Anda di halaman 1dari 15

PENDIDIKAN DAN MORAL BANGSA

OLEH

KELOMPOK 2

SEPTI YANA (1910203003)

RANDINI MARGETTA SITINJAK (1920203038)

RIZKY PRANANDO (1920203016)

DOSEN PENGAMPU

DIAN SAFITRI, M.Pd

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN RADEN FATAH PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Assalammualaikum wr.wb
Pertama-tama, marilah kita memanjatkan puja dan puji syukur kita khadirat
Allah SWT. Karena berkat-Nya lah kita masih bisa melaksanakan perkuliahan melalui
daring ditengah pendemi covid-19 ini. Dan shalawat serta salam selalu kita curahkan
kepada nabi besar kita, suri tauladan kita yaitu nabi Muhammad SAW. Semoga kita
mendapat syafaat dari beliau di yaumul akhir nanti. Amin Allahumma Aamiin.

Alhamdulilah, puji dan syukur atas kehadiran Allah SWT atas karunia dan
berkatnyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
PENDIDIKAN DAN MORAL BANGSA. Dimana makalah ini di buat untuk
memenuhi tugas dari Mata Kuliah Etika Dan Komunikasi Organisasi.

Kami berterimakasih kepada Ibu DIAN SAFITRI, M.Pd karena telah bersedia
membimbing kami di mata kuliah Etika Dan Komunikasi Organisasi pada semester 5
ini. Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat untuk teman-teman dan
masyarakat umum.

Terlepas dari hal itu semua, kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini pasti masih memiliki banyak kekurangan baik dari segi bahasa maupun
dari segi literasi. Oleh karena itu, kami mohon maaf apabila mempunyai kesalahan
dari Makalah ini.
Terima kasih,
Wassalammualaikum wr.wb.

Palembang, 13 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iv

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

a. Pengertian Pendidikan Moral .................................................................................. 2

b. Tujuan Pendidikan Moral ....................................................................................... 4

c. Indikator Pendidikan Moral .................................................................................... 6

d. Pentingnya Pendidikan Moral Bagi Penerus Bangsa ............................................... 7

e. Faktor-Faktor Penyebab Berkurannya Moral Dalam Pedidikan ............................... 8

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ................................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 12

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Generasi milenial tidak akan pernah lepas dari zaman yang serba canggih dan
modern ini. Generasi yang menjadi sebuah topik pembicaraan yang selalu muncul di
mana-mana. Generasi emas yang akan menjadi pemimpin bangsa tepat pada usia ke-100
Republik Indonesia. Namun seperti yang dapat dilihat saat ini moral anak bangsa sudah
mulai luntur tergerus oleh zaman. Perilaku anak bangsa sudah mulai melupakan nilai-nilai
yang terkandung dalam pancasila yang tidak lain adalah pedoman hidup bangsa Indonesia
dalam bersikap dan berperilaku dalam berbangsa dan bernegara. Dengan demikian sudah
seharusnya bangsa ini memperbaiki moral generasi milenial yang sudah mulai luntur
dengan menerapkan pendidikan moral sejak dini. Namun pendidikan moral bukan hanya
untuk generasi muda melainkan untuk semua kalangan, akan tetapi dititik beratkan pada
generasi milenial yang tidak lain adalah generasi yang menentukan akan dibawa kemana
bangsa ini.
Moral dalam terminology islam disamakan dengan “akhlak” dan dalam bahasa
Indonesia moral dengan akhlak berarti sama yaitu budi pekerti ataupun susila. Kata
akhlak berasal dari “khulq” yang berarti perangai, tabi’at dan adat istiadat. Akhlak adalah
suatu watak yang ada dalam setiap individu dan yang mempengaruhi bagaimana ia
bersikap dan berperilaku.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Itu Pendidikan Moral?
2. Apa Tujuan dari Pendidikan Moral?
3. Bagaimana Indikator Pendidikan Moral?
4. Bagaimana Pentingnya Pendidikan Moral Bagi Penerus Bangsa?
5. Apa Saja Faktor-Faktor Penyebab Berkurangnya Moral Dalam Pendidikan?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Moral


Pendidikan merupakan semua perbuatan dan usaha dari generasi tua
untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, seta
keterampilannya kepada generasi muda untuk menyiapkannya agar dapat
memenuhi fungsi hidupnya baik dalam jasmani amupun rohani.
Menurut UNdang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 pasal
1 ayat (1): “Pendidikan adalah usaha sabar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
Keagaamaan, Pengendalian diri, Kepribadian, Kecerdasan, Akhlak mulia, serta
Keterampilan yang diperlukan dirinya, Masyarakat, Bangsa, dan Negara. 1
Dalam pendidikan anak bangsa pasti dibekali oleh moral. Moral berasal
dari bahasa latin mos (jamak: mores) yang mengandung arti adat kebiasaan.
Istilah moral lebih sering digunakan untuk menunjukkan kode, tingkah laku,
adat, atau kebiasaan dari individu atau kelompok, seperti apabila seseorang
membicarakan tentang moral orang lain. Menurut Helden dalam Syaiful
merumuskan pengertian moral sebagai suatu kepekaan dalam pikiran, perasaan,
dan tindakan dibandingkan dengan tindakan lain yang tidak hanya berupa
kepekaan terhadap prinsip dan aturan. Menurut Sjarkawi mengemukakan moral
atau moralitas merupakan pandangan tentang baik dan buruk, benar dan salah,
apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan.

1
Ahmad Nawawi, Pentinya Pendidikan Bagi Generasi Penerus, Jurnal Insania, Vol. 16, No 02, Mei-
Agusus 2011, hal. 122-123

2
Selain itu, moral juga merupakan seperangkat keyakinan dalam suatu
masyarakat berkenaan dengan karakter atau kelakuan dan apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia.
Penulis berpendapat bahwa dapat disimpulkan moral adalah hal yang
mendorong manusia untuk melakukan tindakan yang baik sebagai kewajiban
atau norma. Moral dapat diartikan sebagai sarana untuk mengukur benar
tidaknya atau baik tidaknya tindakan manusia. Apabila berbicara mengenai
moralitas suatu perbuatan, berarti dari segi moral satu perbuatan atau
keseluruhan asas dan nilai tersebut berkaitan dengan ukuran baik dan buruk.2
Menurut Soeganda P. dan Harahap, H.A.H menjelaskan bahwa ciri-cir
pendidikan moral yaitu :
1. Cukup memperhatikan instik dan dorongan-dorongan spontan dan
konstruktif
2. Cukup membuka kondisi untuk membentuk pendapat yang baik
3. Cukup memperhatikan perlunya ada kepekaan untuk menerima dan sikap
responsive
4. Pendidikan moral memungkinkan memilih secara bijaksana mana yang
benar mana yang tidak
Jadi pendidikan moral adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh
manusia yang terencana untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik
menanamkan ketuhanan, nilai estetik dan etik, nilai baik dan buruk, benar
dansalah mengenai perbuatan, sikap dan kewajiban, akhlak mulia, budi pekerti
luhur agar mencapai kedewasannya dan bertanggung jawab.

2
Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2008). Hlm 18-19

3
B. Tujuan Pendidikan Moral
Tujuan Pendidikan Moral Adapun tujuan pendidikan moral menurut
Nurul Zuriah adalah:
1. Anak mampu memahami nilai-nilai budi pekerti di lingkungan keluarga,
lokal, nasional, dan internasional melalui adat istiadat, hukum, undang-
undang, dan tatanan antar bangsa.
2. Anak mampu mengembangkan watak atau tabiatnya secara konsisten dalam
mengambil keputusan budi pekerti di tengahtengah rumitnya kehidupan
bermasyarakat saat ini.
3. Anak mampu menghadapi masalah nyata dalam masyarakat secara rasional
bagi pengambilan keputusan yang terbaik setelah melakukan pertimbangan
sesuai dengan norma budi pekerti.
4. Anak mampu menggunakan pengalaman budi pekerti yang baik bagi
pembentukan kesadaran dan pola perilaku yang berguna dan bertanggung
jawab.
Menurut Frankena, Nina Syam (2011:395) mengemukakan lima tujuan
pendidikan moral sebagai berikut:
1. Mengusahakan suatu pemahaman “pandamgan moral” ataupun cara-cara
moral dalam mempertimbangkan tindakan-tindakan dan penetapan
keputusan apa yang seharusnya dikerjakan, seperti membedakan hal estetika,
legalitas, atau pandangan tentang kebijaksanaan.
2. Membantu mengembangkan kepercayaan atau pengadopsian satu atau
beberapa prinsip umum yang fundamental, ide atau nilai sebagai suatu
pijakan atau landasan untuk pertimbangan moral dalam menetapkan suatu
keputusan.
3. Membantu mengembangkan kepercayaan pada dan atau pengadopsi norma-
norma konkret, nilai-nilai, kebaikan-kebaikan seperti pada pendidikan moral
tradisional yang selama ini dipraktikkan.

4
4. Mengembangkan suatu kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang secara
moral baik dan benar.
5. Meningkatkan pencapaian refleksi otonom, pengendalian diri atau kebebasan
mental spiritual, meskipun itu disadari dapat membuat seseorang menjadi
pengkritik terhadap ide-ide dan prinsipprinsip, dan aturan-aturan umum yang
sedang berlaku.
Menurut Beddoe dalam Nurul menyarankan agar pendidikan moral
hendaknya dilaksanakan dengan mengembangkan suatu kehidupan yang
memungkinkan seseorang memiliki sikap respect yang mendalam kepada orang
lain. Pembelajaran yang dianjurkan ialah dengan cara memecahkan masalah
melalui konflik moral agar mampu meningkatkan pertimbangan moral.
Berangkat dari tujuan tersebut diatas maka dalam pelaksanaannya
terdapat tiga faktor penting dalam pendidikan moral di Indonesia yang perlu
diperhatikan yaitu:
1. Peserta didik yang sejatinya memiliki tingkat kesadaran dan dan perbedaan
perkembangan kesadaran moral yang tidak merata maka perlu dilakukan
identifikasi yang berujung pada sebuah pengertian mengenai kondisi
perkembangan moral dari peserta didik itu sendiri.
2. Nilai-nilai (moral) Pancasila, berdasarkan tahapan kesadaran dan
perkembangan moral manusia maka perlu diketahui pula tingkat.Tahapan
kemampuan peserta didik. Hal ini penting mengingat dengan tahapan dan
tingkatan yang berbeda itu pula maka semua nilai-nilai moral yang
terkandung dalam pendidikan moral tersebut memiliki batasan-batasan
tertentu untuk dapat terpatri pada kesadaran moral peserta didik.
3. Guru Sebagai fasilitator, apabila kita kembali mengingat teori perkembangan
moral manusia dari Kohlberg dengan 4 dalilnya maka guru seyogyanya
adalah fasilitator yang memberikan kemungkinan bagi siswa untuk
memahami dan menghayati nilainilai pendidikan moral itu.

5
Berdasarkan uraian diatas, dapat dipahami bahwa pada dasarnya tujuan
pendidikan moral di sekolah membantu siswa mempertinggi tingkat
pertimbangan, pemikiran, dan penalaran moralnya sesuai dengan tahapan dan
tingkatannya.3

C. Indikator Pendidikan Moral


Indikator Pendidikan Moral Menurut Lickona dalam Doni Kusuma akan
pentingnya tiga komponen dari karakter yang baik yaitu moral knowing atau
pengetahuan tentang moral, moral feeling adalah perasaan tentang moral dan
moral action atau perilaku dan perbuatan bermoral. Moral knowing terdiri dari
enam hal pokok yang seharusnya diajarkan yaitu:
1. adanya kesadaran moral
2. mengetahui nilai-nilai moral
3. perspective taking
4. penalaran moral pengambilan keputusan
5. pemahaman diri sendiri.
Sementara moral feeling atau perasaan moral merupakan sumber
kekuatan untuk selalu bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip moral. Dalam
kaitan dengan perasaan moral ini juga terdapat enam hal yang perlu ditanamkan
kepada anak sesuai dengan tahapan perkembangannya yaitu :
1. penajaman hati nurani
2. penguatan rasa percaya diri
3. peningkatan empathy atau pelatihan untuk dapat merasakan apa yang
dirasakan orang lain
4. mencintai kebenaran
5. kemampuan untuk dapat terus menerus mengontrol diri
6. upaya untuk mengasah kerendahan hati.

3
Muchson dan Samsuri, Dasar-dasar Pendidikan Moral, (Yogyakarta: Ombak, 2013). Hlm 24

6
Moral action adalah perilaku yang didasari pertimbangan moral, perilaku
moral adalah pengejawantahan dari pengetahuan tentang moral yang
termanifestasi dalam tindakan atau perilaku nyata:
1. Perasaan
2. Sikap
3. Emosi
4. Kemauan
5. Keyakinan
6. Kesadaran4

D. Pentingnya Pendidikan Moral Bagi Penerus Bangsa


Pendidikan moral dapat diterapkan sejak dini dan dilakukan
dilingkungan paling kecil yaitu keluarga. Keluarga merupakan peranan penting
dalam penenaman karakter anak bangsa agar lebih baik dan sudah seharusnya
anggota-anggota keluarga yang ada didalamnya turut campur tangan dalam
pembentukan karakter anak agar memiliki moral yang baik dan bukan lembaga
sekolah maupun lembaga lainnya, namun lembaga diluar keluarga dapat
dibutuhkan apabila keluarga tersebut terdapat masalah.
Pendidikan nilai moral sangat penting bagi tegaknya satu bangsa. Tanpa
pemdidikan nilai moral kemungkinan besar suatu bangsa bisa hancur. Selain itu
pendidikan moral juga sangat penting untuk penanaman nilai-nilai pada puta-
putri bangsa sebagai pedoman untuk membangun bangsa yang bermoral dan
bermartabat, serta menciptakan integrasi sosial yang nantinya berimplikasi
terhadap masa depan bangsa Indonesia sendiri. Dengan adanya Pendidikan
moral pada suatu bangsa akan membentuk moral bangsa itu sendiri. Apabila
suatu bangsa dihuni oleh manusia yangbernoral dan bermartabat, maka pastilah
kehidupan serta peradaban dalam bangsa tersebut mskmur dan sejahtera.

4
Ibid, hlm. 27

7
Kehidupan yang membawa bangsanya kepada kehidupan yang aman, sentosa,
dan Berjaya. Moral yang bersifat baik yang dapat diterima oleh masyarakat
sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dilingkungannya, maka manusia
diharapkan melalui generasi penerus bangsa yang nantinya berperan dalam
menentukan masa depan bangsa Indonesia.
Manusia jika bermoral baik maka manusia lain akan melihatnya sebagai
pribadi yang memiliki kualitas baik. Karena dalam dirinya telah ditanamkan
nilai-nilai kehidupan yang menjadi pedoman dalam hidupnya. 5

E. Faktor-faktor Penyebab Berkurangmya Moral dalam Pendidikan


1. Kurangnya tertanamnya nilai keimanan dalam setiap individu ‘
Keimanan seseorang sangatlah penting. Keimanan seseorang dapat timbul
karena meyakini suatu agama dan mempercayai ada sang Maha Kuasa. Jika
seorang tersebut memiliki agama dan menyakininya sepenuh hati maka tidak
perlu khawatir bagaimana orang tersebut bersikap dan berperilaku. Jika
dihadapkan pada suatu kebahagiaan atau kesenangan maka ia akan mecari
tahu apakah hal tersebut dilarang atau tidaknya oleh Tuhan dan ia akan
menjauhi segala larangannnya namun berbeda jika seseorang memiliki iman
yang rendah maka ia akan mudah tergoda dengan sesuatu walaupun hal
tersebut sudah jelas dilarang oleh agama.
2. Pengaruh lingkungan yang kurang sehat
Lingkungan sangat berpengaruh dalam terbentuknya moral. Apabila
lingkungan tersebut sehat maka ia akan terjatuh dari hal-hal negative yang
dapat merusak moral. Namun apabila lingkungan itu buruk dan menggap hal
yang buruk menjadi hal yang biasa maka rusaklah moral orang tersebut.

5
Asep Safa’at Siregar, Problematika dan Tantangan Pendidikan Kita ( Jakarta: Guepedia, 2019), hal.
142-145

8
3. Pendidikan moral tidak terlaksana dengan baik dilingkungan keluarga,
sekolah, dan lainnya.
Pendidikan moral bukanlah sebuah ilmu pengetahuan melainkan sebuah
kebiasaan baik yang selalu diterapkan. Dengan begitu pernanan orang tua,
guru dan orang-orang disekitar sangant mempenagruhi moral anak. Apabila
orang tua tidak bermoral dan tidak mendidik anaknya dengan baik maka
anak tersebut tidak akan bermoral juga. Seorang pendidik atau guru tidak
bermoral dan tidak mrenjadi seorang pendidik yang yang baik maka
muridnya pun tidak akan bermoral, dan apabila orang-orang di lingkungan
sekitar goyang atau sering memperlakukan perilaku yang tidak baik maka
anka tersebut akan mencontohnya juga.
4. Suasana keluarga yang tidak baik
Keluarga yang harmonis sangat menentukan moral anaknya karena dengan
hal itu seosrang anak akan mendapatkan kasih saying yang cukup, perhatian
dari orang tua serta didikan orang tua terhadap anaknya pun baik. Apabila
seorang anak tidak mendapatka itu semua maka seorang anak akan mencari
perhatian orang tuanya dengan bertindak hal-hal negative dan mencari kasih
syang dari hal lain dna tak jarang akan berakibat buruk terhadap anak
tersebut.
5. Diperkenalkannya obat-obatan terlarang dan alat-alat untuk kehamilan
Jika seorang anak sudah mengenal obat-obatan terlarang maka akan tersebut
dapat berbuat hal-hal negative yang merugikam diri sendiri maupun orang
lain.
6. Tidak adanya wadah untuk anak-anak maupun pemuda untuk mendapat
penyuluhan terhadap moral
Wadah atau lembaga penyuluhan moral sangat dibutuhkan pada saat ini.
Apabila seorang anak merasa gelisah, kacau maupun stress sangat
membutuhkan sebuah bimbingan. Karena snagat bahaya ketika anak

9
membuat suatu perkumpulan dan mencari kesenangan sesaat yang akan
mengakibatkan dirinya terjerumus ke dalam lingkungan pergaulan yang
sangat buruk.
Oleh karena itu penddikan moral sangatlah penting diteapkan sejak dini
tidka hanya ketika anak memasuki masa sekolah namun ketika anak sekolah
sudah dapat menegrti apa yang diajarkan orang tuanya saat itulah untuk
menamkan pendidikan moral sejak dini. Ada beberapa hal kecil yang dapat
dilakukan oleh orang tua sebagai pendidik pertama yaitu dengan
mengajarkan anak untuk selalu mengucapkan terima kasih, tolong dan
menghormati orang yang ada disekitar serrta mengajarkan untuk bersikap
dan berperilaku baik terhadap lingkungan. Dengan hal kecil seperti itu dapat
membuat dampak yang besar terhadap generasi bangsa. 6

6
Dian Rahmawati, Pentingnya Penerapan Pendidikan Moral di Indonesia ( Jakarta : State University,
2019), hal. 2-4

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pendidikan moral adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh manusia
yang terencana untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik
menanamkan ketuhanan, nilai estetik dan etik, nilai baik dan buruk, benar
dansalah mengenai perbuatan, sikap dan kewajiban, akhlak mulia, budi pekerti
luhur agar mencapai kedewasannya dan bertanggung jawab.
Terdapat tiga faktor penting dalam pendidikan moral di Indonesia yang
perlu diperhatikan yaitu:
1. Peserta didik yang sejatinya memiliki tingkat kesadaran dan dan perbedaan
perkembangan kesadaran moral yang tidak merata maka perlu dilakukan
identifikasi yang berujung pada sebuah pengertian mengenai kondisi
perkembangan moral dari peserta didik itu sendiri.
2. Nilai-nilai (moral) Pancasila, berdasarkan tahapan kesadaran dan
perkembangan moral manusia maka perlu diketahui pula tingkat.Tahapan
kemampuan peserta didik.
3. Guru Sebagai fasilitator, apabila kita kembali mengingat teori perkembangan
moral manusia dari Kohlberg dengan 4 dalilnya maka guru seyogyanya
adalah fasilitator yang memberikan kemungkinan bagi siswa untuk
memahami dan menghayati nilainilai pendidikan moral itu.
Dengan adanya Pendidikan moral pada suatu bangsa akan membentuk
moral bangsa itu sendiri. Apabila suatu bangsa dihuni oleh manusia
yangbernoral dan bermartabat, maka pastilah kehidupan serta peradaban dalam
bangsa tersebut mskmur dan sejahtera.

11
DAFTAR PUSTAKA

Muchson dan Samsuri. 2013. Dasar-dasar Pendidikan Moral. Yogyakarta: Ombak


Nawawi, Ahmad. 2011. Pentinya Pendidikan Bagi Generasi Penerus, Jurnal Insania,
Vol. 16, No 02
Rahmawati, Dian. 2019. Pentingnya Penerapan Pendidikan Moral di Indonesia. Jakarta
: State University
Safa’at Siregar, Asep. 2019. Problematika dan Tantangan Pendidikan Kita. Jakarta:
Guepedia
Zuriah, Nurul. 2008. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan.
Jakarta: PT. Bumi Aksara

12

Anda mungkin juga menyukai