Anda di halaman 1dari 18

AKHLAK DALAM ISLAM

HALAMAN SAMPUL
MAKALAH
Diajukan Sebagai Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Al – Islam dan
kemuhammadiyyahan II Yang di Bimbing Oleh Ahmad Nur Mahfuda M.Pd.I

DI SUSUN OLEH :
MUHAMMAD UMAM MUBAROK 2110411031

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PRODI MANAJEMEN
JULI 2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang. Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Akhlak dalam Islam “ Ini tepat Pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini guna untuk memenuhi tugas yang telah di
berikan. Selain itu makalah ini juga berfungsi untuk menambah wawasan tentang “ Akhlak
dalam Islam ” bagi para pembaca juga penulis.

Saya mengucapkan terimakasih kepada bapak/ibu dosen selaku yang telah


memberikan tugas ini sehingga saya dapat menambah wawasan tentang dan pengetahuan
sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
Sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Saya
menyadari bahwa makalah yang saya tulis ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jember, 17 Juli 2022

Muhammad Umam Mubarok

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 3
BAB II........................................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 4
2.1 Pengertian Akhlak Islami ................................................................................................. 4
2.2 Sumber Akhlak Islam ...................................................................................................... 5
2.3 Faktor – Faktor Pembentukan Akhalk Islam ................................................................... 5
2.4 Ruang Lingkup Akhalak Islam ........................................................................................ 6
2.4.1 Akhlak Terhadap Allah ............................................................................................. 6
2.4.2 Akhlak terhadap Lingkungan .................................................................................... 9
2.4.3 Akhlak terhadap diri sendiri................................................................................... 10
2.4.4 Akhlak terhadap keluarga ...................................................................................... 10
2.5 Pentingnya Akhlak Islami .............................................................................................. 11
BAB III .................................................................................................................................... 13
PENUTUP................................................................................................................................ 13
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 13
3.2 Saran .............................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pengertian akhlak secara Etimologi, menurut pendekatan etimologi, perkataan akhlak


berasal dari bahasa arab jama’ dari bentuk mufradnya” khuluqun” yang artinya budi pekerti
atau tingkah laku. Pengertian akhlak secara istilah menurut ibnu Miakawaih, akhlak yaitu
sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Pengertian akhlak adalah kebiasaan kehendak itu
bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu di sebut akhlak. Jadi pemahaman akhlak
adalah seseorang yang sudah terbiasa akan kebiasaan perilaku yang di amalkan dalam
pergaulan semata – mata taat kepada Allah dan tunduk kepada – Nya. Oleh karena itu
seseorang yang sudah memahami akhlak maka dalam bertingkah laku akan timbul dari hasil
perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu,
membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.
Dengan demikian memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam islam. Namun
sebaliknya tegaknya aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang
dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki akhlak. Jika seseorang sudah memahami
akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup dengan baik, yakni perbuatan itu selalu di ulang –
ulang dengan kecenderungan hati (sadar). Semua yang telah di lakukan itu akan melahirkan
perasaan moral yang terdapat di dalam diri manusia itu sendiri sebagai fitrah. Sehingga ia
bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang bermanfaat dan mana
yang tidak bermanfaat.
Akhlak dalam Islam menjadi sesuatu yang penting dan berguna bagi umatnya. Akhlak
menjadi suatu yang akan membuat seseorang mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun di
akhirat. Islam adalah agama yang sempurna yang mengatur sedetail-detailnya segala sesuatu.
Islam adalah agama yang selamat dan juga menyelamatkan. Islam adalah agama yang
sempurna dan agama yang mengatakan bagi siapa yang mengikuti ajarannya dengan benar
sesuai yang diperintahkan Allah dan Rasulnya. Islam sendiri berarti penyerahan diri kepada
yang pemberi selamat, dan Islam juga berati salâm yang berarti keselamatan. Keselamatan
yang diberikan Allah kepada umat Islam bukan hanya sekedar keselamatan di dunia semata
akan tetapi keselamatan yang kekal abadi juga Allah berikan kepada umat Islam, yaitu
keselamatan di akhirat. Islam bukan hanya sekedar penyerahan diri dan tunduk saja, tapi
Islam juga memiliki konsekwensi yang harusdilaksanakan oleh pemeluknya. Pendidikan

1
adalah salah satu sarana untuk membentuk kepribadian manusia, sebagaimana tujuan
pendidikan adalah memanusiakan manusia. Dengan kata lain, manusia adalah khalifah di
muka bumi ini yang memiliki tanggung jawab untuk memakmurkan bumi dan menjadi
manusia sebaik-baiknya
Pada dasarnya pendidikan akhlak adalah pendidikan yang berusaha meluruskan naluri
dan kecenderungan fitrah seseorang yang membahayakan masyarakat, dan membentuk kasih
sayang mendalam yang akan menjadikan seseorang merasa terikat untuk melakukan amalan
yang baik dan menjauhi amalan yang buruk. Pendidikan Akhlak ternyata sejalan dengan
program pemerintah Indonesia. Sejak tahun 2010, pemerintah melalui Kementerian
Pendidikan Nasional merancang penerapan pendidikan karakter bagi semua tingkatan
pendidikan, baik sekolah dasar maupun perguruan tinggi.

Pembahasan tentang pendidikan akhlak ternyata sudah jauh-jauh hari dibahas oleh
para cendikiawan muslim. Imam Abu Hamid al-Ghazali termasuk salah satunya yang
membahas tentang akhlak ini. Beliau mengatakaan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam
di dalam diri seseorang, sifatnya spontan dan tanpa berpikir panjang ketika akan
melakukannya.

Pada masyarakat yang berada di era digital dan serba maju ini terdapat dekadensi
moral yang terjadi pada peserta didik. Banyak berita di TV, majalah, media socialyang
menyebutkan beberapa prilaku yang sangat mengenaskan. Seperti pelajar tauwan, peserta
didik yang bolos, berani melawan bahkan membunuh orang tua, teman dan saudara atau
masih ditemukan siswa yang notabene berpendidikan agama juga masih meninggalkan shalat,
tidak hormat orang tua, tidak berjilbab keluar rumah bagi yang putri dan lain sebagainya. Hal
ini membuat hati penulis tersentuh untuk melakukan penelitian ini dengan menjadikan al -
Qur’an sebagai jawaban dari masalah-masalah yang terjadi di lingkungan masyarakat dewasa
ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari akhlak islami ?


2. Jelaskan sumber akhlak islam ?
3. Apa saja faktor – faktor pembentukan akhlak ?
4. Bagimana ruang lingkup dari akhlak islam ?
5. Jelaskan pentingnya akhlak islami ?

2
1.3 Tujuan Penulisan

1. Dapat menjelaskan dan mendefinisikan mengenai pengertian dari akhlak islami


2. Dapat menjelaskan dan mendefinisikan sumber akhlak islam
3. Dapat menjelaskan dan mendefinisikan faktor – faktor pembentukan akhlak
4. Dapat menjelaskan dan mendefinisikan ruang lingkup dari akhlak islam
5. Dapat menjelaskan dan mendefinisikan pentingnya akhlak islami

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Akhlak Islami

Akhlak islam terdiri dari dua kata akhlak dan islam. Akhlak berasal dari bahasa Arab
yang sudah di jadikan bahasa Indonesia yang di artikan juga sebagai tingkah laku, perangai
atau kesopanan. Kata akhlaqmerupakan jama’ taksir dari kata khuluq, yang sering juga di
artikan dengan sifat bawaan atau tabiat, adat kebiasaan dan agama.
Sedangkan islam adalah kata bahasa Arab yang terambil dari kata salima yang berarti
selamat, damai, tunduk, pasrah dan berserah diri. Objek penyerahan diri ini adalah pencipta
seluruh alam semesta, yakni Allah SWT.
Akhlak islam dapat di katakan sebagai akhlak yang islami. Akhlak islami adalah
akhlak yang bersumber pada ajaran Allah dan Rosul Nya. Akhlak islami ini merupakan amal
perbutan yang sifatnya terbuka sehingga dapat menjadi indikator seseorang apakah seorang
muslim baik atau buruk. Akhlak ini merupakan buah dari akidah dan syariah yang benar.
Secara mendasar, akhlak ini erat kaitannya dengan kejadian manusia yaitu khaliq (pencipta)
dan makhluq (yang di ciptakan). Rasulullah di utus untuk menyempurnakan akhlak yaitu
untuk memperbaiki hubunganmakhluq (manusia) dengan khalliq (Allah Ta’ala) dan
hubungan baik anatara makhluq dengan makhluq.
Kata ” menyempurnakan” berarti akhlak itu bertingkat, sehingga perlu di sempurnakan.
Hal ini menunjukan bahwa akhlak bermacam – macam, dari akhlak sangat buruk, buruk,
sedang, baik, baik sekali hingga sempurna. Rasulullah sebelum bertugas menyempurnakan
akhlak, beliau sendiri sudah berakhlak sempurna. Yang di jelaskan dalam al-qur’an dalam
surah Al – qalam [68]:4 yang artinya: “sesungguhnya engkau(Muhammad) mempunyai
akhlak yang agung.

Akhlak (Islami) menurut Quraish Shihab lebih luas maknanya dari pada yang telah
dikemukakan terdahulu secara mencangkup pula beberapa hal yang tidak merupakan sikap
lahiriah. Misalnya yang berkaitan dengan sikap batin maupun pikiran.
Akhlak Islami adalah akhlak yang menggunakan tolak ukur ketentuan Allah. Quraish shihab
dalam hubungan ini mengatakan, bahwa tolak ukur kelakuan baik mestilah merujuk kepada
ketentuan Allah. Apa yang dinilai baik oleh Allah pasti baik dalam esensinya. Demikian pula
sebaliknya, tidak munkin Dia menilai kebohongan sebagai kelakuan baik, karena kebohongan
esensinya buruk.

4
“Akhlak islam” bersifat mengarahkan, membimbing, mendorong, membangun peradaban
manusia dan mengobati bagi penyakit sosial dari jiwa dan mental. Tujuan berakhlak yang
baik untuk mendapatkan kebahagiann di dunia dan akhirat. Dua simbolis tujuan inilah yang
diidamkan manusia bukan semata berakhlak secara islami hanya bertujuan untuk kebahagiaan
dunia saja.

2.2 Sumber Akhlak Islam

Akhlak yang benar akan terbentuk bila sumbernya benar. Sumber akhlak bagi seorang
muslim adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sehingga ukuran baik atau buruk, patut atau tidak
secara utuh diukur dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sedangkan tradisi merupakan
pelengkap selama hal itu tidak bertentangan dengan apa yang telah digariskan oleh Allah dan
Rasul-Nya. Menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber akhlak merupakan suatu
kewajaran bahkan keharusan. Sebab keduanya berasal dari Allah dan oleh-Nya manusia
diciptakan. Pasti ada kesesuaian antara manusia sebagai makhluk dengan sistem norma yang
datang dari Allah SWT.
Adapun indikator akhlak yang bersumber dari Al-Qur’an yaitu :
1. Kebaikannya bersifat mutlak (al-khairiyyah al-muthlaq), yaitu kebaikan yang terkandung
dalam akhlak merupakan kebaikan yang murnidalam lingkungan, keadaan, waktu, dan
tempat apa saja.
2. Kebaikannya bersifat menyeluruh (as-shalahiyyah al-ammah), yaitu kebaikan yang
terkandung di dalamnya kebaikan untuk seluruh umat manusia.
3. Implementasinya bersifat wajib (al-ilzam al-mustajab), yaitu merupakan hukum tingkah
laku yang harus dilaksanakan sehingga ada sanksi hukum.
4. Pengawasan bersifat menyeluruh (al-raqabah al-muthitah), yaitu melibatkan pengawasan
Allah Swt. Dan manusia lainnya, karena sumbernya dari Allah Swt.

2.3 Faktor – Faktor Pembentukan Akhalk Islam

a) Al-Wiratsiyyah (Genetik)
Mansur Ali Rajab mengatakan, sifat – sifat keturunan adalah sifat – sifat (bawaan)
yang diwariskan oleh orang tua kepada keturunannya (anak dan cucunya).

5
Misalnya: seseorang yang berasal dari daerah Sumatera Utara cenderung berbicara
“keras”, tetapi hal ini bukan melegitimasi seorang muslim untuk berbicara keras atau
kasar karena Islam dapat memperhalus dan memperbaikinya.

b) An-Nafsiyyah (Psikologis)
Faktor ini berasal dari nilai-nilai yang ditanamkan oleh keluarga (misalnya ibu dan
ayah) tempat seseorang tumbuh dan berkembang sejak lahir. Semua anak dilahirkan
dalam keadaan fitrah, orangtuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi
(Hadits). Seseorang yang lahir dalam keluarga yang orangtuanya bercerai akan berbeda
dengan keluarga yang orangtuanya lengkap.

c) Syari’ah Ijtima’iyyah (Sosial)


Faktor lingkungan tempat seseorang mengaktualisasikan nilai-nilai yang ada pada
dirinya berpengaruh pula dalam pembentukan akhlak seseorang.

d) Al-Qiyam (Nilai Islami)


Nilai Islami akan membentuk akhlak Islami. Akhlak Islami ialah seperangkat
tindakan/gaya hidup yang terpuji yang merupakan refleksi nilai-nilai islam yang diyakini
dengan motivasi semata-mata mencari keridhaan Allah.

2.4 Ruang Lingkup Akhalak Islam

Ruang lingkup akhlak islami adalah sama dengan ruang lingkup ajaran islam itu
sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak diniah (agama/ islami)
mencangkup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama
makhluk (manusia, binatang, tumbuhan, dan benda-benda yang tak bernyawa). Berbagai
bentuk dan ruang lingkup akhlak islami yang demikian itu dapat dipaparkan sebagai berikut :

2.4.1 Akhlak Terhadap Allah

Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya
dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada tuhan sebagai Khalik. Sikap atau perbuatan
tersebut memiliki ciri-ciri perbuatan akhlak sebagaimana telah disebutkan diatas.

Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada


Allah. Pertama, karena Allah-lah yang telah menciptakan manusia. Dia menciptakan manusia

6
dari tanah yang diproses menjadi benih. Dengan demikian sebagai yang diciptakan sudah
sepantasnya berterima kasih kepada yang menciptakannya. Sebagaimana firman Allah SWT
dalam QS. Al-Thariq, 86: 5-7 :

ِ ‫ج مِ ن بَ ۡي ِن ٱلص ُّۡل‬
ِ ‫ب َوٱلت َّ َرآ ِٕٮ‬
)٧( ‫ب‬ ُ ‫) يَ ۡخ ُر‬٦( ‫ق مِ ن َّما ٓء دَافِق‬
َ ‫) ُخ ِل‬٥( َ‫س ٰـ ُن مِ َّم ُخلِق‬
َ ‫ٱۡلن‬ ُ ‫َف ۡليَن‬
ِ ۡ ‫ظ ِر‬

Artinya : “Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia
diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada.”

Kedua, karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa
pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota tubuh yang
kokoh dan sempurna kepada manusia.

Ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang
dibutuhkan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan sebagainya.

Keempat, Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya


kemampuan menguasai daratan dan lautan.

Banyak cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada Allah. Di antaranya
dengan cara tidak menyekutukan-Nya, takwa kepada-Nya, mencintai-Nya, ridho dan ikhlas
terhadap segala ketentuan-Nya dan bertaubat, mensyukuri nikmat-Nya, serta bedoa kepada-
Nya, beribadah, dan selalu mencari keridhoan-Nya.

Quraish shihab mengatakan bahwa titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan
dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian
agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun tidak akan menjangkaunya. Berkenaan
dengan akhlak kepada Allah dilakukan dengan cara banyak memujinya. Selajutnya sikap
tersebut dilanjutkan dengan senantiasa bertawakkal kepada-Nya, yaitu dengan menjadikan
Tuhan sebagai satu-satunya yang menguasai diri manusia.

Berikut ini beberapa contoh akhlak terhadap Allah Swt:

- Ikhlas, yaitu melaksanakan hukum Allah semata – mata hanya mengharap ridha – Nya.
Kita melaksanakan perintah atau larangan Allah, karena mengharap balasan terbaik dari
Allah. Jadi, ikhlas itu bukan pamrih. Tetapi pamrih hanya di harapkan dari Allah berupa
keridaan- Nya.

7
- Khusyu’ yaitu bersatunya pikiran dengan perasaan batin dalam perbuatan yang sedang di
kerjakannya. Ciri khusyu’ yaitu adanya perasaan nikmat ketika melaksanakannya.

- Sabar, yaitu ketahanan mental dalam menghadapi kenyataan yang menimpa diri kita. Ahli
sabar tidak akan mengenal putus asa dalam menjalankan ibadah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah bersama orang – orang yang sabar.

- Syukur, yaitu merealisasikan apa yang di anugrahkan Allah kepada kita sesuai dengan
fungsinya. Semakin bersyukur kepada Allah semakin bertambah anugrah – Nya. Karena
Allah telah memberikan kebaikan kepada manusia dari yang terkecil sampai yang terbesar.

- Do’a, yaitu memohon hanya kepada Allah Swt. Orang yang tidak berdoa kepada Allah,
karena merasa mampu dengan usahanya sendiri adalah orang yang sombong. Ia tidak sadar
bahwa semua itu berkat izin Allah. Jadi, do’a merupakan etika bagi seorang hamba di
hadapan Allah Ta’ala.

- Akhlak Terhadap Sesama Manusia

Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Qur’an berkaitan dengan perilaku terhadap
sesama manusia. Petunjuk mengenai hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan
hal-hal negatif seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa alasan yang
benar, melainkan juga sampai kepada menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib
seseorang dibelakangnya, tidak peduli aib itu benar atau salah, walaupun sambil memberikan
materi kepada yang disakiti hatinya itu.

َ ُ‫ٱَّلل‬
‫غن ٌِّى َحلِيم‬ َ ‫َق ۡول َّم ۡع ُروف َو َم ۡغف َِرة َخ ۡير ِمن‬
َّ ‫ص َد َقة يَ ۡتبَعُ َها ٓ أَذىۗ َو‬

Artinya : “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi
dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha
Penyantun.”(QS. Al-Baqarah ;263)

Disisi lain Al-Qur’an menerangkan bahwa setiap orang hendaknya didudukan secara
wajar. Tidak masuk kerumah orang lain tanpa izin, jika bertemu saling mengucapkan salam,
dan ucapan yang dikeluarkan adalah ucapan yang baik.

‫اس‬ِ ‫ين َوقُولُواْ لِل َّن‬


ِ ‫ٰڪ‬ َ ‫سانا َوذِى ۡٱلقُ ۡربَ ٰى َو ۡٱليَتَ ٰـ َم ٰى َو ۡٱل َم‬
ِ ‫سـ‬ َ ‫ٱَّلل َو ِب ۡٱل َوٲ ِلد َۡي ِن إِ ۡح‬ َ ‫َو ِإ ۡذ أ َ َخ ۡذنَا مِ يثَ ٰـ‬
َ َّ ‫ق بَن ِٓى إِ ۡس َرٲٓءِ ي َل ََل تَ ۡعبُدُونَ إِ ََّل‬
َ‫ٱلزڪ َٰوةَ ث ُ َّم ت َ َولَّ ۡيت ُمۡ إِ ََّل َقلِيل ِمنڪُمۡ َوأَنت ُم ُّم ۡع ِرضُون‬ َّ ‫ُح ۡسنا َوأَقِي ُمواْ ٱل‬
َّ ْ‫صلَ ٰوةَ َو َءات ُوا‬

8
Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah
kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat,
anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada
manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak memenuhi
janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.” (QS.Al-
Baqarah : 83)

Jangan mengucilkan seseorang atau kelompok lain, tidak wajar pula berprasangka
buruk tanpa alasan, atau menceritakan keburukan seseorang, dan menyapa atau memanggil
dengan sebutan buruk. Selanjutnya yang melakukan kesalahan hendaknya dimaafkan.
Pemaafan ini hendaknya disertai dengan kesadaran bahwa yang memaafkan berpotensi pula
melakukan kesalahan. Selain itu juga dianjurkan agar menjadi orang yang pandai
mengendalikan nafsu amarah, mendahulukan kepentingan orang lain dari pada kepetingan
sendiri.

2.4.2 Akhlak terhadap Lingkungan

Yang dimaksud dengan lingkungan disini ialah segala sesuatu yang di sekitar
manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. Pada
dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi
manusia sebagai khalifah. Ke khalifahan menurut adanya interaksi antara manusia dengan
sesamanya dan manusia terhadap alam. Ke khalifahan mengandung arti pengayoman,
pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya.
Dalam pandangan Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum
matang, atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak memberi
kesempatan kepada mahkluk untuk mencapai tujuan penciptaannya.
Ini berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-proses yang sedang
berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang terjadi. Yang demikian mengantarkan
manusia bertanggung jawab, sehingga ia tidak melakukan perusakan, bahkan dengan kata
lain setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia
sendiri.
Binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa semuanya diciptakan
oleh Allah SWT, dan menjadi milik-Nya, serta semuanya memiliki ketergantungan kepada-
Nya. Keyakinan ini mengantarkan seorang muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah
“umat” Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan baik.
Pada saat jaman peperangan terdapat petunjuk Al-Qur’an yang melarang melakukan
penganiayaan. Jangankan terhadap menusia dan binatang, bahkan mencabut dan menebang
pohonpun terlarang, kecuali kalau terpaksa, tetapi itu pun harus seizin Allah, dalam arti harus
sejalan dengan tujuan-tujuan penciptaan dan demi kemashlatan terbesar. Allah berfirman :

9
ِ ‫ى ۡٱلفَ ٰـ‬
َ‫س ِقين‬ ِ َّ ‫صو ِلهَا َف ِب ِإ ۡذ ِن‬
َ ‫ٱَّلل َو ِليُ ۡخ ِز‬ ُ ُ ‫علَ ٰ ٓى أ‬ ۡ ‫ط ۡعت ُم ِمن لِينَة أ َ ۡو ت َ َر‬
َ ‫ڪت ُ ُمو َها َقا ٓ ِٕٮ َمة‬ َ ‫َما َق‬

Artinya : “ Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang
kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya, Maka (semua itu) adalah dengan izin Allah;
dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik.” (QS. Al-Hasyr :5)
Alam dengan segala isinya telah ditundukan Tuhan kepada manusia, sehinga dengan
mudah manusia dapat memanfaatkannya. Jika demikian, manusia tidak mencari kemenangan,
tetap keselarasan dengan alam. Keduanya tunduk kepada Allah, sehimgga mereka harus
dapat bersahabat.
Selain itu akhlak Islami juga memperhatikan kelestarian dan keselamatan binatang.
nabi Muhammad SAW. Bersabda :“Bertakwalah kepada Allah dalam perlakuanmu terhadap
binatang, kendarailah, dan beri makanlah dengan baik “.
Uraian tersebut di atas memperlihatkan bahwa akhlak Islami sangat komprehensif,
menyeluruh dan mencangkup berbagai makhluk yang diciptakan Tuhan. Hal yang demikan
dilakuka karena secara fungsional seluruh makhluk tersebut satu sama lain saling
membutuhkan. Punah dan rusaknya salah satu bagian dari makhluk Tuhan itu akan
berdampak negative bagi makhluk lainnya.
2.4.3 Akhlak terhadap diri sendiri

Islam mengajarkan agar manusia menjaga diri meliputi jasmani dan rohani. Organ
tubuh kita harus di pelihara dengan memberikan konsumsi makanan yang halal dan baik.
Apabila kita memakan makanan yang tidak halal dan tidak baik, berarti kita telah merusak
diri sendiri. Perbuatan merusak ini termasuk berakhlak buruk. Oleh karena itu, islam
mengatur makan dan minum tidak berlebihan. Akal kita juga perlu di jaga dan di pelihara
agar tidak tertutup oleh pikiran kotor. Jiwa harus di sucikan agar menjadi orang
yang beruntung.

Termasuk akhlak diri menahan pandangan dan memelihara kemaluan. Demikian pula
para wanita muslimah, hendaknya menahan pandangan, memelihara kemaluan, dan jangan
menampakkan perhiasan kecuali yang biasa tampak. Para wanita hendaknya menutup
dadanya dengan kain kerudung. Ajaran islam tentang menjaga kehormatan diri baik laki –
laki maupun wanita ini sungguh suci dan mulia. Tidak ada dalam ajaran agama lain yang
mengatur sedemikian cermatnya. Jika ini di laksanakan, tidak mungkin ada perzinahan,
prostitusi, dan perselingkuhan suami istri.

2.4.4 Akhlak terhadap keluarga

Akhlak terhadap keluarga meliputi ayah, ibu, anak, dan keturunannya. Kita harus
berbuat baik pada orang tua. Ibu telah mengandung kita dalam keadaan lemah yang
bertambah – tambah. Menyusui dan mengasuhnya selama 2 tahun. Bersyukurlah pada Allah

10
dan kedua orang tua. Jika kedua orang tua kita menyuruh berbuat dosa, maka jangan di ikuti,
tetapi pergauli lah keduanya di dunia dengan baik. Dalam berkeluarga ikutilah orang –orang
yang ada dalam jalan Allah Swt.

Dengan demikian, islam jelas mengatur tata pergaulan hidup dalam keluarga yang
saling menjaga akhlak. Sebab dalam islam semua anggota keluarga memiliki hak dan
kewajiban yang sama – sama harus di laksanakan. Seluruh anggota keluarga berperan untuk
memberikan konstribusi menciptakan keluarga yang sakinah, mawadah dan penuh rahmah.
Hal ini akan terwujud hanya jika semuanya menjalankan hak dan kewajiban berlandaskan
akhlakul karimah.

2.5 Pentingnya Akhlak Islami

Akhlak ialah salah satu faktor yang menentukan derajat keislaman dan keimanan
seseorang. Akhlak yang baik adalah cerminan baiknya aqidah dan syariah yang diyakini
seseorang. Buruknya akhlak merupakan indikasi buruknya pemahaman seseorang terhadap
aqidah dan syariah.

“Paling sempurna orang mukmin imannya adalah yang paling luhur


aqidahnya.”(HR.Tirmidi).

“Sesungguhnya kekejian dan perbuatan keji itu sedikitpun bukan dari Islam dan
sesungguhnya sebaik-baik manusia keislamannya adalah yang paling baik
akhlaknya.”(HR.Thabrani, Ahmad dan Abu Ya’la).

Keluhuran akhlak merupakan amal terberat hamba di akhirat, “Tidak ada yang lebih
berat timbangan seorang hamba pada hari kiamat melebihi keluhuran akhlaknya” (HR. Abu
Daud dan At-Tirmizi).

Akhlak merupakan lambang kualitas seorang manusia, masyarakat, umat karena


itulah akhlak pulalah yang menentukan eksistensi seorang muslim sebagai makhluk Allah
SWT. Karena akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat dalam jiwa, maka perbuatan

Dikatakan akhlak jika terpenuhi syarat – syarat sebagai berikut :

1. Perbuatan itu dilakukan berulang – ulang. Jika seseorang melakukan perbuatan tertentu
hanya dilakukan sesekali saja, maka belum dapat disebut akhlak. Tapi ini baru disebut
perilaku saja. Apabila perilaku ini dilakukan berulang kali sehingga menjadi kebiasaan dalam
dirinya, baru di sebut akhlak. Sebab, perbuatan sesekali itu, mungkin hanya karena kondisi

11
yang memaksa melakukan demikian. Orang mencuri karena terpaksa dalam keadaan lapar tak
tertahankan, bukan berarti ia berakhlak buruk. Akan tetapi, apabila orang tersebut berulang
kali mencuri, maka dapat dinilai bahwa akhlak dia buruk.

2. Perbuatan itu timbul dengan sangat mudah tanpa berfikir panjang terlebih dahulu sehingga
berperilaku sponstan. Misalnya, pekerjaan sholat. Orang yang berakhlak baik dalam sholat
akan melakukannya dengan mudah tanpa di pengaruhi oleh faktor – faktor di luar sholat. Ia
tidak berfikir – fikir lagi apakah ia harus sholat atau tidak. Sebaliknya, apabila ia sholat tapi
karena riya, tentu tidak dapat di sebut berakhlak baik walaupun sholatnya di kerjakan. Jika,
akhlak bukan sekedar perbuatannya.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Secara sederhana akhlak islami dapat di artikan sebagai akhlak yang berdasarkan
ajaran islam atau akhlak yang bersifat islami. Kata islam yang berada di belakang kata akhlak
dalam hal menempati sebagai sifat.

Dengan demikian akhlak islami adalah perbuatan yang di lakukan dengan mudah,
tanpa paksaan, mendarah daging dan sebenarnya yang di dasarkan pada islam, dilihat dari
segi sifatnya yang universal, maka akhlak islami juga bersifat universal. Namun dalam
rangka menjabarkan akhlak islami yang universal ini di perlukan bantuan pemikiran akal
manusia dan kesempatan sosial yang terkandung dalam ajaran etika dan moral.

Investasi akhlak yang baik dan budi pekerti yang luhur tidaklah terbatas sebagaimana
investasi harta. Apabila harta benda ada dalam genggaman seseorang, ribuan orang yang lain
akan merana karena tidak memilikinya. Bahkan investasi harta dapat menimbulkan
kemarahan dan kebencian orang lain. Akan tetapi, investasi akhlak pasti menimbulkan
kesenangan dan kecintaan orang lain.

Akhlak mulia perlu diimplementasikan dalam hidup sehari – hari. Bentuk


implementasinya bisa dalam ucapan – ucapan yang mulia (qaulan kariman) atau dalam
perbuatan – perbuatan terpuji (amal shaleh). Islam mengatur tata cara berakhlak mulia baik
terhadap Allah, diri sendiri, keluarga, tetangga, dan lingkungan.

3.2 Saran

Sebagai umat islam yang baik kita harus bisa memiliki akhlak yang baik terutama
dalam kehidupan di lingkungan masyarakat karena kita harus membiasakan berakhlak yang
telah di ajari oleh agama dan menerapkan dalam kehidupan di lingkungan masyarakat.

13
DAFTAR PUSTAKA
Abudinnata. 2014. Akhlak Tasawuf dan Karakter mulia. Jakarta: rajawali Pers.

Abdullah, M Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Islam. Jakarta: Amzah.

Abdul Aziz bin Fathi As Sayyid Nada. 2008. Ensiklopedia Etika Islam: Begini Semestinya
Muslim Berperilaku, terj Muhammad Isnaini dkk. Jakarta: Maghfirah Pustaka.

Al Ghazali, Muhammad. 1995. Akhlak Seorang Muslim, terj. Abu Laila & muhammad Tohir.
Bandung: PT. Alma’arif.

Al Hasyimi, Abdul Mun’im. 2009.Akhlak Rasul Menurut Bukhari & Muslim. Jakarta: Gema
Insani.

Arifi, Muzayyin. 2003. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Sambas, Sukriadi & Asep Syaiful Muhtadi. 1999. Metode Analisis Tekstual, Isi, Percakapan,
& Unobtrusif (Untuk Penelitian Dakwah). Bandung: KP.HADID.

Schiller, Pam & Bryant Tamera. 2002. The value Book for Children: 16 Moral Dasar Bagi
Anak Disertai Kegiatan yang Bisa Dilakukan Orang Tua Bersama Anak. Jakarta: Elex
Media Komputindo.

14
15

Anda mungkin juga menyukai