Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pendidikan akhlak adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh seseorang
untuk menanamkan nilai-nilai, ataupun norma-norma tentang budi pekerti,
sehingga manusia dapat memahami dan mengerti, serta mengamalkan norma-
norma tentang budi pekerti itu sendiri.
Baik buruknya akhlak ataupun budi pekerti seseorang adalah satu
penilaian yang diberikan oleh masyarakat terhadap perbuatan yang dilakukan
oleh manusia. Parameter ukuran baik buruknya perbuatan manusia itu diukur
berdasarkan norma-norma agama, ataupun norma-norma adat istiadat dari
masyarakat itu sendiri. Melaksanakan pendidikan akhlak, adalah bertujuan
untuk mewujudkan ketentraman, keteraturan dan kedamaian ditengah-tengah
masyarakat. Dengan akhlak yang tertanam di dalam diri seseorang, maka
orang tersebut tentu akan berusaha untuk berbuat yang terbaik bagi dirinya
dan juga bagi masyarakatnya.
Pendidikan Islam menjadi salah satu pondasi bagi berdirinya akhlak yang
baik, mampu memberikan pegangan hidup agar sesuai dengan agama dan
kehidupan yang diharapkan masyarakat. Orang yang paling sempurna
keimanannya adalah orang yang baik akhlaknya. Akhlak Islam yang mulia ini
akan membawa umat untuk selamat hidupnya di dunia dan akhirat.

1
2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Pendidikan Akhlak?
2. Bagaimana Faktor-faktor Pembentukan Akhlak?
3. Bagaimana Pendidikan Akhlak Dimulai Sejak Dini?
4. Apa Pengertian Nilai Pendidikan Islam?
5. Bagaimana Nilai-nilai Pendidikan?
3. TUJUAN MASALAH
1. Untuk Mengetahui Pengertian Pendidikan Akhlak.
2. Untuk Mengetahui Faktor-faktor Pembentukan Akhlak.
3. Untuk Mengetahui Pendidikan Akhlak Dimulai Sejak Dini.
4. Untuk Mengetahui Pengertian Nilai Pendidikan Islam.
5. Untuk Mengetahui Nilai-nilai Pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Pendidikan Akhlak


Kata Akhlaq dalam bahasa Indonesia dapat diartikan dengan akhlak,
moral, etika, watak, budi pekerti, perangai dan kesusilaan. Istilah Akhlak juga
sering disetarakan dengan istilah etika. Sedangkan kata yang dekat dengan
etika adalah moral (Santoso, 2000). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan.
Menurut Term, akhlak berasal dari bahasa Arab. Ia adalah bentuk jama‟
dari khuluq. Secara etimologi, khuluq berarti ath-thab‟u (karakter) dan as-
sajiyyah (perangai). Sedangkan secara terminologi, ada beberapa definisi
yang diutarakan oleh para ulama tentang makna akhlak.
Al-Ghazali memaknai akhlak dengan: Sebuah tatanan yang tertanam kuat
dalam jiwa yang darinya muncul beragam perbuatan dengan mudah dan
ringan, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. Sebagian lagi
mendefinisikan akhlak dengan: Sekumpulan nilai-nilai dan sifat yang
menetap di dalam jiwa, yang dengan petunjuk dan standarnya sebuah
perbuatan dinilai baik atau buruk oleh seseorang, yang untuk kemudian dia
melakukan perbuatan tersebut atau mengurungkannya.
Akhlak adalah hal ihwal tingkah laku yang melekat dalam jiwa, sehingga
timbul perbuatan-perbuatan yang mudah tanpa dipikirkan dan diteliti oleh
manusia. Apabila tingkah laku itu menimbulkan perbuatan yang baik dan
terpuji oleh akal dan syara, maka tingkah laku itu dinamakan akhlaq yang
baik. Demikian pula sebaliknya, bila perbuatan-perbuatan yang buruk maka
tingkah laku itu dinamakan akhlak yang buruk (Ilyas, 2001). Oleh karena itu,
dapatlah dipahami bahwa akhlak disebut tingkah laku atau hal ihwal yang
melekat kepada diri seseorang karena telah dilakukan berulang-ulang atau
terus menerus.
Akhlak adalah kemampuan jiwa untuk melahirkan suatu perbuatan secara
spontan tanpa pemikiran atau pemaksaan, atau perbuatan yang lahir atas

3
dorongan jiwa berupa perbuatan baik dan buruk. Disinilah peranan falsafah
pendidikan Islam untuk merumuskan suatu prinsip, landasan atau tuntunan
akhlak al- karimah sejak dini. Sehingga perbuatan-perbuatan yang baik itu
timbul secara spontan. Untuk memahami agama secara tepat dan baik
diperlukan pendidikan khususnya agama yang mencakup segala aspek
hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan masyarakat, bahkan
manusia dengan lingkungan. Dengan demikian, antara pendidikan dan akhlak
tidak bisa dipisahkan. Pendidikan akhlakul karimah adalah jiwa dari
pendidikan Islam. Mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan utama
pendidikan.
Ibnu Maskawaih sebagai wakil dari filosof muslim mendefenisikan akhlak
yaitu suatu sikap mental atau keadaan jiwa yang mendorong seseorang untuk
berbuat tanpa pikir dan pertimbangan. Sementara tingkah laku manusia
terbagi menjadi dua unsur yakni unsur watak naluri dan unsur lewat
kebiasaan dan latihan (Amin, 1969).
Dari penjelasan di atas kiranya dapat kita simpulkan bahwa pendidikan
akhlak adalah ikhtiar atau usaha manusia dewasa untuk mengarahkan peserta
didik agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah dan berakhlak
karimah.
2. Faktor-faktor Pembentukan Akhlak
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada khususnya
dan pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yang amat popular. Pertama
aliran natifisme. Kedua, aliran empirisme, dan ketiga aliran konvergensi.
Menurut aliran nativisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap
pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari dalam yang
bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dll.
Menurut aliran empirisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap
pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial,
termasuk pendidikan dan pembinaan yang diberikan.
Selanjutnya pada aliran konvergensi berpendapat pembentukan akhlak
dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar

4
yaitu pendidikan dan pembinaan yang dinuat secara khusus, atau melalui
interaksi dalam lingkungan sosial.
Ibn Sina, berpendapat bahwa seorang anak telah mempunyai kemampuan-
kemampuan alamiah. Akan tetapi, mengandalkan kemampuan tersebut tidak
cukup untuk mendidik seseorang, harus ada faktor-faktor lain yang
mempengaruhinya. Seorang anak yang lahir dari keluarga yang baik,
terpandang dengan akhlak yang baik belum tentu akan menurun kepada si
anak. Akan tetapi dibutuhkan usaha dari orsng tua untuk memberi pengaruh
dan memberi contoh yang baik dalma kesehariannya.
Menurut Azra (1999), pemikiran Ibn Sina jauh mendahului teori
konvergensi ala William Stern. Al-Gazali (dalam Zainuddin dkk., 1991)
mengemukakan bahwa anak yang lahir telah membawa fitrahnya sendiri,
kecenderungan-kecenderungan serta warisan dari orang tuanya. Kesemuanya
itu perlu diberi pendidikan. Jika ia bengkok maka harus diluruskan, jika salah
dibenarkan dan jika sudah benar maka diarahkan kepada pengembangannya.
Faktor internal dan eksternal keduanya sangat berperan dalam
perkembangan anak didik. Dengan demikian faktor yang mempengaruhi
pembinaan akhlak pada anak ada dua, yaitu dari dalam merupakan potensi
fisik, intelektual dan hati (rohaniah) yang dibawa anak sejak lahir, dan faktor
dari luar yang dalam hal ini adalah kedua orang tua dirumah, guru di sekolah,
dan tokoh-tokoh serta pemimpin dimasyarakat. Melalui kerja sama yang baik
antara tiga lembaga pendidikan tersebut, maka aspek kognitif (pengetahuan),
afektif (penghayatan) dan psikomotorik (pengamalan) ajaran yang diajarkan
akan terbentuk pada diri anak. Sikap utama yang harus dikembangkan pada
anak dalam keluarga, yang utama yaitu penanaman sikap berbakti kepada
orang tua yang telah bersusah payah mendidik anak-anak dengan penuh kasih
sayang.
Bagaimana Allah mencontohkan nasehat Luqman terhadap anaknya agar
berbakti kepada orang tua. Al-Qur’an menyebutkan dalam QS Luqman/ 12:
Terjemahannya : “Dan kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada
kedua orangtuanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah dan

5
bertambah-tambah dari menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepadaku dan kepada kedua orang tua, ibu bapakmu, hanya kepadakulah
engkau kembali” Sikap-sikap yang harus ditanamkan pada anak di sekolah
adalah menghormati gurunya, sebagai pendidik kedua setelah orang tua. Sikap
sopan terhadap guru adalah kewajiban setiap murid, melalui guru kita dapat
mengenal segala pengetahuan. Di antara sikap yang harus diajarkan anak yaitu
penempatan guru sebagai figur yang patut dihormati.
Selanjutnya sikap-sikap sosial yang harus dikembangkan di sekolah yaitu
sikap saling menyayangi sesama teman, menghindari pertengkaran dan
percekcokan serta saling tolong menolong. Anak harus diberi pemahaman
bahwa semua adalah saudara kita, selanjutnya dari pendidikan ini diharapkan
anak mampu mengasihi dan menyayangi temannya. Lingkungan masyarakat
yang paling dekat dengan anak-anak adalah tetangga. Sehubungan dengan itu
anak harus dididik untuk bersopan santun dan menghormati tetangganya,
karena bagaimanapun juga tetangga adalah orang yang akan segera memberi
pertolongan apabila dirumah kita terjadi kesusahan. Perilaku yang sering
muncul pada anak di lingkungan tetangga di antaranya sering membuat gaduh,
mengganggu, mengotori dan lain-lain.
Selain lingkungan masyarakat di sini perlu ditanamkan akhlaq tentang
alam sekitar di antaranya adalah memelihara dengan baik apa yang ada
disekitar kita. Manusia sebagai kholifah, pengganti dan pengelola alam.
Sementara di sisi lain mereka diturunkan ke bumi ini adalah agar membawa
rahmat dan cinta kasih kepada alam seisinya termasuk lingkungan dan
manusia secara keseluruhan.
3. Pendidikan Akhlak Dimulai Sejak Dini
Suatu hal yang ditekankan dalam Islam adalah pendidikan akhlak wajib
dimulai sejak usia dini karena masa kanak kanak adalah masa yang paling
kondusif untuk menanamkan kebiasaan yang baik. Yang dimaksud dengan
pendidikan akhlak adalah pembiasaan seorang anak untuk berakhlak baik dan
berperangai luhur sehingga hal itu menjadi pembawaannya yang tetap dan
sifatnya yang senantiasa menyertainya. Termasuk dalam pendidikan akhlak

6
adalah menjauhkan anak dari akhlak yang tercela dan perangai yang buruk.
Seorang anak akan tumbuh sesuai dengan kebiasaan yang ditanamkan oleh
sang pendidik terhadapnya.
Tentang ini Ibn alQayyim rahimahullah berkata: Termasuk sesuatu yang
sangat dibutuhkan oleh anak kecil adalah perhatian terhadap perkara
akhlaknya. Karena, ia akan tumbuh sesuai dengan apa yang dibiasakan oleh
pendidiknya di masa kecilnya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah
mencontohkan kepada para pendidik perihal menanamkan kebiasaan yang
baik semenjak kecil. Umar bin Abi Salamah radhiyallahu’anhu berkata: Aku
adalah seorang bocah di bawah asuhan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam,
dan pada saat makan bersama tanganku berpindah-pindah ke sana dan ke sini,
maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda kepadaku “Wahai anak
muda, bacalah bismillah dan makanlah dengan tangan kananmu serta
makanlah dari apa yang dekat denganmu.‟ Maka semenjak itu begitulah cara
makanku selalu. (HR. Bukhari dan Ahmad)
Dengan pendidikan akhlak yang baik ini, seorang anak akan menyongsong
masa depannya yang cerah, di dunia dan di akhirat. Kebutuhan terhadap
pendidikan akhlak sangatlah urgen sekali karena pengaruh akhlak yang baik
akan berdampak pada individu anak tersebut dan masyarakatnya. Sebaliknya,
akibat buruk dari mengabaikan pendidikan akhlak akan menimpa individu
anak tersebut dan masyarakatnya. Oleh karena itu, sejak masa awal
pertumbuhan anak, pendidikan akhlak wajib mendapat perhatian yang serius
dari setiap orang tua dan pendidik. Sebagian besar manusia yang menyimpang
akhlaknya tidak lain disebabkan pendidikan yang salah di masa kecilnya.
Ibn al-Qayyim rahimahullah berkata: Akhlak-akhlak yang buruk ini akan
menjadi sifat dan kepribadian yang tetap bagi sang anak. Sehingga,
seandainya ia berupaya keras untuk menghindarinya, niscaya suatu ketika ia
akan terjatuh lagi pada akhlak-akhlak buruk tersebut. Oleh karena itu, engkau
dapati sebagian besar manusia menyimpang akhlaknya, dan hal itu tidak lain
disebabkan oleh pendidikan yang ia tumbuh berkembang di atasnya.
Meskipun tidak mustahil, akan tetapi sangat sulit merubah akhlak buruk yang

7
telah tertanam sejak kecil. Oleh karena itu, pembiasaan akhlak yang baik dan
penghindaran akhlak yang buruk harus dimulai sejak usia dini.
Tentang ini Ibn alQayyim rahimahullah berkata: Demikian pula, anak
kecil wajib dijauhkan jika ia sudah dapat memahami dari majelis-majelis
lahwu (hiburan yang mengandung kesia-siaan), mendengarkan hal-hal yang
kotor, dan kata-kata yang buruk. Karena, jika perkara-perkara tersebut sampai
tersangkut pada pendengarannya, maka menjadi sulit sekali baginya untuk
meninggalkannya ketika ia sudah besar, juga sangat sulit bagi walinya untuk
menyelamatkan anak tersebut dari kebiasaan-kebiasaan buruknya. Karena,
merubah kebiasaan adalah suatu perkara yang paling sulit, pemilik kebiasaan
tersebut harus mendatangkan tabiat (karakter) kedua, padahal keluar dari
kendali karakter adalah sangat sulit sekali.
Tentang urgensi perhatian orang tua terhadap pendidikan akhlak anak-
anaknya, diriwayatkan sebuah hadits: Tidaklah seorang ayah
menganugerahkan pemberian kepada anaknya sesuatu yang lebih afdhal
daripada adab yang baik. (HR. Tirmidzî) Ali bin Abî Thâlib radhiyallahu’anhu
juga berkata tentang firman Allah: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka . (QS. at-Tahrim [66]: 6), ia berkata,
“Tanamkanlah kepada mereka adab yang baik dan ajarilah mereka.”
4. Pengertian Pendidikan Nilai Islam
Pengertian nilai sebagaimana dikutip berikut ini, A value, says Webster
(1984), is “ a principle, standart, or quality regarded as worthwhile or
desirable”, yakni nilai adalah prinsip, standart atau kualitas yang dipandang
bermanfaat dan sangat diperlukan. Nilai adalah “suatu keyakinan dan
kepercayaan yang menjadi dasar bagi seseorang atau sekolompok orang untuk
memilih tindakannya, atau menilai suatu yang bermakna bagi kehidupannya”.
Nilai Menurut Milton Rokeach dan James Bank, adalah suatu tipe
kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan yang mana
seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai sesuatu
yang pantas atau tidak pantas dikerjakan.

8
Menurut Sidi Gazalba adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal, nilai
bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah dan
menurut pembuktian empirik, melainkan soal penghayatan yang dikehendaki
dan tidak dikehendaki, disenangi dan tidak disenangi.
(Thoha, 1996) Nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna
bagi kemanusiaan. Nilai merupakan sesuatu yang dihargai, selalu dijunjung
tinggi, serta dikejar manusia dalam memperoleh kebahagiaan hidup. Nilai
merupakan sesuatu yang abstrak tetapi secara fungsional mempunyai ciri
membedakan satu dengan yang lainnya.
Sedangkan menurut Chabib Thoha nilai merupakan sifat yang melekat
pada sesuatu (sistem kepercayaan) yang telah berhubungan dengan subjek
yang memberi arti (manusia yang meyakini). Jadi nilai adalah sesuatu yang
bermanfaat dan berguna bagi manusia sebagai acuan tingkah laku. Sehingga
nilai-nilai pendidikan Islam adalah sifat-sifat atau hal-hal yang melekat pada
pendidikan Islam yang digunakan sebagai dasar manusia untuk mencapai
tujuan hidup manusia yaitu mengabdi pada Allah SWT. Nilai-nilai tersebut
perlu ditanamkan pada anak sejak kecil, karena pada waktu itu adalah masa
yang tepat untuk menanamkan kebiasaan yang baik padanya.
Nilai adalah standart tingkah laku, keindahan, keadilan, dan efisiensi yang
mengikat manusia dan sepatutnya dijalankan serta dipertahankan. Nilai adalah
bagian dari potensi manusiawi seseorang, yang berada dalam dunia rohaniah
(batiniah, spiritual), tidak berwujud, tidak dapat dilihat, tidak dapat diraba, dan
sebagainya. Namun sangat kuat pengaruhnya serta penting peranannya dalam
setiap perbuatan dan penampilan seseorang. Nilai adalah suatu pola normatif,
yang menentukan tingkah laku yang diinginkan bagi suatu sistem yang ada
kaitannya dengan lingkungan sekitar tanpa membedakan fungsi sekitar
bagian-bagiannya. Nilai tersebut lebih mengutamakan berfungsinya
pemeliharaan pola dari sistem sosial.
Bahwasannya nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam
ruang lingkup sistem kepercayaan, dimana seseorang harus bertindak atau
menghindari suatu tindakan, atau mengenai suatu yang tidak pantas atau yang

9
pantas dikerjakan, dimiliki dan dipercayai. Jika nilai diterapkan dalam proses
belajar mengajar dapat diartikan sebagai pendidikan yang mana nilai dijadikan
sebagai tolak ukur dari keberhasilan yang akan dicapai dalam hal ini disebut
dengan pendidikan nilai.
Nilai-nilai Islam pada hakikatnya adalah kumpulan dari prinsip-prinsip
hidup, ajaran-ajaran tentang bagaimana seharusnya manusia menjalankan
kehidupannya di dunia ini, yang satu prinsip dengan lainnya saling terkait
membentuk satu kesatuan yang utuh tidak dapat dipisah-pisahkan. Dalam
kamus besar bahasa Indonesia, nilai-nilai Islam atau nilai keislman adalah :
Nilai-nilai keislaman merupakan bagian dari nilai material yang terwujud
dalam kenyataan pengalaman rohani dan jasmani.
Nilai-nilai Islam merupakan tingkatan integritas kepribadian yang
mencapai tingkat budi (insan kamil). Nilai-nilai Islam bersifat mutlak
kebenarannya, universal dan suci. Kebenaran dan kebaikan agama mengatasi
rasio, perasaan, keinginan, nafsu-nafsu manusiawi dan mampu melampaui
subyektifitas golongan, ras, bangsa, dan stratifikasi sosial. Nilai-nilai
keislaman atau agama mempunyai dua segi yaitu : “segi normatif” dan “segi
operatif”. Segi normatif menitik beratkan pada pertimbangan baik buruk,
benar salah, hak dan batil, diridhoi atau tidak. Sedangkan segi operatif
mengandung lima kategori yang menjadi prinsip standarisasi prilaku manusia,
yaitu baik buruk, setengah baik, netral, setengah buruk dan buruk. Yang
kemudian dijelaskan sebagai berikut:
a) Wajib (Mutlak baik) Nilai yang baik yang dilakukan manusia, ketaatan
akan memperoleh imbalan jasa (pahala) dan kedurhakaan akan
mendapat sanksi.
b) Sunnah (Baik) Nilai yang setengah baik dilakukan manusia, sebagai
penyempurnaan terhadap nilai yang baik atau wajib sehingga
ketaatannya diberi imbalan jasa dan kedurhakaannya tanpa
mendapatkan sangsi.
c) Mubah (netral) Nilai yang bersifat netral, mengerjakan atau tidak,
tidak akan berdampak imbalan jasa atau sangsi.

10
d) Makruh (Buruk) Nilai yang sepatutnya untuk ditinggalkan. Disamping
kurang baik, juga memungkinkan untuk terjadinya kebiasaan yang
buruk yang pada akhirnya akan menimbulkan keharaman.
e) Haram (Mutlak buruk) Nilai yang buruk dilakukan karena membawa
kemadharatan dan merugikan diri pribadi maupun ketenteraman pada
umumnya, sehingga apabila subyek yang melakukan akan mendapat
sangsi, baik langsung (di dunia) atau tidak langsung (di akhirat).
Kelima nilai yang tersebut diatas cakupannya menyangkut seluruh bidang
yaitu menyangkut nilai ilahiyah ubudiyah, ilahiyah muamalah, dan nilai etik
insani yang terdiri dari nilai sosial, rasional, individual, biofisik, ekonomi,
politikdan estetik. Dan sudah barang tentu bahwa nilai-nilai yang jelek tidak
dikembangkan dan ditinggalkan. Namun demikian sama-sama satu nilai
kewajiban masih dapat didudukkan mana kewajiban yang lebih tinggi
dibandingkan kewajiban yang lainnya yang lebih rendah hirarkinya.
Niat merupakan I’tikad seseorang yang mengerjakan sesuatu dengan
penuh kesadaran. Dalam hal ini I’tikad tersebut diwujudkan dalam aktualisasi
nilai-nilai Islam dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam. Dalam
proses aktualisasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran tersebut, diwujudkan
dalam proses sosialisasi di dalam kelas dan diluar kelas. Pada hakikatnya nilai
tersebut tidak selalu disadari oleh manusia. Karena nilai merupakan landasan
dan dasar bagi perubahan. Nilai-nilai merupakan suatu daya pendorong dalam
hidup seseorang pribadi atau kelompok. Oleh karena itu nilai mempunyai
peran penting dalam proses perubahan sosial.
Pendidikan nilai adalah penanaman dan pengembangan nilai-nilai dalam
diri seseorang. Suatu nilai ini menjadi pegangan bagi seseorang yang dalam
hal ini adalah siswa atau peserta didik, nilai ini nantinya akan
diinternalisasikan, dipelihara dalam proses belajar mengajar serta menjadi
pegangan hidupnya. Memilih nilai secara bebas berarti bebas dari tekanan
apapun. Nilai-nilai yang ditanamkan sejak dini bukanlah suatu nilai yang
penuh bagi seseorang. Situasi tempat, lingkungan, hukum dan peraturan dalam
sekolah, bisa memaksakan suatu nilai yang tertanam pada diri manusia yang

11
pada hakikatnya tidak disukainya pada taraf ini semuanya itu bukan
merupakan nilai orang tersebut. Sehingga nilai dalam arti sepenuhnya adalah
nilai yang dipilih secara bebas. Dalam hal ini adalah pengaktualisasian nilai-
nilai Islam dalam proses pembelajaran yang nantinya disajikan beberapa nilai-
nilai yang akan diterapkan dan dilaksanakan secara langsung dalam proses
belajar mengajar oleh guru. Sehingga dari situlah realisasi dari pada nilai itu
terlaksana dengan baik.

12
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Jadi kami simpulkan bahwa bahwa pendidikan akhlak adalah ikhtiar atau
usaha manusia dewasa untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi
manusia yang bertakwa kepada Allah Ta‟ala dan berakhlak karimah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada khususnya
dan pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yang amat popular. Pertama
aliran natifisme. Kedua, aliran empirisme, dan ketiga aliran konvergensi.
Suatu hal yang ditekankan dalam Islam adalah pendidikan akhlak wajib
dimulai sejak usia dini karena masa kanak kanak adalah masa yang paling
kondusif untuk menanamkan kebiasaan yang baik. Yang dimaksud dengan
pendidikan akhlak adalah pembiasaan seorang anak untuk berakhlak baik dan
berperangai luhur sehingga hal itu menjadi pembawaannya yang tetap dan
sifatnya yang senantiasa menyertainya.
Jika nilai diterapkan dalam proses belajar mengajar dapat diartikan
sebagai pendidikan yang mana nilai dijadikan sebagai tolak ukur dari
keberhasilan yang akan dicapai dalam hal ini disebut dengan pendidikan nilai.
Nilai-nilai Islam pada hakikatnya adalah kumpulan dari prinsip-prinsip
hidup, ajaranajaran tentang bagaimana seharusnya manusia menjalankan
kehidupannya di dunia ini, yang satu prinsip dengan lainnya saling terkait
membentuk satu kesatuan yang utuh tidak dapat dipisah-pisahkan

2. SARAN
Dengan segala keterbatasan, seleseilah makalah FILSAFAT
PENDIDIKAN ISLAM ini dengan jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu
kami selaku penyusun makalah mengharapkan sebuah saran dan kritikan yang
membangun agar kami bisa memperbaiki dalam tugas dikemudian hari.
Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan manfaat yang menjadi amal
jariah bagi penulis ataupun pembicara.

13
DAFTAR PUSTAKA
Bafadhol,Ibrahim.2017.Pendidikan Akhlak Dalam Perspektif Islam.Jurnal
Edukasi Islam,Vol.06 No.12
Munirah.2017.Akhlak Dalam Persektif Pendidikan islam,AULADUNA Jurnal
Pendidikan Dasar Islam,Vol.4 No.2
Noor,Fu’ad Arif.2015.Islam Dalam Perspektif Pendidikan.Jurnal Pendidikan
Islam,QUALITY,Vol.3 No.2
Thoha,Chabib.1996.Kapita Selekta Pendidikan Islam.Yogyakarta:Pustaka Pelajar

14

Anda mungkin juga menyukai