Anda di halaman 1dari 19

PERBEDAAN PESERTA DIDIK

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Landasan Pendidikan dan Pembelajaran
Dosen Pengampu: Dr. Hj.Fathul Jannah, M.SI

Disusun Oleh :

Rakhmatyah 2120100043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAMhnnhdcg


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS
SAMARINDA
2022
KATA PENGANTAR
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
Alhamdulillah Puji dan syukur kami persembahkan kehadirat Allah SWT

yang senantiasa menganugerahkan nikmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga

dalam penulisan makalah ini dapat kami selesaikan. Sholawat dan salam kita

persembahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang membawa risalah Islam

sebagai pedoman hidup untuk meraih keselamatan baik di dunia maupun di

akhirat.

Penyusunan makalah ini di maksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah

Landasan Pendidkan dan Pembelajaran. Semoga kehadiran makalah ini dapat

menjadi motivasi dan spirit mahasiswa sebagai calon ilmuan di masa depan

khususnya dalam bidang ilmu pendidikan dan semoga makalah ini juga dapat

menambah dan memberi wawasan baru kepada kita semua dalam kedudukannya

untuk menempatkan pemikiran yg benar agar berada dalam jalan kebenaran.

Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi amal usaha kita dan semoga

makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan

pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa pasca sarjana.

Kami sangat mengaharapkan kritikan dan saran yang membangun, dari

dosen pengampuh Ibu Dr. Hj. Fathul Jannah, M.SI dan juga para mahasiswa pasca

sarjana, agar makalah ini menjadi lebih baik.

Samarinda, 1 Maret 2022

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

PENDAHULUAN........................................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 3
PEMBAHASAN ............................................................................................ 4
A. Pengertian Peserta Didik...................................................... 4
B. Perbedaan peserta didik dalam pendidikan Islam ................
1. Faktor-faktor perbedaan peserta didik.............................. 6
2. Perbedaan Peserta didik dalam pendidikan Islam............ 7
PENUTUP...................................................................................................... 10
A. Simpulan.............................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 16

iii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu bimbingan dan sebuah pertolongan secara
tidak sadar yang diberikan oleh seorang pendidik kepada para peserta didiknya
sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhannya menuju kedewasaan.
Ki Hadjar Dewantara dalam kongres Taman Siswa yang pertama pada
tahun 1930 menyebutkan bahwa, pendidikan berarti daya upaya untuk
memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran
(intelek), dan tubuh anak. Pendidikan merupakan usaha untuk menumbuhkan
dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani
sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan
yang terjadi dalam suatu proses pendidikan1.
Peserta didik adalah orang yang memerlukan pengetahuan, ilmu,
bimbingan dan pengarahan. Islam berpandangan bahwa hakikat sebuah ilmu
itu berasal dari Allah SWT, sedangkan proses perolehannya dilakukan melalui
belajar kepada pendidik. Dalam Islam, peserta didik adalah setiap manusia
yang sepanjang hidupnya selalu berada dalam perkembangan, jadi peserta
didik bukan hanya anak-anak yang sedang dalam masa pengasuhan dan
pengasuhan orang tuanya saja, bukan pula anak-anak dalam usia sekolah,
tetapi mencakup seluruh manusia baik sebagai individu maupun kelompok,
baik manusia yang beragama Islam maupun tidak.
Peserta didik didalam mencari nilai-nilai hidup, ia juga harus mendapatkan
bimbingan sepenuhnya dari pendidik, karena menurut ajaran islam, saat anak-
anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan suci/fithrah, sedangkan alam yang
ada disekitarnya akan memberikan corak warna terhadap nilai hidup atas
pendidikan agama peserta didik2. Sebagaimana firman Allah dalam Al-quran
Surah Ar-Rum ayat 30 yang artinya “Maka hadapkanlah wajahmu dengan

1
Moch Tolchah, Dinamika Pendidikan Islam Pasca Orde Baru (Yogyakarta: LKiS Pelangi
Aksara, 2015), 30.
2
Zuhraini, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta :BumiAksara, 2000), 170.

1
lurus kepada agama Allah; (tataplah atas) fithrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fithrah itu. Tidak ada perubahan pada fithrah
Allah (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui”.
Dilihat dari kedudukannya, peserta didik adalah makhluk yang sedang
berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan menurut masing-masing
fithrahnya. Mereka sangat memerlukan bimbingan dan pengarahan yang
konsisten menuju arah titik optimal sesuai fithrahnya3. Dengan demikian,
supaya pendidikan islam dapat berhasil dengan sebaik-baiknya, maka harus
menempuh jalan pendidikan yang seseuai dengan fithrah peserta didik.
Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya mentrasfer ilmu kepada
siswa, melainkan proses pembelajaran harus tepat sasaran agar tercapai proses
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran seperti: aspek kognitif,
aspek afektif, dan aspek psikomotor. Maka dari itu seorang guru perlu
memahami perbedaan masing-masing siswa agar tercipta pembelajaran yang
baik, sesuai dengan apa yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Berdasarkan
pemaparan diatas maka timbullah permasalahan sebagai berikut.

B. Rumusan Masalah
Berangkat dari permasalahan diatas maka permasalahan dapat di
rumuskan sebagai berikut:
1. Apa itu peserta didik dalam pendidikan?
2. Bagaimana perbedaan peserta didik dalam pendidikan ?

3
H.M. Arifin, IlmuPendidikan Islam (Jakaarta: BumiAksara, 2017), 144.

2
PEMBAHASAN

A. Pengertian peserta didik pendidikan


Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,jenjang, dan
jenis pendidikan tertentu (Pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003).
Peserta didik merupakan anak didik yang mendapat pengajaran ilmu atau
individu yang mengalami perubahan dan perkembangan sehingga masih
sangat memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian
serta sebagai bagian dari susunan proses berlangsungnya pendidikan. Dengan
kata lain, peserta didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase
perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik, mental dan fikirannya.
Peserta didik dalam pendidikan Islam adalah individu yang sedang tumbuh
dan berkembang, baik secara fisik maupun psikis untuk mencapai tujuan
pendidikannya melalui lembaga pendidikan. Dalam bahasa Arab, peserta
didik dikenal dengan istilah tilmidz (sering digunakan untuk menunjukkan
peserta didik tingkat sekolah dasar) dan thalib al-ilm (orang yang menuntut
ilmu dan biasa digunakan untuk tingkat yang lebih tinggi seperti Sekolah
Lanjutan Pertama dan Atas serta Perguruaan tinggi).
Peserta didik adalah amanat bagi para pendidiknya. Jika ia dibiasakan
untuk melakukan kebaikan, niscaya ia akan tumbuh menjadi orang yang baik,
selanjutnya memperoleh kebahagiaan dunia dan akhiratlah kedua orang tuanya
dan juga setiap mu’alim dan murabbi yang menangani pendidikan dan
pengajarannya. Sebaliknya, jika peserta didik dibiasakan melakukan hal-hal
yang buruk dan ditelantarkan tanpa pendidikan dan pengajaran seperti hewan
ternak yang dilepaskan beitu saja dengan bebasnya, niscaya dia akan menjadi
seorang yang celaka dan binasa4.

4
Jamal Abdul Rahman, Tahapan Mendidik Anak, Penerjemah : Bahrun Abu Bakar Ihsan
Zubaidi (Bandung : Irsyad Baitus salam, 2015),16.

3
Menurut Langeveld anak manusia itu memerlukan pendidikan, karena ia
berada dalam keadaan tidak berdaya (hulpeoosheid)5.  Dalam Al-Quran
dijelaskan:

‫ار‬ َ ‫َوهَّللا ُ َأ ْخ َر َج ُك ْم ِم ْن بُطُو ِن ُأ َّمهَاتِ ُك ْم اَل تَ ْعلَ ُمونَ َش ْيًئا َو َج َع َل لَ ُك ُم ال َّس ْم َع َواَأْلب‬
َ ‫ْص‬
َ‫َواَأْل ْفِئ َدة‬
َ‫لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُون‬

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan


tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.(QS. An-Nahl: 78)6

Peserta didik di dalam mencari nilai-nilai hidup, harus dapat bimbingan


sepenuhnya dari pendidik, karena menurut ajaran Islam, saat anak dilahirkan
dalam keadaan lemah dan suci/fitrah sedangkan alam sekitarnya akan
memberi corak warna terhadap nilai hidup atas pendidikan agama peserta
didik7.

Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW., yang berbunyi:

‫ص َرانِ ِه اَوْ يُ َم ِّج َسانِ ِه‬ ْ ِ‫َما ِم ْن َموْ لُوْ ٍد اِاَّل يُوْ لَ ُدعلَ َى ْالف‬
ِّ َ‫ط َر ِة فَاَبَ َواهُ يُهَ ِّودَانِه اَوْ يُن‬
)‫(رواه مسلم‬

“Tidaklah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membaa fitrah


(kecenderungan untuk percaya kepada Allah), maka kedua orang
tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi,
Nasrani, Majusi” (HR. Muslim)8

Menurut hadits ini manusia lahir membawa kemampuan-kemampuan,


kemampuan itulah yang disebut pembawaan. Fitrah yang disebut di dalam
hadis itu adalah potensi. Potensi adalah kemampuan; jadi fitrah yang
dimaksud disini adalah pembawaan. Ayah dan ibu dalam hadis ini adalah

5
M. Nashir Ali, Dasar-Dasar Ilmu Mendidik (Jakarta: Mutiara, 2015), 93.
6
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta : Syamil Cipta Media, 2015), 275.
7
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 170.
8
Shahih Bukhari, 1358:23.

4
lingkungan sebagaimana yang dimaksud oleh para ahli pendidikan. Kedua-
duanya itulah menurut hadis ini, yang menentukan perkembangan seseorang9.
Manusia mempunyai banyak kecenderungan, ini disebabkan oleh banyak
potensi yang dibawanya. Dalam garis besarnya, kecenderungan itu dapat
dibagi dua, yaitu kecenderungan menjadi orang yang baik dan kecenderungan
menjadi orang yang jahat. Kecenderungan beragama termasuk ke dalam
kecenderungan menjadi baik10.
Firman Allah dalam Al-Quran surat Ar-Rum ayat :30 :

‫اس َعلَ ْيهَ||ا اَل تَ ْب| ِدي َل‬َ َّ‫|رةَ هَّللا ِ الَّتِي فَطَ| َر الن‬َ |‫ط‬ ْ ِ‫ِّين َحنِيفًا ف‬ِ ‫ك لِلد‬َ َ‫فََأقِ ْم َوجْ ه‬
ِ َّ‫ِّين ْالقَيِّ ُم َولَ ِك َّن َأ ْكثَ َر الن‬
َ‫اس اَل يَ ْعلَ ُمون‬ ُ ‫ق هَّللا ِ َذلِكَ الد‬ ْ ِ‫ل‬
ِ ‫خَل‬
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah)
agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui” (QS. Ar-Rum: 30)11

Dari ayat dan hadits tersebut jelaslah bahwa pada dasarnya anak itu telah
membawa fitrah beragama, dan kemudian bergantung kepada para
pendidiknya dalam mengembangkan fitrah itu sendiri sesuai dengan usia anak
dalam pertumbuhannya. Dasar-dasar pendidikan agama ini harus sudah
ditanamkan sejak peserta didik itu masih usia muda, karena kalau tidak
demikian kemungkinan mengalami kesulitan kelak untuk mencapai tujuan
pendidikan Islam yang diberikan pada masa dewasa. Dengan demikian, maka
agar pendidikan Islam dapat berhasil dengan sebaik-baiknya haruslah
menempuh jalan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan peserta didik,
seperti disebutkan dalam hadits Nabi:

)‫َلى قُلُوْ بِ ِه ْم (الحديث‬ َ َّ‫َخا ِطب ُواالن‬


َ ‫اس ع‬

9
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya, 2008),35.
10
Ibid.,35.
11
Departemen Agama RI, Al-Qur’an, 407.

5
“Berbicaralah kepada orang lain sesuai dengan tingkat perkembangan
akalnya” (Al-Hadits).
Dari hadist diatas dapat kita ambil bahwa seorang guru harus mengenal dan
memahami siswa yang diajar, baik dari usia, kemampuan, karakteristik dan
prilaku siswa yang diajar agar apa yang diberikan kesiswa dapat diterima
dengan baik oleh siswa.
Oemar Hamalik mendefinisikan peserta didik sebagai suatu komponen
masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses
pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan
pendidikan Nasional. Menurut Abu Ahmadi peserta didik adalah sosok
manusia sebagai individu/pribadi (manusia seutuhnya). Individu di artikan
"orang seorang tidak tergantung dari orang lain, dalam arti benar-benar
seorang pribadi yang menentukan diri sendiri dan tidak dipaksa dari luar,
mempunyai sifat-sifat dan keinginan sendiri12.
Sedangkan Hasbullah berpendapat bahwa siswa sebagai peserta didik
merupakan salah satu input yang ikut menentukan keberhasilan proses
pendidikan. 13
Tanpa adanya peserta didik, sesungguhnya tidak akan terjadi
proses pengajaran. Sebabnya ialah karena peserta didiklah yang
membutuhkan pengajaran dan bukan guru, guru hanya berusaha memenuhi
kebutuhan yang ada pada peserta didik14
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, bisa dikatakan bahwa peserta
didik adalah orang/individu yang mendapat pengajaran ilmu atau individu
yang mengalami perubahan dan perkembangan sehingga masih sangat
memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian serta
sebagai bagian dari susunan proses berlangsungnya pendidikan. Dengan kata
lain, peserta didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase
perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik, mental dan fikirannya.

12
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2018), h.
205.
13
Hasbullah, Otonomi Pendidikan, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2015), h. 121
14
4Departemen Agama, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, (t.tp., Direktorat
Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005), h. 47

6
Peserta didik adalah setiap manusia yang sepanjang hidupnya selalu dalam
perkembangan. Kaitannya dengan pendidikan adalah bahwa perkembangan
peserta didik itu selalu menuju kedewasaan dimana semuanya itu terjadi
karena adanya bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pendidik.
Peserta didik itu akan menjadi faktor “penentu”, sehingga menuntut dan
dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan
belajarnya . Itulah sebabnya siswa atau peserta didik adalah merupakan
subjek belajar. Dengan berpijak pada paradigma “belajar sepanjang masa”,
maka istilah yang tepat untuk menyebut individu yang menuntut ilmu adalah
peserta didik dan bukan anak didik.

B. Perbedaan peserta didik


1. Faktor-faktor perbedaan peserta didik.
Sumber perbedaan individu dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor-faktor
tersebut adalah faktor bawaan dan faktor lingkungan.15
a. Faktor Bawaan
Faktor bawaan merupakan faktor-faktor biologis yang diturunkan
melalui pewarisan genetik oleh orangtua. Pewarisan genetik ini dimulai
saat terjadinya pembuahan. Menurut Zimbardo dan Gerig (1999)
penyatuan antara sebuah sperma dan sel telur hanya menghasilkan satu
diantara milyaran kemungkinan kombinasi gen. Salah satu kromosom
yaitu kromosom sex merupakan pembawa kode gen untuk perkembangan
karakteristik fisik laki-laki atau perempuan.
Kode untuk kita mendapatkan kromosom X dari ibu, dan salah satu
dari kromosom X atau Y dari ayah. Kombinasi XX merupakan kode
untukperkembangan fisik perempuan, dan kombinasi XY merupakan
kode untuk perkembangan fisik laki-laki. Meskipun rata-rata kita
memiliki 50 persen gen yang sama dengan saudara kita, kumpulan gen
kita tetap khas kecuali kita adalah kembar identik. Perbedaan gen ini

15
Zimbardo, P. G., Gerrig, R. J..Psychologie. (Berlin, Heidelberg: Springer–Verlag,
2005)

7
merupakan satu alasan mengapa kita berbeda dengan orang lain, baik
secara fisik, psikologis, maupun perilaku, bahkan dengan saudara kita
sendiri. Selebihnya adalah dipengaruhi oleh lingkungan, karena kita
pernah berada di lingkungan yang sama persis. (Zimbardo & Gerig,
2005).
b. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan adalah faktor yang mengakibatkan perbedaan
individu yang berasal dari luar diri individu. Faktor lingkungan berasal
dari beberapa macam yaitu status sosial ekonomi orang tua, pola asuh
orang tua, budaya, dan urutan kelahiran.
1) Status sosial ekonomi orang tua
Meliputi tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan
penghasilan orang tua. Tingkat orang tua berbeda satu dengan
lainnya. Meskipun tidak mutlak tingkat pendidikan ini dapat
mempengaruhi sikap orang tua terhadap pendidikan anak serta
tingkat aspirasinya terhadap pendidikan anak. Demikian juga dengan
pekerjaan dan penghasilan orang tua yang berbeda-beda. Perbedaan
ini akan membawa implikasi pada berbedanya aspirasi orang tua
terhadap pendidikan anak, aspirasi anak terhadap pendidikannya,
fasilitas yang diberikan pada anak dan mungkin waktu disediakan
untuk mendidik anak-anaknya. Demikian juga perbedaan status
ekonomi dapat membawa implikasi salah satunya pada perbedaan
pola gizi yang diterapkan dalam keluarga.
Anak-anak berasal dari berbagai lingkungan keluarga. Anak dari
keluarga berada dengan pendidikan yang memadai biasanya datang
ke sekolah dengan latar belakang berbagai pengalaman lebih
cenderung menjadi pebelajar yang cepat. Sebaliknya, anak yang
berasal dari keluarga kurang mampu dan dengan latar belakang
orang tua tanpa pendidikan cenderung menjadi pebelajar yang
lambat.
2) Pola asuh orangtua

8
Merupakan pola perilaku yang digunakan untuk berhubungan
dengan anak-anak. Pola asuh yang diterapkan tiap keluarga berbeda
dengan keluarga lainnya. Terdapat tiga pola asuh dalam pengasuhan
anak yaitu otoriter, permisif, dan autoritatif. Pola asuh otoriter adalah
bentuk pola asuh yang menekankan pada pengawasan orangtua
kepada anak untuk mendapatkan ketaatan atau keputuhan.
3) Budaya
Anak-anak juga berbeda diapandang dari segi latar belakang
budaya dan etnis. Motivasi untuk belajar berbeda antara budaya yang
satu dengan budaya yang lainnya, layaknya anak-anak tertarik dan
menilai pencapaiannya dalam suatu pendidikan. Adanya nilai-nilai dalam
masyarkat memberitahu pada anggotanya tentang apa yang baik dan atau
penting dalam masyarakatnya. Nilai-nilai tersebut terjabarkan dalam
suatu norma-norma. Norma masing-masing masyarakat berbeda, maka
perilaku yang muncul dari anggota masing-masing masyarakat berbeda
satu dengan lainnya.
4) Urutan kelahiran
Walaupun masih menjadi kontroversi akan tetapi karakteristik
kepribadian seseorang dipengaruhi oleh urutan kelahiran. Anak yang
lahir sulung atau anak pertama cenderung lebih teliti, mempunyai ambisi,
dan agresif dibandingkan dengan adik-adiknya. Anak tengah sering
menjadi mediator dan pecinta damai.
Anak bungsu cenderung paling kreatif dan biasanya menarik. Anak
tunggal atau si anak semata wayang biasanya sering merasa terbebani
dengan harapan yang tinggi dari orangtua mereka terhadap diri mereka
sendiri. Mereka lebih percaya diri, supel, dan memiliki imajinasi yang
tinggi. Karakteristik yang berbeda-beda pada individu dipengaruhi oleh
perilaku orangtuanya berdasarkan urutan kelahiran.
Perbedaan individual secara umum adalah hal-hal yang berkaitan
dengan “psikologi pribadi” yang menjelaskan perbedaan psikologis

9
antara orang-orang serta berbagai persamaannya. Sumber perbedaan
individu disebabkan faktor bawaan dan faktor lingkungan.

2. Perbedaan karakteristik peserta didik


Dalam kajian psikologi, masalah individu mendapat perhatian yang
besar, sehingga melahirkan suatu cabang psikologi yang dikenal dengan
Individual Psychology, atau differential Psychology, yang memberikan
perhatian besar terhadap penelitian tentang perbedaan antar individu. Ini
didasarkan atas kenyataan bahwa di dunia ini tidak ada dua orang yang persis
sama.
a. Perbedaan Kognitif
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada dasarnya kemampuan
kognitif merupakan hasil belajar. Hasil belajar dalam hal ini merupakan
perpaduan antara pembawaan dengan pengaruh lingkungan. Proses
pembelajaran adalah upaya menciptakan lingkungan yang bernilai
positif, diatur dan direncanakan untuk mengembangkan faktor dasar yang
dimiliki oleh anak. Tingkat kemampuan kognitif tergambar pada hasil
belajar yang diukur dengan tes hasil belajar. Tes hasil belajar
menghasilkan kemampuan kognitif yang bervariasi, sebab pada dasarnya
setiap individu memiliki persepsi tentang hasil pengamatan terhadap
suatu objek yang berbeda-beda. Intelegensi (IQ) sangat mempengaruhi
kemampuan kognitif seseorang. Hasil-hasil penelitian menunjukkan
bahwa nilai kemampuan kognitif berkolerasi positif dengan tingkat
kecerdasan seseorang.
b. Perbedaan dalam Kecakapan Bahasa
Bahasa adalah salah satu kemampuan individu yang penting sekali dalam
kehidupannya. Kemampuam berbahasa merupakan kemampuan individu
untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan

10
kalimat yang bermakna, logis, dan sistematis. Kemampuan berbahasa
setiap individu berbeda. Kemampuan ini sangat dipengaruhi oleh faktor
kecerdasan dan faktor lingkungan termasuk faktor fisik (organ untuk
bicara). Lancar atau tidaknya kemampuan berbahasa seseorang
bergantung pada kondisi lingkungan dan pembiasaannya dalam
berkomunikasi.

c. Perbedaan dalam Kecakapan Motorik


Kecakapan motorik atau kemampuan psikomotorik merupakan
kemampuan untuk melakukan koordinasi kerja syaraf motorik yang
dilakukan oleh syaraf pusat (otak) untuk melakukan kegiatan. Kegiatan
ini terjadi karena kegiatan kerja syaraf yang sistematis. Alat indra
menerima rangsangan, rangsangan tersebut diteruskan melalui syaraf
sensoris ke syaraf pusat (otak) untuk diolah, dan hasilnya dibawa oleh
syaraf motorik untuk memberikan reaksi dlamm bentuk gerakan-
gerakan atau kegiatan.
d. Perbedaan dalam Latar Belakang
Latar belakang individu dapat dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar.
Faktor dari dalam misalnya, kecerdasan, kemauan, bakat, minat, emosi,
perhatian, kebiasaan bekerja sama, dan kesehatan yang mendukung
belajar.  Anak-anak juga berbeda diapandang dari segi latar belakang
budaya dan etnis. Motivasi untuk belajar berbeda antara budaya yang
satu dengan budaya yang lainnya. Perbedaan latar belakang, yang mliputi
perbedaan sisio-ekonomi sosio cultural, amat penting artinya bagi
perkembangan anak. Akibatnya anak-anak pada umur yang sama tidak
selalu berada pada tingkat kesiapan yang sama dalam menerima
pengaruh dari luar yang lebih luas.
e. Perbedaan dalam Bakat
Bakat adalah kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Bakat dapat
juga diartikan sebagai kemampuan dasar yang menentukan sejauh mana

11
keberhasilan seseorang untuk memperoleh keahlian atau pengetahuan
tertentu bilamana seseorang diberi latihan-latihan tertentu. Misalnya
seseorang yang mempunyai bakat numerical yang baik, bila diberi
latihan-latihan akuntansi keuangan, akan mudah untuk menguasai
masalah akuntansi, begitu pula sebaliknya. bakat lebih dekat
pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan pembawaan,
yaitu yang mengenai kesanggupan-kesanggupan (potensi-potensi) yang
tertentu.16
Sama halnya dengan teori barat, peserta didik dalam pendidikan Islam
adalah individu sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis,
sosial, dan religius dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat
kelak. Definisi tersebut memberi arti bahwa peserta didik merupakan individu
yang belum dewasa, yang karenanya memerlukan orang lain untuk
menjadikan dirinya dewasa. Anak kandung adalah peserta didik dalam
keluarga, murid adalah peserta didik di sekolah, dan umat beragama menjadi
peserta didik masyarakat sekitarnya, dan umat beragama menjadi peserta
didik ruhaniawan dalam suatu agama17.
Perbedaan individual merupakan kehendak Allah dan ditentukan melalui
pembawaan hereditas dan lingkungan.

ُ ‫اس ِإنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِمنْ َذ َك ٍر َوُأ ْنثَ ٰى َو َج َع ْلنَا ُك ْم‬


َّ‫ش ُعوبًا َوقَبَاِئ َل لِتَ َعا َرفُوا ۚ ِإنَّ َأ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هَّللا ِ َأ ْتقَا ُك ْم ۚ ِإن‬ ُ َّ‫يَا َأيُّ َها الن‬
‫هَّللا َ َعلِي ٌم َخبِي ٌر‬
Artinya:
“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
(13)” (Q.S Al Hujuraat 49: 13)

16
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007). h.25

17
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Kencana, 2008), 8.

12
Al Quran menyatakan bahwa Allah menciptakan dan membentuk manusia
dalam rahim ibunya dengan cara dan bentuk yang berbeda dan unik seperti
yang diinginkanNya.18
Lebih lanjut dan dalam pernyataan yang jelas, Alquran menyatakan manusia
berbeda-beda satu sama lainnya dalam sifat, karakter, perilaku dan perbuatan:

َ ‫قُ ْل ُك ٌّل يَ ْع َم ُل َعلَ ٰى شَا ِكلَتِ ِه فَ َربُّ ُك ْم َأ ْعلَ ُم بِ َمنْ ُه َو َأ ْهد َٰى‬
‫سبِيلًا‬
Artinya:
“Katakanlah! Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaanya masing-masing.
Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. (84)” (QS
Al-Israa 17: 84)
Ayat ini menyatakan bahwa manusia memiliki disposisi yang unik. Keunikan
yang demikian dapat termanisfestasikan dalam bentuk fisik, kognitif,
emosional, moral, dan karakteristik sosial. Alquran dengan demikian
menyatakan bahwa perbedaan antarindividual tidak hanya meliputi
perkembangan kognitif, namun juga seluruh aspek perkembangan. Dengan
melihat hal ini, orang akan melihat bahwa perbedaan individu merupakan hal
yang sangat diperhatikan bahkan dalam berbagai perintah dan larangan
Alquran untuk mentaati Allah dan juga keringanan dalam memenuhi
kewajiban terhadap-Nya.  Potensi kognitif juga terdapat pada ayat berikut:
ُ‫فَ َمنْ شَا َء َذ َك َره‬
Artinya:
“Maka barangsiapa menghendaki, niscaya dia mengambil pelajaran
daripadanya (Al Quran)” (Q.S Al-Mudassir 74: 55)

Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW:


‫ص ِّم عَنْ َأ بِى‬ َ ‫َح َّد ثَنَا َع ْم ٌرو النَّا قِ ُد َح َّد ثَنَا َكثِي ُر بْنُ ِهشَا ٍم َح َّد ثَنَا َج ْعفَ ُر بْنُ بُ ْرقَا نَ عَنْ يَ ِزي َد ْب ِن اَأل‬
‫ص َو ِر ُك ْم َو َأ ْم َوالِ ُك ْم َولَ ِكنْ يَ ْنظُ ُر‬ َ ‫سو ُل هللا صلى هللا عليه وسلم – ِإ نَّ هللا الَ يَ ْنظُ ُر ِإ‬
ُ ‫لى‬ ُ ‫ُه َر ْي َرةَ قَا َل قَا َل َر‬
)‫ِإلَى قُلُو بِ ُك ْم َوَأ ْع َما لِك ْم (رواه مسلم‬
ُ
Artinya:
18
Hasan, Purwakania, B., Aliah. Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006)

13
“Telah menceritakan kepada kami ‘Amr an-Naqid telah menceritakan kepada
kami Katsir bin Hisyam telah menceritakan kepada kami Ja’far bin Burqon
dari Yazid bin al-‘Ashom dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Saw.
Bersabda: ‘Sesungguhnya Allah Tidak memandang bentuk tubuhmu dan
hartamu, tetapi Dia memandang pada hati dan perbuatanmu’” (H.R Muslim)

Jelas pada hadis di atas bahwa dalam terdapat perbedaan individual baik itu
bentuk tubuh atau besar kecil nya harta, hanya saja Allah tidak memandang
itu dan hanya menilai manusia berdasarkan ketaqwaannya.
Ketaqwaan yang di maksud yakni didasari oleh hati dan perbuatan masing-
masing invidu. Di sini juga tersirat bahwasanya masing-masing individu
memiliki hati dan perbuatan yang berbeda-beda pula. Klasifikasi manusia
berdasarkan aqidahnya yaitu: orang beriman, orang kafir, dan orang munafik.
Masing-masing dari pola ini memiliki sifat umum yang membedakannya satu
sama lain. Berdasarkan aqidah sesuai dengan tujuan al-Quran dalam
kedudukannya sebagai kitab aqidah dan petunjuk dalam membentuk
kepribadian manusia, membentuk sifat-sifatnya yang khas, dan
mengarahkannya menuju ke arah tertentu.

14
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tentang peserta didik dalam pendidikan Islam
yang telah disebutkan di atas saya simpulkan sebagai berikut:

1. Peserta didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase


perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik dan mental maupun
fikiran
2. Ada beberapa faktor yang membedakan peserta didik yaitu faktor bawaan,
faktor lingkungan, faktor budaya dan faktor urutan kelahiran
3. Dalam differential pschyologi menjabarkan perbedaan peserta didik
berdasarkan, perbedaan kognitif, perbedaan dalam kecakapan bahasa,
perbedaan dalam kecakapan motorik, perbedaan dalam latar belakang,
perbedaan dalam bakat.
4. Peserta didik dalam pendidikan Islam adalah individu yang sedang tumbuh
dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religius dalam
mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana


Pernada Media, 2006)
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Syamil Cipta
Media, 2015.
Hasan, Purwakania, B., Aliah. Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2006 )
Jamal Abdul Rahman, Tahapan Mendidik Anak, Penerjemah : Bahrun Abu
Bakar Ihsan Zubaidi (Bandung : Irsyad Baitus salam, 2015
Moch Tolchah, Dinamika Pendidikan Islam Pasca Orde Baru
(Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara, 2015), 30.
Nashir Ali,M., Dasar-Dasar Ilmu Mendidik, Jakarta: Mutiara, 2000.
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007).
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2010.
Zimbardo, P. G., Gerrig, R. J..Psychologie. (Berlin, Heidelberg: Springer-
Verlag, 2005)
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Jamal Abdul Rahman, Tahapan Mendidik Anak, Penerjemah : Bahrun Abu Bakar Ihsan
Zubaidi (Bandung : Irsyad Baitus salam, 2008

16

Anda mungkin juga menyukai