Anda di halaman 1dari 22

Kebijakan dan Problematika Akreditasi dalam Konteks

Penjaminan Mutu Pendidikan

Makalah disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah Analisis Kebijakan dan Problematika Pendidikan Islam

Oleh:
1. Choirun Ni’mah (NIM: 2120100054)
2. Rakhmatyah (NIM: 2120100043)

Dosen Pengampu:

Dr.H.Suhaimi, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA (PPS)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS SAMARINDA 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas segala karunia yang telah diberikan Nya.
Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW sebagai manusia pilihan yang
telah membimbing umat manusia dar jaman jahiliyah menuju Islam rahmatan lil
‘alamiin.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada semua pihak yang telah memeberikan dukungan dan bantuan dalam proses
pembuatan makalah ini. Secara kelembagaan, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:

1. Dr.Suhaimi, M.Pd selaku desen kami dalam mata kuliah Analisis Kebijakan
dan Problematika Pendidikan Islam yang telah memberikan masukan dan
arahan kepada penulis.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Akhir kata, penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih kepada siapapun
yang telah berperan dalam penulisan makalah ini,dan penulis berharap makalah ini
dapat menambah khazanah keilmuan bagi para pembaca, serta kritik dan saran yang
membangun penulis harapkan dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Samarinda, 09 Mei 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 4

A. Kebijakan dan Dasar Hukum Akreditasi Sekolah ...................... 4


B. Konsep Dasar Akreditasi Sekolah .............................................. 9
C. Dampak Akreditasi dalam meningkatkan Mutu Pendidikan ...... 14

BAB III PENUTUP............................................................................................ 17

A. Kesimpulan.................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia
adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan,
khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan
dan peningkatan kompetensi, kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum,
pengadaan laboratorium IPA, Bahasa, Komputer, buku dan alat pelajaran,
perbaikan sarana prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen
sekolah. Sebagian sekolah terutama di kota-kota menunjukkan peningkatan mutu
pendidikan yang cukup menggembirakan, walaupun sebagian lainnya masih
memprihatinkan.
Usaha untuk terus meningkatkan mutu pendidikan tidak pernah berhenti
dilakukan, dan berbagai cara atau terobosan baru terus diperkenalkan dan
dilakukan oleh pemerintah melalui DEPDIKNAS, antara lain dalam bidang
pengelolaan sekolah, peningkatan sumber daya tenaga kependidikan,
pengembangan materi ajar, dan sebagainya. Sementara itu terobosan yang
dilakukan dalam upaya peningkatan sumber daya kependidikan adalah melalui
pelatihan, workshop, diklat, bintek, dan pelatihan terintegrasi bagi guru, kepala
sekolah, dan staf dinas yang didasarkan kepada kompetensi yang harus mereka
miliki. Untuk keperluan pelatihan terintegrasi tersebut, salah satu materi dasar
adalah tentang akreditasi.
Di antara usaha untuk memperbaiki kinerja lembaga-lembaga pendidikan
salah satunya tercermin dalam kebijakan undang-undang sistem pendidikan
nasional No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menegaskan

1
bahwa akreditasi dilakukan untuk menentukan kebijakan program dan satuan
pendidikan pada formal dan non formal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.1
Akreditasi sekolah merupakan kegiatan penilaian yang dilakukan oleh
pemerintah dan/ atau lembaga mandiri yang berwenang untuk menentukan
kelayakan program dan/ atau satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan
non-formal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan, berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan, sebagai bentuk akuntabilitas publik yang dilakukan secara
obyektif, adil, transparan dan komprehensif dengan menggunakan instrumen dan
kriteria yang mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan.
Latar belakang adanya kebijakan akreditasi sekolah di Indonesia adalah
bahwa setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan yang bermutu. Untuk
dapat menyelenggarakan pendidikan yang bermutu, maka setiap satuan/ program
pendidikan harus memenuhi atau melampaui standar yang dilakukan melalui
kegiatan akreditasi terhadap kelayakan setiap satuan/ program pendidikan.
Upaya peningkatan mutu pendidikan saat ini menjadi komitmen bersama
oleh seluruh masyarakat di Indonesia, peningkatan mutu pendidikan SD, SMP,
SMA hingga ke perguruan tinggi. Implementasi mutu memiliki dua aspek utama,
yaitu produknya memenuhi tuntutan pelanggan. Kedua, produk sesuai dengan
standar (Makbuloh, 2016:32)2. Mutu pendidikan harus sesuai dengan kebutuhan
masyarakat setempat, dan juga tidak melupakan standar mutu pendidikan yang
sudah ditetapkan oleh pemerintah yang tujuannya untuk peningkatan mutu
pendidikan dan pemerataan pendidikan di Indonesia.
Peningkatan mutu sekolah/madrasah mengacu pada Sistem Penjaminan
Mutu Pendidikan, yang mana sekolah/madrasah dibina dan dievaluasi untuk
mencapai dan mengukur ketercapaian acuan mutu yang telah ditetapkan.
Pembinaan sekolah/madrasah untuk mencapai acuan mutu satuan pendidikan
1
Departemen Agama, Standar Nasional Pendidikan, (Surabaya: Kantor Wilayah Provinsi Jawa Timur,
2005), h.1
2
Deden Makbuloh. 2016.Pendidikan Islam dan Sistem Penjamin Mutu, Jakarta:Rajawali Pers 2016,
h.1

2
diperankan oleh Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP), dan evaluasi
ketercapaiannya dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah
(BAN S/M).
Evaluasi pencapaian sekolah/madrasah terhadap acuan mutu satuan
pendidikan dilakukan melalui Akreditasi. Kegiatan penilaian kelayakan
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dan mengacu pada Standar Nasional
Pendidikan.
Sebagai badan evaluasi mandiri yang berwenang untuk menentukan capaian
kualitas sekolah/madrasah, BAN S/M memiliki peran strategis dalam peningkatan
mutu pendidikan. Karena hasil evaluasi tersebut akan menjadi tolok ukur mutu
pendidikan sekolah/madrasah saat ini sekaligus menjadi dasar kebijakan
Pemerintah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan selanjutnya.
Akreditasi sekolah memiliki peranan yang penting dalam upaya peningkatan
mutu dan layanan serta jaminan mutu sebuah satuan pendidikan. Namun, dalam
kenyataan di lapangan bahwa akreditasi sekolah lebih banyak dimaknai untuk
memperoleh status dan pengakuan secara formal saja. Sementara makna
sesungguhnya belum banyak diketahui dan dilaksanakan secara sungguh-
sungguh. Ini terbukti bahwa kinerja sekolah meningkat ketika akan dilakukan
kegiatan akreditasi dengan menyiapkan seluruh perangkat administrasi sesuai
dengan instrument yang ada. Sementara setelah akreditasi berlangsung dan
memperoleh sebuah pengakuan maka kinerja dari komponen sekolah kembali
seperti semula. Hal inilah yang menjadi keprihatinan, maka makalah ini akan
membahas tentang kebijakan dan problematika akreditasi dalam konteks
penjaminan mutu pendidikan.

B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
dirumuskan beberapa rumusan masalah tentang kebijakan dan problematika
akreditasi dalam konteks penjaminan mutu pendidikan, diantaranya:

3
1. Bagaimana kebijakan dan dasar hukum akreditasi sekolah?
2. Bagaimana konsep dasar akreditasi sekolah?
3. Bagaimana dampak akreditasi dalam meningkatkan mutu pendidikan?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kebijakan dan Dasar Hukum Akreditasi Sekolah


Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan pemerintah melakukan
langkah terobosan dengan cara memperbaiki dan meningkatkan sistem
pengelolaan lembaga pendidikan yang ada, di antaranya adalah meningkatkan
status lembaga pendidikan dengan cara program akreditasi.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 2 ayat (2)
tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa penjaminan dan
pengendalian mutu pendidikan yang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan
(NSP) perlu dilakukan dalam tiga program terintegrasi yaitu evaluasi, sertifikasi,
dan akreditasi.
Tiga program yang terintegrasi menurut Peraturan Pemerintah tersebut
adalah pertama evaluasi pendidikan. Dalam pasal 57 Undang-undang RI No.20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa: Evaluasi
dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai
bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga dan program
pendidikan pada jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang , satuan dan
jenis pendidikan.3
Program kedua adalah sertifikasi, hal ini berbentuk ijazah dan sertifikasi
kompetensi. Ijazah diberikan kepada peserta didik sebagai pengakuan terhadap
prestasi belajar dalam jenjang pendidikan setelah lulus ujian yang
3
Undang-Undang tentang Sisdiknas dan Peraturan Pelaksanaannya 2000-2004, CV Tamita Utama,
Jakarta, 2004, h.29

4
diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi, hal ini sesuai dengan
pasal 61 UU RI Nomor 20 tahun 2003.
Program ketiga adalah akreditasi, penegasan tentang pentingnya akreditasi
yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 60, tentang
akreditasi yang dinyatakan bahwa akreditasi dilakukan untuk menentukan
kelayakan program satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan non
formal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Akreditasi terhadap program
dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai
bentuk akuntabilitas publik. Akreditasi dilakukan atas dasar kriteria yang bersifat
terbuka. Ketentuan mengenai akreditasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Akreditasi sekolah adalah proses penilaian dengan indikator tertentu berbasis
fakta. Asesor melakukan pengamatan dan penilaian sesuai realiytas, tanpa ada
manipulasi.4 Menurut Prof. Dr. M. Mastuhu,M.Pd akreditasi merupakan
kebalikan arah evaluasi diri. Evaluasi ialah penilaian dari pihak luar dalam
rangka memberikan pengakuan terhadap mutu pendidikan yang diselenggarakan.
Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia “Akreditasi adalah
pengakuan terhadap lembaga pendidikan yang di berikan oleh badan yang
berwenang setelah di nilai bahwa lembaga itu memenuhi syarat kebakuan atau
kriteria tertentu.
Berdasarkan Undang -Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dalam pasal 60 menegaskan bahwa:
1) Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan
pendidikan pada jalur pendidikan formal dan non formal pada tiap jenjang
dan jenis pendidikan, 2)Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan
dilakukan oleh pemerintah/lembaga mandiri yang berwenang sebagai
akuntabilitas publik, 3)Akreditasi dilakukan atas dasar yang bersifat terbuka,

4
Jamal Ma’mur Asmani, Tips Praktis Membangun dan Mengolah Administrasi Sekolah, (Jogjakarta:
Diva press, 2011), cet.1, h.184

5
4) ketentuan mengenai akreditasi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, 2, 3
diatur lebih lanjut oleh pemerintah5.
Selain bersumber dari Undang-undang dalam Sistem Pendidikan Nasional,
yang mendasari pelaksanaan akreditasi adalah Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab XIII
Pasal 86, 87, 88.6
Akreditasi dilakukan sebagai upaya dalam peningkatan mutu dalam bidang
pendidikan, sebagai tujuan adalah untuk meningkatkan kualitas yang mencakup
seluruh aspek pendidikan baik berupa ilmu pengetahuan, administrasi maupun
tenaga pendidik dan kependidikan. Penyetaraan kualifikasi juga merupakan
aplikasi dari akreditasi yaitu dengan diadakannya akreditasi, maka perbedaan
antara madrasah negeri dengan madrasah swasta tidak jauh berbeda. Bahkan
status sebuah lembaga pendidikan negeri maupun swasta tidak dijadikan masalah
yang berarti apabila sudah tertera status ter-akreditasi lembaga pendidikan
tersebut.
Proses akreditasi ini dilakukan secara berkala dan terbuka dengan tujuan
untuk membantu dan memberdayakan program dan satuan pendidikan agar
mampu mengembangkan sumberdayanya dalam mencapai tujuan pendidikan
nasional. Mengingat pentingnya akreditasi sebagai salah satu upaya untuk
menjamin dan mengendalikan kualitas pendidikan, maka pemerintah melalui
Peraturan Mendiknas Nomor 29 Tahun 2005 membentuk Badan Akreditasi
Nasional Sekolah/ Madrasah (BAN-S/M). Pelaksanaan akreditasi oleh BAN-S/M
didasarkan atas Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional khususnya pasal 60, serta Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standarisasi Nasional Pendidikan. Dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Pasal 86 dinyatakan hal-hal sebagai berikut:

5
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
6
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang StandarNasional
Pendidikan

6
1. Pemerintah melakukan akreditasi pada setiap jenjang dan satuan pendidikan
untuk menentukan kelayakan program dan/ atau satuan pendidikan.
2. Kewenangan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat pula
dilakukan oleh lembaga mandiri yang diberi kewenangan oleh Pemerintah
untuk melakukan akreditasi
3. Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sebagai bentuk
akuntabilitas publik dilakukan secara obyektif, adil, transparan, dan
komprehensif dengan menggunakan instrumen dan kriteria yang mengacu
kepada Standar Nasional Pendidikan.7
Pemerintah telah menetapkan Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah
(BAN-S/M) dengan Peraturan Mendiknas Nomor 29 Tahun 2005.BAN-S/M
adalah badan evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan program dan/atau
satuan pendidikan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.8
Secara terminologi akreditasi didefinisikan sebagai suatu proses penilaian
kualitas dengan menggunakan kriteria baku mutu yang ditetapkan dan bersifat
terbuka.
Akreditasi madrasah dapat diberikan pengertian sebagai suatu proses penilaian
kualitas madrasah, baik madrasah negeri maupun madrasah swasta dengan
menggunakan kriteria baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah atau
lembaga akreditasi. Hasil penilaian dijadikan dasar untuk memelihara dan
meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan lembaga
yang bersangkutan.9
Paradigma baru dalam penyelenggaraan akreditasi sekolah/madrasah tidak
lagi membedakan antara lembaga negeri dan swasta, serta mendayagunakan
keterlibatan masyarakat dengan menjunjung prinsip keterbukaan dan akuntabilitas

7
PENAMAS, Problematika Pencapaian Akreditasi pada Madrasah Aliyah di Provinsi Kepulauan
Riau, Jurnal Penelitian Keagamaan dan Kemasyarakatan, Nomor 1, Volume 28, 2015
8
Analisis Sistem Akreditasi Sekolah/Madrasah–Kementerian Pendidikan Nasional RI
9
Departemen Agama RI, Pedoman Akreditasi Madrasah (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan
Agama Islam, 2005), h. 5-6.

7
Sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 087/U/2002 Tentang Akreditasi Sekolah Pasal 16 dan Pasal 17, Penentuan
Peringkat Akreditasi Sekolah adalah sebagai berikut:
1. Hasil akreditasi sekolah dinyatakan dalam peringkat akreditasi sekolah.
2. Peringkat akreditasi sekolah terdiri atas tiga klasifikasi sebagai berikut. A
(amat baik, B (baik), dan C (cukup).
3. Bagi sekolah yang hasil akreditasinya kurang dari C (cukup) dinyatakan
tidak terakreditasi.
4. Peringkat akreditasi sekolah berlaku selama 5 (tahun) tahun terhitung sejak
ditetapkan peringkat akreditasinya
5. Sekolah diwajibkan mengajukan permohonan ulang, sebelum 6 (enam) bulan
masa berlakunya peringkat akreditasi berakhir.
6. Sekolah yang menghendaki untuk diakreditasi ulang dapat mengajukan
permohonan sekurang-kurangnya setelah 1 (satu) tahun terhitung sejak
ditetapkannya peringkat akreditasi.
7. Sekolah yang peringkat akreditasinya berakhir masa berlakunya dan telah
mengajukan akreditasi ulang tetapi belum dilakukan akreditasi oleh
BANSM, provinsi/Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya maka
sekolah yang bersangkutan masih tetap menggunakan peringkat akreditasi
terdahulu.
8. Sekolah yang peringkat akreditasinya telah berakhir masa berlakunya dan
menolak untuk diakreditasi ulang oleh BAS Provinsi/Kabupaten/Kota sesuai
dengan kewenangannya, maka peringkat akreditasi sekolah yang
bersangkutan dinyatakan tidak berlaku10.
Pemberian status dan peringkat akreditasi tersebut diharapkan menjadi
pemacu madrasah untuk terus menerus melakukan perbaikan dan pengembangan

10
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Nomor 087/U/2002 Tentang
Akreditasi Sekolah Pasal 16 dan Pasal 17

8
secara sistematis dan terprogram, yang pada akhirnya dapat menghasilkan mutu
madrasah yang lebih baik.

B. Konsep dasar Akreditasi Sekolah


Dalam pembahasan akreditasi ada beberapa hal yang perlu dipahami yang
berkaitan dengan akreditasi, yaitu sebagai berikut:
1. Tujuan Akreditasi Sekolah
Tujuan akreditasi sekolah adalah untuk memperoleh gambaran
keadaan dan kinerja sekolah dan untuk menentukan tingkat kelayakan suatu
sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan, sebagai dasar yang dapat
digunakan sebagai alat pembinaan dan pengembangan dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
2. Fungsi Akreditasi Sekolah
Akreditasi sekolah memiliki beberapa fungsi, antara lain:
a. Perlindungan Masyarakat (Quality Asurance)
Dengan adanya akreditasi masyarakat memperoleh jaminan tentang
kualitas pendidikan sekolah yang akan dipilihnya sehingga terhindar dari
adanya praktik yang tidak bertanggung jawab
b. Pengendalian Mutu (Quality Control)
Setelah diadakan akreditasi sekolah mengetahui akan kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya sehingga dapat menyusun perencanaan
pengembangan secara berkesinambungan
c. Pengembangan Mutu (Quality Improvement)
Dengan akreditasi sekolah merasa terdorong dan tertantang untuk selalu
mengembangkan dan mempertahankan kualitas serta berupaya
menyempurnakan dari berbagai kekurangan11
3. Manfaat Akreditasi Sekolah

11
https://www.academia.edu/6806857/Makalah_Akreditasi_Madrasah. Diakses pada tanggal 09 Mei
2022

9
Pelaksanaan akreditasi sekolah memiliki beberapa manfaat sebagai berikut:
a. Dapat dijadikan sebagai acuan dalam upaya peningkatan mutu sekolah
dan rencana pengembangan sekolah
b. Dapat dijadikan sebagai motivator agar sekolah terus meningkatkan mutu
pendidikan secara bertahap, terencana, dan kompetitif baik di tingkat
kabupaten/ kota, provinsi, nasional bahkan regional dan internasional
c. Dapat dijadikan umpan balik dalam usaha pemberdayaan dan
pengembangan kinerja warga sekolah dalam rangka menerapkan visi,
misi, tujuan, sasaran, strategi dan program sekolah
d. Membantu mengidentifikasi sekolah dan program dalam rangka
pemberian bantuan pemerintah, investasi dana swasta dan donatur atau
bentuk bantuan lainnya
e. Meningkatkan dukungan dari pemerintah, masyarakat, maupun sektor
swasta dalam hal profesionalisme, moral, tenaga dan dana
f. Membantu sekolah dalam menentukan dan mempermudah kepindahan
peserta didik dari satu sekolah ke sekolah lain12
4. Prinsip Akreditasi Sekolah
Adapun yang menjadi prinsip-prinsip akreditasi adalah:
a. Objektif. Informasi objektif tentang kelayakan dan kinerja sekolah
b. Efektif. Hasil akreditasi memberikan informasi yang dapat dijadikan
dasar dalam pengambilan keputusan
c. Komprehensif. Meliputi berbagai aspek dan menyeluruh
d. Mandiri. Sekolah dapat berupaya meningkatkan mutu dengan bercermin
pada evaluasi diri
e. Akreditasi dilakukan untuk setiap sekolah sesuai dengan kesiapan sekolah

12
https://pakhabibi.wordpress.com/2012/12/29/makalah-dampak-akreditasi-sekolah/. Diakses pada
tanggal 09 Mei 2022

10
5. Komponen Penilaian Akreditasi
Komponen akreditasi mencakup 8 komponen dalam Standar Nasional
Pendidikan, yaitu:
a. Standar isi (Permen 22/ 2006)
Standar isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk
mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu. Standar isi memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum,
beban belaja, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender
pendidikan atau akademik.
Standar isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk
mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu. Standar isi memuat kerangka dasar struktur kurikulum, beban
belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender akademik.
Kurikulum pendidikan dapat digolongkan dalam dua bagian, yaitu isi
(content) dan proses13.
b. Standar proses (Permen 41/ 2007)
Proses pembelajaran satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreatif, dan kemandirian sesuai bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis siswa.
Proses pendidikan merupakan kunci berlangsungnya proses belajar, di
mana program pendidikan di implementasikan. “Inti dari persekolahan
adalah peningkatan akademik serta proses yang secara instrumental
terkait di dalamnya14
c. Standar Kompetensi Lulusan (Permen 23/ 2006)

13
Tuckman B.W., Evaluating Instructio nal Programs, 2Allyn, Newton, 1995, h. 228
14
DepdiknasPedoman Umum PenyusunanSilabus Berbasis Kompetensi, (Jakarta 2004), h 45

11
Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian
dalam penentuan kelulusan siswa dari satuan pendidikan 15. Standar
kompetensi lulusan meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran
atau kelompok mata pelajaran dan mata kuliah atau kelompok kuliah.
Mutu pendidikan turut ditentukan dan diukur melalui kualitas lulusan
yang dihasilkan oleh institusi pendidikan tertentu, dan kualitas lembaga
pendidikan sebaliknya dinilai pula dari kualitas lulusan yang
dihasilkannya. Dari waktu ke waktu kompetensi lulusan menjadi
persoalan, dan variabel pendidikan yang terkena imbas adalah sistem
evaluasi institusi pendidikan.
d. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Permen 13/ 2007 tentang
Kepala Sekolah, Permen 16/ 2007 tentang Guru, Permen 24/ 2008
tentang Tenaga Administrasi)
Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai
agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik
yang dimaksud adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi
oleh seseorang pendidik.
Guru adalah tenaga pendidik, merupakan satu keahlian profesional yang
berkompetensi dalam bidang pendidikan. Dalam proses globalisasi di
mana perubahan terjadi sangat pesat banyak guru di kota-kota besar
yang memiliki kompetensi mengajar dan menjalankan tugas secara
profesional16

e. Standar Sarana dan Prasarana (Permen 24/ 2007)

15
Eka Prihatin, OP Cit, h. 50
16
DepdiknasPedoman Umum PenyusunanSilabus Berbasis, Op Cit h. 56

12
Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana dan prasarana yang
meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan
sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan17. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana
yaing meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan, ruang perpustakaan,
ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang laboratorium, ruang kantin,
tempat olahraga, tempat beribadah maupun tempat lainnya yang
dibutuhkan dalam lingkup sekolah tersebut.
f. Standar Pengelolaan (Permen 19/ 2007)
Pengelolaan standar pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan
dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan
akuntabilitas18.
Mutu pendidikan dalam SNP menata jenjang pengelolaan pendidikan
dalam: standar pengelolaan tingkat satuan pendidikan, standar
pengelolaan oleh pemerintah daerah, standar pengelolaan oleh
pemerintah (pusat).
g. Standar Pembiayaan (PP. 48/ 2008)
Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi dan
biaya personal. Biaya investasi satuan pendidikan meliputi biaya
penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia,
dan modal kerja tetap. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang
harus dikeluarkan oleh siswa. Biaya operasi satuan pendidikan meliputi:
1) Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang
melekat pada gaji.

17
Eka Prihatin, Op Cit.h. 42-44.
18
Eka Prihatin, Op Cit h. 50

13
2) Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan3) Biaya operasi
pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa, telekomunikasi,
pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi,
komunikasi, pajak, asuransi, dan lain19.
h. Standar Penilaian Pendidikan (Permen 20/ 2007)
Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
terdiri atas:
1) Penilaian hasil belajar oleh pendidik
2) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan
3) Penilaian hasil belajar oleh pemerintah.20
Penilaian pendidikan meliputi penilaian hasil belajar oleh pendidik, oleh
satuan pendidikan, oleh pemerintah, dan kelulusan. Evaluasi merupakan
satu upaya meningkatkan kualitas.

C. Dampak Akreditasi dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

Pada dekade ini, terdapat tiga konsepsi mutu yang paling populer yang telah
dikembangkan oleh tiga pakar mutu tingkat internasional, yaitu W. Edwards
Deming, Philip B. Crosby, dan Joseph M. Juran. W. Edwards Deming
mendefinisikan mutu adalah apapun yang menjadi kebutuhan dan keinginan
pelanggan. Philip B. Crosby mendefinisikan mutu adalah sebagai kesesuaian
terhadap persyaratan. Sedangkan Joseph M. Juran mendefinisikan mutu adalah
kesesuaian terhadap spesifikasi.
Meskipun ketiga pakar di atas berbeda dalam mempersepsikan mutu, tetapi
ketiga persepsi mutu ini kemudian menjadi dasar pemikiran dalam sistem
manajemen mutu yang merupakan isu sentral dalam aktivitas bisnis saat ini. Oleh
karena itu, banyak perusahaan secara progresif mencari sistem manajemen, tidak

19
Eka Prihatin, Op Cit h. 67
20
Eka Prihatin, Op Cit h. 44-50

14
terkecuali manajemen pendidikan yang dianggap paling efektif untuk menyiasati
mutu dalam era globalisasi.
Dampak akreditasi sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan
menunjukkan hal yang signifikan. Dengan adanya akreditasi, sekolah
mengharuskan stake holder yang ada dalam suatu sekolah menyiapkan segala
bentuk perangkat yang akan dinilai untuk memenuhi kriteria seperti yang
diharapkan. Adapun dampak yang lain dapat berupa dampak yang bersifat positif
dan dampak yang berakibat negatif. Dampak positif dari akreditasi sekolah antara
lain:
1. Tumbuhnya kesadaran diri warga sekolah untuk meningkatkan kinerja sesuai
dengan tupoksinya masing-masing baik sebagai kepala sekolah, guru, staf
TU, siswa dan komite sekolah
2. Tumbuhnya kesadaran diri warga sekolah untuk memberikan dan
meningkatkan pelayanan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam
proses akreditasi
3. Mengetahui kekurangan yang dimiliki oleh sekolah sebagai bahan perbaikan
dan pembinaan sekolah ke depan
4. Tumbuhnya kesadaran meningkatkan mutu pendidikan melalui pencapaian
standar yang telah ditetapkan
5. Tumbuhnya kebanggan dari segenap warga sekolah dan mempertahankan
hasil akreditasi apabila telah memperoleh yang terbaik misalnya A

Adapun dampak negatif dari akreditasi sekolah antara lain:

15
1. Peningkatan kinerja dari komponen sekolah hanya sebatas ketika akan
dilakukan akreditasi sementara setelah selesai akan kembali seperti semula
2. Adanya berbagai macam rekayasa data hanya sekedar untuk memenuhi
penilaian sementara pada proses yang sebenarnya tidak dilakukan seperti
dalam pembuatan bukti-bukti fisik
3. Status akreditasi kurang membawa pengaruh bagi pembinaan sekolah karena
hanya sekedar memberi status dan label.
Hasil akreditasi suatu lembaga pendidikan mempunyai beberapa manfaat di
antaranya adalah sebagai berikut:(a)Sebagai acuan dalam upaya meningkatkan
mutu pendidikan dan rencana pengembangan sekolah, (b)Bahan masukan untuk
pemberdayaan dan pengembangan kinerja warga sekolah, (c)Pendorong motivasi
peningkatan kualitas sekolah secara gradual. (d)Selain sebagai sekolah yang
berkualitas, sekolah yang terakreditasi ini juga mendapatkan dukungan dari
pemerintah, masyarakat maupun sektor swasta dalam hal moral, dana, tenaga dan
profesionalisme.

16
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Tiga program yang terintegrasi menurut Peraturan Pemerintah tersebut adalah


pertama evaluasi pendidikan. Dalam pasal 57 Undang-undang RI No.20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu: evaluasi, sertifikasi, dan
akreditasi. Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan
secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan. Sertifikasi, hal ini berbentuk ijazah dan
sertifikasi kompetensi. Ijazah diberikan kepada peserta didik sebagai pengakuan
terhadap prestasi belajar dalam jenjang pendidikan setelah lulus ujian yang
diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi. Akreditasi yang
dinyatakan bahwa akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program
satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan non formal pada setiap
jenjang dan jenis pendidikan
2. Beberapa hal yang perlu dipahami yang berkaitan dengan akreditasi, yaitu :
tujuan dan fungsi akreditasi, manfaat akreditasi, prinsip akreditasi dan
komponen-komponen penilaian akreditasi.
3. Dampak akreditasi sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan menunjukkan
hal yang signifikan. Dengan adanya akreditasi, sekolah mengharuskan stake
holder yang ada dalam suatu sekolah menyiapkan segala bentuk perangkat yang
akan dinilai untuk memenuhi kriteria seperti yang diharapkan. Hal ini
menimbulkan beberapa dampak positif dan dampak negatif dari akreditasi yang
sudah dilakukan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Asmani, Jamal, Ma’mur Tips Praktis Membangun dan Mengolah Administrasi


Sekolah, (Jogjakarta: Diva press, 2011), cet.1

Analisis Sistem Akreditasi Sekolah/Madrasah–Kementerian Pendidikan Nasional RI

Departemen Agama, Standar Nasional Pendidikan, (Surabaya: Kantor Wilayah


Provinsi Jawa Timur, 2005), h.1

Departemen Agama RI, Pedoman Akreditasi Madrasah (Jakarta: Direktorat Jenderal


Kelembagaan Agama Islam, 2005)

DepdiknasPedoman Umum PenyusunanSilabus Berbasis Kompetensi, (Jakarta 2004)

DepdiknasPedoman Umum PenyusunanSilabus Berbasis, Op Cit h. 56

Makbuloh, Deden. Pendidikan Islam dan Sistem Penjamin Mutu, Jakarta:Rajawali


Pers 2016

PENAMAS, Problematika Pencapaian Akreditasi pada Madrasah Aliyah di Provinsi


Kepulauan Riau, Jurnal Penelitian Keagamaan dan Kemasyarakatan, Nomor 1,
Volume 28, 2015

Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang


StandarNasional Pendidikan

Prihatin, Eka. 2011. Teori Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Nomor 087/U/2002


Tentang Akreditasi Sekolah Pasal 16 dan Pasal 17

W. B. Tuckman., Evaluating Instructio nal Programs, 2Allyn, Newton, 2017

https://www.academia.edu/6806857/Makalah_Akreditasi_Madrasah. Diakses pada


tanggal 09 Mei 2022

18
https://pakhabibi.wordpress.com/2012/12/29/makalah-dampak-akreditasi-sekolah/.
Diakses pada tanggal 09 Mei 2022

19

Anda mungkin juga menyukai