Anda di halaman 1dari 5

Bahasa adalah sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk

menyampaikan makna kepada orang lain (Hurlock, 2000). Proses bicara melibatkan dua
stadium aktivitas mental yaitu membentuk pikiran termasuk di dalamnya memilih kata-kata
yang akan digunakan dan kemudian mengatur motorik vokalisasi dan kerja yang nyata dari
vokalisasi itu sendiri. sistem koordinasi tubuh, pengendali bahasa terletak di area broca dan
korteks motorik di anterior dan area wernicke di posterior pada henisfer kiri dari otak.

Informasi yang berasal dari korteks pendengaran primer dan sekunder, diteruskan ke bagian
korteks temporo parietal posterior (area wernicke), yang dibandingkan dengan ingatan yang
sudah disimpan. Kemudian jawaban diformulasikan dan disalurkan oleh fasciculus arcuata ke
bagian anterior otak dimana jawaban motorik dikoordinasi. Apabila terjadi kelainan pada salah
satu dari jalannya impuls ini, maka akan terjadi kelainan bicara. Kerusakan pada bagian
posterior akan mengakibatkan kelainan bicara reseptif, sedangkan kerusakan dibagian anterior
akan menyebabkan kelainan bahasa ekspresif.
Fungsi berbahasa merupakan proses paling komplek diantara seluruh fase perkembangan.
Fungsi berbahasa bersama fungsi perkembangan pemecahan masalah visio-motor merupakan
indikator paling baik dari ada tidaknya gangguan perkembangan intelek. Gabungan kedua
fungsi perkembangan ini akan menjadi fungsi perkembangan sosial. Perkembangan bahasa
memerlukan fungsi reseptif dan ekspresif. Fungsi reseptif adalah kemampuan anak untuk
mengenal dan bereaksi terhadap seseorang, terhadap kejadian lingkungan sekitarnya, mengerti
maksud mimic, dan nada suara dan akhirnya mengerti kata-kata. Fungsi ekspresif adalah
kemampuan anak mengutarakan pikirannya, dimulai dari komunikasi preverbal (sebelum anak
dapat berbicara), komunikasi dengan ekspresi wajah, gerakan tubuh dan akhirnya dengan
menggunakn kata-kata atau komunikasi verbal .

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rutter, Thorp, dan Golding: 2000 (dalam Machado
dan Meyer: 2005) menemukan bahwa anak-anak mengalami bahasa ayah dan ibu melalui
pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan, respon verbal dan non verbal yang diakui dan
diterima, dan melalui interaksi yangintens. Dapat dikatakan bahwa ucapan anak-anak yang
berarti akan dapatmengembangkan bahasa mereka lebih cepat daripada yang lain. Bahasa anak-
anak dikarakteristikan secara umum oleh pola yang muncul (Barbara: 2004) sebagai berikut:
1. Menangis,
2. Gurgling (meraban) dan mendekut.
3. Tertawa dengan suara keras.
4. Lokalisasi.
5. Tertawa dengan mulut tertutup.
6. Bercakap-cakap.
7. Memanggil dengan satu kata (Echolalia, contoh: “ma-ma-mama”).
8. Suku kata (vocables) yang artinya suara mendekati kata tetapi dengan kreasi anak.
9. Obrolan ekspresif (suara seperti percakapan nyata tetapi tidak dapat dibedakan)
10. Mengulangi perkataan ketika di bujuk.
11. Kata-kata mengikat yang dapat dibedakan dalam obrolan ekspresif
12. Holophrases atau kalimat dengan satu kata (“susu” dapat berarti “saya ingin susu” atau
“dimana susu saya?”).
13. Telegraphic speech atau kalimat dua kata (“jus ma” dapatberarti “mama saya ingin jus”,
“mama saya menumpahkan jus”, atau “ini adalah jus buatan mama”).
14. Overgenarlized speech atau katakata umum/sebutan (“boots” mungkin nama keluarga
anjing tetapi anak-anak menggunakan untuk nama kucing tetangga atau nama binatang lain).
15. Undergeneralized speech atau sebutan anak seseorang (misalnya nama ibunya adalah Wati;
oleh karena itu, bibi Wati tidak dapat dipanggil Wati; ia harus dipanggil dengan nama lain).
16. Perputaran percakapan.
17. Kata-kata kreatif (kata-kata yang biasanya dibutuhkan untuk menemukan kata yang belum
dipelajari atau anak tidak punya kerangka referensinya)
18. Keingintahuan kata-kata verbal.
19. Keingintahuan akan kata-kata yang tercetak.

Perkembangan bahasa anak ditempuh melalui cara yang sistematis dan berkembang bersama-
sama dengan pertambahan usianya. Dalam tabel berikut dapat diketahui komponen
perkembangan bahasa anak dan ciri tingkah laku yang menyertainya.
Komponen Bahasa Ciri Tingkah Laku Bahasa Anak
Fonologi Keutuhan dalam bersuara
Sintaksis Memproduksi suara
Semantik Keutuhan dalam memaknai
Pragmatik Penerapan bahasa dalam kehidupan
Sumber: Levin G. (dalam Zubaidah, 2001)

Berdasarkan komponen perkembangan bahasa dan ciri tingkah laku yang menyertai di atas,
Dworetzsky (dalam Zubaidah, 2001) menjelaskan bahwa perkembangan bahasa anak normal
meliputi dua tahap, yaitu tahap pralinguistik dan tahap linguistik. Tahap pralinguistik adalah
masa anak berada pada masa belum mengenal bahasa atau mampu berbahasa. Tahap linguistik
adalah masa anak berada pada masa telah mengenal bahasa atau mampu berbahasa. Secara
rinci, tahapan tersebut dapat dipahami pada tabel-tabel berikut.
ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Pertama yaitu kesehatan.
Faktor ini sangat berpengaruh kepada perkembangan bahasa anak karena kesehatan sangatlah
menentukan kondisi dan perkembangan anak. Faktor kedua yaitu intelligence atau kecerdasan.
Anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi biasanya memiliki kemampuan berbahasa
yang lebih baik dan lebih cepat. Rasa ingin tahu mereka tinggi sehingga mereka sering banyak
bertanya. Selain itu, pengetahuan yang mereka miliki lebih dari anak yang memiliki tingkat
kecerdasan rendah sehingga dapat dikatakan jika mereka sering menyampaikan pendapat/ide
maupun informasi kepada lawan bicaranya. Faktor ketiga adalah status sosial ekonomi
keluarga. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa status sosial ekonomi keluarga menentukan
perkembangan bahasa anak usia dini. Anak yang berasal dari keluarga yang memiliki kondisi
ekonomi lebih baik cenderung menyediakan fasilitas yang lebih untuk perkembangan bahasa
anaknya, misalnya dengan membelikan boneka/robot yang dapat berbicara, buku-buku bacaan,
CD/video, dan lain-lain. Faktor keempat adalah jenis kelamin. Berdasarkan jenis kelaminnya,
anak perempuan memiliki kemampuan bahasa yang lebih baik dan lebih cepat dibandingkan
dengan anak laki-laki. Untuk itu, seorang ibu yang memiliki anak laki-laki seharusnya tidak
begitu mengkhawatirkan perkembangan bahasa anaknya karena hal ini wajar dan banyak
dialami oleh anak laki-laki lainnya. Dan faktor terakhir adalah hubungan keluarga. Kedekatan
anak dengan orang tua atau keluarga sangat menentukan kualitas perkembangan bahasa anak.
Ketika keluarga memberikan kasih sayang yang cukup dan anak merasa senang atau nyaman
dalam lingkungan tersebut, maka komunikasi akan sering terjalin dan anak akan mencapai
kelancaran berbahasa lebih cepat. Sebaliknya, jika hubungan anak dan orang tua atau keluarga
kurang dekat atau kurang sehat, maka anak akan sering mengalami problem seperti lambat
bicaranya, gagap, kata-katanya tidak jelas, serta malu atau bahkan takut untuk berkomunikasi
meskipun itu dengan keluarga sendiri.

Pola asuh orang tua dalam perkembangan bahasa anak


Pola asuh adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari
waktu ke waktu. Pola asuh ini sangat mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak. Pola
asuh yang benar akan memberikan perkembangan yang baik pada anak (Baumrind, 2000).
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak di atas telas di jelaskan
bahwa faktor terakhir yang merupakan hubungan keluarga sangat berpengaruh kepada anak
seperti yang telah di jelaskan di atas.

Berdasarkan uraian mengenai jenis-jenis pola asuh orang tua dan dampaknya terhadap
perkembangan anak pada subbab sebelumnya, dapat dipahami bahwa perkembangan (bahasa)
anak usia dini yang sesuai dengan standar atau di atas standar dapat tercapai dengan pola asuh
demokratis. Hal ini karena pola asuh demokratis berfungsi sebagai stimulus dalam
perkembangan bahasa anak usia dini. Penggalian kemampuan berbahasa dapat dilakukan
dengan baik menggunakan pola asuh demokratis.
Perkembangan (bahasa) anak usia dini akan berbeda jika orang tua menggunakan pola asuh
otoriter atau permisif. Berdasarkan uraian mengenai dampak-dampak pola asuh orang tua di
atas, dapat diketahui bahwa dampak pola asuh otoriter adalah membuat anak usia dini menjadi
pendiam. Dengan demikian, dipahami bahwa perkembangan bahasa anak usia dini dengan pola
asuh orang tua otoriter berada di bawah standar. Demikian juga dengan pola asuh orang tua
permisif. Pola asuh orang tua permisif tidak menggali kemampuan berbahasa anak usia dini
karena perkembangan anak cenderung “terlantar”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pola asuh yang paling tepat digunakan untuk meningkatkan perkembangan anak usia dini
adalah pola asuh demokratis.

Menurut para ahli bahasa perkembangan bahasa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor biologis, jenis kelamin, kecerdasan
dan kesehatan anak itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan
bahasa anak usia dini adalah faktor lingkungan yang meliputi kondisi sosial ekonomi keluarga
dan hubungan keluarga.

Selanjutnya, kaitannya dengan peran orang tua dalam pengembangan bahasa anak usia dini,
Epstein (2001) mengklasifikasikan enam jenis keterlibatan orang tua, yaitu meliputi parenting
(pengasuhan), communication (komunikasi), volunteering (sukarela), learning at home (belajar
di rumah), decision making (pengambilan keputusan), dan collaborating with the community
(kolaborasi dengan keluarga/masyarakat).
Keterlibatan orang tua yang pertama yaitu parenting (pengasuhan). Dalam poin ini, tujuannya
adalah membentuk lingkungan keluarga ibarat sekolah, jadi orang tua harus mendukung anak
- anak sebagai siswa. Jika dia membuat kesalahan, maka orang tua harus mengarahkan. Orang
tua juga harus mengajar dan mendidik anak agar menjadi anak yang baik dan berpotensi.
Keterlibatan kedua yaitu communication (komunikasi). Tujuan dari keterlibatan ini adalah
merancang bentuk komunikasi yang efektif dari sekolah ke rumah dan komunikasi dari rumah
ke sekolah sehingga mengetahui program sekolah dan kemajuan anak-anak mereka.
Selanjutnya, tujuan dari volunteering (sukarela) adalah mengatur bantuan dan dukungan orang
tua. Keterlibatan learning at home (belajar di rumah) memiliki tujuan memberikan informasi
dan gagasan kepada keluarga tentang bagaimana caranya membantu anak belajar di rumah,
yaitu bagaimana caranya membuat rencana kegiatan, mengaplikasikan dan mengevaluasi.
Dalam decision making (pengambilan keputusan), orang tua harus ikut serta atau terlibat dalam
keputusan sekolah, pengembangan pemimpin dan perwakilan orang tua. Dan yang terakhir
adalah collaborating with the community (kolaborasi dengan keluarga/masyarakat). Dalam
poin terakhir ini, orang tua harus mengidentifikasi dan mengintegrasikan sumber daya dan
layanan dari masyarakat untuk memperkuat program sekolah, praktik keluarga, pembelajaran
serta pengembangan siswa.
Dari macam-macam keterlibatan atau peran orang tua yang dijelaskan di atas, dapat diketahui
bahwa para ibu dan ayah memiliki peran unik dan penting dalam proses perkembangan bahasa
anak -anak mereka. Inilah alasan lain mengapa keberadaan atau kehadiran orang tua dalam
keluarga sangat bermanfaat bagi anak-anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara
maksimal.
Anak-anak belajar berkomunikasi dari orang-orang yang berada di sekitar mereka, yaitu
saudara laki-laki, saudara perempuan, kakek, nenek, keluarga besar, teman-teman serta ibu dan
ayah mereka. Dari kesemuanya, orang tua menempati posisi paling dominan sehingga dapat
dikatakan bahwa peran mereka paling utama dan pertama dibandingkan dengan yang lain. Bayi
dengan cepat belajar membedakan antara suara ibu dan bapaknya. Hal ini terjadi selama
minggu-minggu awal kehidupan dan dapat dikatakan bahwa ini adalah salah satu cara seorang
anak dalam merasakan perbedaan mendasar tentang jenis kelamin.

Anda mungkin juga menyukai