PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara umum kita bisa melihat bahwa kemampuan berbicara (communicative
competence) seorang anak dengan anak yang lain berbeda-beda. Ada anak yang
perkembangan berbicaranya lebih cepat dan ada juga yang mengalami keterlambatan
(Spielvolge, 2008). Apabila seorang anak mampu memproduksi bunyi atau suara yang
sesuai dengan tingkat usianya, maka ia dikatakan mempunyai kemampuan berbicara
yang baik, sebaliknya jika terdapat gangguan pada fase ini yang berhubungan dengan
kesulitan dalam produksi bunyi atau suara yang spesifik untuk berbicara atau adanya
gangguan dalam kualitas suara atau ganguan artikulasi (Fieldmen, 2005). Fieldmen
(2005:133) menjelaskan bahwa anak dikatakan terlambat berbicara, jika pada usia
kemampuan produksi suara dan berkomunikasi di bawah rata-rata anak seusianya.
Beberapa penelitian menunjukkan penyebab keterlambatan berbicara seperti yang
telah diteliti oleh Champbell 2003, Lawren 2011 dan Wenty 2011. Faktor yang
mempengaruhi keterlambatan berbicara yaitu adanya gangguan hemisfer dominan.
Penyimpangan ini biasanya merujuk ke otak kiri. Beberapa anak juga ditemukan
penyimpangan belahan otak kanan, korpus kalosum dan lintasan pendengaran yang
saling berhubungan. Faktor lain penyebab keterlambatan berbicara anak dapat juga
disebabkan oleh faktor di luar organ tubuh seperti lingkungan yang kurang
mendapatkan stimulasi yang cukup atau pemakaian dua bahasa. Namun, apabila
penyebabnya faktor lingkungan biasanya keterlambatan yang terjadi tidak terlalu
berat Judarwanto (2006). Keterlambatan berbicara pada anak adalah salah satu
kelainan yang sering dialami oleh anak-anak. Sastra (2010) menyatakan bahwa
keterlambatan bicara terjadi pada 1 dari 12 atau 5-8% dari anak-anak prasekolah. Hal
ini mencakup gangguan berbicara 3% dan gagap 1%. Pada penelitian lain,
Soetjiningsih (1994) manyatakan bahwa keterlambatan bicara 0,9 % pada anak
dibawah umur 5 tahun dan 1,94% pada anak usia 5-14 tahun.
1
B. Tujuan
1. Tujuan Umun
Untuk menyelesaikan tugas makalah yang diberikan dan mampu memberikan
asuhan kebidanan dengan menggunakan managemen kebidanan yang tepat pada
ibu hamil normal.
2. Tujuan khusus
Menetapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah kedalam proses asuhan
kebidanan serta mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan
penulis diharapkan :
a. Mampu menguraikan konsep dasar dan asuhan kebidanan pada An. H.
b. Mampu mengidentifikasikan dan melakukan analisa data yang terkumpul pada
An. H.
c. Mampu menginterprestasikan data yang terkumpul, baik dalam bentuk
diagnosa, masalah maupun mapun kebutuhan pada An. H.
d. Mampu mengidentifikasikan dan mengantisipasi diagnosa masalah potensial
pada An. H.
e. Mampu mengidentifikasi kebutuhan yang memerlukan intervensi dan
kolaborasi segera pada An. H.
f. Mampu membuat rencana tindakan pada An. H.
g. Mampu mengimplementasikan rencana tindakan yang dibuat pada An. H.
h. Mampu mengevaluasi sejauh mana tingkat keberhasilan management yang
telah dicapai pada An. H.
2
C. Manfaat
1. Bagi Lahan Praktik
Sebagai bahan masukan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan kebidanan
melalui pendekatan menejemen kebidanan pada anak prasekolah, yang dapat
mendeteksi masalah atau komplikasi yang dialami pada anak prasekolah.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
4
1. Kesulitan yang menetap untuk memperoleh dan menggunakan bahasa pada
berbagai modalitas (misalnya secara wicara, tertulis, bahasa isyarat, atau lainnya)
karena adanya kekurangan dalam pemahaman atau produksi yang meliputi sebagai
berikut;
a. Berkurangnya kosakata (pengetahuan dan penggunaan kata).
b. Struktur kalimat yang terbatas (kemampuan untuk menyusun kata dan akhiran
kata secara bersama-sama untuk membentuk kalimat berdasarkan aturan tata
bahasa dan morfologi).
c. Gangguan pada bercerita (kemampuan untuk menggunakan kosakata dan
menghubungkan kalimat untuk menjelaskan atau menggambarkan suatu topik
atau serangkaian kejadian atau untuk melakukan percakapan).
2. Kemampuan berbahasa secara bermakna dan terukur berada di bawah yang
diharapkan untuk usia yang sesuai, menyebabkan keterbatasan fungsional pada
komunikasi efektif, partisipasi social, pencapaian akademik, atau performa dalam
pekerjaan, secara individual atau dalam kombinasi.
3. Awitan gejala adalah pada periode perkembangan awal.
4. Kesulitan ini tidak disebabkan oleh gangguan pendengaran atau gangguan sensoris
lainnya, disfungsi motorik, atau kondisi medis atau neurologis lainnya dan tidak
dijelaskan dengan lebih baik oleh hendaya intelektual (gangguan perkembangan
intelektual) atau penundaan perkembangan global.
Kridalaksana (2007) menyatakan bahasa adalah sistem tanda bunyi yang disepakati
untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja
sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Pengertian bahasa menurut Gunarsa
(2008) yang menyatakan bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antar
anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan pikiran,
perasaan dan keinginannya.
Suyanto (2005), mengatakan bahwa anak mulai memeram atau cooing yaitu
melafalkan bunyi yang tidak ada artinya secara berulang, seperti suara burung yang
sedang bernyanyi. Setelah itu anak mulai belajar kalimat dengan satu kata seperti
“maem” yang dimaksud minta makan dan “cucu” yang dimaksud minta susu. Anak
pada umumnya belajar nama-nama benda yang ada disekitarnya sebelum kata-kata
yang lain.
5
B. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN BICARA
Banyak penyebab keterlambatan bicara, yang paling umum adalah rendahnya tingkat
kecerdasan yang membuat anak tidak mungkin belajar berbicara sama baiknya seperti
teman sebaya mereka yang kecerdasannya normal atau tinggi; kurang motivasi karena
anak mengetahui bahwa mereka dapat berkomunikasi secara memadai dengan bentuk
prabicara dorongan orang tua untuk terus menggunakan “bicara bayi” karena mereka
mengira yang demikian “manis”; terbatasnya kesempatan praktek berbicara karena
ketatnya batasan tentang seberapa banyak mereka diperkenankan bicara di rumah;
terus menerus bergaul dengan saudara kembar yang dapat memahami ucapan khusus
mereka dan penggunaan bahasa asing di rumah yang memperlambat memperlajari
bahasa ibu.
Salah satu penyebab yang tidak diragukan lagi, paling umum dan paling serius adalah
ketida kmampuan mendorong anak berbicara, bahkan pada saat anak mulai berceloteh.
Apabila anak tidak didorong berceloteh, hal itu akanmenghambat penggunaan
kosakata dan mereka akan terus tertinggal di belakang teman seusia mereka yang
mendapat dorongan berbicara lebih banyak. Kekurangan dorongan tersebut merupakan
penyebab yang serius. Keterlambatan bicara terlihat dari fakta bahwa apabila orang tua
tidak hanya berbicara kepada anak mereka tetapi juga menggunakan variasi kata yang
luas, kemampuan bicara anak akan berkembang dengan cepat (Hurlock, 1997).
Awal dari masa kanak-kanak terkenal sebagai masa tukang ngobrol, karena sekali
anak-anak dapat berbicara dengan mudah, ia tidak putus-putusnya bicara. Sebaliknya
ada anak-anak lain yang relatif diam, yang tegolong pendiam.
Menurut Hurlock (1997), faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya anak berbicara
sebagai berikut :
1. Inteligensi
Semakin cerdas anak, semakin cepat keterampilan berbicara dikuasai sehingga
semakin cepat dapat berbicara.
2. Jenis disiplin
Anak yang dibesarkan dengan disiplin yang cenderung lemah lebih
banyakberbicara daripada anak-anak yang orang tuanya bersikap keras dan
berpandangan bahwa “anak-anak harus dilihat tetapi tidak didengar”.
3. Posisi urutan
Anak sulung didorong untuk lebih banyak bicara daripada adiknya dan orang tua
lebih mempunyai banyak waktu untuk berbicara dengan adiknya.
6
4. Besarnya keluarga
Anak tunggal di dorong untuk lebih banyak bicara daripada anak-anak dari
keluarga besar dan orang tuanya mempunyai lebih banyak waktu untuk berbicara
dengannya.Dalam keluarga besar, disiplin yang ditegakkan lebih otoriter dan ini
menghambat anak-anak untuk berbicara sesukanya.
5. Status sosial ekonomi
Dalam keluarga kelas rendah, kegiatan keluarga cenderung kurang terorganisasi
daripada keluarga kelas menengah dan atas.Pembicaraan antar anggota keluarga
juga jarang dan anak kurang didorong untuk berbicara.
6. Status ras
Mutu dan keterampilan berbicara yang kurang baik pada kebanyakan anak berkulit
hitam dapat disebabkan sebagian karena mereka dibesarkan dalam rumah dimana
para ayah tidak ada atau dimana kehidupan keluarga tidak teratur karena
banyaknya anak atau karena ibu harus bekerja di luar rumah.
7. Berbahasa dua
Meskipun anak dari keluarga berbahasa dua sebanyak anak dari keluarga
berbahasa satu, tetapi pembicaraannya sangat terbatas kalau ia berada dalam
kelompok sebayanya atau dengan orang dewasa di luar rumah.
8. Penggolongan peran seks
Terdapat efek penggolongan peran seks pada pembicaraan anak sekalipun anak
masih berada dalam tahun-tahun pra-sekolah. Anak laki-laki diharapkan sedikit
berbicara dibandingkan dengan anak perempuan misalnya.
Mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan bicara, selain dari faktor-
faktor diatas, faktor risiko yang menyebabkan seorang anak menjadi terlambat bicara
juga diungkapkan oleh beberapa peneliti dan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian
yaitu :
A. Faktor Internal
1. Genetik
Gangguan bicara dan bahasa berkaitan dengan kerusakan kromosom 1,3,6,7,
dan 15. Kerusakan di kromosom ini juga berhubungan dengan gangguan
membaca. Kromosom tersebut membawa gen yang mempengaruhi
perkembangan sel saraf saat prenatal (Korbin, 2008).
7
2. Kecacatan fisik
Cacat yang berhubungan dengan gangguan bicara adalah kondisi fisik yang
menyebabkan gangguan penghantaran suara seperti gangguan pada telinga dan
bagian pendengaran. Gangguan yang lain adalah yang memengaruhi artikulasi
seperti abnormalitas bentuk lidah, frenulum yang pendek, atau adanya celah di
langit-langit mulut (Perna, 2013).
3. Malfungsi neurologis
Gangguan neurologis juga dapat berkaitan dengan gangguan penghantaran
suara di telinga akibat kerusakan sistem saraf. Proses pembentukan saraf
selama masa prenatal yang terganggu merupakan penyebab tersering karena
pemakaian obat-obatan selama kehamilan (Perna, 2013).
4. Prematur
Prematuritas dalam hal keterlambatan bicara pada anak berhubungan dengan
berat badan lahir yang rendah. Berat badan lahir rendah merupakan indikasi
bahwa nutrisi yang diedarkan ke dalam tubuh belum maksimal sehingga
perkembangan beberapa bagian tidak optimal. Prematur juga menyebabkan
belum sempurnanya pembentukan beberapa organ sehingga dalam
perkembangannya mengalami keterlambatan (Amin dkk, 2009).
5. Jenis kelamin
Keterlambatan bahasa lebih banyak pada anak laki-laki (77,8%) dibandingkan
pada perempuan(Hertanto dkk, 2011). Sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hidayati di RSUD Kariadi Semarang, dimana secara teori
dikatakan bahwa level tinggi dari testosteron pada masa prenatal
memperlambat pertumbuhan neuron di hemisfer kiri (Hidajati, 2009).
B. Faktor Eksternal
1. Urutan/jumlah anak
Anak pertama lebih sering mengalami terlambat bicara dan bahasa. Jumlah
anak yang semakin banyak maka kejadian keterlambatan bicara makin
meningkat atau insiden keterlambatan bicara sering terjadi pada anak yang
memiliki jumlah saudara banyak karena berhubungan dengan komunikasi
antara orangtua dan anak. Anak yang banyak akan mengurangi intensitas
komunikasi anak dan orangtua (Hartanto dkk, 2009).
8
2. Pendidikan ibu
Pendidikan ibu yang rendah meningkatkan kejadian keterlambatan bicara pada
anak. Penelitian mendapatkan angka sekitar 20% anak dengan ibu
berpendidikandibawah SMAmengalami keterlambatan bicara.Pendidikan ibu
yang rendah menyebabkan ibu kurang perhatian terhadap perkembangan anak
dan kosakata yang dimiliki ibu juga kurang sehingga tidak mampu melatih
anaknya untuk bicara (Hertanto dkk, 2009).
3. Status sosial ekonomi
Sosial ekonomi yang rendah meningkatkan risiko terjadinya keterlambatan
bicara. Orangtua yang tidak mampu secara ekonomi akan lebih fokus untuk
pemenuhan kebutuhan pokoknya dan mengabaikan perkembangan anaknya.
Sosial ekonomi rendah juga rawan untuk terjangkit penyakit infeksi yang
memungkinkan terjadinya gangguan saraf dan kecacatan (Perna, 2013).
4. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga berhubungan dengan pola asuh atau interaksi orangtua dengan
anak dalam suatu keluarga. Fungsi keluarga berpengaruh terhadap perilaku
anak dan juga insiden keterlambatan bicara pada anak. Keluarga dengan fungsi
buruk maka di dalam keluarga tidak terdapat kehangatan dan hubungan emosi
tidak terjalin dengan baik. Anak sering mengalami salah asuh atau perawatan
yang salah dan pengabaian.
Keluarga yang fungsinya baik tidak akan pernah terjadi kekerasan dalam
rumah tangga terutama kehamilan yang berefek terhadap perkembangan mental
anak. Keluarga yang berfungsi buruk karena pengabaian dan kesibukan
orangtua sehingga anak dibekali dengan gadget untuk bermain sehingga tenang
dan hal tersebut membuat kemampuan anak dalam bicara dan bahasa tidak
terlatih dengan baik (Restiyani, 2013).
5. Bilingual
Penggunaan dua bahasa atau lebih di rumah dapat memperlambat kemampuan
anak menguasai kedua bahasa tersebut. Anak dengan kemampuan bilingual
dapat menguasai kedua bahasa tersebut sebelum usia lima tahun. Pada anak
dengan keterlambatan bicara yang disertai penggunaan beberapa bahasa di
rumah, akan menghambat kemajuan anak tersebut dalam tata laksana
selanjutnya sehingga bilingual harus dihilangkan pada anak yang mengalami
keterlambatan bicara (Mangunatmadja, 2010).
9
C. DEFINISI HIPERAKTIFITAS
Gangguan kurang perhatian dan hiperaktifitas adalah suatu gangguan tingkah laku anak yang
penyebab pastinya tidak diketahui;5 beberapa faktor kelainan neurobiologi dan pengaruh
lingkungan disebut-sebut meningkatkan terjadinya gangguan ini. Sim Guan dalam tulisannya
menyatakan bahwa gangguan kurang perhatian dan hiperaktifitas adalah suatu kelainan
perilaku pada masa anak usia pra sekolah dan sering berlanjut sampai dewasa dengan
perilaku anti sosial. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi yang cermat untuk menegakkan
diagnosis awal, agar pengobatan dan intervensi yang tepat dapat dilakukan. Mengingat
banyaknya gangguan kurang perhatian dan hiperaktifitas yang ditemukan dalam praktek
sehari hari yang kadang-kadang luput dalam pengamatan, maka pemantauan perkembangan
anak menjadi sangat penting. Pemantauan yang baik akan menghasilkan deteksi dini kelainan
perkembangan anak, sehingga intervensi dini dapat dilakukan dan tumbuh kembang anak
dapat berlangsung lebih optimal, yang pada akhirnya kelainan perilaku waktu dewasa dapat
dihindarkan. Tidak ada pemeriksaan ataupun laboratorium yang spesifik untuk menunjang diagnosis
gangguan kurang perhatian dan hiperaktifitas. 1 Kecurigaan terhadap kelainan ini sebagian besar
didapatkan dari anamnesis orang tua (ibu), guru, dan anggota keluarga lain. Tulisan ini bertujuan
untuk mengemukakan besarnya angka kejadian dan etiologi gangguan kurang perhatian dan
hiperaktifitas pada anak, kriteria diagnosis, penatalaksanaan dan prognosis.
10
c. Impulsif
Gejala impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk menunda respon. Ada semacam
dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak terkendali. Dorongan
tersebut mendesak untuk diekspresikan dengan segera dan tanpa pertimbangan.
Contoh nyata dari gejala impulsif adalah perilaku tidak sabar. Anak tidak akan sabar
untuk menunggu orang menyelesaikan pembicaraan. Anak akan menyela
pembicaraan atau buru-buru menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan.
Bertindak tanpa dipikir, misalnya mengejar bola yang lari ke jalan raya, menabrak pot
bunga pada waktu berlari di ruangan, atau berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu
akibatnya. Anak juga tidak bisa untuk menunggu giliran, seperti antri misalnya. Sisi
lain dari impulsivitas adalah anak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas yang
membahayakan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Selain ketiga gejala di atas, untuk dapat diberikan diagnosis hiperaktif masih ada beberapa
syarat lain. Gangguan di atas sudah menetap minimal 6 bulan, dan terjadi sebelum anak
berusia 7 tahun. Gejala-gejala tersebut muncul setidaknya dalam 2 situasi, misalnya di rumah
dan di sekolah.
Adapun ciri-ciri khusus anak yang hiperaktif diantaranya ialah sebagai berikut :
Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering menggeliat.
Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis.
Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak
selayaknya.
Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.
Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak
pernah habis.
Sering terlalu banyak bicara.
Sering sulit menunggu giliran.
Sering memotong atau menyela pembicaraan.
Jika diajak bicara tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis
terhadap lawan bicaranya).
11
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan
anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang
masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak
kembar. Anak laki-laki dengan eksra kromosom Y yaitu XYY, kembar satu telur
lebih memungkinkan hiperaktif dibanding kembar dua telur.
2. Faktor Neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan
masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal,
persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimia gravidarum atau eklamsia
dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di samping itu faktor-
faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda,
ibu yang merokok dan minum alkohl juga meninggikan insiden hiperaktif.
Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang
neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah
satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat
aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi.
Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu
pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah
orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan
3. Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet
memilikipotensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu,
kadar timah (lead) dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok
dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat
melahirkan calon anak hiperaktif.
4. Faktor Kultural dan Psikososial
Pemanjaan.
Pemanjaan dapat juga disamakan dengan memperlakukan anak terlalu manis,
membujuk-bujuk makan, membiarkan saja, dan sebagainya. Anak yang terlalu
dimanja itu sering memilih caranya sendiri agar terpenuhi kebutuhannya.
Kurang disiplin dan pengawasan.
Anak yang kurang disiplin atau pengawasan akan berbuat sesuka hatinya,
sebab perilakunya kurang dibatasi. Jika anak dibiarkan begitu saja untuk
12
berbuat sesuka hatinya dalam rumah, maka anak tersebut akan berbuat sesuka
hatinya ditempat lain termasuk di sekolah. Dan orang lain juga akan sulit
untuk mengendalikannya di tempat lain baik di sekolah.
kesenangan.
Anak yang memiliki kepribadian yang berorientasi kesenangan umumnya akan
memiliki ciri-ciri hiperaktif secara sosio-psikologis dan harus dididik agak
berbeda agar mau mendengarkan dan menyesuaikan diri.
13
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN TERHADAP AN. H USIA 4 TAHUN
DENGAN SPEECH DELAYED EC HIPERAKTIFITAS-IMPULSIFITAS,
GANGGUAN EMOSI PERILAKU DAN DISPRAXIA PERKEMBANGAN
DI KLINIK TUMBUH KEMBANG ANAK YAMET CIBUBUR
TAHUN 2019
C. RIWAYAT PARTUS
Premature : tidak
Usia kehamilan : 37 bulan
BB Bayi : 1700 gram
PB bayi : 40 cm
Lama waktu bersalin : 30 menit
Penolong : Dokter
Tempat bersalin : RS Medistra
Hal spesifik saat bersalin : kehamilan kembar, lahir ke-2 dengan komplikasi compound
14
sehingga di putar akhirnya kepala terlebih dahulu yang keluar.
Jarak anak ke-1 dan ke-2 30 menit
D. RIWAYAT POSTNATAL
Minum ASI sampai : 18 bulan
Pernah jatuh : tidak
Pernah sakit parah : ya, usia 18 bulan sakit Campak
Sakit karena virus : ya, DBD dan Campak
15
Makan makanan keras : tidak
Makan makanan berkuah : tidak
Pilih pilih makanan : tidak
Makan diemut : ya
Mengunyah makanan saat makan : tidak
I. PERKEMBANGAN SOSIAL
Perilaku saat bertemu orang baru : ramah
Perilaku saat bertemu teman seumur : menyapa
Perilaku saat bertemu teman yang lebih muda : cuek, cenderung tidak suka (cemburu)
Perilaku saat bertemu teman yang lebih tua : salim, menyapa
Bermain dengan banyak anak : ya
DATA OBYEKTIF
A. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
BB : 19 kg
TB : 110 cm
Masalah : keterlambatan bicara dan hiperaktifitas-impulsifitas,
gangguan emosi perilaku, dispraxia perkembangan
ANALISA DATA
Diagnosa : An. H Usia 4 Tahun dengan speech delayed ec hiperaktifitas-impulsifitas,
gangguan emosi perilaku dan dispraxia perkembangan
DS
a. Ibu mengatakan anaknya lahir pada tanggal 20 Februari 2015
b. Ibu mengatakan bahwa anaknya belum lancar dalam berkomunikasi
16
DO
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. BB : 19 kg
d. TB : 110 cm
Masalah : keterlambatan bicara dan hiperaktifitas-impulsifitas
gangguan emosi perilaku dan dispraxia perkembangan
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tindakan dan evaluasi catatan perkembangan :
Senin, 18 Maret 2019
Behaviour Therapy Sensory Interation (SI)
Kesiapan diri : 1. Raba
- Adaptasi a. Pasif
- Kontak mata - Brushing
- Perintah sederhana b. Aktif
Kemampuan imitasi : (Badan)
Imitasi sederhana dengan objek, imitasi - Berguling
motoric kasar gerakan lengan dan tangan, - Mandi bola
imitasi gerakan static vs kinetik, imitasi - Merayap
gerakan motoric halus, imitasi gerakan 2. Vestibular
kepala dan mulut, imitasi urutan gerakan. a. Pasif
- Duduk di ayunan kotak sambil
Bahasa pemahaman : diayunkan
- Menyamakan warna, bentuk - Berdiri di ayunan sambil diayunkan
- Lotto kartu 3x3 b. Aktif
(statik)
VB1 Kosa kata kerja : - Aktifitas memasang donat posisi
Makan, minum, tepuk tangan, dadah, salam, duduk diayunan kotak yang
duduk, berdiri, tidur, berjalan, merangkak, diayunkan
memanjat. (dinamis)
VB2 Kosa kata benda : - Berjalan dengan titian rendah/tinggi
17
Baju, celana, kaos, topi, sepatu, kaoskaki, - Lompat trampolin buka tutup kaki
18
- Puzzle alat transportasi kepala dan mulut, imitasi urutan gerakan.
19
huruf konsonan
20
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gangguan keterlambatan bicara atau speech delay mempunyai beberapa faktor penyebab.
Istilah yang dipergunakan untuk mendiskripsikan adanya hambatan pada kemampuan bicara
dan perkembangan bahasa pada anak-anak, tanpa disertai keterlambatan aspek perkembangan
lainnya. Pada umumnya mereka mempunyai perkembangan intelegensi dan sosial-emosional
yang normal. Problem ini terjadi atau di alami 5 sampai 10% anak-anak usia prasekolah.
Beragam faktor seperti hambatan pendengaran, hambatan perkembangan pada anak yang
mengusai kemampuan oral-motor, masalah ketururuan, masalah pembelajaran dan
komunikasi pada orang tua, dan faktor televisi (yang tidak memberikan respon apa-apa pada
penontonnya). Sebagaian besar anak terlambat bicara secara fungsional adalah kurangnya
latihan, lebih banyak bermain sendiri, terlalu pasif, terlalu banyak menonton televisi atau
dikarenakan menggunakan dua atau lebih bahasa, pada dasarnya jika anak terlambat bicara
namun mengerti semua yang diucapkan kepadanya dan mampu berinteraksi dengan baik
sekitarnya, maka perihal anak terlambat bicara ini dapat ditoleransi. Dalam kehidupan sehari-
hari, semua menggunakan bahasa untuk saling bertukar informasi, perasaan, keinginan, dan
bermacam-macam pikiran. Selain itu, kemampuan belajar secara akademis, apabila anak
sudah saatnya duduk dibangku sekolah
B. SARAN
1. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan dapat lebih menerapkan asuhan sesuai teori agar asuhan yang diberikan dapat
tepat sasaran dan diharapkan melakukan pengkajian secara terperinci agar dapat mendeteksi
kemungkinan-kemungkinan penyimpangan pada anak dan dapat terlaksana dengan baik dan
mulai menerapkan asuhan secara optimal.
21
22