Anda di halaman 1dari 17

ILMU AKHLAK

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Akhlak


Dosen Pengampu :
Drs. H. Abdul Hadi, M. Ag

Disusun Oleh :
Gio Giani Sugito 1202030046
Muhajir Nur Haq 1202030070
Muflihah Az-Zahra 1202030069

KELAS B
PROGAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2020-2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi Maha Penyayang , kami
panjatkan puj syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayat, dan
inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih dan menjadi sumbangan
pemikiran khususnya para mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Kami sadar
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari semua pihak yang tentunya bersifat
membangun demi kelengkapan makalah yang kami susun.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang menyempatkan diri
membuka dan membaca makalah ini semoga dapat bermanfaat.

Bandung, 06 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan .................................................................................................................... 1
BAB II..................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 2
A. Manfaat mempelajari Pendidikan Akhlak ................................................................................... 2
1. Pengertian Pendidikan dan Akhlak ......................................................................................... 2
2. Manfaat Pendidikan Akhlak.................................................................................................... 3
B. Karakter Akhlak dalam Islam ..................................................................................................... 5
1. Pengertian Karakter dan Akhlak ............................................................................................. 5
2. Penjelasan Karakter Akhlak .................................................................................................... 5
3. Pendidikan Karakter Akhlak Islam ......................................................................................... 6
4. Pokok Pendidikan Karakter Akhlak ........................................................................................ 7
5. Tujuan Pendidikan Karakter Akhlak Islam ............................................................................. 7
C. Pembentukan dan Proses Terjadinya Akhlak.............................................................................. 7
D. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Lainnya............................................................................ 8
1. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf ....................................................................... 9
2. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid ......................................................................... 9
3. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Pendidikan ................................................................. 11
BAB III ................................................................................................................................................. 12
PENUTUP ............................................................................................................................................ 12
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan Akhlak merupakan permasalahan utama yang menjadi tantangan manusia


sepanjang sejarahnya. Sejarah bangsa bangsa yang di abadikan dalam Al Quran baik kaum
‘Ad , Tsamut, Madyan, maupun yang di dapat dalam buku buku sejarah menunjukan bahwa
suatu bangsa akan kokoh apabila akhlaknya kokoh dan sebaliknya suatu bangsa akan runtuh
bila akhlaknya rusak. Pendidikan akhlak adalah pendidikan mengenai dasar dasar moral
(Akhlak) dan keutamaan perangai, tabiat yang dimiliki dan harus di jadikan kebiasaan oleh
anak sejak kanak kanak hingga ia menjadi Mukallaf. Tidak di ragukan bahwa keutamaan
keutamnaan moral, perangai dan tabiat merupakan salah satu buah iman yang mendalam, dan
perkembangan religius yang benar. Realitanya, perilaku serta budi pekerti (Akhlak) dari
pelajar saat ini sangatlah memprihatinkan, diantaranya mereka cenderung bertutur kata yang
kurang baik, bertingkah laku yang kurang sopan, dan tidak lagi patuh terhadap orangtua
maupun gurunya. Hal ini tentu saja di pengaruhi kondusif tidaknya pendidikan budi pekerti
yang mereka dapatkan, baik dilingkungan keluarga, sekolah maupun masayarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Kegunaan atau manfaat mempelajari Pendidikan Akhlak
2. Karakter Akhlak dalam Islam
3. Pembentukan dan Proses terjadinya Akhlak
4. Hubungan Akhlak dengan Ilmu – Ilmu lainnya

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui manfaat mempelajari Pendidikan Akhlak
2. Mengetahui Karakter Akhlak dalam Islam
3. Mengetahui Pembentukan dan Proses terjadinya Akhlak
4. Mengetahui Hubungan Akhlak dengan Ilmu – Ilmu lainnya

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Manfaat mempelajari Pendidikan Akhlak


1. Pengertian Pendidikan dan Akhlak
Tujuan utama dari pendidikan Islam ialah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang
sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral, lakilaki maupun perempuan, jiwa yang
bersih, kemauan keras, cita-cita yang benar dan akhlak yang tinggi, tahu arti kewajiban dan
pelaksanaannya menghormati hak-hak manusia, tahu membedakan buruk dengan baik,
memilih suatu fadhilah karena cinta pada fadhilah, menghindari suatu perbuatan yang tercela
dan mengingat Tuhan dalam setiap pekerjaan yang mereka.1
Pendidikan akhlak terbentuk atas dua kata yaitu pendidikan dan akhlak, sehingga untuk
memahami pengertian pendidikan akhlak harus dipahami terlebih dahulu kedua kata tersebut.
Pendidikan berasal dari kata didik, dalam bahasa Arab yaitu tarbiyah dan dalam bahasa
Inggris disebut dengan education. Pendidikan bermakna proses yang berisi berbagai macam
kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan
adat dan budaya serta kelembagaan sosial suatu generasi ke generasi berikutnya.2
Pendidikan dibedakan menjadi dua pengertian pengertian yang bersifat teoritik filosofis
dan pengertian pendidikan dalam arti praktis. Pendidikan dalam arti teoritik filosofis adalah
pemikiran manusia terhadap masalah-masalah kependidikan untuk memecahkan dan
menyusun teori-teori baru dengan mendasarkan kepada pemikiran normatif, spekulatif,
rasional empirik, rasional filosofik. Pendidikan dalam arti praktek adalah suatu proses
pemindahan pengetahuan ataupun pengembangan potensi-potensi yang dimiliki subyek didik
untuk mencapai perkembangan secara optimal, serta membudayakan manusia melalui proses
transformasi nilai-nilai yang utama3.
Dari kedua pengertian di atas yaitu pendidikan dan akhlak, maka dapat dipahami bahwa
pendidikan akhlak ialah suatu pendidikan atau penenaman akhlak yang mulia serta dasar
moral, tabiat maupun perangai yang baik yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan anak,
sejak ia masih kecil hingga dewasa.
Pendidikan akhlak adalah pendidikan mengenai dasar-dasar moral dan keutamaan
perangai, tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa analisa
hingga menjadi seorang mukallaf, seorang yang telah siap mengarungi lautan kehidupan.
Akhlak adalah buah dari iman. Jika semasa kanak-kanaknya, ia tumbuh dn berkembang
dengan berpijak pada landasan iman kepada Allah dan terdidik untuk selalu takut, ingat,
bersandar, meminta pertolongan dan berserah diri kepada-Nya, maka ia akan emiliki potensi

1
Moh. Athiyah al Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj. Bustami A. Ghani dan Djohar Bahry,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1970), hlm. 103
2
Kunaryo Hadikusumo, Pengantar Pendidikan, (Semarang: IKIP Semarang Pers, 1996), hlm. 20.
3
M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 98
2
dan respon yang instingtif di dalam menerima setiap keutamaan dan kemuliaan, di samping
terbiat melakukan akhlak mulia.4
Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa pendidikan akhlak merupakan
usaha yang dilakukan pendidikan kepada anak didik dalam upaya pembinaan nilai-nilai
akhlak yang luhur, baik terhadap sesama manusia maupun kepada Sang Pencipta, Allah SWT
atau lebih ringkasnya pendidikan akakhlak merupakan proses bimbingan jasmani dan rohani,
sebagai suatu upaya pembinaan pribadi, sikap mental dan akhlak anak menuju kepada
terbentuknya kepribadian utama.

2. Manfaat Pendidikan Akhlak


Tujuan merupakan suasana ideal yang ingin diwujudkan. Dalam tujuan pendidikan,
suasana ideal itu tampak pada tujuan akhir. Tujuan akhir biasanya dirumuskan secara padat
dan singkat, seperti terbentuknya kepribadian muslim, kematangan dan integritas pribadi5
Al Gulayani mengatakan bahwa pendidikan akhlak bertujuan membentuk jiwa anak
didik menjadi bermoral, berjiwa bersih, berkemauan keras, bercita-cita besar, tahu akan arti
kewajiban dan pelaksanaannya, menghormati hak-hak orang lain, tahu membedakan mana
yang baik dan buruk, memilih keutamaan karena cinta keutamaan, menghindari suatu
perbuatan yang tercela karena memang hal itu tercela dan selalu ingat kepada Allah setiap
melakukan pekerjaan.6
Menurut M. Ali Hasan, tujuan pendidikan akhlak adalah agar setiap orang berbudi
pekerti (berakhlak), tingkah laku (tabiat), berperangai atau beradat istiadat yang baik yang
sesuai dengan ajaran Islam7
Kemudian menurut Barnawie Umarie, tujuan pendidikan akhlak adalah agar tercipta
hubungan yang baik dan harmonis antara sesama manusia dengan sesama makhluk.8
Menurut Amin Syukur tujuan diajarkannya akhlak adalah:
a) Taqwa terhadap Allah.
َ‫َو ِإنَّكَََلَ َعلىَ ُخلُقََ َع ِظيم‬

“Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur” (Al-
Qalam: 4)9
‫سانا‬ َِ ‫لََّإِيَّا َهَُ َوبِ ْال َوا ِلدَي‬
َ ْ‫ْنَإِح‬ َ َ ‫ضىَ َربُّكَََأ‬
َ ِ‫لََّت َ ْعبُد ُوَاَْإ‬ َ َ‫َوق‬

4
Abdul Kholiq, dkk, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 63
5
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al Ma’arif, 1989), hlm. 49
6
Darmuin (ed.), Pemikiran Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 121
7
M. Ali Hasan, Tuntunan Akhlak, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), hlm. 11.
8
Barnawie Umarie, Materi Akhlak, (Solo: Ramadhani, 1978), hlm. 2.
9
https://umma.id/article/share/id/1002/375131
3
“Dan Tuhan-mu telah Memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua.” (QS.al-Isra’:23)

b) Kemuliaan jiwa
‫لَالمؤمنينَإيمانًاَأحسنُهمَ ُخلقًا‬
َُ ‫أكم‬

“Kaum Mu’minin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya” (HR.
Tirmidzi no. 1162, ia berkata: “hasan shahih”).10

c) Cinta terhadap kebenaran dan keadilan secara teguh dalam tiap pribadi muslim.11
ََ‫َللاََلَعََلَّ ُك َْمَتُ ْف ِل ُحون‬ ُ ِ‫صابِ ُرواَ َو َراب‬
ََّ َ‫طواَ َواتَّقُوا‬ ْ ‫يََاأَيُّ َهاَالَّذِينَََ َءا َمنُواَا‬
َ ‫صبِ ُرواَ َو‬
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian
dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negeri kalian) dan bertakwalah kepada Allah supaya
kalian beruntung.(QS: Ali ‘Imraan: 200)12
Secara umum, dapat diklasifikasikan tujuan pendidikan akhlak sebagai berikut :
a. Mengajarkan kepada manusia agar dapat hidup bermasyarakat tanpa merasa disakiti dan
menyakiti kepada orang lain.
ََ‫لَت َْل ِم ُز َٰٓوا‬
َ َ ‫نََۖ َو‬ ََّ ‫سىَََٰٓأَنَ َي ُك‬
ََّ ‫نَ َخي ًْراَ ِم ْن ُه‬ َ ‫سآَٰءََ َع‬
َ ‫سآَٰءََ ِمنَ ِن‬ َ َ ‫سىَََٰٓأَنَ َي ُكونُواََ َخي ًْراَ ِم ْن ُه َْمَ َو‬
َ ‫لَ ِن‬ َ ‫َرَقَ ْومََ ِمنَقَ ْومََ َع‬ َْ ‫لَ َي ْسخ‬َ َ ََ‫ََٰٓيأَيُّ َهاَٱلَّذِينَََ َءا َمنُوا‬
َّ َٰٓ ُ َّ ْ ْ َ
َ
ََ‫نََۚ َو َمنَل َْمَيَتُبََْفَأولئِكَََ ُه َُمَٱلظ ِل ُمون‬ ْ
َِ ‫ٱْلي َم‬ َُ ‫س‬
ِ ََ‫وقَبَ ْع َد‬ ََ ْ‫بََۖبِئ‬
ُ ُ‫سَٱِلِ ْس َُمَٱلف‬ ْ
َِ َ‫لَتَنَابَ ُزواََبِٱْللق‬ َ ُ‫أَنف‬
َ َ ‫س ُك َْمَ َو‬
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka.
Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang
direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan
memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah
(panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka
itulah orang-orang yang zalim (Al Hujurat ayat 11)

b. Untuk menentukan batas antara yang baik dan buruk, antara yang terpuji dan yang tercela.
َ‫ْرَ َحا َجةََ ِإلَىَ ِف ْكرََ َو ُرؤْ َية‬ َْ ‫نَ َخيْرََا َ َْوَ ِم‬
ََ َ‫ن‬
َِ ‫غي‬ َُ ‫ِرَ َعَْن َهاَاْْل َ ْع َما‬
َْ ‫لَ ِم‬ ْ َ ‫سَ َرا ِسخَةََت‬
َُ ‫صد‬ َُ ‫ا َ ْل ُخلُ ْو‬
َ ِ ‫قَ َحالََ ِللنَّ ْف‬

“Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan nya lahirlah macam-macam
perbuatan, baik dan buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan”[4]13

c. Membentuk orang-orang yang beramal baik, keras kemauan, sopan bicara dan perbuatan,

10
https://umma.id/article/share/id/1002/375131
11
Amin Syukur, Pengantar Studi Akhlak, (Semarang: Duta Grafika, 1987), hlm. 76.
12
https://umma.id/article/share/id/1002/375131
13
http://aam-ezaam.blogspot.com/2011/04/pengertian-akhlak-tasawuf.html?m=1
4
mulia dalam tingkah laku dan perangai, bersifat bijaksana, sopan dan beradab, ikhlas, jujur
dan suci.14
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, tujuan pendidikan akhlak adalah terciptanya
kesempurnaan akhlak dari masing-masing individu, baik akhlak kepada Allah SWT,
Rasulullah, sesama manusia, diri sendiri, lingkungan dan terhadap makhluk lainnya.

B. Karakter Akhlak dalam Islam


1. Pengertian Karakter dan Akhlak
Secara Etimologi“Karakter”dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia( KBBI) berarti sifat-
sifat kejiwaan sedangkan “Akhlak” berarti budi pekerti atau kelakuan. Adapun makna
berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak.
2. Penjelasan Karakter Akhlak
Akhlak sebagaimana diterangkan Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin,
merupakan suatu perangai yang menetap kuat dalam jiwa. Karakter akhlak dalam jiwa itu
timbul lantaran perbuatan-perbuatan tertentu yang dilakukan setiap orang.
Imam Al-Ghazali membagi akhlak ke dalam dua syarat, yakni stabilitas dan
spontanitas. Adapun stabilitas akhlak merupakan karakter yang memungkinkan pelakunya
melakukan perbuatan baik yang konsisten, permanen, serta berkelanjutan. Sedangkan akhlak
yang sifatnya spontan hadir di saat muncul kesempatan dan juga dilakukan tanpa paksaan.
Menurut beliau, orang yang berakhlak setidaknya dapat mengendalikan empat hal yang
cukup sulit dikendalikan di berbagai aspek hidup, antara lain nafsu, amarah, pengetahuan,
dan keadilan. Dengan demikian, akhlak bukanlah hanya mengatur laku kata, namun juga laku
sikap.
Ibnu Miskawaih dalam kitabnya Tahżibul Akhlak mendefinisikan:
“Khulq adalah keadaan jiwa atau kemantapan yang mendorong sesuatu perbuatan tanpa
dipikirkan dan dipertimbangkan”.15
Dalam kitab tersebut, ia menegaskan bahwa akhlak adalah suatu keadaan jiwa dan
keadaan ini menyebabkan jiwa bertindak tanpa dipikir dan dipertimbangkan terlebih dahulu.
Ia membagi asal keadaan jiwa ini menjadi dua jenis, yaitualamiah dan bertolak dari watak,
dan tercipta melalui kebiasaan dan latihan.
Menurutnya, karakter akhlak dalam Islam dibangun atas pondasi kebaikan dan
keburukan. Kebaikan merupakan hal yang dapat dicapai oleh manusia dengan melaksanakan
kemauannya, karena hal tersebut akan mengarahkan manusia kepada tujuan dirinya
diciptakan. Keburukan adalah segala sesuatu yang menjadi penghambat manusia mencapai

14
M. Athiyah al Ibrasyi, Dasar-Dasar Pendidikan Islam, terj. Bustain al Ghani, dkk., (Jakarta: Bulan Bintang,
1993), hlm. 104

15
IbnMiskawaih, Tahżib Al-Akhlak Ibn Miskawaih, (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Alamiyah, 1985), hlm. 25.
5
kebaikan, entah hambatan ini berupa kemauan dan upayanya, atau berupa kemalasan dan
keengganannya mencari kebaikan.16
Terdapat suatu kisah menarik tentang karakter akhlak dari seorang bocah penggembala
domba. Suatu hari Khalifah Umar bin Abdul Aziz menghampiri seorang anak yang tengah
menggembala domba milik majikan nya, untuk menguji kejujuran anak tersebut Umar bin
Abdul Aziz bertanya “Nak, maukah kau jual dombamu satu kepadaku?” Si anak lantas
menjawab “Domba-domba ini bukan miliku, tetapi milik majikanku” Umar tidak berhenti
dan terus merayu anak tersebut untuk menjual nya, beliau berkata “Tapi kalau kau jual satu
untukku, majikanmu tidak akan tahu” Lalu anak iyu menjawab “majikanku memang tidak
tahu, tapi Allah selalu tahu. Dan aku tidak mau mengecewakan Tuhanku17”
Dari kisah tersebut dapat dipastikan bahwa Karakter Akhlak ini sangat penting bagi kita
dan perlu untuk di pelajari dan diajarkan melalui Pendidikan Karakter Akhlak untuk
melahirkan generasi yang taat pada Allah yang selalu menjalankan perintah nya dan menjauhi
larangan nya.
3. Pendidikan Karakter Akhlak Islam
Pendidikan Karakter sudah menjadi “trending topic” dalam dunia pendidikan akhir-
akhir ini. Hal itu muncul setelah gagasan pendidikan karakter yang digaungkan pemerintah.
Keberadaannya haruslah memiliki arah dan tujuan yang jelas. Sehingga melakukan nya
dilapangan menjadi mudah untuk dilaksanakan.18
Sebaliknya jika tidak jelas, maka jangankan hasil dari proses pendidikan tersebut,
mempraktikannya saja mengalami kendala. Karena itu memahami pendidikan karakter
khususnya dalam islam menjadi sangat penting.
Pendidikan Karakter Akhlak merupakan inti dari pendidikan. Akhlak mengarahkan
pada prilaku yang baik dan sesuai dengan perintah Allah. Akhlakul Karimah adalah tatkala
perilaku manusia mengikuti aturan Islam dalam setiap aspek kehidupan, sebagaimana
terimplikasi dalam hadis ‘Aisyah ra yang artinya “Akhlak Rasulullah Saw adalah Al-Qur’an”
(HR. Muslim). Adapun pendidikan diluar pendidikan akhlak hanya bersifat teknis atau life-
skill (keterampilan hidup)
Imam Al Ghazali menolak pendapat yang mengasumsikan akhlak sebagai suatu yang
tidak dapat berubah. Karena itu jika demikian hal nya, maka wasiat, nasihat, dan pendidikan
tidak berarti apa-apa.19
Dikatakan Imam Al Ghazali, “mendidik anak ibarat mengukir di atas batu”. Hal ini
sejalan dengan pengertian karakter menurut kebahasaan yang berasal dari bahasa Yunani,
charassein, yang berarti menggoreskan pada lilin, batuan dan logam20

16
Ibn Miskawaih, Tahżib Al-Akhlak Ibn Miskawaih, hlm. 8-9.
17
Replubika.co.id, Penting nya Akhlak dalam Islam
18
Dikutip oleh jurnal islamia, Volume IX, No 1, 2014
19
Al Ghazali, Ihya Ulumuddin, terjemahan Syaikh Jamaluddin Al-Qasimi Ringkasan Ihya Ulumuddin hlm 69
20
Syamsyul kurniawan, At-Turats, Volume 6, Nomor 1 hlm 18
6
4. Pokok Pendidikan Karakter Akhlak
Pokok-pokokpemikiranIbnu Maskawaih dalam menanamkan pendidikan karakter
Islami antara lain terlihat dalam pemikirannya. Karakter-karakter tersebut antara lain salah
satunya yaitu:
A. Keberanian
Keberanian adalah keutamaan jiwa al-ghadabiyyah/al-sabuiyyat. Keutamaan karakter
ini muncul pada diri manusia selagi nafsunya dibimbing oleh jiwa al-Nathiqat. Keberanian
dalam hal ini adalah karaktertidak takut untuk menyampaikan kebaikan dan kebenaran dan
ini merupakan sifat terpuji. Posisi al-Sayaja’at berada ditengah antara sifat pengecut (al-Jubn)
terhadap sesuatu yang tidak seharusnya ditakuti dannekad (tatthawwur) yakni kondisi sifat
berani tetapi tanpa pertimbangan.21
B. Cinta dan Persahabatan
Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan sesamanya. Hanya melalui teman
dan lingkungannya manusia dapat memperoleh kesempurnaan dan eksistensinya dan dalam
keadaan mendesak mereka harus saling membantu. Harus diketahui bahwa sifat bersahabat
dalam diri manusia merupakan nilai yang harus dipertahankan.22
5. Tujuan Pendidikan Karakter Akhlak Islam
Ibnu Miskawaih mengatakan bahwa tujuan pendidikan karakter akhlak adalah
terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong manusia secara spontan untuk melakukan
tingkah laku yang baik, sehingga ia berprilaku terpuji, mencapai kesempurnaan sesuai dengan
substansinya sebagai manusia, dan memperoleh kebahagiaan (as-sa’adah) yang sejati dan
sempurna.23 Jadi, menurutnya orang yang berakhlak mulia adalah orang yang bahagia. Orang
yang baik adalah orang yang selaras pikiran dan perbuatannya ketika melakukan perbuatan
baik.
C. Pembentukan dan Proses Terjadinya Akhlak
Masalah akhlak, perilaku terpuji, dan sopan santun seseorang tidak terjadi dengan tiba-
tiba. Pembentukan akhlak berjalan serentak bersama pembentukan kepribadian, yang dimulai
sejak dalam kandungan, lalu dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat24. Proses terjadinya
akhlak itu akan terbentuk melalui perjalanan yang panjang dan secara berulang-ulang
dilakukannya.
Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk di masyarakat hanya dengan pelajaran, dengan
intruksi-intruksi dan larangan-larangan. Sebab tabiat jiwa untuk menerima keutamaan-
keutamaan itu tidak cukup seorang guru mengatakan: “kerjakan ini dan jangan kerjakan ini”.
Menanamkan sopan santun yang berbuah sangat memerlukan pendidikan yang panjang dan
harus ada pendekatan yang lestari. Pendidikan itu tidak akan sukses melainkan harus
diusahakan dengan contoh dan teladan yang baik. Seseorang yang berperilaku jahat tidak
mungkin akan meninggalkan pengaruh yang baik dalam jiwa orang di sekelilingnya.

21
Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih, hlm 100
22
Ibnu Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhla Terj. Helmi Hidayat, hlm. 133.
23
Ibn Miskawaih, Tahżib Al-Akhlak Ibn Miskawaih, hlm. 30-31.
24
Republika.co.id, DarimanaAkhlakBermula?
7
Pengaruh yang baik itu hanya akan diperoleh dari pengamatan mata terus menerus, lalu
semua mata mengagumi sopan santunnya. Di saat itulah orang akan mengambil pelajaran,
mereka akan mengikuti jejak dengan kecintaan yang tulus (murni).25
Proses Terjadinya akhlak mulai dari dalam kandungan.Artinya, si janin telah menerima
pengaruh dari sikap ibu yang sedang mengandungnya. Apabila sang ibu merasa senang
menunggu kelahiran anaknya, maka pengaruh yang diterima anak adalah pengaruh positif
lewat hubungannya dengan syaraf-syaraf ibunya.Tentu saja, sikap ibu terhadap janin yang
dikandungnya, terpengaruh oleh suasana hubungannya dengan sang suami. Apabila
hubungan antara keduanya tidak baik, tentu akan mengganggu ketentraman batin si istri yang
sedang mengandung itu. Goncangan batin itu pada gilirannya akan mempengaruhi syaraf-
syarafnya yang berhubungan dengan tubuh janin. Selanjutnya benturan negatif yang dialami
janin akan mempengaruhi pembentukan kepribadian anak yang akan lahir. Inilah, barangkali,
mengapa orang Islam dilarang menikah dengan orang yang berbeda agama, dan juga dilarang
menceraikan wanita yang sedang hamil.
Setelah si bayi lahir, Proses Terjadinya akhlak terjadi lewat penglihatan, pendengaran,
penciuman, pencicipan, dan sentuhan. Pada saat inilah peranan ibu amat penting dalam
pembentukan awal dari akhlak si anak. Latihan dan pembiasaan terhadap akhlak terpuji sejak
usia dini akan baik pada pembentukan kepribadian anak. Hubungan antara ibu dan bapak juga
sangat berpengaruh pada kepribadian si anak. Apabila sikap ibu dan bapak terhadap dirinya
sejalan, maka pembentukan akhlaknya lebih mudah. Namun jika sikap keduanya
bertentangan, si anak akan goncang. Pasalnya, ia belum mampu memilih mana yang terbaik
dari keduanya untuk nantinya di serap masuk kedalam kepribadiannya yang sedang tumbuh.
Selanjutnya, pengaruh guru juga besar terhadap pembentukan akhlak anak, terutama
mereka yang masih kecil. Gurulah yang akan memperbaiki pembentukan akhlak yang kurang
baik yang ia dapat di rumah, misalnya, karena orang tua menyerahkan pendidikan anak
kepada pembantu.
Namun yang lebih penting dari itu semua, peranan agama juga sangat penting dalam
pembentukan kepribadian seorang anak. Remaja yang memperoleh pendidikan agama sejak
kecil, akan mengurangi goncangan jiwa yang mereka alami, sebab mereka akan mampu
mengendalikan diri. Itulah sebabnya, Nabi SAW memerintahkan kitauntuk mengenalkan
agama kepada anak-anak sejak dini.
D. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Lainnya
Pada hakikatnya setiap ilmu pengetahuan antara yang satu dengan yang lainnya itu
saling berhubungan. Akan tetapi hubungan tersebut ada yang sifatnya berdekatan,
pertengahan, bahkan ada pula yang jauh. Pada pembahasan ini kita akan mengkaji tentang
ilmu-ilmu yang berhubungan dengan ilmu akhlak, yaitu diantaranyailmu tasawuf, ilmutauhid,
dan ilmu pendidikan.
Konsep akhlakul karimah adalah konsep hidup yang lengkap dan tidak hanyamengatur
hubungan antara manusia dengan alam sekitarnya, tetapi juga terhadap penciptanya. Allah
menciptakan ilmu pengetahuan bersumber dari Al-Qur’an. Namuntidak semua orang
mengetahui atau percaya akan hal itu. Ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan manusia
dalam menggali ilmu-ilmu yang ada dalam Alqur’an itu sendiri.Oleh karena itu penting
sekali permasalahan hubungan antara ilmu akhlak dengan ilmulainnya ini diangkat. Dalam

25
AnawarMasy’ari, Akhlak Al-Qur’an hlm, 33
8
uraian ini hubungan Ilmu Akhlak hanya akan dibatasi padailmu-ilmu yang memiliki
hubungan yang sangat erat sebagaimana tersebut di atas.

1. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf


Sebagaimana diketahui bahwa dalam tasawuf masalah ibadah amat menonjol, karena
bertasawuf itu pada hakikatnya melakukan serangkaian ibadah seperti shalat, puasa, haji,
zikir dan lain sebagainya, yang semuanya itu dilakukan semata-mata hanya untuk
mendekatkan diri pada Allah.
Definisi ilmu tasawuf menurut beberapa ulama :
- Abu al Husain al-Nuri berpendapat; tasawuf bukanlah wawasan atau ilmu, tetapi
akhlak. Karena jika seandainya tasawuf itu wawasan, maka ia dapat diperoleh atau
dicapai hanya dengan kesungguhan dan jika ia hanya ilmu, ia akan dapat diperoleh
melalui belajar. Akan tetapi tasawuf hanya dapat dicapai dengan akhlak Allah dan
seseorang tidak akan bisa menerima akhlak ketuhanan kalau hanya dengan
wawasan dan ilmu.26
- Syeikh Abul Hasan Asy-27Syadzili berpendapat; proses praktek dan latihan diri
melalui cinta yang mendalam untuk ibadah dan mengembailikan diri ke jalan
Tuhan.
Untuk itu, tasawuf tentu berkaitan dengan ilmu akhlak beserta pembinaanya,
pembangunan rohani, sikap sederhana dalam hidup, dan menjauhi hal-hal dunia yang dapat
melenakan. Tentu hal ini bisa membantu manusia dalam mencapai tujuannya dalam hidup.
Untuk itu, praktik tasawuf ini dapat dilakukan oleh siapapun yang ingin membangun akhlak
yang baik, sikap terpuji, kesucian jiwa, dan kembalinya pada Illahi dalam kondisi yang suci.
Tujuan Ilmu Tasawuf itu sendiri adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan
cara membersihkan diri dari perbuatan yang tercela dan menghias diri dengan perbuatan yang
terpuji. Dengan demikian dalam proses pencapaian tujuan bertasawuf seseorang harus
terlebih dahulu berakhlak mulia.
Jadi hubungan antara Ilmu Akhlak dan Ilmu Tasawuf dalam Islam ialah bahwa akhlak
merupakan pangkal tolak tasawuf, sedangkan tasawuf adalah esensi dari akhlak itu sendiri.28
2. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid
Hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid merupakan hubungan yang bersifat
berdekatan, sebelum membahas lebih jauh apa hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu
Tauhid terlebih dahulu kita mengingat kembali apa pengertian Ilmu Akhlak dan Ilmu Tauhid.
Di dalam kamus Al-Kautsar, Ilmu Akhlak diartikan sebagai ilmu tatakrama 29.Jadi,
Ilmu Akhlak ialah ilmu yang berusaha untuk mengenal tingkah laku manusia kemudian

26
Sokhi Hud, Tasawwuf kultural Fenomena Shalawat Wahidiyah (Yogjakarta:LkiS Yogjakarta, 2008)
27
Seorang sufi yang berasal dari Afrika
28
http://makalahmatakuliahprodimpi21.blogspot.com/2017/12/hubungan-ilmu-akhlak-dengan-ilmu-
ilmu.html
29
Husin Al-Habsyi, Kamus Al-Kautsar, (Surabaya: Assegaff, tth), h.87
9
memberi hukum/nilai kepada perbuatan itu bahwa ia baik atau buruk sesuai dengan norma-
norma akhlak dan tata susila. Dilihat dari sudut terminologi, di dalam Da’iratul Ma’arif
dikatakan; “Ilmu akhlak ialah imu tentang keutamaan-keutamaan dan cara mengikutinya
sehingga terisi dengannya dan tentang keburukan dan cara menghindarinya hingga jiwa
kosong daripadanya”.30
Ilmu Tauhid sebagaimana dikemukakan Harun Nasution mengandung arti sebagai ilmu
yangmembahas tentang cara-cara meng-Esakan Tuhan, sebagai salah satu sifat terpenting di
antara sifat-sifat Tuhan lainnya.31
Hubungan Ilmu antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid dapat dilihat melalui beberapa
analisis, yaitu :
Dilihat dari segi obyek pembahasannya, Ilmu Tauhid sebagaimana diuraikan di atas
membahas masalah Tuhan baik dari segi zat, sifat, dan perbuatan-Nya. Kepercayaan yang
mantap kepada Tuhan yang demikian itu, akan menjadi landasan sehingga perbuatan yang
dilakukan manusia semata-mata karena Allah SWT. Dengan demikian Ilmu Tauhid akan
mengarahkan perbuatan manusia menjadi ikhlas dan keikhlasan ini merupakan salah satu
akhlak yang mulia. Allah SWT berfirman dalam (QS. Al-Bayyinah, 98:5):

ْ ُ‫َۚوذَلِكَ َدِين‬
َ‫َالقَ ِي َم ِة‬ ََّ
َ ََ‫واَالزكَاة‬ُ ‫ص ََلة َََويُؤْ ت‬ ََ ‫صينَ َلَهَُالدِينَ َ ُحنَفَا َء‬
َّ ‫َويُ ِقي ُمواَال‬ َّ ‫َو َماَأ ُ ِم ُرواَ ِإ َّلَ ِل َي ْعبُد‬
ِ ‫ُواََللاََ ُم ْخ ِل‬
“Padahal mereka tidak disuruh supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.”
Dilihat dari segi fungsinya, Ilmu Tauhid menghendaki agar seseorang yang bertauhid
tidak hanya cukup dengan menghafal rukun iman yang enam dengan dalil-dalilnya saja,
tetapi yang terpenting adalah agar orang yang bertauhid itu meniru dan mencontoh terhadap
subyek yang terdapat dalam rukun iman itu. Misalnya jika seseorang beriman kepada
malaikat, maka yang dimaksudkan antara lain adalah agar manusia meniru sifat-sifat yang
terdapat pada malaikat, seperti sifat jujur, amanah, tidak pernah durhaka dan patuh
melaksanakan segala yang diperintahkan Tuhan, percaya kepada malaikat juga dimaksudkan
agar manusia merasa diperhatikan dan diawasi oleh para malaikat, sehingga ia tidak berani
melanggar larangan Tuhan. Dengan cara demikian percaya kepada malaikat aka nmembawa
kepada perbaikan akhlak yang mulia. Allah berfirman dalam (QS. Al-Tahrim, 66: 6)

َ َ‫صون‬ َ ‫َو ْال ِح َج‬


ُ ‫ارة َُ َعلَ ْي َهاَ َم ََلئِكَةَ َ ِغ ََلظ َ ِشدَاد ََّل َ َي ْع‬ ُ َّ‫اَوقُودُهَاَالن‬
َ ‫اس‬ ً ‫َوأ َ ْه ِلي ُك ْم َن‬
َ ‫َار‬ َ ُ‫َياَأَيُّ َهاَالَّذِينَ َآ َمنُواَقُواَأَنف‬
َ ‫س ُك ْم‬
ُ ْ َ
َ ‫َللاََ َماََأ َم َر ُه ْم‬
ََ‫َويَفعَلونَ َ َماَيُؤْ َم ُرون‬ َّ
“(Malaikat-malaikat) itu tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka yang selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Dari uraian yang agak panjang lebar ini dapat dilihat dengan jelas adanya hubungan
yang erat antara keimanan yang dibahas dalam Ilmu Tauhid dengan perbuatan baik yang
dibahas dalam Ilmu Akhlak. Ilmu Tauhid tampil dalam memberikan bahasan terhadap Ilmu
Akhlak, dan Ilmu Akhlak tampil memberikan penjabaran dan pengamalan dari Ilmu Tauhid.
Tauhid tanpa akhlak yang mulia tidak akan ada artinya dan akhlak yang mulia tanpa Tauhid

30
Abd Hamid Yunus, Da’irat al-Ma’arif, (Kairo: Al-Sya‟b, tth), h. 436
31
Harun Nasution, Teologi Islam Aliranaliran Sejarah Analisa Perbandingan, (Jakarta: Universitas
Indonesia, 1972), h. iv
10
tidak akan kokoh. Selain itu Tauhid memberikan arah terhadap akhlak, dan akhlak memberi
isi terhadap arahan tersebut. Disinilah letaknya hubungan yang erat dan dekat antara Tauhid
dan Akhlak.32

3. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Pendidikan


Hakikat pendidikan adalah menyiapkan dan mendapingi seseorang agar memperoleh
kemajuan dalam menjalani kesempurnaan. Kebutuhan manusia terhadap pendidikan
beragama seiring dengan beragamnya kebutuhan manusia. Ia membutuhkan pendidikan fisik
untuk menjaga keseharan fisiknya, ia membutuhkan pendidikan akal agar jalan pikirnya
sehat, ia membutuhkan pendidikan sosial agar membawanya mampu bersosialisasi, ia
membutuhkan pendidikan agama untuk membimbing rohnya menuju Allah, ia membutuhkan
pula pendidikan akhlak agar perilakunya seirama dengan akhlak yang baik.
Pendidikan dengan akhlak sangat penting dalam dinamika kehiduan pada zaman
sekarang. karena sekarang sudah banyak orang pintar tetapi sedikit orang yang berakhlak
baik. Dengan akhlak ini tidak hanya menciptakan manusia yang berpendidikan tetapi juga
berakhlak baik, karena sesuatu semuanya harus seimbang. Maka dari itu kita harus belajar
tentang keduanya yaitu pendidikan dan akhlak. Pendidikan dan akhlak sangat penting tetapi
kita juga tidak lupa terhadap ilmu tasawuf ilmu untuk mendekatkan diri kita terhadap Allah
SWT supaya terjadi keseimbangan baik akhirat maupun dunia.
Pendidikan akhlak merupakan benang perekat yang merajut semua jenis pendidikan di
atas dengan kata lain, semua jenis pendidikan di atas harus tunduk pada kaidah-kaidah
akhlak.

32
http://makalahmatakuliahprodimpi21.blogspot.com/2017/12/hubungan-ilmu-akhlak-dengan-ilmu-
ilmu.html
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian Pendidikan Akhlak adalah pendidikan mengenai dasar-dasar moral
dan keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak
sejak masa analisa hingga menjadi seorang mukallaf, seorang yang telah siap
mengarungi lautan kehidupan. Disamping itu pendidikan Akhlak jua memiliki
beberapa manfaat di antaranya; mengajarkan kepada manusia agar dapat hidup
bermasyarakat tanpa merasa disakiti dan menyakiti kepada orang lain, untuk
menentukan batas antara yang baik dan buruk, antara yang terpuji dan yang tercela,
membentuk orang-orang yang beramal baik, keras kemauan, sopan bicara dan
perbuatan, mulia dalam tingkah laku dan perangai, bersifat bijaksana, sopan dan
beradab, ikhlas, jujur dan suci.
Karakter Islam menjadi perhatian utama para pemikir klasik Islam, atau para
filosof Muslim era klasik, terutama Ibnu Maskawaih dan Imam Al Ghazali. Ini
mengindikasikan bahwa masalah karakter menjadi bagian terpenting dalam proses
pendidikan sejak dulu, dan tampaknya trend pendidikan karakter kembali menjadi
perhatian para pakar pendidikan bahwa pengembangan etika atau karakter tidak bisa
dipisahkan dariupaya mencerdaskan kehidupan bangsa.Pendidikan karakter menjadi
sentral bagi pelaksanaan pendidikan, karena pendidikan karakter merupakan asas
dasar bagi manusia untuk berinteraksi dengan Sang Pencipta (hablun minallah)
maupun dengan sesama manusia (hablun min al-nas). Karakter seseorang bertumbuh
dan terbentuk dalam kelompok, anak sejak kecilnya membutuhkan sekelompok orang
yang memperhatikannya.
Dari definisi diatas dapat kita simpulkan bahwasanya akhlak tidak terbentuk
begitu saja tetapi berjalan serentak bersama pembentukan kepribadian.
Pembentukan akhlak dan kepribadian dimulai sejak anak berada dalam kandungan,
kemudian sikap ibu yang sedang mengandung mempengaruhi terbentuknya prilaku si
janin dalam kandungan, selain itu hubungan antara ibu dan ayah juga mempengaruhi
baik buruknya kepribadian anak.
Akhlak yang baik tidak terbentuk begitu saja namun proses pembentukan akhlak itu
akan terbentuk melalui perjalanan yang panjang dan secara berulang ulang
dilakukanya, makadari itu peranan ibu amat penting dalam pembentukan awal dari
akhlak si anak . Latihandan pembiasaan terhadap akhlak terpuji sejak usia dini akan
baik pada pembentukan seorang anak.
Namun yang lebih penting dari itu peranan agama juga sangat penting dari prosen
pembentukan kepribadian seorang anak
Hakikatnya, ilmu akhlak tentunya memiliki hubungan erat dengan banyak ilmu
lainnya, karena ilmu akhlak memerlukan pendorong atau pemberi arah yang
mendukung untuk pembentukan akhlak itu sendiri. Ilmu akhlak menjadi dasar yang
menyalurkan eksistensi ilmu-ilmu lainnya. Karena seseorang yang memiliki banyak
ilmu selain ilmu akhlak namun jika ia tidak memiliki akhlak karimah maka sejatinya
ia tetaplah orang bodoh dan tidak ada harganya di sisi Allah SWT.

12
DAFTAR PUSTAKA
1. Al Abrasyi, Moh. Athiyah. 1970. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta : Bulan
Bintang Terj. Bustami A. Ghani dan Djohar.
2. Hadikusumo, Kunaryo.1996. Pengantar Pendidikan.Semarang : IKIP Semarang.
3. Thoha, M. Chabib .1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam.Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
4. Kholiq, Abdul dkk. 1999. Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Klasik dan
Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
5. Marimba, Arimba. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: al Ma’arif.
6. Darmuin (ed.). 1999. Pemikiran Pendidikan Islam. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
7. Ali Hasan, M. 1982 Tuntunan Akhlak. Jakarta: Bulan Bintang.
8. Umarie, Barnawie. 1978. Materi Akhlak. Solo: Ramadhani.
9. https://umma.id/article/share/id/1002/375131
10. Syukur, Amin.1987. Pengantar Studi Akhlak. Semarang: Duta Grafika.
11. http://aam-ezaam.blogspot.com/2011/04/pengertian-akhlak-tasawuf.html?m=1
12. Al Ibrasyi, M. Athiyah. 1993. Dasar-Dasar Pendidikan Islam, terj. Bustain al Ghani,
dkk. Jakarta: Bulan Bintang.
13. Miskawaih, Ibn. 1985. Tahżib Al-Akhlak Ibn Miskawai. Beirut: Dar Al-Kutub Al-
Alamiyah.
14. Miskawaih, Ibn. Tahżib Al-Akhlak Ibn Miskawaih.
15. Replubika.co.id, Penting nya Akhlak dalam Islam.
16. Jurnal islamia. 2014. Volume IX : No 1.
17. Al Ghazali. Ihya Ulumuddi. terjemahan Syaikh Jamaluddin Al-Qasimi Ringkasan
Ihya Ulumuddin
18. Kurniawan, Syamsul. At-Turats. Volume 6 : Nomor 1.
19. Suwito. Filsafat Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih.
20. Miskawaih, Ibnu. Menuju Kesempurnaan Akhla Terj. Helmi Hidayat.
21. Miskawaih, Ibn .Tahżib Al-Akhlak Ibn Miskawaih.
22. Republika.co.id, DarimanaAkhlakBermula?
23. AnawarMasy’ari. Akhlak Al-Qur’an.
24. Hud, Sokhi. 2008. Tasawwuf kultural Fenomena Shalawat Wahidiyah.Yogjakarta :
LkiS Yogjakarta.
25. http://makalahmatakuliahprodimpi21.blogspot.com/2017/12/hubungan-ilmu-akhlak-
dengan-ilmu-ilmu.html Al-Habsyi, Husin. Kamus Al-Kautsar. Surabaya: Assegaff.
26. Yunus, Abd Hamid. Da’irat al-Ma’arif. Kairo: Al-Sya‟b.

13
27. Nasution, Harun. 1972 Teologi Islam Aliranaliran Sejarah Analisa Perbandingan.
Jakarta: Universitas Indonesia.
28. http://makalahmatakuliahprodimpi21.blogspot.com/2017/12/hubungan-ilmu-akhlak-
dengan-ilmu-ilmu.html

14

Anda mungkin juga menyukai