Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

IMPLEMENTASI MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM


MANAJEMEN PENDIDIKAN

Dosen Pengampu :
Dr.Sri Nurabdiah Pratowi, M.Pd

Disusun Oleh
UMMIATI NASUTION

MAGISTER
MANAJEMEN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
T.A 2023

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berisikan
tentang “Implementasi Monitoring dan Evaluasi Program Manajemen
Pendidikan” tepat pada waktunya. Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat
untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca dan dapat digunakan sebagai
salah satu pedoman dalam proses pembelajaran. Saya menyadari bahwa makalah
ini masih banyak kekurangannya karena pengetahuan yang saya miliki cukup
terbatas. Oleh karena itu, saya berharap kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, saya ucapkan
terima kasih.

Medan, 08 Januari 2024

UMMIATI NASUTION

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................ ii
Daftar Isi ...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 9
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 10
A. Pelaksanaan Monitoring & Evaluasi ............................................................... 10
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah pilar suatu bangsa, tinggi rendahnya sumber daya manusia suatu
bangsa ditentukan oleh sejauh mana kualitas pendidikannya, tidak salah apabila ada suatu
bangsa. yang pendidikannya lebih baik dan berkembang maka bangsa itu menjadi bangsa
yang dikagumi dan menjadi kiblat bangsa-bangsa lain. Pendidikan ada umumnya
dilakukan dalam rangka mencerdaslan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan
dengan tujuan Pendidikan nasional yang termasuk dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang
system Pendidikan Nasional yang berbunyi: Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan merupakan suatu investasi pembangunan sumber daya manusia yang
sangat diperlukan dalam pembangunan sosial dan ekonomi suatu masyarakat dan suatu
bangsa. Pendidikan dewasa ini diselenggarakan semakin demokratis, semakin merata dan
terbuka bagi setiap orang melalui salah satu fungsi manajemen yaitu perencanaan dapat
dilakukan sebagai strategi untuk mengantisipasi kecenderungan-kecenderungan yang
mungkin akan berdampak terhadap sistem Pendidikan.
Pendidikan berfungsi megembangkan kemampuan, dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawabSebagai Lembaga
Pendidikan formal, sekolah yang lahir dan berkembang secara efektif dan efesien dari dan
oleh serta masyarakat, merupakan perangkat yang berkewajiban memberi pelayanan
kepada masyarakat dalam mendidik warga negara. Sekolah dikelola secara formal,
hierarkis dan kronologis yang berhaluan pada falsafah dan tujuan Pendidikan nasional.
Manajemen sekolah sangat berperan penting dalam ketercapaian mutu sekolah.
Manajemen sekolah merupakan penyelarasan sumber daya yang dilakukan secara

1
mandiri. Oleh sekolah dengan melibatkan semua kelompok yang terkait dengan sekolah
dalam pengambilan keputusan untuk mencapai visi, misi dan tujuan sekolah. Kepala
sekolah perlu memiliki kemampuan memahami dan mengatur sumber daya, mengambil
keputusan, berdemokrasi, berkomunikasi, restrukturisasi kebijakan, memperbaiki kondisi
yang tidak baik, dan memilih cara pelaksanaan.
Pencapaian mutu bukan hanya menjadi tanggungjawab kepala sekolah saja tetapi
tanggungjawab semua yang terlibat dalam organisasi sekolah seperti komite sekolah,
dinas Pendidikan, guru, tata usaha, peserta didik, orang tua dan masyarakat. Urgensi
perencanaan Pendidikan dilandasi oleh kesadaran bahwa manusia dan masyarakat dalam
kenyataannya senantiasa berubah, baik yang direncanakan maupun yang tidak
direncanakan baik yang dapat diterima maupun yang harus ditolak. Pendidikan juga
dituntut untuk cepat tanggap atas perubahan yang terjadi, melakukan upaya yang tepat
dan normatif yang sesuai dengan cita-cita masyarakat, dengan demikian Pendidikan tidak
konsisten terhadap perubahan, tetapi mampu mengendalikan arah perubahan dan
mengantisipasi melalui perencanaan yang tepat.
Dalam permasalahan Pendidikan saat ini, Pendidikan yang bermutu merupakan suatu
keharusan. Oleh karena itu peningkatan mutu harus dilakukan secara terus menerus.
Karena proses Pendidikan tidak boleh berhenti hanya karena menunggu penyempurnaan
system, sarana prasarana dan sumber daya manusia. Sekolah merupakan institusi
Pendidikan, yang selalu menajdi pusat perhatian dalam prose belajar mengajar,
pengelolaan sekolah harus dilakukan secara efektif, yaitu mampu menciptakan proses
belajar mengajar pada diri siswa. Karena sangat mempengaruhi hasil dari proses kegiatan
belajar mengajar disekolah.
Dalam rangka pengembangan mutu tersebut, khusunya Pendidikan dasar dan
menengah. Mulai tahun 2001 pemerintah mencoba menggunakan paradigma baru
manajemen Pendidikan baik secara makro maupun secara mikro. Paradigma baru
manajemen Pendidikan adalah desentralisai Pendidikan yang dilandasi oleh Undang-
Undang No 22 dan 25 tahun 1999 tentang pemerintah daerah yang melahirkan ekonomi
Pendidikan. Sedangkan manajemen mikro di bidang Pendidikan adalah dicobanya sebuah
model Pendidikan dari madrasah, oleh madrasah dan untuk madrasah. Model manajemen
tersebut biasa disebut dengan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah
(MPMBM).
Secara terminology istilah mutu memiliki pengertian yang cukup beragam,
mengandung banyak tafsir dan pertentangan. Hal ini disebabkan karena tidak ada ukuran

2
yang baku tentanf mutu itu sendiri. Sehingga sulit kiranya untuk mendapatkan sebuah
jawaban yang sama, apakah sesuatu itu bermutu atau tidak. Na,im demikian ada kriteria
umum yang telah disepakati bahwa sesuatu itu dikatakan bermutu, pasti Ketika bernilai
baik atau mengandung makna yang baik. Secara esensial istilah mutu menunjukkan
kepada sesuatu ukuran penilaian atau penghargaan yang diberikan atau dikenakan kepada
barang atau kinerjanya.
Mutu merupakan realisasi dari ajaran ihsan, yaitu berlaku baik terhadap sesama
makhluk karena Allah telah berbuat baik kepada manusia dengan berbagai nikmat-Nya,
dan dilarang berbuat kerusakan dalam bentuk apapun, sebagaimana dijelaskan dalam
Qur‟an surat AlQashash:
Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orangorang yang berbuat kerusakan.
Pendidikan yang berkualitas merupakan harapan dan tuntutan seluruh
stakeholder Pendidikan. Semua orang tentunya akan lebih suka menuntut ilmu
pada Lembaga yang memiliki mutu yang baik. Atas dasar ini maka
sekolah/Lembaga Pendidikan harus dapat memebrikan pelayanan dan mutu yang
baik agar tidak ditinggalkan dan mampu bersaing dengan Lembaga Pendidikan
lainnya.
Mutu Pendidikan dasar menengah merupakan tingkat kesesuaian antara
penyelenggara Pendidikan dasar dan menengah dengan Standar Nasional
Pendidikan disekolah. Mutu Pendidikan disekolah cenderung tidak ada
peningkatan tanpa diiringi dengan menengah ialah mekanisme yang sistematis,
terintegrasi, dan berkelanjutan untuk memastikan bahwa seluruh proses
penyelenggaraan Pendidikan telah sesuai dengan standar mutu dan aturan yang
ditetapkan. yang terdiri atas organisasi, kebijakan, dan proses yang mengatur
semua bentuk kegiatan untuk meningkatkan mutu secara sistematis, terencana dan
berkelanjutan. Bertujuan sebagai pemenuhan standar pada satuan Pendidikan oleh
satuan Pendidikan untuk mewujudkan Pendidikan yang bermutu. Rendahnya

3
kualitas Pendidikan merupakan indikasi dari rendahnya kualitas Pendidikan di
Indonesia. Peraturan pemerintah RI Nomor 19 tahun 2015 tentang standar
nasional Pendidikan bagian kesatu tentang pendidik pasal 28 (1) menyebutkan
bahwa Pendidikan harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetinsi sebagai
agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan Pendidikan nasional, sedangkan ayat 2 disebutkan bahwa
kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 adalah tingkat
Pendidikan minimal yang harus dipenuho oleh seorang pendidik yang dibuktikan
dengan ijazah atau sertifikasi keahlian yang relevam sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Kualifikasi akademik pendidik sebagaimana
dalam pasar 31 PP No. 19 rahun 2005 tentang Standar Nasional Penidikan (SNP)
menyatakan bahwa pendidik perguruan tinggi untuk program sarjana harus
berkualifikasi lulus magister (S2) dan untuk program magister dan program doctor
harus lulusan program doctor (S3).
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1
ayat 5, tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri
dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan Pendidikan, sebagai tenaga
kependidikan juga harus memiliki kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi sesuai
dengan bidangnya. Kualifikasi, kompetensi dan sertifikasi dikembangkan oleh
BSNP. Untuk menjalankan tugasnya sesuai dengan fungsi sebagai pendidik
selanjutnya disebut dosen atau tenaga kependidikan secara professional, dosen
dan tenaga kependidikan memiliki hak dan kewajiban.
Sekolah sebagai institusi Pendidikan merupakan tempat proses Pendidikan.
Dalam kegiatannya, sekolah bukan hanya sekedar tempat berkumpulnya guru dan
murid melainkan suatu organisasi yang membutuhkan pengelolaan, sehingga
menghasilkan lulusan berkualitas, sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat
dan dapat memberikan kontribusi kepada pengembangan bangsa, problem yang
dihadapi Pendidikan saat ini (termasuk oleh madrasah) antara lain masih
rendahnya mutu Pendidikan. Pengelolan mutu Pendidikan dapat dilihat dari
pengelolaan manajemen Pendidikan dan peningkatan mutu Pendidikan melalui
system penjaminan mutu Pendidikan, karena manajemen Pendidikan yang

4
berkualitas akan memungkinkan tercapaianya Pendidikan secara efektif dan
efesien. Upaya agar manajemen Pendidikan meningkat dan berjalan maksimal
bukan hanya dilakukan oleh satu pihak melainkan semua pihak yang terkait dalam
pengelolaan Pendidikan Karena banyak factor yang harus dipertimbangkan dalam
hal ini membutuhkan komitmen bersama, baik pemerintah, masyarakat, guru dan
para stakeholder Pendidikan.
Menurut teori W. Edward Deming yang dikutip oleh Nanang Fatah ada empat
model dalam system penjaminan mutu Pendidikan di sekolah:
1. Perencanaan Mutu (Plan) Plan, adanya perencanaan berkaitan dengan
perencanaan mutu, meliputi penetapan kebijakan mutu, penetapan tujuan
mutu beserta indikator pencapaiannta, serta penetapan prosedur dan
pencapaian tujuan mutu.
2. Pelaksanaan (Do) Do, adanya pelaksanaan dari apa yang sudah
direncanakan, maka untuk menjdamin mutu Pendidikan, seluruh proses
Pendidikan, termasuk pelayanan administrasi Pendidikan dilaksanakan
sesuai dengan Standar Operasional Pendidikan (SOP) yag telah
ditentukan.
3. Evaluasi (Check) Check, adanya monitoring, pemeriksaan pengukuran
dan evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil pelaksanaan termasuk audit
mutu internal.
4. Hasil/Tindak Lanjut (Action) Action, adanya tindak lanjut dan perbaikan
dari hasil evaluasi, penyusunan rencana perbaikan, penyusunan laporan
program Pendidikan.
Dengan adanya manajemen mutu Pendidikan maka dapat meningkatkan mutu
Pendidikan sekolah menjadi lebih baik lagi dan kualitas sekolah yang lebih
bermutu lagi dalam aspek belajar dan pembelajaran terhadap tenaga pendidik dan
kependidikan. Di samping itu juga, manajemen mutu bisa meningkatkan kualitas
sekolah ketarap yang lebih tinggi dan terakreditas A murni dengan mutu yang
terjamin dan mencapai tujuan pengembangan peserta didik, pegawai dan layanan
Pendidikan.

5
Untuk menciptakan sebuah Lembaga pendidikan yang bermutu sebagaimana
diharapkan masyarakat, bukan hanya menjadi tanggungjawab sekolah tetapi
menjadi tanggungjawab semua pihak termasuk di dalamnya orang tua dan
pelanggan internal maupun eksternal. Jerome S. Arcaro menyampaikan bahwa
terdapat lima prinsip sekolah yang bermutu yaitu Fokus pada pelanggan,
Keterlibatan total, Pengukuran, Komitmen serta Perbaikan berkelanjutan.
Dilihat dari kelima prinsip tersebut misi utama dari manajemen mutu
Pendidikan adalah fokus kepada pelanggan serta memenuhi kepuasan pelanggan.
Tanpa mutu yang sesuai dengan keinginan pelanggan serta kebutuhannya, sekolah
akan kehilangan pelanggannya karena suatu Pendidikan dikatakan bermutu
apabila antara pelanggan internal dan eksternal telah terjalin kepuasan atas jasa
yang diberikan. Kedua adalah keterlibatan total jadi manajemen mutu Pendidikan
menuntut semua pihak bertanggungjawab untuk memecahkan masalah, serta
menuntut semua tim memberi kontribusi bagi transformasi mutu, Ketiga adalah
pengukuran yaitu pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana perencanaan
telah dilaksanakan, serta melakukan evaluasi atas rencana yang telah
dilaksanakan, selanjutnya keempat adalah komitmen semua stakeholders memiliki
komitmen jangka Panjang dalam mewujudkan visi dan misi serta dapat
melakukan perubahan budaya agar penerapan maanjemen mutu Pendidikan
berjalan sukses dan yang terakhir adalah perbaikan berkelanjutan semua anggota
secara konstan mencari cara untuk memperbaiki setiap segala proses Pendidikan
seperti mengikuti workshop maupun pelatihan.
Dalam suatu organisasi pasti memiliki programprogram kerja. Program kerja
tersebut yang akan menjadi ciri khas suatu organisasi. Program kerja menjadi
kunci aktifitas yang akan dilaksanakan oleh pekerja atau karyawan. Menurut
Westa, Sutarto, dan Syam mengemukakan dalam bukunya yang berjudul
“Ensiklopedi Administrasi”, bahwa program kerja merupakan penjelaskan pada
awal bagian untuk kegiatan-kegiatan rutin yang berkaitan dengan tahaptahap
pelaksanaannya. 1 Penjelasan pada awal bagian ini berkaitan dengan bagaimana
rentan waktu pelaksanaan, bagaimana terhadap penggunaan material, apa saja

1
Westa, Sutarto, dan Syamsi, Ensiklopedi Administrasi, hlm. 357.

6
alatalat yang dibutuhkan, pemberian wewenang dan tanggung jawab serta
penjelasan-penjelasan yang lebih mendetail.
Program kerja memiliki ruang lingkup yang luas. Program kerja disusun
berdasarkan pencapaian yang diinginkan. Program kerja dapat juga disebut
dengan kegiatan rutinitas organisasi. Tujuan program kerja ialah sebagai pedoman
dasar untuk melakukan tugas dan mengembangkan pencapaian prestasi baik
individu maupun kelompok. Setiap organisasi atau lembaga memiliki program
kerja yang bermacammacam. Program kerja pada setiap organisasi memiliki
jumlah yang berbeda-beda. Bahkan pada setiap divisi dalam organisasi memiliki
program-program kerja yang kompleks. Oleh karena itu, program kerja perlu
dipantau. Kegiatan pemantauan tersebut diharapkan dapat mengkawal seluruh
kegiatan organisasi agar sesuai dengan tujuan awal. Suatu organisasi yang telah
menyusun strategi pasti memiliki rencana program yang akan dilaksanakan. Salah
satu strategi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi yaitu dengan cara
monitoring.
Monitoring merupakan kegiatan pemantauan pada setiap detail kegiatan.
Monitoring dibutuhkan karena pentingnya pemantauan untuk mengkawal setiap
pelaksanaan seluruh kegiatan perusahaan. Monitoring adalah pemantauan yang
membuahkan data untuk dipaparkan. Data tersebut sebagai kesadaran (awareness)
terkaitan dengan sasaran yang hendak diketahui. Pemantauan berkala dilakukan
supaya pengukuran dapat terpantau perkembangannya. Oleh karena itu,
pemantauan yang intensif dapat meningkatan kesadaran untuk mencapai tujuan
yang diinginkan.
Monitoring juga merupakan suatu proses pengumpulan dan analisis informasi
berdasarkan poinpoin yang ditentukan secara urut dan berjalan secara terus
menerus sampai dilaksanakannya tindakan perbaikan. 2 Sehingga kegiatan
monitoring tidak akan lepas dari kegiatan evaluasi. Kegiatan tersebut lazim
didengar dengan sebutan monitoring dan evaluasi atau bisa disingkat dengan
monev. Jika ada kegiatan monitoring, maka setelah itu ada kegiatan evaluasi.

2
Gentisya Tri Mardiani , Sistem Monitoring Data Aset Dan Inventaris PT Telkom Cianjur
Berbasis Web ,Universitas Komputer Indonesia, Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika
(komputa), Vol. 2, No. 1, Maret 2013, ISSN : 2089-9033

7
Evaluasi terlaksana sebab telah diadakannya kegiatan monitoring. Evaluasi
merupakan tindakan perbaikan atau penilaian. Evaluasi merupakan kegiatan
mengolah data hasil dari proses monitoring. Proses monitoring dan evaluasi juga
merupakan tindakan untuk mempertahankan manajemen yang sedang berjalan
agar tetap dalam jalurnya.
Monitoring digunakan untuk memantau dan evaluasi berguna untuk menilai
jalannya organisasi. Dengan adanya monitoring, setiap detail bisa terukur dan
terkendali sehingga berguna untuk meminimalisir kesalahan. Monitoring
menyediakan data yang belum bisa digunakan untuk menjawab pertanyaan.
sedangkan evaluasi adalah mengelola data-data hasil dari monitoring agar
memberikan nilai tambah.
Evaluasi adalah review kejadian, pertanyaan yang perlu dijawab, menurut
Webstren’s yang dikutip oleh Soekatiwi, bahwa evaluasi adalah “something that
reminds or warns’ or any of various devices for checking or regulating the
performance”. Monitoring yang dijalankan harus dibuat untuk menyarankan
perbaikan. Monitoring menurut Webstren’s dapat ditarik kesimpulan bahwa
monitoring adalah kegiatan yang dilaksanakan guna untuk memantau keadaan dari
aktivitas yang sedang dilakukan.3 Sedangkan Menurut Paulson yang dikutip oleh
Soekartiwi bahwa evaluasi adalah “Evaluation is a process of examining certain
objects and events in the light of specific value standars for the purpose of making
adaptive decisions”.
Dari pernyataan Paulson dapat dijelaskan bahwa evaluasi adalah suatu proses
yang berguna untuk menguji objek atau aktivitas dengan ciri-ciri tertentu sehingga
mendapatkan suatu keputusan. Namun tanpa monitoring, evaluasi tidak akan ada
dasar, tidak memiliki bahan baku, dan hanya sebatas pada aspirasi individu. Oleh
karena itu, monitoring dan evaluasi harus berjalan seiring. 4

3
Gentisya Tri Mardiani , Sistem Monitoring Data Aset Dan Inventaris PT Telkom Cianjur
Berbasis Web ,Universitas Komputer Indonesia, Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika
(komputa), Vol. 2, No. 1, Maret 2013, ISSN : 2089-9033
4
Gentisya Tri, Sistem Monitoring Data Aset Dan Inventaris PT Telkom Cianjur Berbasis Web,
Mardiani Universitas Komputer Indonesia, Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika
(KOMPUTA) Vol. 2, No. 1, Maret 2013, ISSN : 2089-9033

8
Suatu organisasi memiliki hierarki dalam kepengurusan atau jabatan. Setiap
jabatan memiliki tugas dan wewenang yang berbeda serta memiliki bobot
tanggung jawab yang berbeda. Semakin tinggi jabatan maka semakin tinggi pula
tanggung jawab yang diemban. Untuk mencapai tujuan awal, proses monitoring
dan evaluasi menjadi hal vital dalam suatu organisasi. Monitoring dan evaluasi
yang dilakukan langsung oleh atasan kepada bawahan memiliki pengaruh dalam
pencapaian efektivitas birokrasi yang diharapkan. 5 Setiap organisasi yang
didirikan pasti mempunyai tujuan yang spesifik dan memiliki target tertentu.
Sehingga monitoring dan evaluasi membutuhkan kerja sama yang baik pada setiap
unsur perusahaan. Kerja sama yang baik antara bawahan kepada atasan atau
atasan kepada bawahan. Proses monitoring dan evaluasi juga membantu para
perencana strategi memantau kemajuan suatu rencana 6.

B. Rumusan Masalah
Dengan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan diangkat
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Strategi Monitoring dan Evaluasi Program Kerja?
2. Bagaimana Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Program Kerja?

5
William Agustinus Areros, Pengaruh Pengawasan Terhadap Peningkatan Efektivitas
Birokrasi(Studi Kasus Tentang Pelayanan Birokrasi Di Kantor Sekretariat Walikota
Manado),Journal “Acta Diurna” Volume IV. No.3. Tahun 2015
6
Jauch dan Glueck, Manajemen strategis dan kebijakan perusahaan, (Jakarta:Erlangga,1998),
hlm.12.

9
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi


1. Konsep Dasar Monitoring
Keberhasilan sebuah program dapat dilihat dari apa yang direncanakan
dengan apa yang dilakukan, apakah hasil yang diperoleh berkesesuaian dengan
hasil perencanaan yang dilakukan. Untuk dapat memperoleh implementasi
rencana yang sesuai dengan apa yang direncanakan manajemen harus
menyiapkan sebuah program yaitu monitoring, yang ditujukan untuk
memperoleh fakta, data dan informasi tentang pelaksanaan program, apakah
proses pelaksanaan kegiatan dilakukan seusai dengan apa yang telah
direncakan. Selanjutnya temuan-temuan hasil monitoring adalah informasi
untuk Proses evaluasi sehingga hasilnya apakah program yang ditetapkan dan
dilaksanakan memperoleh hasil yang berkesuaian atau tidak.
Monitoring dan Evaluasi adalah dua kata yang memiliki aspek kegiatan
yang berbeda yaitu kata Monitoring dan Evaluasi. “Monitoring merupakan
aktivitas yang dilakukan pimpinan untuk melihat, memantau jalannya
organisasi selama kegiatan berlangsung, dan menilai ketercapaian tujuan,
melihat factor pendukung dan penghambat pelaksanaan program”7. Dalam
monitoring (pemantauan) dikumpulkan data dan dianalisis, hasil analisis
diinterpretasikan dan digunakan sebagai masukan bagi pimpinan untuk
mengadakan perbaikan. Monitoring terhadap sebuah hasil perencanaan yang
sedang berlangsung menjadi alat pengendalian yang baik dalam seluruh proses
implementasi. “Proses dasar dalam monitoring ini meliputi tiga tahap yaitu:
 menetapkan standar pelaksanaan;
 pengukuran pelaksanaan;
 menentukan kesenjangan (deviasi) antara pelaksanaan dengan standar
dan rencana”. 8

7
Soekartawi, Monitoring dan Evaluasi Proyek Pendidikan, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), h.14
8
Ibid, hal. 15

10
Willian N Dunn mendefinisikan : Evaluasi (Penilaian) merupakan tahapan
yang berkaitan erat dengan kegiatan monitoring, karena kegiatan evaluasi
dapat menggunakan data yang disediakan melalui kegiatan monitoring.
Evaluasi adalah proses untuk mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data
dan menganalisis data, menyimpulkan hasil yang telah dicapai,
menginterpretasikan hasil menjadi rumusan kebijakan, dan menyajikan
informasi (rekomendasi) untuk pembuatan keputusan berdasarkan pada aspek
kebenaran hasil evaluasi. 9
Dalam merencanakan suatu kegiatan hendaknya evaluasi merupakan
bagian yang tidak terpisahkan, sehingga dapat dikatakan sebagai kegiatan
yang lengkap. Evaluasi diarahkan untuk mengendalikan dan mengontrol
ketercapaian tujuan. Evaluasi berhubungan dengan hasil informasi tentang
nilai serta memberikan gambaran tentang manfaat suatu kebijakan. Istilah
evaluasi ini berdekatan dengan penafsiran, pemberian angka dan penilaian.
Evaluasi dapat menjawab pertanyaan “Apa pebedaan yang dibuat.
Tujuan evaluasi ialah untuk mengetahui apakah program itu mencapai
sasaran yang diharapkan atau tidak, evaluasi lebih menekankan pada aspek
hasil yang dicapai (output). Evaluasi baru bisa dilakukan jika program itu telah
berjalan dalam suatu periode, sesuai dengan tahapan rancangan dan jenis
program yang dibuat dan dilaksanakan, misalnya disekolah, untuk satu
caturwulan atau enam bulan atau satu tahun pelajaran. Perbedaan antara
monitoring dan evaluasi adalah monitoring dilakukan pada saat program
masih berjalan sedangkan evaluasi dapat dilakukan baik sewaktu program itu
masih berjalan ataupun program itu sudah selesai. Atau dapat juga bila dilihat
dari pelakunya, monitoring biasanya dilakukan oleh pihak internal sedangkan
evaluasi dilakukan oleh pihak internal maupun eksternal. Evaluasi
dilaksanakan untuk memperoleh fakta atau kebenaran dari suatu program
beserta dampaknya, sedangkan monitoring hanya melihat keterlaksanaan

9
William N Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik (terjemahan), (Yogyakarta, Gajahmada
University press, 2003), h. 38.

11
program, faktor pendukung, penghambatnya. Bila dilihat secara keseluruhan,
kegiatan monitoring dan evaluasi ditujukan untuk pembinaan suatu program.

2. Tujuan Monitoring dan Evaluasi


Umpan balik dari sebuah program akan dipergunakan dalam perbaikan
dan penyesuaian komponen-komponen yang tidak maksimal dalam
pelaksanaan program dan bila memungkinkan perubahan skenario dapat
dilakukan karena gagal dalam pelaksanaan program, monitoring tujuannya
adalah seperti yang dikemukan di atas oleh karena itu monitoring sangat
diperlukan untuk keberhasilan sebuah program.
Monitoring bertujuan mendapatkan umpan balik bagi kebutuhan program
yang sedang berjalan, dengan mengetahui kebutuhan ini pelaksanaan program
akan segera mempersiapkan kebutuhan tersebut. Kebutuhan bisa berupa
biaya, waktu, personel, dan alat. Pelaksanaan program akan mengetahui
berapa biaya yang dibutuhkan, berapa lama waktu yang tersedia untuk
kegiatan tersebut. Dengan demikian akan diketahui pula berapa jumlah
tenaga yang dibutuhkan, serta alat apa yang harus disediakan untuk
melaksanakan program tersebut.
Evaluasi bertujuan memperoleh informasi yang tepat sebagai bahan
pertimbangan untuk mengambil keputusan tentang perencanaan program,
keputusan tentang komponen input pada program, implementasi program
yang mengarah kepada kegiatan dan keputusan tentang output menyangkut
hasil dan dampak dari program kegiatan.
Secara lebih rinci Arikunto mengatakan monev bertujuan:
 Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan,
 Memberikan masukan tentang kebutuhan dalam melaksanakan
program,
 Mendapatkan gambaran ketercapaian tujuan setelah adanya kegiatan,
 Memberikan informasi tentang metode yang tepat untuk
melaksanakan kegiatan,

12
 Mendapatkan informasi tentang adanya kesulitan-kesulitan dan
hambatan hambatan selama kegiatan,
 Memberikan umpan balik bagi sistem penilaian program,
 Memberikan pernyataan yang bersifat penandaan berupa fakta dan
nilai.

3. Fungsi Monitoring dan Evaluasi


Proses pengambilan keputusan berjalan atau berhentinya/perubahan
sebuah atau beberapa program yang berkaitan dilakukan melalui proses
evaluasi.
Menurut Dunn, monitoring mempunya empat fungsi, yaitu:
 Ketaatan (compliance). Monitoring menentukan apakah tindakan
administrator, staf, dan semua yang terlibat mengikuti standar dan
prosedur yang telah ditetapkan.
 Pemeriksaan (auditing). Monitoring menetapkan apakah sumber dan
layanan yang diperuntukkan bagi pihak tertentu (target) telah mencapai
mereka.
 Laporan (accounting). Monitoring menghasilkan informasi yang
membantu “menghitung” hasil perubahan sosial dan masyarakat
sebagai akibat implementasi kebijaksanaan sesudah periode waktu
tertentu.
 Penjelasan (explanation). Monitoring menghasilkan informasi yang
membantu menjelaskan bagaimana akibat kebijaksanaan dan mengapa
antara perencanaan dan pelaksanaannya tidak cocok.
Sedangkan evaluasi menurut Moh. Rifai sebagai kegiatan yang tidak bisa
dipisahkan dari kegiatan monitoring memiliki fungsi sebagai berikut:
 Evaluasi sebagai pengukur kemajuan;
 Evaluasi sebagai alat perencanaan;
 Evaluasi sebagai alat perbaikan”.10

10
Mohammad Rifa’i, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), h.23

13
Dari uraian tersebut, Soewardi Lazaruth menjelaskan bahwa: Fungsi
monitoring yang pokok adalah: mengukur hasil yang sudah dicapai dalam
melaksanakan program dengan alat ukur rencana yang sudah dibuat dan
disepakati; menganalisa semua hasil pemantauan (monitoring) untuk dijadikan
bahan dalam mempertimbangkan keputusan serta usaha perbaikan dan
penyempurnaan. 11

4. Prinsip-Prinsip Monitoring dan Evaluasi


Pada pelaksanaannya, monev haruslah dilakukan dengan prinsip-prinsip
seperti berikut ini12.
 Berorientasi pada tujuan. Monev hendaknya dilaksanakan mengacu pada
tujuan yang ingin dicapai. Hasil monev dipergunakan sebagai bahan
untuk perbaikan atau peningkatan program pada evaluasi formatif dan
membuat jastifikasi dan akuntabilitas pada evaluasi sumatif.
 Mengacu pada kriteria keberhasilan Monev seharusnya dilaksanakan
mengacu pada kriteria keberhasilan program yang telah ditetapkan
sebelumnya. Penentuan kriteria keberhasilan dilakukan bersama antara
para evaluator, para sponsor, pelaksana program (pimpinan dan staf), para
pemakai lulusan (konsumen), lembaga terkait (dimana peserta kegiatan
bekerja).
 Mengacu pada asas manfaat Monev sudah seharusnya dilaksanakan
dengan manfaat yang jelas. Manfaat tersebut adalah berupa saran,
masukan atau rekomendasi untuk perbaikan program yang di monev atau
sejenisnya di masa mendatang.
 Dilakukan secara objektif Monev harus dilaksanakan secara objektif.
Petugas monev dari pihak eksternal seharusnya bersifat independen, yaitu
bebas dari pengaruh pihak pelaksana program. Petugas monev internal
harus bertindak objektif, yaitu melaporkan temuannya apa adanya.

5. Ruang Lingkup Monitoring dan Evaluasi


Sebagai suatu proses untuk menghasilkan dan menyajikan informasi guna
mendukung pengambilan keputusan, monev program dilakukan sejalan dengan

11
Soewardi Lazaruth, Kepala Sekolah dan Tanggung Jawab, (Salatiga: Kanisius, 1994), h.32.
12
Ibid, hal 24

14
tahapan program yang akan dimonev. Cakupan monev meliputi empat aspek:
“(1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) hasil program, dan (4) dampak”.
Setiap tahapan menggunakan jenis evaluasi dan pendekatan evaluasi yang
berbeda.
a. Perencanaan program, meliputi:
1) kondisi lembaga yang akan dimonev (kontekstual)
2) tujuan program yang akan dimonev
3) isi program kegiatan yang akan dimonev
4) jenis dan model monev yang diterapkan
5) metodologi yang digunakan: desain, variabel, teknik sampling,
instrumen, analisis data, diseminasi hasil,
6) strategi pelaksanaan evaluasi: personal yang terlibat (siapa evaluator,
siapa target evaluasi); waktu pelaksanaan evaluasi (berapa lama, dan
kapan evaluasi dilaksanakan); fasilitas diperlukan (sarana, prasarana,
dan alat); dana diperlukan (berapa jumlahnya dan dari mana
sumbernya); instrumen yang digunakan (mengukur ketercapaian
tujuan)
7) Jenis evaluasi: Needs Assessment, Analisis SWOT, Feasibility study,
Analisis Futuristik, Job Analisis, Inventory.
b. Pelaksanaan program
1) Kemampuan (kriteria) yg dimiliki pelaksana program
2) Keterlaksanaan: partisipasi personal dalam pelaksanaan program,
bagaimana kesesuaian jadwal dengan rencana, bagaimana
pemanfaatan masukan, bagaimana penyelenggaraan program, berapa
prosen keterlaksanaan dari yang direncanakan.
3) Refleksi dan umpan balik
4) Jenis evaluasi yang diterapkan: monitoring, supervisi, evaluasi proses,
evaluasi formatif, evaluasi sumatif.
c. Hasil program
Hasil yg telah dicapai oleh peserta kegiatan (prosentase dari program
keseluruhan) pada saat program selesai dilakukan misalnya: penguasaan oleh

15
peserta sesuai kriteria, hasil yang dicapai sesuai tujuan, kualitas (prestasi
belajar, keterampilan karyawan), produktivitas, efektivitas program kegiatan,
efisiensi penggunaan fasilitas dan sumber dana.
d. Dampak program
1) Dampak yang direncanakan dari hasil program (intended effect)
seperti perubahan perilaku, tersalurnya lulusan, meningkatnya kinerja
peserta pelatihan, kedisiplinan meningkat setelah selesai pelatihan,
perubahan perilaku disiplin meningkat, meningkatnya animo masuk
ke perguruan tinggi, keberhasilan karir.
2) Dampak yang tidak direncanakan (unintended side effect) seperti
terjadinya PHK terhadap sejumlah karyawan, kesenjangan sosial di
masyarakat, timbul stress di kalangan mahasiswa, siswa, guru sebagai
akibat dari kebijakan yang diterapkan, dsb.

6. Proses Monitoring dan Evaluasi


Monev dilaksanakan dengan mengikuti langkah langkah, pertama melakukan
kegiatan perencanaan kegiatan, dimana langkah dan prosedur serta komponen isi
yang akan dimonitoring dan dievaluasi disiapkan dengan baik, kedua pelaksanaan
kegiatan monitoring dan evaluasinya itu sendiri, dan ketiga melaporkan hasil
kegiatan dalam bentuk laporan tertulis sebagai bahan untuk evaluasi dan balikan
atas program-program yang sudah dilakukan.
a. Tahap Perencanaan
Persiapan dilaksanakan dengan mengidentifikasi hal-hal yang akan
dimonitor, variabel apa yang akan dimonitor serta menggunakan indikator
mana yang sesuai dengan tujuan program. Rincian tentang variabel yang
dimonitor harus jelas dulu, serta pasti dulu batasannya dan definisinya.
“Variabel adalah karakteristik dari seseorang, suatu peristiwa atau obyek
yang bisa dinyatakan dengan data numerik yang berbeda-beda”.
b. Tahap Pelaksanaan
Monitoring ini untuk mengukur keterampilan guru dalam menggunakan
metode mengajar. Setelah memastikan definisi yang tepat tentang variabel

16
yang dimonitor serta indikatornya, maka laksanakan monitoring tersebut.
Adapun indikator yang diukur dalam melihat persiapan mengajar adalah:
 Adanya tujuan pembelajaran umum dan khusus;
 Kesesuaian memilih metode untuk tujuan pembelajaran yang disusun;
 Penggunaan sarana atau media mengajar;
 Kesesuaian metode dengan media yang akan digunakan;
 Adanya tahapan evaluasi dan alat evaluasinya;
 Kesesuaian metode dengan alat evaluasi;
 Kesesuaian evaluasi dengan tujuan pembelajaran;
Monitoring pada waktu pelaksanaan program pembelajaran, indikator
dan proses yang dilakukan adalah :
 Ketetapan dan pengelolaan waktu;
 Ketepatan penggunaan metode yang digunakan;
 Adanya penjelasan yang sesuai dengan penggunaan metode
 Penggunaan media yang sesuai dengan harapan metode;
 Melaksanakan evaluasi pembelajaran;
 Adanya tindak lanjut dari program tersebut.
Monitoring pada pasca program, yaitu pemantauan setelah pembelajaran
selesai. Tentu saja ini menyangkut sikap dan perbuatan siswa yang
berhubungan dengan tujuan pembelajaran.

c. Tahap Pelaporan
Pada langkah ketiga, yaitu menentukan apakah prestasi kerja itu memenuhi
standar yang sudah ditentukan dan di sini terdapat tahapan evaluasi, yaitu
mengukur kegiatan yang sudah dilakukan dengan standar yang harus dicapai.
Selanjutnya temuan-temuan tersebut ditindaklanjuti dan hasilnya menjadi
laporan tentang program.

7. Tekhnik Monitoring dan Evaluasi


Teknik dalam pelaksanaan monitoring dapat dilakukan dengan melalui
kegiatan observasi langsung atas proses, wawancara kepada sumber/pelaku

17
utama, dan kegiatan diskusi terbatas melalaui forum group discussion untuk
memperoleh klarifikasi pelaksanaan program.
a. Survai
Metode survai adalah cara pengumpulan data dimana responden menjawab
pertanyaan (kuesioner) yang telah disusun sebelumnya, dengan menggunakan
alat yang berupa daftar pertanyaan atau kuesioner. Dengan metode ini dapat
dikumpulkan data yang banyak dalam relative cepat.
 Angket Tertutup
Angket jenis ini terdiri dari sejumlah butir pertanyaan yang
menghendaki jawaban pendek, dengan alternative jawaban 2 atau
lebih. Alernatif berupa jawaban dalam bentuk YA atau TIDAK,
a,b,c,d,e, atau 1,2,3,4…..dan seterusnya. Alternatif jawaban
menunjukan skala nominal sehingga angka-angka pada alternative
jawaban merupakan kode. Antara butir pertanyaan yang satu dengan
yang lain dalam satu ubahan jumlah alternatif jawaban tidak harus
sama. Angket ini disebut juga angket terbatas, karena jawaban
responden berpola jawaban ya atau tidak, atau memberi tanda silang
(X) atau tanda chek (V) atau memberi tanda lingkaran (0) pada pilihan
alternative yang telah disediakan. Untuk mendapatkan informasi yang
obyektif sebaiknya diberikan satu alternative jawaban tambahan, jika
diperkirakan ada informasi yang belum tercakup pada alternativ
jawaban.
 Angket Terbuka
Angket ini disebut angket tidak terbatas, karena menghendaki jawaban
bebas dengan menggunakan kalimat atau kata-kata responden sendiri.
Jawaban responden sangat bervariasi karena tidak ada aturan atau
rambu-rambu dalam butir pertanyaan, sangat tergantung dari
pendidikan dan pengalaman responden, dan membutuhkan waktu
yang relative lebih lama dari pada angket tertutup. Angket jenis ini
diperlukan pada pertemuan survey untuk menentukan kebijakan yang

18
harus diambil, seperti misalnya dalam menerapkan aturan baru tentang
pajak, atau melaksanakan pembangunan pemukiman, dan sebagainya.

b. Observasi
Observasi ialah kunjungan ke tempat kegiatan secara langsung, sehigga
semua kegiatan yang sedang berlangsung atau objek yang diobservasi dapat
dilihat. Semua kegiatan dan obyek yang ada serta kondisi penunjang yang ada
mendapat perhatian secara langsung. informasi yang diperoleh dari hasil
observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian
atau peristiwa, waktu, dan perasaan.
Beberapa hal yang perlu diketahui oleh seorang observer : “(a)
Melakukan pengamatan secara terencana dan sistematis. (b) Mengetahui
scenario aktivitas yang akan diamati. (c) Mengetahui hal-hal pokok yang
perlu diperhatikan/difokuskan, dan (d) Menggunakan alat bantu berupa alat
pencatat dan perekam”.13
Kelebihan dari metode ini adalah peneliti dapat mengamati secara
langsung realitas yang terjadi, sehingga dapat memperoleh informasi yang
mendalam. Namun metode ini kurang dapat mengamati suatu fenomena yang
lingkupnya lebih luas, terkait dengan keterbatasan pengamat. Kekurangan ini
dapat diatasi dengan membuat lembar observasi dan kriteria yang rinci. Jika
pengamat lebih dari seorang, perlu ada penyamaan pandangan tentang objek
yang diamati sehingga ada kesamaan kriteria pengamatan.

c. Wawancara
Wawancara (interview) adalah cara yang dilakukan bila monitoring
ditujukan pada seseorang. Wawancara merupakan proses untuk memperoleh
data dalam suatu penelitian dengan mengadakan tanya-jawab antara peneliti
dengan responden dengan bertatap muka langsung atau melalui telepon. 14
Sebelum melakukan wawancara, pewawancara harus dapat membuat

13
Arikunto, Prosedur penelitian suatu praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 133.
14
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2006), h.
138-140.

19
pertanyaan dan situasi yang mendukung sehingga responden bergairah untuk
menjawab pertanyaan dan memberikan keterangan sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya. Wawancara dapat dilakukan dengan beberapa cara:
 Wawancara Terstruktur
Pada wawancara ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila
peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang
informasi apa yang akan diperoleh. Dalam prakteknya selain
membawa instrument sebagai pedoman wawancara, maka pengumpul
data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar,
brosur dan amterial lain yang dapat membantu dalam wawancara.
 Wawancara tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur maksudnya adalah wawancara yang
bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-
garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

d. Forum Group Discution (FGD)


FGD adalah proses menyamakan persepsi melalui diskusi kelompok
terarah terhadap sebuah permasalahan atau substansi tertentu sehingga
diperoleh satu kesamaam (frame) dalam melihat dan mensikapi hal-hal yang
dimaksud. Teknik ini digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari suatu
kalompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan
tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan yang salah
dari seorang peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti.
Ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan ketika ingin melakukan
FGD. Pertama, jumlah FGD berkisar antara 5-10 orang. Kedua, Peserta FGD
harus bersifat FGD. Ketiga, perlunya dinamika kelompok.

20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan mengenai implementasi monitoring dan evaluasi program
manajemen pendidikan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Pentingnya Proses Monitoring: Monitoring merupakan langkah kritis
dalam mengawasi pelaksanaan program manajemen pendidikan. Dengan
memantau secara teratur, pihak terkait dapat mengidentifikasi potensi
masalah dan peluang perbaikan yang dapat meningkatkan efisiensi dan
efektivitas program.
2. Penggunaan Data Berbasis Fakta: Implementasi monitoring dan evaluasi
harus didasarkan pada data yang akurat dan relevan. Pengumpulan data
yang tepat waktu dan analisis yang baik membantu pengambilan
keputusan yang informasional dan objektif.
3. Penilaian Efektivitas Program: Evaluasi program membantu dalam menilai
sejauh mana program manajemen pendidikan mencapai tujuannya. Hal ini
memberikan wawasan tentang keberhasilan atau kegagalan program, serta
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang dampaknya terhadap
pihak yang terlibat.
4. Partisipasi Stakeholder: Keterlibatan stakeholder, seperti siswa, guru,
orang tua, dan pihak terkait lainnya, sangat penting dalam memastikan
keberlanjutan dan penerimaan program. Feedback dari mereka dapat
menjadi sumber informasi berharga untuk perbaikan dan pengembangan
lanjutan.
5. Perbaikan Berkelanjutan: Hasil dari evaluasi seharusnya tidak hanya
digunakan untuk memberikan informasi tentang kesuksesan atau
kegagalan program, tetapi juga sebagai landasan untuk perbaikan
berkelanjutan. Proses ini menciptakan siklus pembelajaran yang terus-
menerus untuk memastikan adaptasi dan peningkatan program seiring
waktu.

21
6. Transparansi dan Akuntabilitas: Proses monitoring dan evaluasi harus
transparan dan akuntabel. Pihak-pihak yang terlibat harus memahami
tujuan, kriteria evaluasi, dan hasil yang diharapkan. Hal ini membantu
membangun kepercayaan dan meningkatkan akseptabilitas program di
mata masyarakat.
7. Pentingnya Sumber Daya Manusia: Sumber daya manusia yang terlatih
dengan baik diperlukan untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi
secara efektif. Pelatihan dan pengembangan keterampilan staf terkait dapat
meningkatkan kualitas proses ini.
8. Kontinuitas Pendekatan: Monitoring dan evaluasi bukanlah proses sekali
jalan, melainkan suatu pendekatan yang berkelanjutan. Diperlukan
komitmen jangka panjang untuk memastikan bahwa program manajemen
pendidikan terus ditingkatkan sesuai dengan perubahan lingkungan dan
kebutuhan pendidikan.
Dengan merangkum aspek-aspek di atas, dapat disimpulkan bahwa implementasi
monitoring dan evaluasi program manajemen pendidikan adalah suatu langkah
yang sangat penting untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan dampak
positif terhadap pendidikan.

B. Saran
Saya menyadari bahwasannya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
kebenaran, maka dari itu peran saudara-saudara sangat kami harapkan untuk
memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar dalam pembuatan
makalah ini menjadi makalah yang baik dan benar

22
DAFTAR PUSTAKA
Aeros, William Agustinus.2015. Pengaruh Pengawasan Terhadap Peningkatan
Efektivitas Birokrasi(Studi Kasus Tentang Pelayanan Birokrasi Di Kantor
Sekretariat Walikota Manado),Journal “Acta Diurna” Volume IV. No.3.
Tahun 2015.

Anona dan Prasetya.2016. Analisis Implementasi Pengembangan Sumber Daya


Manusia(Studi Pada Departemen Human Capital Pt Surya Artha Nusantara
Finance), Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 36 No. 1 Juli 2016.

Anwar Toni dan Yoga Willy Utomo, “Implementasi Paperless Office Pada Sistem
Monitoring Dan Evaluasi Program Kerja Organisasi Mahasiswa”, Jurnal
Matrik (Vol. 17 No. 1, November2001).

Arikunto, Suharsimi.2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan dan Praktik,


Jakarta :Rineka Cipta.

Beddu Sultan, Fungsi Pengawasan Dalam Tinjauan Pendidikan Islam, Jurnal


Pendidikan dan Studi Islam,Volume 6, Nomor 1, Januari 2020.

Creswell, John W.2013.Yogyakarta: Research Design, edisi ketiga terj. Achmad


Fawaid, Pustaka Pelajar.

Daft Richard. 2010. Era Baru Manajemen.Jakarta:Salemba.

Daryanto H. 1999 Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta,)

Didin Hafinuddin dan Hendri Tanjung.2003. Manajemen Syari’ah dalam Praktek.


Jakarta: Gema Insani.

Dunn William D.2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik (terjemahan),


Yogyakarta,Gajahmada University press.

Donnelly, dan Gibson.1996. Organisasi, Prilaku, Struktur, Proses,( Jakarta:


Erlangga)

Fattah Nanang. Landasan Manajemen Pendidikan, Rosda karya (Bandung) Galang


Surya Gumilang.2016. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Bidang
Bimbingan dan Konseling, Jurnal Fokus Konseling, Volume 2, Nomor 2,
Agustus 2016.

Hafinuddin dan Tanjung.2003. Manajemen Syari’ah dalam Praktek.Jakarta. Gema


Insani.

Hedwig Rinda,. 2007. Sistem Penjaminan Mutu di Perguruan Tinggi Monitoring


dan Evaluasi Internal, (Yogyakarta:Graha Ilmu.

23
Herdiansyah Haris.2010. Metodologi Penelitian Kualitatif,Jakarta : Salemba
Humanika.

https://www.nurulhayat.org/ . 2019 sekilas diakses pada tanggal 16 September


2019 pukul 22.46. Jauch dan Glueck.1995. Manajemen strategis dan
kebijakan perusahaan, Jakarta:Erlangga.

J.C, Tuner dan Giles. 1985..Intergroup Behaviour.Oxford : Basil Blacwell.

24

Anda mungkin juga menyukai