwa modalitas sensorik pendengaran,

visual dan taktil propripseptif pasien normal dan mampu berfungsi semana

mestinya.

Setelah dilakukan wawancara dengan orangtua, diketahui tahap

perkembangan bahasa bicara pasien sebagai berikut :

Tahapan Usia
Refleks vokalisasi 3 minggu

Babbling 7 bulan

lalling 8 bulan

Echolalia 12 bulan

true speech -

Berdasarkan ; MF. Berry dan Jon Eisenson yang dikutip Ki Pranindyo

dalam makalah Perilaku Komunikasi Normal bahwa masa perkembangan

bahasa wicara normal untuk refleks vokalisasi dikusai oleh anak pada usia

3 minggu, babling usia 6 bulan, lalling usia 7 bulan, echolalia usia 10

bulan dan true speech usia 1 – 1,5 tahun. Berdasarkan hasil kajian data di

atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan bahasa wicara pasien

mengalami gangguan.

Dari tes artikulasi diketahui pasien mengalami kelainan artikulasi

berupa subtitusi dan distorsi.

DIAGNOSA

Dyslalia

17
PROGNOSA

Dari kajian data diatas, Terapis mencoba untuk melatih

memaksimalkan kemampuan pemahaman dan bicara pasien untuk

mengurangi keterbatasan kemampuan pasien. Pasien dapat menyadari

kekeliruan/ kelemahan artikulasi yang terjadi.

PERENCANAAN TERAPI

Tujuan dan Program Terapi

Jangka Panjang

Tujuan

Agar pasien dapat berbicara sesuai dengan tingkat usianya dalam jangka waktu

1,5 bln.

Agar organ artikulasi dapat mencapai ketepatan, kecepatan dan kekuatan dalam

jangka waktu 1.5 bln.

Program

Latihan artikulasi

Latihan pengucapan fonem tingkat suku kata, kata, frase dan kalimat.

Latihan pengujaran jenis kata penggolongan benda, kata sifat, kata kerja, kata

ganti orang,

Latihan pergerakan organ artikulasi ; bibi, lidah, rahang.

Jangka Pendek

18
Tujuan

Agar pasien mampu berinteraksi dan bersosialisasinya dengan baik dalam waktu

1,5 bulan.

Agar auditory memory anak menajadi lebih baik dalam jangka waktu 1,5 bulan.

Agar pasien memiliki atensi yang baik dalam jangka waktu 1,5 bulan.

Program

Latihan pengenalan lingkungan sekitar dan pengenalan profesi menggunakan

kartu bergambar.

Latihan peningkatan atensi dengan menggunakan permainan.

Harian

Tujuan

Agar pasien dapat berbicara sesuai dengan tingkat usianya dalam jangka waktu 6

x sesi terapi

Agar organ artikulasi dapat mencapai ketepatan, kecepatan dan kekuatan dalam

jangka waktu 4 x sesi terapi

Agar auditory memory anak menajadi lebih baik dalam jangka waktu 4 x sesi

terapi

Program

Latihan artikulasi

Bercerita

Latihan pergerakan organ artikulasi ;

- Bibir ; membulatkan bibir, pergerakan kanan-kiri.

19
- Lidah : menjulur, kanan-kiri, atas bawah.

- Rahang : membuka dan menutup rahang, pergerakan kanan-

kiri, depan-belakang.

Latihan untuk meningkat sosialisasi dan interaksi, dalam pengenalan lingkungan

sekitar dan pengenalan macam-macam profesi dalam menggunakan kartu

bergambar.

Latihan untuk mingkatkan kosentrasi pasien agar bisa lebih baik

Latihan untuk meningkatkan atensi.

Materi Terapi

Materi terapi yang dipergunakan dalam kasus ini adalah

Kartu-kartu stimulus bergambar

Daftar kata dan kalimat yang memiliki makna dan sederhana:

Kata
/babak/ /ibu/ /baru/
/bebek/ /ember/ /beber/
/bibi/ /bisa/ /bilangan/
/bobo/ /robot/ /bobot/
/bubur/ /subur/ /buah/
Kalimat

- Ibu sedang memasak - kakak menyapu lantai

- Ayah sedang membaca Koran - Adik sedang minum susu

- Kemarin hujan turun - Saya sedang belajar

Lembar pemeriksaan tes artikulasi (terlampir).

Metode

20
Nama metode

The Behaviour Modification Approach

Sumber metode

The Behaviour Modification Approach adalah metode terapi

bidang artikulasi yang disusun oleh Itasari Atitungga, Amd. Tw, S.Pd

Langkah-langkah metode

Tujuan dari metode ini adalah : Agar pasien mampu

memahami perbedaan antara pengucapan fonem yang benar dan salah.

Memberikan kepada klien sepasang fonem yang terdengar mirip, suku kata atau

kata yang terdengar “sama”.

Memberikan penguatan verbal mis : “bagus”, “pertahanan” atau komentar-

komentar pendek (prompts), setiap kali pasien bisa menebak dengan benar

perbedaan itu.

Mengatur tugas-tugas secara berjenjang sedemikian rupa mulai tugas termudah

sampai tugas tersulit.

Daftar grafik perkembangan dan kemajuan terapi.(terlampir).

Mencari cara mempermudah klien melewati setiap step yang diberikan (disebut

proses revising, atau branching additional sub-steps) jika pasien mengalami

kesulitan dalam menjalani step-step tersebut.

Secara regular memberikan probe atau semacam test (bisa tugas, bisa juga bicara

dalam situasi baru).

21
Alat Terapi

Berbagai macam alat tiup

Alat tiup disini dipergunakan untuk melatih kekuatan otot

labium baik atas maupun bawah agar dapat mengatup dengan

sempurna. Cara penggunaanya cukup sederhana, peragakan kepada

pasien cara meniup yang benar, ajak pasien untuk meniup secara

bersamaan, selanjutnya tinggal beri instruksi kepada pasien.

Cermin

Cermin disini dipergunakan sebagai alat pengamatan, alat

pengamatan yang dimaksud adalah untuk mengamati pasien ketika

berfonasi,adakah fonasinya benar ataukah salah, jika salah terapis

dapat membenarkan dengan memperbandingkan fonasi yang benar

yang dicontohkan terapis dengan pasien. Pasien dan terapis duduk

berdampingan dengan cermin berada di hadapan terapis dan pasien

Lilin, tissue

Lilin dan tissue digunakan untuk mengetahui sejauh mana

kekuatan hembusan udara yang dihasilkan pasien, disini jarak diatur

mulai dekat hingga jauh. Caranya, tempatkan lilin / tissue di depan

pasien, kemudian instruksikan kepeda pasien untuk meniup.

Kartu bergambar yang mengandung fonem

Untuk menstimulus pasien agar memproduksi kata.

Rencana pelaksanaan terapi

22
Tempat : Terapi dilakukan di unit terapi wicara bagian Rehabilitasi

Medik RSUD Dr.Moewardi Surakarta.

Durasi : Berlangsung selama 45 menit dalam 1 x sesi terapi.

Frekuensi : Terapi dilaksanakan sebanyak 2 kali dalam 1 minggu.

PELAKSANAAN TERAPI

Tempat, Durasi, dan Frekuensi

Tempat : Terapi dilakukan di unit terapi wicara bagian Rehabilitasi

Medik RSUD Dr.Moewardi Surakarta.

Durasi : Berlangsung selama 45 menit dalam 1 x sesi terapi.

Frekuensi : Terapi dilaksanakan sebanyak 2 kali dalam 1 minggu

Pelaksanaan Terapi

Awalnya melakukan kondisioning terlebih dahulu dengan

pasien agar pasien tidak menangis dan mau mengikuti tindak terapi yang

akan dilakukan. Mengambil peralatan/ permainan yang menarik dan

disukai pasien, yang dapat mengalihkan perhatian pasien kepada terapis.

Atau membiarkan pasien memilih sendiri permainan yang disukainya.

Kemudian setelah pasien sudah merasa asik dan sudah mau berinteraksi

dengan terapis, perlahan-lahan mulai menerapkan program terapi yang

telah disusun, dengan metode bermain sambil belajar yang bertujuan untuk

membuat anak tidak cepat bosan dan lebih asik terhadap terapi yang

sedang berlangsung.

23
Pelaksanaan terapi juga dapat difariasikan sesuai dengan

kebutuhan. Bisa dengan mengkombiansikan latihannya di depan cermin

agar pasien dapat umpan balik atas kegiatan yang dilakukannya.

Kemudian difariasikan dengan kartu bergambar yang mengandung fonem,

atau tes arikulasi.

HASIL TERAPI

Evaluasi

Setelah dilakukan terapi selama 1,5 bulan diperoleh kemajuan

pasien sebagai berikut :

Kemampuan Sebelum Terapi Sesudah Terapi


Pasien tidak mampu
Pasien belum mampu
bersosialisasi dengan
bersosialisasi dengan baik.
Sosialisasi baik. Menangis bila
Terutama kepada orang yang
bertemu dengan orang
baru dikenal.
yang baru dikenal.
Pasien tidak fokus
Fokus pasien terhadap materi
Atensi terhadap materi yang
terapi sudah mulai baik.
diberikan.
Pasien sudah mampu

Kosentrasi pasien berkosentrasi selama waktu


Konsentrasi
selama waktu terapi terapi, tapi terkadang

terganggu. kosentrasi pasien teralih .


Interaksi Pasien masih ditemani Pasien sudah mampu

ibu selama proses berinteraksi terhadap terapis.

24
Walaupun masih ditemani
terapi berlangsung.
ibunya selama proses terapi.
Pasien belum mampu Pasien mampu meniup
Meniup
meniup. dengan baik.
Pasien mampu Pasien mampu berfonasi /a/
Meniru fonasi
berfonasi /a/ /i/ /u/ /i/ /u/ /e/ /o/
Pasien mampu meniru

ucapan misalnya : susu,


Pasien belum mampu
Meniru mobil, mantuk. Namun
meniru ucapan dengan
ucapan masih terjadi subtitusi dan
baik.
distorsi pada setiap ucapan

tersebut.

Hasil terapi

I Setelah menjalani terapi dan memberikan terapi terhadap pasien

(Ast) ini, dengan frekuensi 2 kali pertemuan selama seminggu, dapat di

ambil kesimpulan atau hasil, sebagai berikut :

Pasien sudah mampu bersosialisasi dengan baik dan tidak menangis ketika

bertemu dengan orang yang baru dikenal.

Memiliki atensi yang baik terhadap materi terapi yang diberikan.

Mampu berinteraksi dengan baik walaupun masih ditemani oleh ibu.

Pasien mampu berfonasi dengan baik.

Pasien mampu meniru ucapan, walaupun masih terjadi subtitusi dan

distorsi pada ucapan yang ditirukan.

25
BAB III : P E N U T U P

Kesimpulan

Dyslalia secara umum kita kenal sebagai kelainan wicara (kesalahan

artikulasi) yang disebabkan karena kesalahan dalam belajar, penyesuaian diri

yang tidak sesuai terhadap lingkungannya pada masa perkembangan dan

kegagalan kematangan otak pada system bicara.

Ast (3 tahun) dengan diagnosa Dyslalia, merupakan anak ke-2 dari 2

bersaudara (anak kandung) dari bapak Wjy (48 tahun) dan ibu Why (31 tahun),

memiliki sifat yang pendiam dan cepat bosan terhadap suatu permainan.

Dilihat dari segi anatomi tubuh dan organ artikulasi tidak ada gangguan

atau tidak terdapat kelainan (Normal). Untuk kemampuan Auditory memory-nya

masih belum sesuai dengan usia perkembangannya yaitu masih dalam tahap 2-3

kata, hal ini disebabkan karena Short Memory Span (daya tangkap yang pendek).

Dalam kasus yang kami sampaikan ini, pasien mengalami gangguan dalam

artikulasi karena faktor dari lingkungan dan faktor orangtua pasien yang

membatasi ruang gerak dari si-pasien. Sehingga mengakibatkan perkembangan

wicaranya mengalami hambatan, dan perkembangan sosialisasi dan interaksinya

juga terhambat.

26
Setelah dilakukan tes artikulasi, didapati pasien mengalami kesalahan atau

gangguan artikulasi pasien lebih mengarah pada subtitusi dan distorsi. Kesalahan

artikulasi yang mengarah pada subtitusi misalnya pada /m/ dan /o/ menjadi /p/,/a/

pada kata mobil, dan kesalahan artikulasi yang mengarah pada distorsi misalnya

dari kata susu menjadi us-us.

Pasien mampu meniru 2 – 3 kata namun kesannya masih belum begitu

jelas dan terkadang yang terdengar hanya pada fonem belakangnya saja.

Dalam pelaksanaan terapi ada faktor yang menghambat dan ada pula yang

menunjang/mendukung. Faktor yang menghambat antara lain pasien cenderung

tidak mau menirukan apa yang diucapkan oleh terapis karena kurangnya

sosialisasi dan interaksi yang baik dari pasien juga kurangnya penyesuaian diri

pasien terhadap lingkungan tempat terapi.

Disamping itu faktor lain yang mempengaruhi adalah faktor orangtua yang

selalu menemani pasien saat terapi, dan pasien yang selalu menangis jika ditinggal

oleh orangtuanya. sedangkat faktor yang mendukung antara lain adalah itensitas

kekerapan kedatangan pasien ke tempat terapi. Disini itensitas kekerapan

kedatangan pasien sangat menunjang karena pasien akan lebih cepat belajar dalam

penyesuain diri dan pengenalan lingkungan tempat terapi.

Saran

Disarankan untuk tetap melakukan terapi agar dapat mengejar

ketertinggalan dan memperbaiki kesalahan-kesalahan artikulasi yang dialami

pasien.

27
Disini juga kami menyarankan dan lebih menekankan agar orangtua turut

membantu pelaksanaan terapi. Karena gangguan artikulasi anak disini lebih

disebabkan oleh faktor orangtua pasien, anak kiranya lebih diarahkan untuk lebih

dapat berekspresi dalam dunia pasein sendiri disini orangtua hanya sebagai

pengawas atau pemantau dari segala aktifitas yang dilaksanakan oleh pasien,

karena usia pasien adalah usia dimana segala perkembangannya mulai

berkembang dan usia dalam mencari jati diri, pasien disarankan untuk lebih dapat

mengenal lingkungan mulai dari lingkungannya sendiri sampai pada lingkungan

tempat terapi. Untuk menunjang perkembangan sosialisasi dan interaksi anak

berkembang lebih baik lagi sesuai dengan usia perkembangannya.

Begitu juga kiranya dapat lebih melengkapi peralatan terapi yang akan

digunakan untuk terapi, yang mana dapat menunjang jalannya dan proses

pelaksanaan terapi. Dan terapis juga agar dapat membenahi diri untuk lebih

mengenal sindrom-sindrom gangguan dalam bahasa bicara lainnya, baik dari segi

sebab dan gejalanya. terutama dalam kasus dyslalia ini.

Tindak Lanjut

Gangguan yang dialami pasien hanya berupa kesalahan dalam

berartikulasi tanpa disertai gangguan dalam bahasanya, ini disebabkan karena

pasien kurang mampu bersosialisasi dan berinteraksi terhadap lingkungan dan

orang yang baru dikenal.

Tindak lanjut yang penulis sampaikan disini lebih mengarah kepada faktor

orangtuanya, agar turut membantu proses pembelajarannya dan perbaikan

28
kesalahan-kesalahan artikulasi yang dialami pasien. Memberikan kesempatan

kepada pasien untuk lebih dapat bereksplor dalam dunianya namun dalam

pengawasan orangtua.

Kembali menerapkan latihan-latihan yang menunjang sesuai dengan

pengarahan dari terapis dan membantu pasien dalam melaksanakan segala tugas-

tugas yang diberikan oleh terapis.

29
Daftar Pustaka

Charles Van Riper, Lon Emerick (1984) “Speech Correction”, New Jersey :

Prentice Hall.

Itasari Atitungga, A.md. TW. S.pd (2005) “Dislalia” edisi ke II.

MF. Berry dan Jon Eisenson yang dikutip Ki Pranindyo dalam makalah

“Perilaku Komunikasi Normal”

Muriel E. Morley(1972). “The Development and Disorder Of Speech in

Chilhood”

Word (1971). “Clinical Management of Articulation and Phonologic Disorder”

30
Daftar Perkembangan Kemajuan Terapi

- Tes Artikulasi -

Tes Artikulasi I

hari dan tanggal pelaksanaan, 17 Desember 2008

Tempat pelaksanaan : Terapi dilakukan di Unit Terapi Wicara bagian Rehabilitasi

Medik RSUD Dr.Moewardi Surakarta.

Lembaran nilai – tes artikulasi


Nama : Astro (Ast) LK / Pr
Tanggal Evaluasi : 17-12-2008 Tahun Bulan Hari Keterangan :
Tanggal lahir : 23-11-2006 ( ) benar (huruf) ganti
Umur : 3 tahun (I) tidak jelas ( - ) hilang
Terapis : Selamat P. Harefa (D) tdk berbentuk
Trial 1 b b- bus y y- yoyo
Trial 2 -b- cabe -y- payung
p p- palu n n- nanas r r- radio
-p- apel -n- kuning -r kursi
-p kecap -n melon -r telur
m m- mobil g g- gunting l l- lilin
-m- tomat -g- gigi -l- bola
-m ayam -g bedug -l pensil
h h- harimau d d- daun s s- sepatu
-h- pohon -d- hidung -s- pisang
-h merah t t- tas -s gelas
k k- kucing -t- motor c c- cicak
-k- kaki -t semut -c- becak
-k sendok ng -ng- semangka J j- jeruk
-ng bintang -j- meja

Mengetahui, ………………………..,2009
Pembimbing Praktik Praktikan,

31
Henny Setyawati, A.md. TW Selamat Perlindungan Harefa
NIP. 140 336 527 NIM. P.27229006035
Daftar Perkembangan Kemajuan Terapi

- Tes Artikulasi -

Tes artikulasi II

Hari dan tanggal pelaksanaan : 03 Januari 2009

Tempat pelaksanaan : Terapi dilakukan di Unit Terapi Wicara bagian Rehabilitasi

Medik RSUD Dr.Moewardi Surakarta.

Lembaran nilai – tes artikulasi


Nama : Astro (Ast) LK / Pr
Tanggal Evaluasi : 3-01-2009 Tahun Bulan Hari Keterangan :
Tanggal lahir : 23–11- 2006 ( ) benar (huruf) ganti
Umur : 3 tahun (I) tidak jelas ( - ) hilang
Terapis : Selamat P. Harefa (D) tdk berbentuk
Trial 1 b b- bus y y- yoyo
Trial 2 -b- cabe -y- paying
p p- palu n n- nanas r r- radio
-p- apel -n- kuning -r kursi
-p kecap -n melon -r telur
m m- mobil g g- gunting l l- lilin
-m- tomat -g- gigi -l- bola
-m ayam -g bedug -l pensil
h h- harimau d d- daun s s- sepatu
-h- pohon -d- hidung -s- pisang
-h merah t t- tas -s gelas
k k- kucing -t- motor c c- cicak
-k- kaki -t semut -c- becak
-k sendok ng -ng- semangka J j- jeruk
-ng bintang -j- meja

Mengetahui, ………………………..,2009
Pembimbing Praktik Praktikan,

32
Henny Setyawati, A.md. TW Selamat Perlindungan Harefa
NIP. 140 336 527 NIM. P.27229006035

33

Anda mungkin juga menyukai