Anda di halaman 1dari 15

PENGUKURAN MUTU LAYANAN SATUAN PENDIDIKAN ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Mutu Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Prof. DR. H. Mulyadi, M.Pd.I

Disusun Oleh:
Firda Nisa 200106210035

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM PASCASARJANA


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji Syukur senantiasa kami haturkan kehadirat Allah SWT, karena hanya

dengan rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah yang berjudul”

Pengukuran layanan mutu satuan pendidikan Islam”. Shalawat serta salam tidak lupa kami

haturkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad Rasulullah SAW, sebagai pembawa rahmat

dan kasih sayang kepada kita semua. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

Manajemen Mutu Pendidikan Islam dalam Program Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim

dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Prof. DR. H. Mulyadi, M.Pd.I selaku dosen

pengajar mata kuliah yang telah membimbing kami dengan tulus. Kami menyadari bahwa dalam

penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran

yang membangun sangat kami harapkan semoga tulisan ini bermanfaat dan barokah. Amin ya

robbal alamin.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. i


DAFTAR ISI................................................................................................................................................ ii
BAB I ............................................................................................................................................................ 2
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 2
A. Latar Belakang ................................................................................................................................ 2
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................................... 3
C. Tujuan Masalah .............................................................................................................................. 3
BAB II .......................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 4
1. Pengertian Pengukuran Layanan Mutu Pendidikan Islam ........................................................ 4
2. Konsep Layanan Mutu Pendidikan Islam .................................................................................... 6
BAB III....................................................................................................................................................... 12
PENUTUP.................................................................................................................................................. 12
A. Kesimpulan .................................................................................................................................... 12
DAFTAR RUJUKAN ............................................................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Demikian juga halnya bagi peradaban sebuah bangsa. Maju tidaknya suatu
bangsa sangat tergantung pada pendidikan bangsa tersebut. Pendidikan suatu bangsa yang
maju dapat menghasilkan manusia yang berkualitas, baik dari aspek intelektualitas maupun
perilaku. Sebaliknya jika pendidikan suatu bangsa mengalami stagnasi maka bangsa itu
akan terbelakang di segala bidang. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa sumber daya
manusia memiliki peran penting dalam membangun bangsa di berbagai sektor kehidupan.
Kualitas sumber daya manusia yang baik selanjutnya juga akan mempengaruhi
mutu pendidikan. Karena itu, pembentukan lembaga pendidikan yang bermutu bukan
hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi tanggungjawab semua civitas akademika
yang terlibat di dalam kegiatan pendidikan. Arcaro menyebutkan bahwa terdapat lima
karakteristik sekolah yang bermutu, yaitu: (1) fokus pada pelanggan, (2) keterlibatan total,
(3) pengukuran yang tepat, (4) komitmen, dan (5) perbaikan.1
Unsur dasar yang mempengarui suatu mutu yaitu (1) manusia, (2) metode, (3) alat,
(4) bahan, (5) ukuran, (6) evaluasi berkelanjutan. Badan Nasional Serifikasi Profesi
(BNSP) juga memaparkan bahwa penerapan standar mutu meliputi delapan Standar
Nasional Pendidikan (SNP) yaitu (1) standar isi, (2) standar proses, (3) standar kompetensi
lulusan, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana,
(6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian pendidikan.
Delapan standar tersebut sebagai penentu mutu pendidikan suatu lembaga pendidikan.

Bagi sebagian besar pendidik, istilah pengukuran, pelayanan, evaluasi adalah istilah
yang sering digunakan dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Lebih khusus bagi
guru Pendidikan Islam dalam pelaksanaan pengukuran, layanan dan evaluasi terhadap
program, sebagai upaya dalam proses peningkatan mutu pelayanan. Bahkan lembaga
swasta pun tidak mau ketinggalan dalam rangka memberikan pelayanan yang berkualitas

1 Muhaimin, dkk. 2009. Manajemen Pendidikan (Aplikasi dalam Penyusunan Rencana Pengembangan
Sekolah/Madrasah. Jakarta : Kencana

2
terhadap pelanggan. Adapun prosesnya melalui manajemen strategi yang berorientasi pada
mutu pendidikan dan difokuskan untuk memenuhi customer (users education).
Berangkat dari persoalan itu maka lembaga pendidikan yang bergerak dibidang
pelayanan perlu melakukan pengukuran, layanan dan evaluasi tingkat kepuasan pelanggan
berdasarkan model kualitas pelayanan dalam kepuasan pelanggan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan pengukuran layanan mutu pendidikan Islam?
2. Bagaimanakah konsep dari pengukuran layanan mutu pendidikan Islam?
C. Tujuan Masalah
1. Agar mengetahui secara detail mengenai pengukuran layanan mutu pendidikan Islam.
2. Untuk menganalisis konsep-konsep yang ada dalam pengukuran layanan mutu
pendidikan Islam.

3
BAB II

PEMBAHASAN
1. Pengertian Pengukuran Layanan Mutu Pendidikan Islam
Definisi mengukur berasal dari ragam kata yang bervariasi yang mana memiliki
artian bahwa Mengukur adalah membandingkan besaran dengan besaran sejenis sebagai
satuan; menghasilkan ukuran yang terdiri atas nilai dan satuan. Mengukur membutuhkan
alat ukur. Alat ukur harus sesuai dengan besaran yang akan diukur. Diperlukan satuan yang
yang disepakati bersama untuk semua orang. Satuan yang disepakati ini disebut satuan
baku.Dalam dunia pendidika , yang dimaksud pengukuran adalah proses pengumpulan data
melalui pengamatan empiris.
Ukuran mutu pendidikan di sekolah mengacu pada derajat keunggulan setiap
komponennya, bersifat relatif, dan selalu ada dalam perbandingan. Ukuran sekolah yang
baik bukan semata-mata dilihat dari kesempurnaan komponennya dan kekuatan atau
kelebihan yang dimilikinya, melainkan diukur pula dari kemampuan sekolah tersebut
mengantisipasi perubahan, konflik, serta kekurangan atau kelemahan yang ada dalam
dirinya.
Adapun definisi pengukuran mutu adalah sebuah proses pembelajaran pendidikan
islam yang mana merupakan suatu prosedur penerapan angka atau simbol terhadap suatu
objek atau kegiatan maupun kejadian sesuai dengan aturan. Karena itu, pengukuran
merupakan suatu prosedur yang dapat digunakan dosen, guru maupun pendidik lainnya
dalam mengumpulkan informasi kuantitatif, dengan mengingat ketiga unsur di atas.
Pengukuran tidak semata-mata tergantung pada tes sebagai alat ukur tetapi juga dapat
digunakan cara lain asal hasilnya dapat dikuantifikasikan.
Selanjutnya dalam undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menghendaki sebuah sistem pendidikan yang mampu mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi,
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.2 Berlakunya Undang-Undang ini berdampak semakin banyaknya aktivitas yang
harus ditangani oleh lembaga pendidikan dalam rangka mewujudkan amanat Undang-

2 Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia

4
Undang itu sendiri. Oleh karena itu penyelenggara pendidikan dituntut untuk memahami
dan mempraktikkan ilmu manajemen layanan mutu pendidikan Islam.
Pelayanan mutu bertujuan untuk memenuhi kepuasan dan harapan pelanggan. Para
ahli menefinisikan kepuasan sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang timbul
karena membandingkan kinerja yang dipersepsikan produk (atau hasil) terhadap ekspektasi
mereka. Kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan merupakan respon pelanggan terhadap
evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual
produk yang dirasakan setelah pemakaiannya.
Kepuasan, harapan dan mutu merupakan hal yang saling berkaitan. Ishikawa dalam
Suharsaputra (2015:292) menyatakan bahwa “quality and customer satisfaction are the
same thing”.3 Ini berarti sebagus dan semahal apapun suatu produk dihasilkan atau
pelayanan diberikan menjadi sia-sia jika tidak membuat pelanggan puas. Oleh karena itu
kepuasan pelanggan menjadi perhatian penyelenggara pelayanan untuk menetapkan arah
kebijakan melalui upaya memperbaiki dan meningkatkan kinerja manajemen
penyelenggara. Kualitas layanan merupakan inti utama manajemen pelayanan. Para
penyedia layanan menjadikan mutu layanan sebagai indikator dalam penerapan
manajemennya, tanpa memandang apapun jenis barang dan jasa layanannya, siapapun
aktor penyedia layanan yang berperan, serta bagaimanapun metode dan model layanan
yang dipilih. Para ahli mendefinisikan mutu layanan sebagai suatu aktivitas yang
ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang bersifat kasat mata, tidak menghasilkan
kepemilikan apapun, berkaitan dengan produk, jasa, manusia, proses, lingkungan yang
diperlukan pelanggan, dalam rangka memenuhi atau bahkan melebihi kebutuhan dan
harapannya.
Keberdaan mutu suatu lembaga pendidikan adalah paduan sifat-sifat layanan yang
diberikan yang menyamai atau melebihi harapan serta kepuasan pelanggannya, baik yang
tersurat maupun yang tersirat. Jika tujuan mutu adalah memenuhi kebutuhan-kebutuhan
pelanggan, maka hal yang harus diperjelas adalah kebutuhan dan keinginan
pelanggan. Untuk mengupayakan agar layanan yang diberikan itu memberikan kepuasan
kepada pelanggannya maka berbagai jenis pelayanan dan pelangganya masing-masing
harus dipilah-pilah. Sebagai mana dijelaskan diatas pelanggan lembaga pendidikan

3 Suharsaputra, Uhar. 2015. Manajemen Pendidikan Perguruan Tinggi. Bandung : Refika Aditama

5
dikatagorikan dalam dua macam, yaitu pelanggan internal dan pelanggan eksternal. Ini
berarti lembaga harus memberikan pelayanan kepada pihak-pihak yang ada didalam sistem
penyelenggaraan pendidikan itu ( pelanggan internal), yaitu guru dan karyawan; dan pihak-
pihak yang bukan menjadi bagian dari sisitem penyeleggaraan pendidikan ( pelanggan
eksternal), yaitu sisiwa, orangtua, pemeritah, penyandang dana, pemakai lulusan. Jadi,
lembaga pendidikan bermutu adalah lembaga yang mampu memberikan layanan yang
sesuai atau melebihi harapan guru, karyawan, sisiwa, penyandang dana (orangtua,
pemeritah), dan pemakai lulusan.
Peningkatan mutu layanan pendidikan bukan sesuatu yang mudah, terkadang
penyelenggaraannya sering menghadapi permasalahan. Rasa tidak puas dari para
pelanggan baik eksternal maupun internal sering muncul. Ketidakpuasan pelanggan ini
menunjukkan bahwa penyelenggaraan layanan belum memenuhi ekspektasi dan harapan
pelanggan.Untuk itu dibutuhkan sebuah konsep dan pelaksaan pengukuran layanan mutu
yang tepat agar selalu bisa memberikan kepuasan terhadap pelanggan pendidikan.
2. Konsep Layanan Mutu Pendidikan Islam
Dalam konsep Deming, pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang dapat
menghasilkan keluaran, baik pelayanan dan lulusan yang sesuai kebutuhan atau harapan
pelanggan (pasar) nya.4 Sedangkan Fiegenbaum mengartikan mutu adalah kepuasan
pelanggan sepenuhnya (full customer satisfaction).5 Dalam pengertian ini, maka yang
dikatakan sekolah bermutu adalah sekolah yang dapat memuaskan pelanggannya, baik
pelanggan internal maupun eksternal.
Mutu suatu produk adalah tergantung dari tingkat kepuasan pelanggan di dalam
menggunakan produk tersebut. Bila dihubungkan dengan lembaga pendidikan Islam, maka
bermutu atau tidaknya lembaga pendidikan tersebut, tergantung kepada puas atau tidaknya
masyarakat yang menjadi konsumen lembaga pendidikan itu. Namun sebelum membahas
tentang teori-teori konsep kepuasan pelanggan, maka akan didefinisikan dahulu mengenai
apa sebenarnya yang disebut dengan pelanggan. Gasperz memberikan beberapa definisi
tentang pelanggan, yaitu:

4 W. Edward Deming, Out of Crisis, (Cambridge : Massachussets Institute of Technologi, 1986), p. 176.
5 Armand V Fiegenbaum, Total Quality Control, (3rd Edition, 1991), p. 7

6
a. Pelanggan adalah orang yang tidak tergantung kepada kita, tetapi kita yang
tergantung padanya.
b. Pelanggan adalah orang yang membawa kita kepada keinginannya.
c. Tidak ada seorang pun yang pernah menang beradu argumentasi dengan pelanggan.
d. Pelanggan adalah orang yang teramat penting yang tidak dapat dihapuskan.6
Dari beberapa definisi di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa kepuasan
pelanggan adalah suatu kondisi dimana kondisi terakhir yang diterima oleh pelanggan
dari produk yang ia dapat, sesuai dengan yang ia harapkan dari produk tersebut. Apabila
dikaitkan dengan lembaga pendidikan, maka dapat apa yang didapatkan oleh
masyarakat pengguna lembaga pendidikan kita, sesuai dengan apa yang ia harapkan dari
lembaga pendidikan tersebut.
Kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil
yang dirasakan. Pelanggan adalah orang yang menerima hasil pekerjaan atau produk
seseorang (dalam hal ini adalah output lembaga pendidikan), maka pelangganlah yang
menentukan kualitas suatu produk atau output. Beberapa unsur penting dalam kualitas
yang ditetapkan pelanggan, yaitu:
1) Pelanggan harus merupakan prioritas utama organisasi.
2) Pelanggan yang dapat diandalkan merupakan pelanggan yang paling penting, yaitu
pelanggan yang membeli berkali-kali.
3) Kepuasan pelanggan dijamin dengan menghasilkan produk berkualitas tinggi dengan
perbaikan terus-menerus.
Untuk mewujudkan pendidikan yang dapat memuaskan pelanggan eksternal seperti
tersebut di atas, maka kepala sekolah terlebih dahulu harus memuaskan pelanggan
internalnya, yaitu para guru, pustakawan, laboran, tenaga administrasi, tenaga keamanan
dan tenaga kebersihan. Para personil yang merupakan pelanggan internal inilah merupakan
pihak penentu dalam mewujudkan sekolah yang bermutu. Guru adalah pelaksana kegiatan
inti (core business) sekolah yaitu proses pembelajaran yanag akan menentukan kualitas
lulusannya. Pustakawan adalah SDM atau personil yang memberikan layanan sumber
pembelajaran tekstual untuk mendukung kegiatan akademik atau pembelajaran. Laporan
adalah personil atau SDM yang mendukung kegiatan akademik atau pembelajaran siswa

6 Vincent Gasperz, Manajemen Kualitas, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1997), p. 33

7
pada skala laboratorium sebagai kelanjutan atau membuktikan berbagai teori yang telah
dipelajari melalui pembelajaran literatur. Tenaga administrasi adalah kegiatan pendukung,
agar kegiatan akademik atau pembelajaran di sekolah, baik administrasi akademik maupun
administrasi non akademik dapat berjalan dengan baik. Tenaga kebersihan sebagai personil
atau SDM sekolah yang mendukung agar suasana sekolah tetap asri dan proses
pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Dan tenaga keamanan bertanggungjawab
untuk menciptakan suasana sekolah agar tetap aman dan terkendali.
Pengukuran Layanan Mutu Pendidikan Islam
Kepala sekolah atau pimpinan pendidikan lainnnya dalam melaksanakan
pengendalian mutu dapat melakukan beberapa cara, salah satu cara yang banyak digunakan
dalam pelaksanaan pengendalian mutu adalah model Certo yang meliputi 1) pre control-
Feedfowerd, yang control yang dilakukan sebelum pekerjaan dimulai, misalnya untuk
mewujudkan pendidikan yang bermutu hanya memilih guru-guru yang memiliki
kompetensi yang baik. 2) Concurrent Contrtol, yaitu pengendalaian dilakukan sejalan
dengan pelaksanaan pekerjaaan, dan 3) Feedback Control, yaitu mengadakan penilaian
atau pengukuran, dan perbaikan setelah kegiatan dilakukan.7
Khusus untuk pengukuran kinerja baik dalam lembaga sekolah maupun di
pemerintahan sebagai bentuk nyata untuk meningkatkan kualitas mutu pelayanan
pendidikan agama islam, meliputi penetapan indikator kinerja dan penentuan hasil capai
indikator. Indikator yang dimaksudkan yakni : a) efektifitas b) efesien c) ketepatan waktu,
d) akuntabilitas, e) intergritas pelaksanaan program yang dirumuskan dalam perencanaan
staregis. Kemudian agar terarah dengan baik maka ada tiga alat yang untuk mengukur mutu
layanan pendidikan yaitu, akreditasi, sertifikasi dan penjamin mutu pendidikan :
a. Akreditasi
Pengertian akriditasi berdasarkan UU RI No. 20/2003 Pasal 60 ayat 1 dan 3 adalah
yang dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan pada jalur
pendidikan formal dan non formal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan berdasarkan
kriteria yang bersifat terbuka. Kriteria tersebut dapat terbentuk standar seperti yang
termaktup dalam pasal 35 ayat 1 yang menyatakan bahwa standar nasional pendidikan

7 Sofyan Safry (2001) Sistem Pengawasan Manajemen, Penerbit Quantum Jakarta. Umaedi (1999) Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Ditjen Dikdasmen Depdiknas.

8
terdiri atas; standar isi, standar proses, standar kompetensi kelulusan, standar tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan,
dan standar penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.
b. Sertifikasi
Dalam kaitan ini, sertifikat pendidikan adalah suatu pernyataan yang menunjukkan
sesorang benar-benar memiliki kualifikasi seorang pendidik, atau dalam pengertian
penulis kualifikasi guru profesional. Dikaitkan dengan ketentuan pasal 8 UU No. 14
Tahun 2005 tentang karakteristik seorang guru profesional, dinyatakan: “Guru wajid
memiliki kualifikasi akademik, kopetensi, sertifikat pendidikan, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional” Jadi
akreditasi diarahkan untuk mengukur mutu suatu lembaga, maka sertifikasi merupakan
upaya mengukur atau menilai kualitas pendidikan.
c. Penjamin Mutu Pendidikan
Sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah bertujuan menjamin
pemenuhan standar pada satuan pendidikan dasar dan menengah secara sistemik,
holistik, dan berkelanjutan, sehingga tumbuh dan berkembang budaya mutu pada satuan
pendidikan secara mandiri. Serta penjaminan mutu pendidikan berfungsi sebagai
pengendali penyelenggaraan pendidikan oleh satuan pendidikan untuk mewujudkan
pendidikan yang bermutu.
Dalam melaksanakan sitem penjamin mutu tidak ada pola baku yang harus di ikuti.
Tetapi bukan berarti upaya peningkatan mutu menjadi tidak memiliki bentuknya. Hal
inilah yang menjadi perhatian utama bagi setiap pimpinan institusi pendidikan dalam
peningkatan kualitas menejemen dan lulusannya. Salah satu untuk itu adalah dengan
mengembangkan penjamin mutu di institusi pendidikan itu sendiri. Sistem manajemen
mutu adalah suatu kerangka kerja yang dapat diandalkan untuk implementasi program
mutu, mengukur atau mengaudit kinerja organisasi dan untuk perbaikan mutu tanpa
akhir.

Selain itu terdapat tujuan dari adanya pengukuran layanan mutu pendidikan Islam yaitu
sebagai berikut:
1) Untuk menyaring dan mengidentifikasi anak
2) Untuk membuat keputusan tentang penempatan anak
3) Untuk merancang individualisasi pendidikan
9
4) memonitor kemajuan anak secara individu
5) Untuk mengevaluasi keefektifan program
Kemudian dalam proses pengukuran layanan mutu juga membutuhkan sebuah metode
agar bisa terwujud dengan baik dan sesuai dengan tujuan, dalam hal ini terdapat sebuah
metode yaitu metode metode Servqual Menurut Tjiptono dan Chandra (2016)
mengemukakan Model Servqual didasarkan pada asumsi bahwa konsumen
membandingkan kinerja jasa pada atribut-atribut relevan dengan standar ideal/sempurna
untuk masingmasing atribut jasa.8 Bila kinerja sesuai dengan atau melebihi standar, maka
persepsi atas kualitas jasa keseluruhan akan positif dan sebaliknya. Dengan kata lain,
model ini menganalisis gap antara dua variabel pokok, yakni jasa yang diharapkan
(expected service) dan jasa yang dipersepsikan (perceived service).
Berikut contoh tabel metode Servqual:

Dimensi Atribut
Reliabilitas 1. Menyediakan jasa sesuai yang dijanjikan
2. Dapat diandalkan dalam menangani masalah jasa
pelanggan
3. Menyampaikan jasa secara benar semenjak pertama
kali 4. Menyampaikan jasa sesuai dengan waktu yang
dijanjikan
5. Menyimpan catatan/dokumen tanpa kesalahan
Daya Tanggap 6. Menginformasikan pelanggan kepastian waktu
penyampaian jasa
7. Layanan yang segera/cepat bagi pelanggan
8. Ketersediaan untuk membantu pelanggan
9. Kesiapan untuk merespon permintaan pelanggan
Jaminan 10. Karyawan yang menumbuhkan rasa percaya para
pelanggan
11. Membuat pelanggan merasa aman sewaktu
melakukan transaksi
12. Karyawan yang secara konsiten bersikap sopan
13. Karyawan yang mampu menjawab pertanyaan
pelanggan
Empati 14. Memberikan perhatian individual kepada para
pelanggan 15. Karyawan memperlakukan pelanggan
secara penuh perhatian
16. Sungguh-sungguh mengutamakan kepentingan
pelanggan
17. Karyawan yang memahami kebutuhan pelanggan

8 Tjiptono, F., & Chandra, G. (2016) Service, Quality danSatisfaction : Edisi 4. Andi, Yogyakarta

10
18. Waktu beroperasi (jam kantor) yang nyaman
Bukti Fisik 19. Peralatan modem
20. Fasilitas yang berdaya tarik visual
21. Karyawan yang berpenampilan rapi dan profesional
22. Materi-materi berkaitan jasa yang berdaya tarik visual
Pengukuran kualitas jasa dalam model Servqual didasarkan pada skala multi-item
yang dirancang untuk mengukur harapan dan persepsi pelanggan, serta gap di antara
keduanya pada lima dimensi utama kualitas jasa (reliabilitas, daya tanggap, jaminan,
empati dan bukti fiksi). Kelima dimensi utama tersebut dijabarkan ke dalam masing-
masing 22 atribut rinci untuk variabel harapan dan variabel persepsi, yang disusun dalam
pernyataan-pernyataan berdasarkan skala Likert, dari 1 (Sangat Tidak Setuju) sampai 7
(Sangat Setuju). Evaluasi kualitas jasa menggunakan model Servqual mencakup
perhitungan perbedaan nilai yang diberikan para pelanggan untuk setiap pasang pernyataan
berkaitan dengan harapan dan persepsi. Jadi untuk membantu kegiatan pengukuran,
terdapat prosedur diantaranya:
a)Identifikasimerupakan langkah pertama dalam melakukan pengukuran, mengidenti
fikasi masalah yang ada dari individu yang akan diukur.
b) Memilih dan mengimplementasikan metode pengukuran dalam hal ini adalah lan
gkah memilih dan mengimplementasikan metode pengumpulan data
(contoh, interview, tes, observasi).
c) Mengevaluasi informasi pengukuran dalam hal ini, kegiatan skoring, interpretasi
, dan integrasi informasi dari keseluruhan metode pengukuran dan sumber-
sumber untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.
d) Laporan hasil pengukuran dan pembuatan rekomendasi langkah terakhir dari pro
ses pengukuran adalah melaporkan hasil dan pembuatan rekomendasi. Langkah ini
meliputi, (a) gambaran individu yang dinilai dan situasinya, (b) pelaporan hipotes
is secara umum mengenai individu, (c) dukungan hipotesis dengan informasi
pengukuran. 9

9 Modul Peningkatan Kompetensi Guru, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia. (Penjamin Mutu
Pendidikan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan : 2013). h. 10. Lihat On Line dan di akses tanggal, 5
Desember 2013.

11
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Ukuran mutu pendidikan di sekolah mengacu pada derajat keunggulan setiap
komponennya, bersifat relatif, dan selalu ada dalam perbandingan. Ukuran sekolah yang
baik bukan semata-mata dilihat dari kesempurnaan komponennya dan kekuatan/kelebihan
yang dimilikinya, melainkan diukur pula dari kemampuan sekolah tersebut mengantisipasi
perubahan, konflik, serta kekurangan atau kelemahan yang ada dalam dirinya.
Lalu untuk mutu suatu produk adalah tergantung dari tingkat kepuasan pelanggan
di dalam menggunakan produk tersebut. Bila dihubungkan dengan lembaga pendidikan
Islam, maka bermutu atau tidaknya lembaga pendidikan tersebut, tergantung kepada puas
atau tidaknya masyarakat yang menjadi konsumen lembaga pendidikan itu.
Dalam pendidikan islam kegiatan pengukuran sangat sering dilakukan oleh pihak-
pihak terkait. Dari pengertian yang telah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud pengukuran dalam pendidikan islam adalah kegiatan mengumpulkan data
dan dokumen yang diperlukan yang berkenaan dengan pengukuran pelayanan pendidikan
islam kepada sasaran-sasaran tertentu dimana data dan dokumen tersebut berbentuk
kuantitatif atau angka.

12
DAFTAR RUJUKAN

Muhaimin, dkk. 2009. Manajemen Pendidikan (Aplikasi dalam Penyusunan Rencana


Pengembangan Sekolah/Madrasah. Jakarta : Kencana
Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Suharsaputra, Uhar. 2015. Manajemen Pendidikan Perguruan Tinggi. Bandung : Refika Aditama
W. Edward Deming, Out of Crisis, (Cambridge : Massachussets Institute of Technologi, 1986), p.
176.
Armand V Fiegenbaum, Total Quality Control, (3rd Edition, 1991), p. 7
Vincent Gasperz, Manajemen Kualitas, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1997), p. 33
Sofyan Safry (2001) Sistem Pengawasan Manajemen, Penerbit Quantum Jakarta. Umaedi (1999)
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Ditjen Dikdasmen Depdiknas.
Tjiptono, F., & Chandra, G. (2016) Service, Quality danSatisfaction : Edisi 4. Andi, Yogyakarta
Modul Peningkatan Kompetensi Guru, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia. (Penjamin
Mutu Pendidikan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan : 2013). h. 10. Lihat On Line
dan di akses tanggal, 5 Desember 2013.

13

Anda mungkin juga menyukai