Anda di halaman 1dari 7

Dasar Biologis Kemampuan Berbahasa

Menurut Noam Chomsky (1957, 1959), setiap manusia dilahirkan dengan perangkat penguasaan
bahasa yang mencakup pemahaman dasar tentang sintaksis bahasa : aturan yang mengatur
penggabungan kata - kata dan frasa, aturan yang diperlukan untuk mengekspresikan dan
memahami makna kompleks dalam kalimat.

Bukti :

1. Keterlibatan Belahan Otak Kiri

2. Studi Genetika dari Fungsi Bahasa

Perbedaan kemampuan berbahasa setiap individu dipengaruhi faktor genetik.

3. Periode Kritis untuk Perkembangan Berbahasa

Penguasaan bahasa akan lebih baik jika dimulai dan terjadi pada periode kritis sebelum
memasuki usia remaja.

4. Kecepatan Akuisisi Relatif dengan Jumlah Input untuk Pengembangan Bahasa

Anak lebih berkompeten berbahasa jika lingkungannya kaya bahasa, dikelilingi orang dewasa
yang berbicara dengan intensitas banyak.

Studi Tentang Berbagai Kompetensi Bahasa:

1.Speech perception,,mengacu pada pendengaran dan interpretasi(tafsiran) wicara yang ditemui.

2.Speech production and phonological development research,, berfokus pada kapan dan
bagaimana manusia dapat membuat suara wicara tertentu.

3.Lexical development,, mengacu pada pembelajaran kata-kata dan artinya.

4.Semantic development,, produksi dan pemahaman anak anak makna yang diekspresikan dalam
kombinasi kata-kata.

5.Grammatical and syntactical development,, berfokus pada kapan dan bagaimana anak-anak
dapat menggabungkan kata-kata individual ke dalam konstruksi tingkat tinggi.

6.Pragmatic development,, mengacu pada meningkatnya kemampuan untuk menggunakan


ucapan dan bahasa dalam berbagai situasi.

7.Metalinguistic development,, mengacu pada peningkatan kesadaran dan pemahaman bahasa


anak-anak.

Pengembangan Bahasa Pertama:

1.Speech Perception (Persepsi Bicara): proses mendengar, mengenali dan dapat membedakan
suara.

2.Speech Production: Babbling (Mengoceh): Fase seorang anak bayi mengoceh.

3.Semantic Development: fase seorang anak dapat berbicara dengan menggunakan kata kata
tunggal.

4.Syntactic Development(perkembangan sitematik): Fase berbicara, ada lima tahap: 1). Tahap
satu(telegraphic speech), 2). Tahap dua(overregularization), 3). Tahap tiga(mulai menggunakan
kata negatif dalam kalimat sederhana, melibatkan wh - unsur Siapa, Apa, Dimana, Kapan, dan
Mengapa), 4). Tahap empat dan lima (lebih kompleks, dengan permulaan kata majemuk)

5.Pragmatics(pragmantis) :

6.Metalinguistic Awareness(kesadaran metalinguistik): berpikir tentang bahasa, phonemic


awareness.

Dua Bahasa

A.Pengembangan Bahasa Bilingual

1.Perkembangan Prelinguistik: Persepsi Bicara dan Produksi

Anak-anak cepat mengembangkan kepekaan terhadap fonem yang terjadi dalam komunitas
bahasa tempat mereka dibenamkan, sehingga pada akhir tahun pertama kehidupan mereka
mengalami kesulitan mendengar perbedaan antara fonem yang terjadi dalam bahasa lain. Secara
umum, bukti yang tersedia konsisten dengan kesimpulan bahwa anak-anak muda ketika mereka
belajar bahasa kedua, semakin besar kemungkinan mereka tidak akan memiliki aksen.

2.Pengembangan Semantik.

Selama tahap satu kata , anak bilingual menggunakan kata-kata dari kedua bahasa. Kadang-
kadang kata-kata dari dua bahasa dicampur bersama.

3.Pengembangan Sintaksis
Secara umum, perkembangan sintaksis adalah sama apakah seorang anak hanya memperoleh
satu bahasa atau bahasa dwibahasa. Ketika bahasa berbeda dalam bagaimana gender ditandai,
anak-anak tidak membingungkan tanda-tanda dalam pidato mereka.

4.Kesadaran Menatlinguistik

Anak bilingual lebih sadar akan bahasa daripada anak monolingual. Mereka lebih sadar daripada
monolingual tentang hubungan sewenang-wenang antara kata-kata dan hal-hal. Anak-anak
bilingual juga lebih berpengetahuan tentang sifat-sifat kata, sebagaimana tercermin dalam
kemampuan mereka untuk melakukan tugas-tugas yang membutuhkan memahami sifat kata-
kata. Sebagai contoh, anak-anak prasekolah dwibahasa lebih mudah mengidentifikasi kata
tunggal dalam konteks (seperti kalimat) daripada monolingual. Anak-anak bilingual tahu lebih
banyak tentang sintaksis daripada monolingual. Anak- anak bilingual dapat menerjemahkan dari
satu bahasa ke bahasa lain di awal kehidupan. Penting untuk disadari bahwa perkembangan
bahasa adalah proses jangka panjang .

B.Bilingualisme dan Perkembangan Kognitif

Secara umum, penelitian sejak Peal dan Lambert (1962) telah mendukung kesimpulan umum
mereka bahwa bilingualisme dikaitkan dengan kecerdasan yang lebih dapat dipahami daripada
monolingualisme. Setidaknya, ada bukti yang lebih mendukung daripada melawan efek positif
bilingualisme pada kecerdasan dan kreativitas.

C.Sifat dan Efek Pendidikan pada Siswa Bilingual

Pada berbagai indikator pendidikan, siswa yang bukan penutur asli bahasa Inggris biasanya
memiliki kinerja yang lebih buruk daripada siswa kulit putih, yang berbahasa Inggris . Prestasi
yang rendah oleh penutur non-Inggris adalah masalah yang sangat mendesak karena dwibahasa.

D.Konsekuensi Sosial Pendidikan dalam Bahasa Mayoritas untuk Siswa Bahasa Minoritas

Ketika siswa bahasa-minoritas mulai belajar bahasa mayoritas di sekolah, mereka sering
membawanya pulang, menggunakan bahasa mayoritas di rumah daripada bahasa minoritas.
Selain itu, ketika siswa menjadi mahir dalam bahasa mayoritas, keterampilan bahasa minoritas
mereka sering tampak terkikis, sehingga lebih sulit bagi mereka untuk berkomunikasi dalam
bahasa asli mereka daripada sebelumnya.

Gangguan dalam Kemampuan Berbahasa

Gangguan berbahasa merupakan keterbatasan atau ketidakmampuan seseorang dalam


berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Gangguan berbahasa ini akan berpengaruh pada
kemampuan kognitif seseorang dan akan menganggu kehidupan personal dan sosialnya.
Gangguan ini biasanya terjadi pada saat seseorang masih dalam masa anak-anak dimana
gangguan ini tidak ditangani dengan baik dan akhirnya terus menyertai dalam pertumbuhan
seseorang. Sehingga gangguan berbahsa ini menyebabkan seseorang kesulitan dalam berbicara,
belajar, dan berinteraksi dengan orang lainnya. Namun, apabila gangguan yang terjadi dapat
ditangani dengan tepat pada saat masih anak-anak maka gangguan ini tidak akan berlanjut
hingga seseorang dewasa (MARISA, n.d.)

Gangguan berbahasa ini dapat terjadi karena disebabkan oleh banyak faktor seperti faktor medis
(adanya gangguan atau tidak sempurnanya sistem saraf pusat), faktor medis, dan faktor
lingkungan (peran aktif orang tua dan keluarga) (Masitoh, 2008). Berikut merupakan gangguan
berbahasa yang dialami oleh anak (Shute & Hogan, 2017), yaitu:

1.Gangguan Fonologis

Beberapa anak mengalami kesulitan untuk mengucapkan kata-kata dalam bahasa ibu mereka.
Hal ini biasanya dialami oleh anak-anak yang berada pada masa prasekolah. Anak-anak
prasekolah sering mengurangi beberapa suara atau menyatukan suara dengan menggunakan satu
suara untuk menyatakan atau mengekspresikan sessuatu yang kompleks. Gangguan fonologis ini
merupakan gangguan berbahasa yang lebih parah dari sekedar kesalahan pengucapan (Shute &
Hogan, 2017). Fonologi merupakan bidang ilmu atau bagian dari tata bahasa yang menganalisis
mengenai bunyi bahasa secara umum (Maharany, 2016).

Dalam istilah psikologi anak yang tidak dapat bicara dengan jelas disebut mengalami gangguan
fonologi atau artikulasi. Gangguan fonologis ini dapat terjadi karena faktor usia, dimana
gangguan fonologis ini biasanya terjadi pada anak usia 3-5 tahun. Hal ini tidak menjadi masalah
mengingat dalam rentang usia tersebut anak-anak masih dalam tahap perkembangan sehingga
gangguan ini merupakan salah satu gangguan perkembangan. Gangguan ini tergolong dalam
gangguan ringan dimana gangguan fonologis yang terjadi pada anak usia ini dapat hilang seiring
dengan pertumbuhannya (Maharany, 2016). Namun, gangguan fonologis ini akan menjadi
gangguan berat dan menjadi masalah apabila gangguan ini terus terjadi dalam masa pertumbuhan
anak. Karena hal ini dapat menjadi permasalahan bagi anak saat dewasa nanti karena tidak dapat
melakukan kinerja dengan baik dalam berbahasa dan berbicara (Maharany, 2016; Shute &
Hogan, 2017).

Contoh gangguan fonologis ringan adalah saat anak akan mengatakan “lari” tetapi yang ia
katakana adalah “lali”. Anak tersebut mengalami kesulitan dalam mengucapkan huruf ‘l’. Hal ini
dapat membaik dengan dilakukannya terapi atau mengajak anak untuk terus berlatih
mengucapkan huruf-huruf yang sulit untuk diucapkannya. Sedangkan pada gangguan fonologis
berat adalah saat seharusnya anak mengatakan “toko” tetapi justru kata “toto” yang ia ucapkan.
Hal ini akan menyebabkan ketidakpahaman pada orang lain karena tidak mengerti maksud dari
sang anak tersebut (Maharany, 2016).

2.Gangguan Semantik (Kosakata)


Seorang anak dengan gangguan bahasa biasanya akan memiliki cakupan kosa kata yang lebih
sempit dari anak yang kemampuan berbahasanya normal. Kurangnya kosa kata dari anak ini
dapat pula mengganggu dan menghambatnya untuk membaca dan berkomunikasi karena adanya
keterlambatan dalam mencari kosa kata yang tepat untuk mengungkapkan pikirannya (Shute &
Hogan, 2017).

Dalam masalah pencarian kata, terdapat dua fokus proses yaitu (1) mengembangkan pemahaman
yang lebih lengkap mengenai makna kata dengan mengajak anak untuk fokus mencari kata
dengan implementasi kata tersebut dan (2) meningkatkan strategi anak untuk mengambil kata-
kata yang mereka tahu (Shute & Hogan, 2017).

3.Gangguan Gramatikal

Anak yang mengalami gangguan pada tata penyusunan kata (sintaksis) merupakan anak yang
jauh terlambat dalam megembangkan aturan sintaksis dibandingkan dengan anak normal.
Gangguan gramatikal yang terjadi pada masa prasekolah apabila tidak segera ditangani maka
akan dapat berpengaruh pada masa-masa sekolahnya. Kalimat dari anak-anak yang memiliki
gangguan dalam tata bahasa bisasanya cenderung kurang kompleks secara sintaksis
dibandingkan anak yang seusia dengan mereka. Anak yang mengalami ganggan ini cenderung
membuat kesalahan tata bahasa pada tingkat yang jauh lebih besar daripada anak-anak lain, baik
dalam berbicara maupun, tulisan maupun kesalahan pada penulisan tanda baca dibandingkan
anak yang mempunyai tata bahasa yang normal (Shute & Hogan, 2017).

4.Gangguan Pragmantis

Gangguan pragmatis adalah gangguan bahasa atau kesulitan yang dialami anak dalam
berkomunikasi. Anak-anak dengan gangguan bahasa dapat mengalami kesulitan memulai
percakapan dan mengubah topik dalam percakapan. Anak-anak dengan gangguan bahasa ini
kurang responsif terhadap pertanyaan anak-anak lain (Shute & Hogan, 2017). Gangguan bahasa
ini menyebabkan anak kesulitan atau bahkan tidak mampu mengolah lambang atau simbol yang
diterimanya dan tidak mampu mengubah penjelasan menjadi simbol (Masitoh, 2008).

Apabila seseorang mengalami gangguan bahasa maka orang itu tidak akan dapat berkomunikasi
dengan baik dan komunikasi yang dilakukannya menyimpang dari cara komunikasi yang
dilakukan oleh orang normal lainnya (Masitoh, 2008)

Ketulian

A.Tuna rungu

Sekitar satu dari seribu anak lahir tuna rungu. Masalahnya pasti genetik, dengan orang tua tuli
yang melahirkan anak-anak tuli. Lainnya adalah korban penyakit teratogenik. tingkat sosial
ekonomi keluarga dengan anak-anak tuna rungu cenderung berada di bawah rata-rata: seringkali
orang tua anak tuna rungu, cenderung berpenghasilan lebih rendah dari orang dewasa lainnya.
sehingga kondisi kemiskinan berkontribusi pada risiko tuli. Ketulian secara sistematis
berhubungan dengan variabel ekonomi dan sosial.

Lederberg dan Mobley (1990) mempelajari interaksi anak-anak dengan gangguan


pendengaran dan pendengaran-normal (1½ – 2 tahun) bersama ibu mereka. Mereka mengamati
lebih sedikit interaksi antara bayi dengan gangguan pendengaran dan ibu mereka dibandingkan
antara bayi dengan pendengaran normal dan ibu mereka.

B.Komunikasi Lisan versus Bahasa Isyarat

a)Bahasa isyarat

Masalah dalam bahasa isyarat adalah bahasa isyarat hanya menciptakan interaksi sosial yang
terbatas, hanya beberapa orang yang dapat memahaminya (Antia & Kriemeyer, 2003)

b)Komunikasi lisan

Masalah dengan pendekatan lisan adalah bahwa hal itu biasanya menghasilkan seseorang yang
berbicara dengan buruk, dan karenanya juga menjadi terisolasi (Conrad, 1979).

c)Komunikasi total

pendekatan yang digunakan anak berkomunikasi baik komunikasi lisan maupun bahasa isyarat

C.Perkembangan bahasa

fase perkembangan bahasa yang terhambat

a)Babbling

Fase ini adalah fase dimana seorang anak merespon suaranya sendiri

b)Gesture

Semua anak memberi isyarat, termasuk anak-anak tuli (Lederberg, 2003; Schick, 2003).

D.Perkembangan kosakata

anak tunarungu masih melakukan generalisasi terhadap benda yang memiliki karakteristik yang
sama. Misalnya berbagai jenis bunga namun mereka hanya menyebutkan bunga secara umum,

E.Perbedaan kognitif anak tuna rungu dan anak normal

Pada umumnya intelegensi anak tunarungu secara potensial sama dengan anak pada umumnya,
tetapi secara fungsional perkembangannya dipengaruhi oleh tingkat kemampuan bicara dan
bahasa, keterbatasan informasi, dan daya abstraksi. (Su

Anda mungkin juga menyukai