Anda di halaman 1dari 14

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI MEDIA

BONEKA TANGAN PADA ANAK USIA 4-5 TH DI RA HIDAYAT

Nama Penulis NIM

NAMA UNIVERSITAS

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak-anak di RA Hidayat yang berusia
antara 4 dan 5 tahun. Hal ini terlihat ketika guru mengajak siswa untuk berbicara dan berbagi pengalaman; siswa
tidak dapat melakukannya secara detail, dan sikap malu mereka masih terlihat jelas. Penelitian tindakan kelas (PTK)
yang merupakan tindakan yang dirancang dalam siklus berulang dengan dua siklus dalam penelitian ini merupakan
metodologi penelitian yang digunakan. Siklus I sebanyak 8 tindakan dan siklus II sebanyak 4 tindakan. Ada 18 anak
kelompok A di RA Hidayat yang menjadi subjek penelitian. Fase perencanaan, tindakan, dan observasi, serta refleksi
membentuk desain intervensi tindakan/desain siklus penelitian. Teknik pengumpulan data, meliputi catatan
lapangan, wawancara, dan catatan dokumentasi. Hasil perbandingan kemampuan berbicara anak sebelum dan
sesudah kegiatan digunakan untuk analisis data. Hasil dari penelitian awal adalah 31%; setelah dilaksanakan
tindakan siklus I menunjukkan peningkatan kemampuan berbicara sebesar 59%; dan terakhir, hasil pelaksanaan
tindakan siklus II menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berbicara sebesar 74%. Akibatnya, kemampuan
berbicara anak berkembang dan mencapai tingkat yang sangat tinggi. Dengan demikian Metode beribicara melalui
boneka tangan dapat dikatakan membantu anak-anak kelompok A Raudlatul Athafal Hidayat berbicara lebih lancar.

Kata Kunci : Kemampuan Berbicara. Metode bercerita Melalui Boneka Tangan. Anak usia 4-5 Tahun.

ABSTRACT

The aim of this research is to improve the speaking ability of children at RA Hidayat who are between 4 and 5 years
old. This can be seen when the teacher invites students to talk and share experiences; students couldn't do it in
detail, and their shyness was still evident. Class action research (CAR), which is an action designed in repeated
cycles with two cycles in this study, is the research methodology used. The first cycle consisted of 8 actions and the
second cycle consisted of 4 actions. There were 15 children in group A at RA Hidayat who were the research
subjects. The planning, action, and observation phases, as well as reflection form the action intervention
design/research cycle design. Data collection techniques, including field notes, interviews, and documentation
records. The results of the comparison of children's speaking abilities before and after the activity were used for
data analysis. The yield from the initial study was 31%; after the implementation of the action cycle I showed an
increase in speaking ability by 59%; and finally, the results of the implementation of the second cycle of action
showed an increase in speaking ability by 74%. As a result, the child's speech develops and reaches a very high
level. Thus the method of speaking through hand puppets can be said to help the children of group A Raudlatul
Athafal Hidayat speak more fluently.

Keywords : Speaking Ability. Story telling method Through Hand Puppets. Children aged 4-5 years.
1. PENDAHULUAN

Anak usia dini adalah anak yang berusia antara 0 sampai dengan 6 tahun. Usia
perkembangan anak usia dini sangat menentukan bagi pertumbuhan kehidupan manusia.
Perkembangan anak usia dini sering disebut sebagai “ Masa Emas ” karena ditandai dengan
pertumbuhan yang cepat. Ketika rasa ingin tahu anak usia dini mencapai puncaknya, penting
untuk memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin untuk pembelajaran anak (Khairi, 2018).

Berbicara adalah tindakan mengkomunikasikan ide, pikiran, dan perasaan yang paling
dalam kepada orang lain melalui bahasa lisan sehingga maknanya dapat dipahami oleh orang
lain. Sejak bayi lahir, anak sudah belajar menyuarakan simbol suara ucapan dengan menangis
untuk berkomunikasi dengan lingkungan. Berbicara adalah salah satu keterampilan bahasa utama
dan yang pertama dipelajari oleh orang-orang dalam hidup mereka. Menangis hanyalah indikator
dari kemampuan berbicara dasar seorang anak, yang harus dikembangkan lebih lanjut oleh
lingkungannya melalui berbagai latihan dan pembelajaran. Setiap manusia harus dapat
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaannya secara lisan dan tulisan. mampu
mengumpulkan informasi yang diterimanya. Setiap hari, orang terlibat dalam berbagai kegiatan
intensif berbicara.

Kemampuan komunikasi anak akan meningkat saat mereka menjadi pembicara yang
mahir. Anak-anak muda berusia antara 4-5 tahun sering mengikuti arahan yang lebih rumit dan
dengan antusias mendiskusikan apa yang telah mereka capai. Mereka mengarang cerita,
mendengarkan cerita dengan cermat, dan mengulang cerita. Anak-anak dapat menggunakan
huruf dan angka untuk membuat cerita dan menjelaskan konsep pada usia ini karena mereka
biasanya memahami bagaimana mereka mewakili hal dan konsep nyata. Sebagian besar anak
akan dapat memberi tahu Anda nama, jenis kelamin, dan informasi pribadi lainnya, dan ketika
Anda mengenal mereka, Anda mungkin mengetahui bahwa struktur kalimat mereka sudah berisi
lima kata atau lebih dan bahwa mereka memiliki kosakata antara 1000 dan 2000 kata.

Meskipun ada salah pengucapan, kesalahan, atau gagap terutama pada anak laki-laki,
seharusnya anak usia 4-5 tahun sudah bisa memahaminya secara umum. Berbicara kemudian
dapat dilakukan dengan bercakap-cakap dengan orang-orang yang ada di sekitar anak-anak
muda. Berbicara dengan lantang atau gunakan berbagai media untuk berkomunikasi. Penggunaan
boneka merupakan salah satu cara yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan
verbal anak. Boneka adalah representasi dari bentuk manusia, sekaligus representasi
kontemporer dari bentuk binatang. Karenanya boneka itu juga merupakan model untuk
perbandingan. Namun, karena boneka tersebut memiliki keunikan pada penampilannya, mereka
dibahas secara terpisah dalam topik ini. Boneka digunakan sebagai alat untuk mengajari anak
cara berakting dalam pertunjukan boneka. Penggunaan boneka dalam pendidikan massal
bukanlah hal yang aneh di Indonesia (Sari, 2019).
Boneka tangan adalah boneka yang dapat dimasukkan ke tangan dan berukuran lebih
besar dari boneka jari. Mereka adalah boneka yang digunakan sebagai media atau alat oleh guru
dalam kegiatan pembelajaran. memanfaatkan boneka tangan Setiap anak mendapat pengalaman
baru selama kegiatan belajar yang membantu mereka berbicara lebih lancar. Boneka tangan
digunakan sebagai media perantara untuk melibatkan anak-anak dan membantu mereka
memahami materi pelajaran yang ingin disampaikan oleh instruktur. Dengan bantuan boneka
tangan anak, media tertarik dengan apa yang mungkin dibayangkan oleh anak, sehingga berusaha
mencari kosa kata yang sesuai untuk menggambarkan ide yang dimiliki.

Secara tidak sadar anak akan belajar tentang keterampilan berbicara sekaligus secara
tidak langsung mengasah kemampuan jarinya menggunakan boneka tangan. Hal ini
dimaksudkan agar dengan menggunakan boneka tangan, anak akan lebih bersemangat untuk
mencobanya, senang memainkannya secara langsung dengan tangannya, dan lebih terlibat dalam
proses pembelajaran.

Cara berkomunikasi anak yang kurang jelas bagaimana anak untuk berbicara secara
langsung memengaruhi artikulasinya, dan ucapannya tetap gagap. Sebagai hasil dari guru yang
lebih terlibat daripada siswa dan menggunakan strategi pengajaran yang kurang menarik,
kemampuan berbicara anak kurang berkembang. Dengan menggunakan media boneka tangan
dan latihan naratif, kemampuan berbicara anak kelompok A RA Hidayat dapat ditingkatkan.

2. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kemampuan Berbicara

Secara umum, ini dapat digambarkan sebagai tindakan mengkomunikasikan perasaan,


emosi, atau gagasan kepada orang-orang yang menggunakan bahasa lisan agar mereka dapat
memahaminya. (Sulistyawati & Amelia, 2021) mendefinisikan kid talk sebagai tindakan
mengkomunikasikan makna tertentu melalui bunyi-bunyi linguistik dengan cara yang dapat
didengar dan dipahami orang lain. Akibatnya, definisi "bicara anak" diperluas dengan definisi
"ucapan", tetapi ucapan anak lebih sering dianggap sebagai bunyi yang diucapkan oleh anak,
termasuk bunyi bahasa dan bunyi bahasa lain yang tidak diungkapkan melalui penggunaan
bahasa.

Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi artikulasi atau kata-kata untuk


mengartikulasikan, berkomunikasi, dan menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan (Jayanti,
2019). Obyektif Berbicara terutama untuk berkomunikasi. Suatu masyarakat tanpa bahasa tidak
akan dapat bertahan lama. Komunikasi dapat menyatukan orang-orang menjadi kelompok
dengan menyediakan sarana untuk mengungkapkan pikiran umum, menghasilkan simbol
kesatuan yang membedakannya dari kelompok lain, dan menentukan suatu tindakan.

Oleh karena itu, yang dimaksud dengan kemampuan berbicara anak adalah kemampuan
mendalam anak untuk mengucapkan bunyi artikulasi atau kata-kata untuk menyatakan,
menyatakan, dan menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan yang digunakan untuk
menyampaikan maksud tertentu kepada orang lain, sehingga makna tersebut dapat dipahami.
oleh orang-orang di sekitarnya.

B. Boneka Tangan

Boneka adalah representasi simbolis dari banyak barang yang disukai anak muda (Aulia
et al., 2021). Boneka dapat menggambarkan berbagai item kehidupan nyata yang akan muncul di
plot. Juga, boneka sangat menarik bagi anak-anak.

Boneka dimanfaatkan dalam pertunjukan wayang sebagai alat pembelajaran. Boneka


adalah representasi dari manusia atau binatang. Anak-anak dapat dengan mudah mengikuti aksi
representasi boneka berbicara dari karakter, yang membantu narasi. Dengan boneka, anak dapat
menentukan siapa yang berbicara, topik dialog, dan cara pelaku (Suradinata & Maharani, 2020).

Dari definisi tersebut, jelaslah bahwa boneka tangan merupakan tiruan dari wujud
manusia, sekaligus wujud hewan yang dimainkan dengan memanfaatkan anggota tubuh mulai
dari siku hingga ujung jari.

C. Anak Usia Dini

Anak-anak usia 0 hingga 6 tahun adalah target audiens Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD), suatu jenjang pendidikan. PAUD merupakan salah satu program prasekolah yang
dijalankan oleh pemerintah untuk membantu pembangunan generasi yang lebih kuat bagi
masyarakat Indonesia. Usia di mana seorang anak dapat mengikuti pendidikan di bawah sistem
pendidikan nasional disebutkan dalam undang-undang. Pendidikan anak usia dini adalah
program pembinaan untuk anak-anak sejak lahir sampai usia enam tahun. Termasuk memberikan
stimulasi kognitif untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak
sehingga mereka siap untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih formal.

Anak usia dini mengacu pada sekelompok anak muda yang sedang melalui tahap
perkembangan dan pematangan tertentu (Mudiyah & Watini, 2021). Mereka memiliki pola
pertumbuhan dan perkembangan tertentu seiring dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan. Karena setiap anak dilahirkan dengan berbagai potensi dan karakter yang unik,
tidak ada satu anak pun di dunia yang sama di usia muda ini.

Dapat disimpulkan bahwa anak pada kelompok usia 0–6 tahun mengalami pertumbuhan
dan perkembangan yang pesat, sehingga diperlukan stimulasi yang tepat agar dapat tumbuh dan
berkembang secara maksimal. Lingkungan keluarga, jalur non-PAUD seperti Taman Penitipan
Anak (TPA) atau Kelompok Bermain (KB), dan pendidikan formal seperti TK dan RA harus
dimanfaatkan untuk memberikan stimulasi. Seorang anak yang memiliki kualitas seperti itu
terlahir dengan potensi yang berbeda, dan di dunia ini tidak ada dua anak yang sama.

3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian pendekatan Penelitian tindakan kelas
(PTK). Meneliti praktik pendidikan melalui kegiatan yang berlangsung di kelas dikenal sebagai
penelitian tindakan kelas. Siswa melaksanakan instruksi tersebut dari guru atau sesuai dengan
arahannya di mana siswa di jadikan sasaran dalam penelitian ini (Mujtahidin & Oktarianto,
2022).

Dalam action research ini, peneliti bekerjasama dengan guru Raudlatul Athafal Hidayat
dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak pada subjek penelitian selama
penelitian dilakukan.

Prosedur Menurut paradigma Stephen Kemis dan Robin McTaggart, penelitian dibagi
dalam siklus kegiatan, dengan setiap siklus terdiri dari tiga tugas inti: perencanaan (planning),
tindakan (doing), dan observasi (observing) yang dilakukan sekaligus, dan refleksi.
(mencerminkan). Peneliti akan melakukan langkah-langkah penelitian tindakan yang akan
dilaksanakn pada siklus I dan siklus II dengan tahapan sebagai berikut:

Tindakan Kegiatan Alat Peraga Pengumpulan Data


1 Family Story Boneka Tangan - Catatan Lapangan
( Bertema Keluarga ) - Dokumentasi
2 Anggota Tubuh Manusia Boneka Tangan - Catatan Lapangan
( Bertema Bagian Tubuh - Dokumentasi
Manusia )
3 Menabung Pangkal Kaya Boneka Tangan - Catatan Lapangan
- Dokumentasi
4 Kegunaan Indra Manusia Boneka Tangan - Catatan Lapangan
- Dokumentasi
5 Hidup Sehat dengan 4 Sehat 5 Boneka Tangan - Catatan Lapangan
Sempurna - Dokumentasi
6 Makanan Kesukaanku Boneka Tangan, Murid - Catatan Lapangan
dan Guru - Dokumentasi
7 Manfaat Buah Buahan Bagi Tubuh kita Boneka Tangan - Catatan Lapangan
- Dokumentasi
8 Manfaat Sayur Sayuran Bagi Tubuh Boneka Tangan - Catatan Lapangan
Kita - Dokumentasi
Tabel.1 Rencana Kegiatan Siklus Satu

Tindakan Kegiatan Alat Peraga Pengumpulan Data


1 Baju, Celana, dan Sepatu Boneka Tangan - Catatan Lapangan
- Dokumentasi
2 Kegunaan Pakaian Bagi Tubuh Boneka Tangan - Catatan Lapangan
- Dokumentasi
3 Manfaat Pakaian Bersih Bagi Tubuh Boneka Tangan - Catatan Lapangan
- Dokumentasi
4 Keberagaman Indonesia Boneka Tangan - Catatan Lapangan
( Macam – Macam - Dokumentasi
Suku,Adat, dan Budaya )
Tabel 2. Rencana Kegiatan Siklus Dua

Kriteria yang digunakan bersumber dari tujuan atau kegiatan untuk menentukan berhasil
atau tidaknya kegiatan tersebut berdasarkan rencana tindakan yang telah ditetapkan. Adapun
tujuan penelitian antara lain untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak melalui
penggunaan boneka tangan. Kriteria yang dijadikan tolak ukur keberhasilan tindakan yang
diinginkan adalah rata-rata penampilan indikator/karakteristik kemampuan berbicara anak
berdasarkan kesepakatan peneliti dengan kolaborator sebesar 65%.

A. Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah :

1. Anak didik di kelompok A berusia 4-5 tahun di Raudlatul Athafal Hidayat berjumlah 18 anak
yang terdiri dari 7 anak perempuan dan 11 anak laki-laki.

2. Selain itu kolaborator di Sekolah ini yaitu guru kelas tetap A sebagai sumber informasi.

B. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian, mengumpulkan data sangat penting untuk keberhasilan penelitian.


Untuk memasukkan info yang diperlukan Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan berbagai
cara untuk mengumpulkan data, antara lain metode observasi, wawancara, dan dokumentasi,
yang semuanya dilakukan dengan bermitra dengan guru kelas, siswa, dan peneliti. Cara yang
dilakukan untuk mengumpulakan data dalam penelitian ini ialah mengggunakaan, Observasi,
Wawancara, Dokumentasi, dan Catatan Lapang (Magdalena et al., 2020).

C. Teknik Analisa Data

Data yang terkumpul selanjutnya akan dianalisis. Hal ini sesuai permasalahan yang akan
dikaji dari tujuan penelitian. Teknik analisis data adalah proses pengorganisasian dan
mengurutkan data kedalam pola kategori dan satuan uraian dasar (Rasyid, 2020).

a. Reduksi Data

Pada tahap ini, peneliti akan mengkategorikan data sesuai dengan metode yang
digunakan untuk mengumpulkan, membaca, dan memilih data sebelum menjabarkan semua data,
seperti temuan dari catatan lapangan, temuan wawancara, dan catatan dokumentasi. Hanya data
yang memenuhi tema dan pola kajian data terpilah yang diurutkan, sehingga data yang tidak
relevan menjadi tidak relevan.

b. Penyajian Data

Data yang dapat digunakan untuk penelitian akan diterima setelah proses reduksi data.
Tampilan data adalah prosedur selanjutnya. Data masih akan diubah menjadi deskripsi dan tabel
menggunakan catatan lapangan, dokumentasi, dan hasil wawancara. Akan lebih mudah untuk
memahami apa yang terjadi dengan menyajikan data, dan kegiatan akan direncanakan
berdasarkan apa yang telah dipelajari.
c. Kesimpulan Verifikasi

Dengan menggunakan pedoman pengamatan dan skala Likert, kapasitas anak-anak


kelompok A untuk meningkatkan kemampuan berbicara mereka melalui penggunaan boneka
tangan kini diukur sebagai memenuhi kriteria keberhasilan data. Dari “Berkembang Sangat
Bagus” (skor 4) hingga “Berkembang Sesuai Harapan” (skor 3), “Mulai Berkembang” (skor 2),
dan “Belum Berkembang” (skor 1), digunakan skala penilaian. Selain analisis data kualitatif,
penelitian ini juga menggunakan analisis data kuantitatif berdasarkan temuan observasi
penelitian.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Siklus I

Penelitian ini dilakukan kelompok A2 Raudlatul Athafal Hidayat dengan jumlah siswa 18
anak penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan 2 siklus karena pada siklus 1 ketentuan belajar
yaitu 15 siswa belum memenuhi harapan penelitian yaitu belum mencapai 65% karena pada saat
proses belajar mengajar banyak siswa yang kurang memperhatikan dan dominan bermain sendiri
sehingga anak belum mampu berbicara dengan teman sebayanya dengan baik, sehingga
dilanjutkan pada siklus II, berikut merupakan data hasil penelitian. Kelompok A2 anak-anak
yang berusia 5-6 tahun.

No. Nama Aspek Jumlah Presentase Keterangan


Penilaian
1. Raihana ** 2 50% Mulai Berkembang (MB)
2. Izza * 1 25% Belum Berkembang (BB)
3. Annisa **** 4 100% Berkembang Sangat Baik ( BSB)
4. Aleea *** 3 75% Berkembang Sesuai Harapan ( BSH )
5. Ashila *** 3 75% Berkembang Sesuai Harapan ( BSH )
6. Sasa *** 3 75% Berkembang Sesuai Harapan ( BSH )
7. Ibad ** 2 50% Mulai Berkembang (MB)
8. Andri ** 2 50% Mulai Berkembang (MB)
9. Alif ** 2 50% Mulai Berkembang (MB)
10. Ziqni *** 3 75% Berkembang Sesuai Harapan ( BSH )
11. Daffa **** 4 100% Berkembang Sangat Baik (BSB)
12. Nadif *** 3 75% Berkembang Sesuai Harapan ( BSH )
13. Fiqar ** 2 50% Mulai Berkembang (MB)
14. Azril **** 4 100% Berkembang Sangat Baik (BSB)
15. Dicky *** 3 75% Berkembang Sesuai Harapan ( BSH )
16. Habibi *** 3 75% Berkembang Sesuai Harapan ( BSH )
17. Bilal ** 2 50% Mulai Berkembang (MB)
18. Hana ** 2 50% Mulai Berkembang (MB)
Tabel 3. Hasil Belajar Anak Pada Siklus I
Hasil Belajar Siswa
BM BSB
6% 18%

MB
41%

BSH
35%

Gambar 1. Grafik Hasil Belajar Siswa Siklus I

Aspek Yang di Nilai :


Kemampuan Berbicara Anak
Keterangan :
**** = Berkembang Sangat Baik (BSB)
*** = Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
** = Mulai Berkembang (MB)
* = Belum Berkembang (BB)
Dapat di ketahui bahwa pada siklus satu presentase siswa yang mencapai target masih
sangat kurang, dapat kita lihat pada data di atas bahwa siswa yang Berkembang Sangat Baik
hanya 18%, Siswa yang Berkembang Sesuai Harapan 35%, Siswa yang Mulai Berkembang 41%,
dan Siswa yang Belum Berkembang 6%. Maka dapat di simpulkan pada penelitian siklus I tidak
tuntas.

2. Siklus II

Setelah dilakukan tindakan pada siklus II, peneliti melakukan pengamatan dan
perhitungan umum tentang ciri-ciri kemampuan berbicara anak usia dini. Anak tersebut telah
melihat peningkatan yang nyata pada siklus II. Berikut merupakan data hasil penelitian pada
siklus II :

No. Nama Aspek Jumlah Presentase Keterangan


Penilaian
1. Raihana *** 3 75% Berkembang Sesuai Harapan ( BSH )
2. Izza * 1 25% Belum Berkembang (BB)
3. Annisa **** 4 100% Berkembang Sangat Baik ( BSB)
4. Aleea **** 4 100% Berkembang Sangat Baik (BSB)
5. Ashila **** 4 100% Berkembang Sangat Baik (BSB)
6. Sasa **** 4 100% Berkembang Sangat Baik (BSB)
7. Ibad *** 3 75% Berkembang Sesuai Harapan ( BSH )
8. Andri *** 3 75% Berkembang Sesuai Harapan ( BSH )
9. Alif *** 3 75% Berkembang Sesuai Harapan ( BSH )
10. Ziqni **** 4 100% Berkembang Sangat Baik (BSB)
11. Daffa **** 4 100% Berkembang Sangat Baik (BSB)
12. Nadif **** 4 100% Berkembang Sangat Baik (BSB)
13. Fiqar ** 2 50% Mulai Berkembang (MB)
14. Azril **** 4 100% Berkembang Sangat Baik (BSB)
15. Dicky **** 4 100% Berkembang Sangat Baik (BSB)
16. Habibi **** 4 100% Berkembang Sangat Baik (BSB)
17. Bilal *** 3 75% Berkembang Sesuai Harapan ( BSH )
18. Hana ** 2 50% Mulai Berkembang (MB)
Tabel 5. Data Hasil Penelitian Siklus II

HASIL BELAJAR SISWA


BB
6%
MB
11%

BSB
56%
BSH
28%

Gambar 2. Grafik Hasil Belajar Siswa Siklus II

Aspek Yang di Nilai :


Kemampuan Berbicara Anak
Keterangan :
**** = Berkembang Sangat Baik (BSB)
*** = Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
** = Mulai Berkembang (MB)
* = Belum Berkembang (BB)
Pada hasil penelitian pada siklus II terdapat peningkatan dari hasil penelitian pada siklus
I, yang di mana sebagian besar siswa sudah mencapai target harapan yang telah di tentukan yang
di mana perkembangan data tersebut dapat kita lihat pada grafik siklus II, Siswa yang
berkembang sangat baik 56%, Siswa yang Berkembang Sesuai Harapan 28%, Siswa yang Mulai
Berkembang 11%, dan Siswa yang Belum Berkembang 5%. Maka penelitian pada siklus II ini di
katakana tuntas.
Setelah peneliti melakukan tindakan, peneliti melakukan observasi dan perhitungan
ekstensif terhadap kemampuan berbicara anak. Pengukuran dilanjutkan sampai hasil yang
diantisipasi oleh para peneliti dan kolaborator dapat diamati. Hasil peningkatan kemampuan
bicara anak dari pra tindakan hingga siklus II adalah sebagai berikut :

Gambar 3. Data Hasil Penelitian Meningkatkan Kemampuan Berbicara Melalui Bercerita Menggunakan Boneka Tangan di
Raudlatul Athafal Hidayat

Berdasarkan analisis data dengan presentase kenaikan secara keseluruhan dari pra
tindakan ke siklus I diperoleh kenaikan sebesar 28% dengan hasil observasi kemampuan
berbicara 59%, dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 15% dengan hasil
observasi kemampuan berbicara 74%.

Berdasarkan persentase hasil siklus II peneliti dan kolaborator berpendapat bahwa


peningkatan pada akhir siklus II ini meningkat secara signifikan karena persentase peningkatan
tersebut diatas batas minimal yang telah ditentukan yaitu 65% dan secara terus menerus
persentase diatasnya sangat baik. maju yang termasuk dalam klasifikasi berhasil. Berdasarkan
catatan lapangan dan catatan wawancara, analisis data kualitatif juga diselesaikan.

B. Pembahasan

Pada tahap ini, peneliti membahas hal yang ditemukan peneliti berdasarkan data yang
diperoleh dari hasil observasi berupa catatan lapangan, catatan wawancara, dan catatan
dokumentasi. Peneliti mengaitkan temuan dengan pendapat ahli yang telah diuraikan pada Bab II
dan menambahkan pendapat tambahan yang dapat disajikan sebagai acuan guna memperkuat
temuan peneliti.

1. Proses Penerapan Media Boneka Tangan Dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara

Peneliti dan guru menyiapkan kegiatan yang akan dilaksanakan melalui Rencana
Program Pembelajaran Harian (RPPH), dan dalam proses pembelajaran guru memberikan
bimbingan dalam tahapan persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan belajar anak. Hasilnya,
tahap kegiatan pertama yaitu tahap persiapan kegiatan berbicara menggunakan boneka tangan
dalam pembelajaran kelompok A di Raudlatul Athafal Hidayat berjalan dengan baik. dalam
latihan berbicara dengan boneka tangan, khususnya untuk meningkatkan kemampuan
komunikasi anak. Sedangkan instruktur menyiapkan RPPH serta peralatan dan bahan yang akan
digunakan selama kegiatan untuk membantu kelancaran kegiatan selama tahap persiapan
kegiatan berbicara menggunakan boneka tangan.

Peneliti dan kolaborator terlebih dahulu mendiskusikan kegiatan yang akan dilakukan
melalui Rencana Program Pembelajaran Harian, pengelolaan kelas, pengelolaan siswa, dan
pengecekan perlengkapan media boneka tangan yang akan digunakan sebelum melakukan
kegiatan penerapan media boneka tangan. Adapun aturan main selama mendengarkan cerita yaitu
: tidak boleh berjalan-jalan, tidak boleh mengobrol dan mengganggu temannya dengan berteriak.

Tahap kedua adalah implementasi, dimana instruktur dan anak-anak melaksanakan


kegiatan yang telah direncanakan setelah semua persiapan telah selesai dilakukan oleh guru.
Peneliti menjelaskan aturan dan cara bermain sebelum kegiatan dimulai agar anak memahami
jalannya kegiatan pembelajaran sehingga dapat melakukan kegiatan dengan baik. Kemudian
anak-anak melaksanakan kegiatan yang telah diberikan dan didampingi oleh guru dan peneliti.
Ini dikenal sebagai tahap implementasi.

Dalam pelaksanaan kegiatan ini dipilihlah kegiatan bercerita dengan boneka tangan untuk
meningkatkan kemampuan berbicara anak. Ada beberapa kegiatan bercerita dengan boneka
tangan yang dilakukan dalam kegiatan ini yaitu pada siklus I dan II: bercerita dengan
menggunakan media boneka tangan sesuai dengan tema pembelajaran. Dan bertujuan untuk anak
mampu mengulang kembali kalimat, mampu mengungkapkan pendapat dengan bahasanya
sendiri, mampu mengklasifikasikan warna dengan benda, mampu menceritakan pengalamannya,
mampu menyebutkan sifat yang dikenalkan dalam cerita, mampu mengucapkan pengulangan
kata dari cerita, mampu menyebutkan kalimat, mampu menjawab pertanyaan seperti nama dan
alamat, mampu mengulang kembali isi cerita, mampu menjawab pertanyaan guru dan teman,
mampu menyebutkan karakter isi cerita, mampu meniru suara hewan yang mereka ketahui.

Tahap ketiga yang merupakan tahap terakhir adalah evaluasi dimana guru dan peneliti
menanyakan kegiatan yang telah dilakukan dan mengamati kegiatan yang berhasil. Misalnya
dengan mengajukan pertanyaan tentang orang-orang terkenal dan perilaku yang harus diadopsi
atau ditiru.
Peneliti juga mengalami kesulitan saat menyajikan cerita karena kegiatan tersebut tidak
selalu berjalan dengan baik karena anak-anak masih sering mengoceh saat bercerita, yang
terkadang dapat mengalihkan perhatian anak. Dan anak-anak sangat bersemangat sehingga
mereka tidak sabar untuk muncul di masa depan untuk bermain media dan bercerita dalam
bahasa mereka sendiri.

Jawabannya adalah melibatkan siswa dalam permainan yang menyenangkan (menebak),


menggunakan intonasi suara untuk menarik perhatian mereka, menghubungkan apa yang mereka
bicarakan dengan materi pelajaran yang diajarkan, menghindari penggunaan kata “jangan”, dan
sebaliknya gunakan kata-kata seperti “ ibu lebih suka jika radit "tenang", jadi anak itu "soleh."
Hindari menggunakan kemarahan untuk mengontrol kelas. Puji dan beri penghargaan kepada
siswa yang pendiam sebelum memberi penghargaan kepada siswa yang berisik.

2. Kemampuan Berbicara Anak Usia 4-5 Tahun Dapat Di Tingkatkan Melalui Media
Boneka Tangan

a. Peningkatan Berbicara Anak

Kondisi siswa dalam proses pembelajaran sebelum menggunakan kegiatan bercerita


dengan boneka tangan pada kemampuan berbicara siswa tergolong rendah, dimana siswa masih
membutuhkan bantuan guru, seperti pada saat guru meminta siswa untuk bercerita di depan
kelas. , dan tidak dapat mengulang isi cerita. Saat anak mengikuti kegiatan berbicara, ada yang
masih membutuhkan bantuan guru untuk berbicara di depan kelas, ada yang masih belum bisa
mengucapkan kata-kata berulang dengan benar, dan ada yang masih belum bisa menjawab
pertanyaan tentang alamat rumahnya sendiri. Hal ini dikarenakan kegiatan pembelajaran di
sekolah yang monoton dan sering mengandalkan LKS. untuk anak sementara guru ataupun pihak
sekolah tidak memperhatikan perkembangan berbicara anak itu sendiri, butuh waktu yang lama
dan kegiatan yang menarik agar dapat mendukung perkembangan berbicara anak itu sendiri.

b. Hasil Peningkatan Berbicara Anak

Berdasarkan temuan analisis intervensi, penelitian ini dikatakan berhasil jika mencapai
bobot 65%. Setelah dilakukan tindakan pada Siklus I terjadi peningkatan sebesar 28% menjadi
59%, dan pada Siklus II terjadi peningkatan sebesar 15%, Menjadi 74%. Berdasarkan hasil
pemaparan pra tindakan awal diperoleh hasil sebesar 31%. Peneliti dan kolaborator merasakan
adanya peningkatan kemampuan berbicara anak melalui kegiatan bercerita dengan boneka
tangan pada anak usia 4-5 tahun di RA Hidayat. Hasil peningkatan cukup signifikan yaitu
sebesar 74% setelah diterapkannya kegiatan yang menggunakan bercerita dengan boneka tangan.

5. KESIMPULAN

Penggunaan boneka tangan dalam kegiatan bercerita merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan keterampilan bercerita anak usia 4-5 tahun, sesuai temuan penelitian tindakan
yang telah dilakukan dari awal siklus I dan siklus II. Berdasarkan pembahasan yang telah
diberikan, peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Guru menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan, seperti:
Menyiapkan RPPH, pedoman observasi RPPM, Menyiapkan alat dan bahan seperti
Boneka Tangan, Menyiapkan kisi-kisi wawancara, dan Menyiapkan alat pengumpulan
dokumentasi seperti kamera. Alhasil, proses pelaksanaan kegiatan mendongeng
menggunakan boneka tangan untuk anak usia 4-5 tahun di Raudlatul Athafal Hidayat
berjalan lancar.
2. Berdasarkan analisis data, dapat disimpulkan bahwa upaya guru selama penelitian
berhasil dan kemampuan berbicara anak meningkat. Kondisi awal pada pra penelitian
diperoleh persentase 31%, kemudian pada siklus I meningkat menjadi 59%, sehingga bisa
dikatakan kemampuan berbicara anak sudah meningkat pada siklus I, namun untuk data
yang lebih terpercaya maka dilakukan siklus II. Hasil peningkatan cukup signifikan yaitu
sebesar 74% setelah diterapkannya kegiatan yang menggunakan bercerita dengan boneka
tangan.

DAFTAR PUSTAKA

Aulia, K. Z., Sefrina, A., & ... (2021). Penerapan Terapi Boneka Tangan Untuk Menurunkan
Ansietas Akibat Efek Hospitalisasi Pada Anak Kejang Demam. Serulingmas …, 1(1), 24–
29. https://ejournal.stikesserulingmas.ac.id/index.php/shj/article/view/17%0Ahttps://
ejournal.stikesserulingmas.ac.id/index.php/shj/article/download/17/15
Jayanti, D. D. (2019). Peran Teman Sebaya dalam Mengembangkan Kemampuan Berbahasa dan
Berbicara Anak Usia Dini di Sekolah Inklusi. Annual Conference on Islamic Early
Childhood Education Yogyakarta, 4, 9–22.
http://ejournal.uin-suka.ac.id/tarbiyah/conference/index.php/aciece/aciece2
Khairi, H. (2018). Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini dari 0-6 Tahun. Jurnal Warna,
2(2), 15–28. ejournal.iaiig.ac.id ? index.php ? warna ? article ? download
Magdalena, I., Sundari, T., Nurkamilah, S., Ayu Amalia, D., & Muhammadiyah Tangerang, U.
(2020). Analisis Bahan Ajar. Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 2(2), 311–326.
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/nusantara
Mudiyah, & Watini, S. (2021). Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak melalui Media Boneka
Jari pada Anak Usia 4 – 5 Tahun di TK Adifa Karang Mulya Kota Tangerang. Jurnal
Pendidikan Tambusai, 5(2), 4258–4265.
https://www.jptam.org/index.php/jptam/article/view/1545
Mujtahidin, M., & Oktarianto, M. L. (2022). Metode Penelitian Pendidikan Dasar: Kajian
Perspektif Filsafat Ilmu. TERAMPIL: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar, 9(1),
95–106. https://doi.org/10.24042/terampil.v9i1.12263
Rasyid, I. (2020). Pembelajaran Renang Gaya Dada dengan Pendekatan Metode Inklusi.
Indonesia Performance Journal 4, 5.
Sari, G. G. (2019). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara melalui Media Boneka Tangan.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan STKIP Kusuma Negara, 2, 1–8.
https://jurnal.stkipkusumanegara.ac.id/index.php/semnara2019/article/view/256
Sulistyawati, R., & Amelia, Z. (2021). Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Melalui
Media Big Book. Jurnal Anak Usia Dini Holistik Integratif (AUDHI), 2(2), 67.
https://doi.org/10.36722/jaudhi.v2i2.582
Suradinata, N. I., & Maharani, E. A. (2020). Pengaruh Bercerita Berbantuan Media Boneka
Tangan terhadap Kemampuan Berbicara Anak. Journal on Early Childhood Education
Research (JOECHER), 1(2), 72–81. https://doi.org/10.37985/joecher.v1i2.11

Anda mungkin juga menyukai