Anda di halaman 1dari 3

Jurnal Pendidikan dan Praktek www.iiste.

org
ISSN 2222-1735 (Kertas) ISSN 2222-288X (Online)  
Vol.6, No.32, 2015

 
Keterlambatan Bicara dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya
(Studi Kasus pada Anak dengan Aq Awal)
Syamsuardi
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia

Abstrak
Setiap orang tua menginginkan perkembangan yang sesuai untuk anak-anaknya. Salah satu kekhawatiran besar orang tua adalah
perkembangan bicara anak-anak; mereka khawatir jika anak-anak mereka terlambat berbicara. Pidato anak-anak
perkembangannya dipengaruhi oleh faktor fisik dan lingkungan. Penyebab faktor fisik berhubungan dengan
masalah tetapi peran faktor lingkungan lebih kompleks karena melibatkan peran pendidikan
keluarga sebagai titik tolak kemampuan anak berbicara. Keterlambatan bicara anak dilihat dari
Faktor lingkungan yang mendasari peran orang tua dalam melatih kemampuan berbicara anak antara lain:
kurangnya waktu yang dihabiskan orang tua dan anak bersama-sama, kurangnya pemahaman tentang pengembangan potensi anak,
dan gaya bicara orang tua mengikuti gaya bicara anak. Keterlambatan bicara pada anak akan mempengaruhi aspek lainnya
perkembangannya jika tidak ditangani dengan baik.
Kata kunci: kemampuan berbicara, orang tua dan lingkungan keluarga

1. Perkenalan
Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan alat untuk berinteraksi satu sama lain dalam kehidupannya. Kemampuan berbicara sebagai bagian dari a
sarana komunikasi di antara orang-orang membuat perkembangan bicara, khususnya pada anak-anak, menjadi perhatian
setiap orang tua. Banyak orang tua yang khawatir saat mengetahui anaknya yang sudah memasuki usia 2-3 tahun
memiliki kendala dalam hal kemampuan berbicara.
Keterlambatan perkembangan bicara anak bisa saja disebabkan oleh kondisi fisik anak dan
faktor lingkungan. Kendala karena faktor fisik tentunya bisa diatasi dengan pengobatan medis
namun keterlambatan kemampuan berbicara karena faktor lingkungan menjadi masalah lain yang biasanya muncul
dalam pendidikan informal. Hal ini dikarenakan peran pendidikan informal atau biasa disebut dengan pendidikan dalam
keluarga, adalah tempat pertama anak belajar berbicara. Kesalahan yang dilakukan oleh orang tua dan lingkungan keluarga dalam
melatih bicara anak akan menimbulkan masalah dalam perkembangan bicara anak selanjutnya. Kahlmar (2008) berpendapat
bahwa lingkungan dengan banyak ekspresi bicara adalah tempat yang mendorong anak-anak untuk berbicara dan
memberikan contoh penggunaan penekanan, pengorganisasian, dan dialek untuk membantu anak-anak mengembangkan dan meningkatkan bahasa mereka
keterampilan. Sementara itu, Nilsen (2004) mengungkapkan bahwa kemampuan berbicara adalah penggunaan suara dalam mengungkapkan maksud untuk
orang lain berupa kata-kata yang mengandung makna agar dapat dipahami oleh orang lain.
Dalam masyarakat, banyak dijumpai berbagai perkembangan bicara pada anak yang berbeda-beda. Ada beberapa
anak usia 2 tahun yang sudah bisa menyebutkan kata dengan jelas. Bahkan ada anak-anak di
usia 3 tahun yang sudah bisa berbicara dengan jelas, menyanyikan sebuah lagu, bahkan menghafal Al-Quran dengan lancar.
Namun ada juga anak yang sudah memasuki usia 4 tahun, namun masih sulit untuk menyebutkan kata-kata atau
frase.
Membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak, tentunya tidak bisa di pungkiri penyebabnya
digeneralisasikan; harus dilihat dari masing-masing individu agar masalahnya lebih mengarah pada masalah kasuistik.
Dengan demikian, penanganan terhadap anak yang mengalami keterlambatan bicara dapat diberikan secara tepat sesuai dengan kondisi anak yang mengalami keterlambatan bicara
penyebab masalah.
Menurut Maria (2011), perkembangan bicara anak dapat dibagi menjadi 4 (empat) tahap, yaitu:
periode pra-lingual (tahun pertama), periode lingual awal (1 hingga 2,6 tahun), periode diferensiasi (2,6 hingga 5 tahun) dan
jangka waktu jatuh tempo (5 tahun ke atas). Perkembangan pada setiap periode memiliki ciri khas tersendiri sehingga
indikator pencapaian kemampuan bicara anak dapat dicocokkan dengan baik dengan masa perkembangannya
usia anak. Perkembangan anak pada masa pra-bahasa atau disebut juga pra-verbal, adalah
umumnya hanya diekspresikan dalam bentuk tangisan dan pengucapan yang tidak beraturan yang seolah-olah tidak ada
arti. Padahal bagi seorang bayi, setiap suara yang dihasilkan memiliki makna tertentu terkait dengan kebutuhannya. Bayi dalam
usia 7-12 bulan sudah bisa menyebutkan satu suku kata (ma...ma...pa...pa...da...da.....).
Periode verbal awal atau disebut juga periode lingual awal adalah periode perkembangan bicara yang
terjadi bersamaan dengan masa transisi dari bayi ke balita (dibawah tiga tahun). anak itu
kemampuan berbicara masih sangat sederhana; Perkembangan ini biasanya ditandai dengan kondisi dimana anak-anak
hanya bisa menyebut dua kata. Pada masa diferensiasi, anak mampu menggunakan ucapannya sebagai bagian dari
interaksi dengan orang lain. Apalagi pada periode ini anak sudah mampu mengungkapkan fantasinya melalui
penggunaan kata-kata atau cerita yang biasanya muncul secara spontan. Kemampuan bertanya dari anak yang masuk
periode ini juga muncul sehingga banyak orang tua yang kesulitan menjawab pertanyaan yang terkadang tidak
masuk akal; jawabannya terkadang di luar pengetahuan orang tua.

68

Jurnal Pendidikan dan Praktek www.iiste.org


ISSN 2222-1735 (Kertas) ISSN 2222-288X (Online)  
Vol.6, No.32, 2015

 
Periode diferensiasi terutama pada usia 2,5 - 3,5 tahun telah menyebabkan peningkatan perkembangan semantik
(mampu memahami bahasa); penambahan kosa kata dan ketepatan penggunaan kata-kata tersebut telah
ditunjukkan dengan jelas. Dalam perkembangan ini, anak mampu diajak berkomunikasi dengan baik dalam hal
bercerita, berdiskusi dan mendengarkan cerita.
Perkembangan bahasa anak usia 3-5 tahun menurut Seefeldt & Wasik (2006) mengalami peningkatan
sangat pesat dalam hal penguasaan kosakata. Pada usia tiga tahun, anak sudah mampu menguasai sebanyak 900-1000
kata dan meningkat menjadi 4000-6000 kata pada usia empat tahun. Pada usia lima tahun, kosakata anak-anak menjadi
sebanyak 5000-8000 kata.
Ukuran perkembangan kemampuan anak dapat dilakukan dengan mengamati kemampuan anak
ketika berbicara dan menanggapi beberapa tanggapan yang terkait dengan penggunaan komunikasi di lingkungan
sekitar anak. Beaty (2013) mengukur ucapan anak dengan melihat respon berupa mendengarkan tetapi
tidak berbicara, memberikan jawaban satu kata, memberikan tanggapan dalam frasa pendek, melakukan nyanyian, berpartisipasi dalam
percakapan, berbicara dalam kalimat yang panjang, mengajukan pertanyaan dan bercerita.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan, ditemukan bahwa perkembangan bicara seorang anak
dengan inisial Aq (6 tahun) sangat rendah. Anak ini sebenarnya dalam periode di mana dia sudah memiliki cukup
kosakata, kemampuan menyebutkan kata dengan benar, kemampuan memahami bahasa, dan kemampuan
menghasilkan kalimat yang panjang, tetapi masih belum tercapai. Oleh karena itu, menjadi penting untuk mempelajari tentang
penyebab keterlambatan bicara yang terjadi pada Aq untuk mencari pengobatan yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut.

2. Metode Penelitian
d k li i l hd l li i i i li i k d li i k li if b
Berdasarkan analisis masalah dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif berupa
studi kasus. Metode kualitatif dapat digunakan untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyi di balik yang tidak diketahui
fenomena. Selain itu, metode kualitatif dapat memberikan rincian lebih lanjut tentang fenomena kompleks yang ada
sulit untuk diungkapkan dengan metode kuantitatif (Strauss & Juliet, 1990).
Alasan dipilihnya pendekatan ini adalah karena setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga di-
studi mendalam dan komprehensif diperlukan untuk kasus ini. Subjek dalam penelitian ini adalah 1 (satu) orang anak. Data
yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan model interaktif Milles dan Huberman; data akan diatur dalam
bentuk kategori dan selanjutnya dijabarkan dalam bentuk satuan. Langkah selanjutnya, data penting adalah
dianalisis, dirangkum dan ditulis dalam laporan penelitian.
Pengujian keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 3 (tiga) teknik, yaitu
penyuluhan partisipasi, penyuluhan observasi dan triangulasi sumber.

3. Temuan Penelitian
3.1 Kemampuan Bicara Aq
Data yang ditemukan melalui observasi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan bicara Aq sangat rendah dibandingkan
terhadap perkembangan anak normal. Hal ini dapat ditunjukkan dengan penguasaan kosa kata, pengucapan dan kemampuan
menghasilkan ekspresi yang tidak dapat dilakukan dengan baik. Dalam berinteraksi dengan orang lain, Aq hanya bisa menyebut dua-
frase kata; hal ini sangat jauh berbeda dengan apa yang dapat dilakukan teman-temannya pada usia 6 (enam) tahun.
Dalam berkomunikasi dengan orang lain, Aq hanya terbiasa mengucapkan kata "oeiii.....", serta
ketika menanyakan sesuatu ada hubungannya dengan kata-kata “oeiii….oeiii….buka….nini…..”. Kondisi menunjukkan
bahwa kemampuan Aq untuk memahami pada dasarnya telah berkembang tetapi terhambat pada kemampuan menyebutkan apa yang ada di
pikirannya.
Memahami kondisi yang ditunjukkan oleh Aq, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbicaranya berada pada level
mampu memberikan jawaban satu kata, menanggapi frasa singkat, dan mengajukan pertanyaan singkat; tapi dia tidak
mampu melakukan pelafalan, tidak dapat berpartisipasi dalam percakapan, belum dapat berbicara dalam kalimat yang panjang
dan belum bisa bercerita.

3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan Bicara


Dalam melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berbicara anak, muncul beberapa permasalahan dari dua hal
(2) faktor, faktor fisik dan lingkungan, perlu diperhatikan. Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara, data yang diperoleh adalah:
3.2.1 Faktor Fisik
Aktivitas bermain yang dilakukan Aq tidak berbeda dengan yang dilakukan anak-anak lainnya. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan,
Kondisi kesehatan Aq sama saja dengan kondisi anak normal. Penampilan fisiknya juga bagus,
dengan berat badan sedikit di atas rata-rata dan tinggi badan anak normal. Selain itu, ia lahir melalui kelahiran normal
proses.
Pada dasarnya kondisi fisik Aq tidak menunjukkan adanya kelainan atau kelainan pada kedua pendengarannya
dan struktur mulut dan lidah. Hal ini berdasarkan observasi yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan Aq mendengarkan ketika
dipanggil dengan menggunakan frekuensi suara kecil. Selain itu, struktur mulut, lidah dan gigi tidak

69

Jurnal Pendidikan dan Praktek www.iiste.org


ISSN 2222-1735 (Kertas) ISSN 2222-288X (Online)  
Vol.6, No.32, 2015

 
memiliki masalah untuk mendukung kemampuan berbicaranya.
3.2.2 Faktor Lingkungan
Ketika membahas faktor kedua, yaitu faktor lingkungan, maka perlu dilakukan identifikasi lingkungan
yang memberikan pengaruh besar dalam perkembangan kemampuan bicara Aq. Penelitian ini difokuskan pada keluarga
lingkungan, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Ketiga lingkungan ini memainkan peran penting
dalam mendukung perkembangan bicara anak, dan keluarga menjadi faktor dominan dalam perkembangan bicara anak
kemampuan untuk berkomunikasi.
3.2.2.1 Lingkungan keluarga
3.2.2.1.1 Pengasuhan 2 tahun pertama dipercayakan kepada babysitter
Aq adalah anak ketiga dari pasangan yang berlatar belakang pekerjaan PNS. Kondisi ini mengharuskan orang tua
menitipkan Aq kepada pengasuh (babysitter). Pengasuh mulai mengasuh Aq saat Aq berumur 1 (satu) bulan sampai dua (2)
tahun.
Babysitter yang mengasuh Aq selama dua tahun pertama adalah kerabat dari orang tua Aq yang berasal dari
daerah terpencil di luar kota. Alih-alih memiliki latar belakang pendidikan pengasuhan, dia hanya lulus
dari sekolah dasar dan dikenal sebagai gadis introvert.
Frekuensi keterlibatan orang tua selama dua tahun pertama ini dinilai sangat kurang karena
tuntutan kerja, sehingga anak lebih banyak menghabiskan waktu bersama babysitter dengan perbandingan 2 : 1 atau sebanyak sepuluh (10)
jam dengan babysitter dan 5 (lima) jam bersama orang tuanya.
3.2.2.1.2 Kurangnya pemahaman tentang pengasuhan anak
Orang tua dan pengasuh harus memperhatikan pentingnya mengembangkan potensi anak. Kurangnya
Pemahaman yang dimiliki oleh pengasuh akan berdampak pada perkembangan anak yang tidak akan berjalan
secara optimal. Dilihat dari latar belakang pendidikan pengasuh Aq, dapat dikatakan pengasuh tidak memiliki
pemahaman mendasar dalam hal pengasuhan anak. Tanpa pendidikan dan pelatihan, pengasuh secara langsung
dipercaya untuk merawat anak. Selain itu, sebagai seorang gadis yang tidak memiliki pengalaman sebagai orang tua, pengasuh Aq
orientasinya hanya untuk menenangkan anak, berusaha tidak menangis dan tidak rewel, tanpa memperhatikan aspek anak
perkembangan.
Beberapa upaya yang biasa dilakukan oleh pengasuh Aq agar anak tenang, tidak menangis, mengeluarkan biaya lebih
waktu untuk tidur dan terus memberikan susu botol untuk membuat anak tenang. Dalam hal memberikan stimulus untuk
perkembangan bicara anak, pengasuh mengaku tidak memperhatikannya karena ketidaktahuan
potensi anak selama tahun pertama.
3.2.2.1.3 Gaya bicara orang tua mengikuti gaya bicara anak
Cara orang tua Aq memperlakukan anaknya sama seperti yang biasa dilakukan orang tua lain terhadap anaknya,
seperti bermain, bercanda, dan saling berkomunikasi. Tapi ada beberapa kebiasaan yang diwarisi dari
generasi ke generasi dan masih sering dijumpai dilakukan oleh orang tua dalam memberikan pelatihan berkomunikasi dengan
anak mereka. Seperti yang dilakukan orang tua Aq dalam berkomunikasi dengan anaknya, orang tua tidak bertindak sebagai
pembicara yang baik untuk ditiru oleh anak mereka, tetapi mereka meniru ucapan anak mereka. Ini, tentu saja, akan
mendorong anak-anak untuk menghasilkan kata-kata dengan cara yang tidak pantas.
3.2.2.2 Lingkungan sekolah
Keikutsertaan Aq dalam pembelajaran di sekolah dimulai pada usia 3 tahun di tempat penitipan anak. Berdasarkan wawancara,
awalnya sebelum masuk kelas, tutur kata Aq masih dianggap sangat buruk karena umumnya disetiap
interaksi, Aq lebih banyak menggunakan bahasa isyarat dan hanya bisa mengucapkan satu kata. Setelah belajar di tempat penitipan anak untuk
1 tahun, Aq mulai menunjukkan pidato yang mampu mengucapkan dua atau tiga kata. Memasuki usia 4 tahun, Aq kemudian
pergi belajar di TK dan dianggap sebagai salah satu anak yang suka mengganggu teman-temannya di
waktu belajar. Namun, tidak ada perlakuan serius yang dilakukan pihak sekolah dalam mengatasi masalah Aq tersebut, biasanya para
guru hanya secara spontan mengeluarkan Aq dari kelas dan membiarkannya bermain bebas di luar kelas dengan
niat agar Aq tidak lagi mengganggu teman-temannya pada saat belajar.
3.2.2.3 Lingkungan masyarakat
Kondisi tempat tinggal menjadi salah satu aspek yang mempengaruhi perkembangan kemampuan anak untuk
menyampaikan. Hal ini karena komunikasi menjadi alat interaksi dalam masyarakat. Namun,
kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal Aq tidak dapat mendukung interaksinya dengan orang lain,
apalagi dengan teman sebaya karena minimnya interaksi di lingkungan sekitar rumahnya. Saat memasuki usia
4 tahun, setelah mengikuti pembelajaran di TK, Aq besar di tempat ibunya bekerja hingga
akan pulang setelah bekerja. Hal ini membuat Aq kehilangan kesempatan bermain bersama teman-temannya di usia 4-5 tahun. Juga, Aq
tidak bisa berinteraksi dengan orang-orang di sekitar rumahnya.

4. Diskusi
Perkembangan kemampuan berbahasa anak merupakan hasil pengolahan masukan yang diperoleh dari
lingkungan: lingkungan keluarga, teman sebaya, atau masyarakat. Perkembangan bahasa anak dapat
dicapai dengan baik jika anak memasuki perkembangannya dengan mempraktekkan hal-hal yang akan terjadi sepanjang hidup

70

Jurnal Pendidikan dan Praktek www.iiste.org


ISSN 2222-1735 (Kertas) ISSN 2222-288X (Online)  
Vol.6, No.32, 2015

 
pengalaman.
Kondisi Aq, terkait dengan perkembangan bahasanya terutama kemampuan berbicara, pada dasarnya tidak
dipengaruhi oleh faktor fisik. Berdasarkan data yang diperoleh, perkembangan fisik Aq dapat dikategorikan dalam
keadaan baik. Apalagi perkembangan motorik Aq sudah berkembang dengan baik sehingga bisa dikatakan berbicara
Masalah itu bukan berasal dari dalam dirinya melainkan dari faktor lingkungannya, baik keluarga, sekolah, ataupun
masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat Chomsky (dalam Susanto: 2011) yang menyatakan bahwa setiap anak memiliki fitrah
kemampuan berbahasa sehingga masa perkembangan awal merupakan fase penting untuk mengembangkan bahasa anak. Jika anak-anak
tidak dilatih untuk berlatih dan mengalami bahasa sebelum pubertas, mereka tidak akan dapat menggunakan bahasa yang baik
struktur sepanjang hidup mereka.
Kemampuan bicara Aq sangat jauh berbeda dengan anak normal pada umumnya. Sampai usia 6 tahun,
dia hanya mampu menyebutkan tiga sampai empat kata. Sementara itu, Hurlock (1978) mengungkapkan bahwa kemampuan
anak pada usia lima tahun dapat dilihat dari beberapa kegiatan; anak mampu menggunakan kata deskripsi; itu
anak tahu lawan kata; anak dapat berbicara dengan jelas kecuali ada masalah dalam pengucapan; anak
dapat mengikuti tiga instruksi secara bersamaan; anak memahami konsep waktu dan dapat mengulangi a
kalimat yang mengandung sembilan kata. Dibandingkan dengan teori, Aq masih belum bisa mencapai indikator; dia tidak
dapat menggunakan deskripsi kata, tidak dapat berbicara dengan jelas, tidak dapat mengikuti tiga petunjuk dan belum dapat
mampu mengulang seluruh kalimat sembilan kata. Namun, Aq telah menunjukkan kemampuan untuk memahami orang lain
orang dan memahami konsep waktu seperti pagi, siang, dan malam.
Kurangnya peran lingkungan dalam melatih kemampuan bicara Aq menjadi penyebab utama belum optimalnya Aq
perkembangan bahasa. Kurangnya rangsangan dalam mendengarkan bunyi-bunyi bahasa yang dialami Aq saat pertama kali
tahun pun menjadi salah satu alasan minimnya perbendaharaan kata yang dimiliki. Bahkan Syaodih (2001) menyatakan bahwa aspek
Perkembangan bahasa dimulai dengan peniruan suara serta sentuhan.

5. Kesimpulan
Perkembangan bahasa merupakan faktor penting dalam interaksi dengan masyarakat sehingga masalah yang dialami
oleh anak, khususnya dalam kemampuan berbicaranya, akan mempengaruhi aspek perkembangan lainnya. ketidakmampuan Aq untuk
berbicara dengan baik disebabkan oleh faktor lingkungan yang tidak memberikan kesempatan bagi Aq untuk bereksplorasi
pidato terhadap lingkungan di tahun pertamanya. Peran orang tua dalam mengajarkan anak berkomunikasi adalah
terhambat oleh kurangnya waktu yang dihabiskan orang tua dan anak-anak bersama. Selain itu, kurangnya dukungan dari masyarakat
dan sekolah yang tidak memberikan upaya pengobatan dini juga bisa terjadi.

Referensi
Ardini, Pupung P. (2013) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Temper Tentrum pada Anak Usia 2 sampai 3
Tahun di Gorontalo. Jurnal PAUD. Jilid 1 Nomor 2 November 2013. ISSN 2338-4832. 94-99
Beaty,JJ (2013) Observasi Perkembangan Anak Usia Dini. Terjemahan. Jakarta: Kencana
Hurlock, Elizabeth B. (1978) Perkembangan Anak (terj.). Meitasari Tjandrasa dan Soejarwo. Jilid II Edisi VI.
Jakarta: Erlangga
Kalmar, K. (2008) Ayo beri anak sesuatu untuk dibicarakan! Bahasa Lisan dan Literasi Prasekolah Muda
Anak-anak, 63 (1)
Latif Mukhtar, dkk (2013) Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana
Nilsen, Ann Barbara, (2004) Minggu demi minggu. Amerika Serikat: Thomson Delmar Learning
Seefeldt, C. & Wasik, BA (2006) Pendidikan Dini: Anak usia tiga, empat, dan lima tahun bersekolah (edisi ke-2).
Upper Saddle River, NJ: Merrill/Prentice Hall
Strauss, A. & Juliet, C. (1990) Dasar Penelitian Kualitatif: Prosedur dan Teknik Grounded Theory.
Taman Newbury: Publikasi SAGE.
Susanto, Ahmad. (2011) Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar dalam Berbagai Aspeknya. Jakarta: Kencana
Tiel Van, Julia Maria (2011) Pendidikan Anak Terlambat Bicara. Jakarta: Grup Media Prenada
Wulandari, Addiniah S. (2013) meningkatkan kemampuan Berbicara Anak Melalui Roda Gambar. Jurnal VISI.
Jilid 8 Nomor 1 Juni 2013. ISSN 1907-9176. 62-69

71

Anda mungkin juga menyukai