Anda di halaman 1dari 24

STRATEGI PENGELOLAAN PENDIDIKAN

MAKALAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Terstruktur Pada Mata Kuliah


Pengelolaan Pendidikan
Dosen Pengampu,

Drs. H. Jamaluddin, M. Pd

Oleh Kelompok 2 (Dua) :


Mila Fajariah 1162080043

Munawaroh Kamilatun Nisa 1162080046

Qistholina Dewi Kulsum 1162080054

PENDIDIKAN KIMIA VIIB


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2019 M / 1441 H
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................2

KATA PENGANTAR............................................................................................3

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................6

1.3 Tujuan...........................................................................................................6

1.4 Manfaat.........................................................................................................6

BAB II.....................................................................................................................7

2.1 Strategi Pengelolaan Pendidikan................................................................7

A. Tujuan Strategi Pengelolaan.....................................................................8

B. Evolusi Konsep Manajemen Strategi.......................................................9

C. Karakteristik dan Dimensi Strategi Pengelolaan...................................9

D. Komponen Utama Strategi Pengelolaan................................................10

2.2 Pendekatan-pendekatan Pengelolaan Pendidikan..................................18

a. Pendekatan Organisasi Klasik................................................................18

b. Pendekatan Hubungan Manusia............................................................18

c. Pendekatan Prilaku..................................................................................18

BAB III..................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillahirabbil’aalamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT,


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan makalah
yang berjudul “STRATEGI PENGELOLAAN PENDIDIKAN” dapat
terselesaikan dengan lancar dan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Rasulullah SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya
hingga akhirnya sampai pula kepada kita sebagai umatnya.

Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas terstruktur Mata Kuliah
Pengelolaan Pendidikan di prodi Pendidikan Kimia Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Dalam kesempatan ini pula,
penyusun ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan, dukungan, dan motivasi sehingga makalah ini dapat
diselesaikan.

Sebagai penutup, penyusun berharap semoga hasil yang dituangkan dalam


makalah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat, sebagai sumber bacaan dan
informasi bagi yang membutuhkan. Penyusun juga menyadari masih terdapat
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan di waktu yang akan
datang.

Bandung, 18 September 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan
di hampir semua aspek kehidupan manusia dimana berbagai permasalahan hanya
dapat dipecahkan kecuali dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Selain manfaat bagi kehidupan manusia di satu sisi
perubahan tersebut juga telah membawa manusia ke dalam era persaingan global
yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka
sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas
sumber daya manusianya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya
manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah,
intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan, kalau tidak ingin bangsa
ini kalah bersaing dalam menjalani era globalisasi tersebut.
Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang
peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang
terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.
Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka
pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan terus berupaya
mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan
pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan dan
perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan,
pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga
kependidikan lainnya. Tetapi pada kenyataannya upaya pemerintah tersebut belum
cukup berarti dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Ada dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu
pendidikan selama ini kurang atau tidak berhasil. Pertama strategi pembangunan
pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih
bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi,
seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan
sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara
otomatis lembaga pendidikan ( sekolah) akan dapat menghasilkan output
(keluaran) yang bermutu sebagai mana yang diharapkan. Ternyata strategi input-
output yang diperkenalkan oleh teori education production function[1] tidak
berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah), melainkan hanya terjadi
dalam institusi ekonomi dan industri.
Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-
oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor
yang diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan
sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah). Atau dengan singkat dapat
dikatakan bahwa komleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan, seringkali
tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.
Diskusi tersebut memberikan pemahaman kepada kita bahwa
pembangunan pendidikan bukan hanya terfokus pada penyediaan faktor input
pendidikan tetapi juga harus lebih memperhatikan faktor proses pendidikan. Input
pendidikan merupakan hal yang mutlak harus ada dalam batas-batas tertentu tetapi
tidak menjadi jaminan dapat secara otomatis meningkatkan mutu pendidikan.
Pemikiran ini telah mendorong munculnya pendekatan baru, yakni pengelolaan
peningkatan mutu pendidikan di masa mendatang harus berbasis sekolah sebagai
institusi paling depan dalam kegiatan pendidikan. Pendekatan ini, kemudian
dikenal dengan manajemen peningkatan mutu pendidikan berbasis
sekolah (School Based Quality Management) atau dalam nuansa yang lebih
bersifat pembangunan (developmental) disebut School Based Quality
Improvement.
Konsep yang menawarkan kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat
dan pemerintah dengan tanggung jawabnya masing - masing ini, berkembang
didasarkan kepada suatu keinginan pemberian kemandirian kepada sekolah untuk
ikut terlibat secara aktif dan dinamis dalam rangka proses peningkatan kualitas
pendidikan melalui pengelolaan sumber daya sekolah yang ada. Sekolah harus
menentukan target mutu untuk tahun berikutnya. Dengan demikian sekolah secara
mendiri tetapi masih dalam kerangka acuan kebijakan nasional dan ditunjang
dengan penyediaan input yang memadai, memiliki tanggung jawab terhadap
pengembangan sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan belajar
siswa dan masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Strategi Pengelolaan Pendidikan?


2. Apa pengertian Pendekatan Pengelolaan Pendidikan ?
3. Bagaimana pengelolaan pendidikan bisa berjalan dengan beberpa startegi?
4. Bagaimana pengelolaan pendidikan bisa berjalan dengan beberapa
pendekatan pengelolaan pendidikan ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari Strategi Pengelolaan Pendidikan.


2. Mengetahui pengertian Pendekatan Pengelolaan Pendidikan.
3. Mengetahui pengelolaan pendidikan bisa berjalan dengan beberpa startegi.
4. Mengetahui pengelolaan pendidikan bisa berjalan dengan beberapa
pendekatan pengelolaan pendidikan.

1.4 Manfaat

1. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan mengenai pengertian dari


Strategi Pengelolaan Pendidikan
2. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian Pendekatan Pengelolaan
Pendidikan
3. Mahasiswa dapat menambah wawasan mengenai pengelolaan pendidikan
bisa berjalan dengan beberpa startegi?
4. Mahasiswa mengetahui tentang pengelolaan pendidikan bisa berjalan
dengan beberapa pendekatan pengelolaan pendidikan ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Strategi Pengelolaan Pendidikan


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, konsep dasar manajemen
strategik secara garis besar telah mulai didiskusikan. Istilah manajemen strategi
terbentuk dari dua kata yakni strategic berasal dari bahasa Yunani, strategia, yang
berarti seni atau ilmu menjadi seorang jenderal. Jenderal Yunani yang efektif
perlu memimpin tentara, memenangkan peperangan dan mempertahankan wilayah
melindungi kota dari serangan musuh, menghancurkan musuh.
Konteks manajemen istilah strategik diartikan sebagai cara dan taktik
utama yang dirancang secara sistematik dalam melaksanakan fungsi manajemen
yang terarah pada tujuan strategik organisasi. Rancangan ini disebut sebagai
perencanaan strategik. Manajemen strategik adalah proses formulasi dan
implementasi rencana dan kegiatan yang berhubungan dengan hal-hal vital,
perpasif, dan berkesinambungan bagi suatu organisasi secara keseluruhan.
Manajemen strategi sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan yang
menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencana-
rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi yang
memiliki tugas yaitu:
 Merumuskan visi dan misi organisasi meliputi rumusan umum
filosofi dan tujuan,
 Mengembangkan profil organisasi yang mencerminkan kondisi
internnya,
 Menilai lingkungan eksternal organisasi meliputi pesaing dan
faktor kontekstual,
 Menganalisis alternatif strategi dengan menyesuaikan sumber
daya yang dimiliki dengan lingkungan eksternal,
 Mengidentifikasi setiap alternatif strategi untuk menentukan
strategi mana yang paling sesuai visi dan misi organisasi,
 Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan strategi
umum,
 Mengembangkan sasaran tahunan dan strategi jangka
pendek,
 Mengimplementasikan pilihan strategik dengan cara
mengalokasikan sumber daya anggaran yang menekankan
pada kesesuaian antara tugas, struktur, teknologi, dan sistem
imbalan,
 Mengevaluasi keberhasilan proses strategik sebagai
masukan bagi pengambilan keputusan yang akan datang.

 A. Tujuan Strategi Pengelolaan

Berdasarkan pengamalan historis di dalam penyelenggaraan suatu


organisasi, maka manfaat utama penerapan prinsip manajemen strategi di dalam
lembaga pendidikan adalah membantu lembaga pendidikan merumuskan strategi
yang lebih tepat dengan menggunakan pendekatan sistematis, logis, dan rasional
pada proses pemilihan strategi pengelolaan pendidikan di era global yang terus
mengalami perubahan. Dasar manajemen strategi adalah menumbuhkan
komitmen atau dukungan dari semua pihak (sumber daya manusia) mengenai visi,
misi lembaga pendidikan, sasaran penyelenggaraan pendidikan, dan upaya-upaya
pencapaiannya. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan utama manajemen strategi
adalah mencapai pengertian dan komitmen dari semua eksekutif maupun
pelaksana lembaga pendidikan.
Manfaat besar dari manajemen strategi adalah memberi peluang bagi
organisasi dalam pemberdayaan individual. Pemberdayaan adalah tindakan
memperkuat pengertian karyawan mengenai efektivitas dengan mendorong dan
menghargai mereka untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan
latihan inisiatif serta imajinasi.
Penerapan manajemen strategi di dalam penyelenggaraan sistem
pendidikan memungkinkan suatu organisasi penyelenggara pendidikan (termasuk
di dalamnya sekolah dan departemen pendidikan) untuk lebih proaktif daripada
reaktif dalam membentuk masa depan lembaga pendidikan di dunia global dewasa
ini. Penerapan konsep berpikir dan bertindak strategik, lembaga pendidikan
diharapkan dapat mengawali dan mempengaruhi daripada hanya memberi respons
terhadap berbagai tuntutan dan atau aktivitas rutin dan birokratis, namun lebih
dari itu, lembaga pendidikan harus dapat berusaha keras merencanakan kegiatan-
kegiatan strategis, mengimplementasikan, dan mengendalikan segenap
operasional kelembagaan untuk mencapai tujuan strategis yang telah dirumuskan.

B. Evolusi Konsep Manajemen Strategi


Rencana strategis yang telah dirumuskan oleh organisasi berisi tentang
pernyataan strategi yang siap dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan utama
organisasi. Menjadikan organisasi strategis merupakan proses menghasilkan
strategi dan memperbaikinya sesuai dengan keperluan.
Manajemen strategi dipandang suatu evolusi manajemen karena dua alasan yaitu:
1. Strategi sebagai rencana besar organisasi untuk mengatasi tantangan saat ini dan
sekaligus mencapai keberhasilan visi dan misi organisasi di masa yang akan
datang,
2. Organisasi menerapkan manajemen strategik menjawab perubahan dunia dalam
rangka meningkatkan kemampuan daya saing untuk meraih keberhasilan di
masa-masa mendatang.

C. Karakteristik dan Dimensi Strategi Pengelolaan


1. Karakteristik Startegi Pengelolaan
Berdasarkan uraian mengenai konsep manajemen strategik di atas disimpulkan
karakteristik manajemen strategik adalah:
a. Strategi pengelolaan diwujudkan dalam bentuk perencanaan berskala besar,
dalam arti mencakup kepentingan seluruh komponen organisasi. Hasil
rumusan rencana ini biasanya dituangkan dalam bentuk rencana-rencana
organisasi secara hierarkis, yakni: rencana strategis (renstra), rencana
operasional (renop), program, dan kegiatan,
b. Rencana strategik berorientasi ke masa depan (misal 10 tahun ke atas),
c. Visi dan misi organisasi menjadi acuan dalam penyusunan rencana strategis,
d. Adanya keterlibatan pimpinan puncak dalam penyusunan rencana strategis,
e. Hasil rumusan rencana strategis diimplementasikan melalui fungsi
manajemen.
2. Dimensi Strategi Pengelolaan
Strategi pengelolaan memiliki dimensi yang bersifat multidimensional, yaitu:
a. Dimensi waktu dan orientasi masa depan. Manajemen strategi berorientasi
kepada sasaran jangka panjang. Antisipasi masa depan tersebut dirumuskan dan
ditetapkan sebagai visi organisasi yang akan diwujudkan 10 tahun atau lebih di
masa depan. Durasi waktu rencana strategik tersebut bahkan dapat berkisar
antara 25-30 tahun ke atas,
b. Dimensi internal dan eksternal,
c. Dimensi pendayagunaan sumber-sumber,
d. Dimensi multibidang,
e. Pengikutsertaan manajemen puncak.

D. Komponen Utama Strategi Pengelolaan


Strategi pengelolaan melibatkan proses perencanaan melalui dua tahap
(komponen) perencanaan, yakni:
1. Komponen perencanaan strategis meliputi proses perumusan: visi, misi,
tujuan strategik, dan strategi utama (strategi umum),
2. Komponen perencanaan operasional meliputi proses perumusan sasaran atau
tujuan operasional, pelaksanaan fungsi manajemen, kebijakan, jaringan kerja
internal eksternal organisasi, kontrol, dan evaluasi.

E. Konsep Visi dan Misi


Perumusan visi misi organisasi harus dilakukan secara cermat dengan
memperhatikan karakteristik rumusan visi misi tersebut. Visi merupakan sudut
pandang ke masa depan organisasi dalam mewujudkan tujuan strategis
organisasi yang berpengaruh langsung pada misinya sekarang, dan masa yang
akan datang. Sedangkan misi organisasi merupakan keseluruhan tugas pokok
yang dijabarkan, berupa kegiatan apa, yang sedang atau segera dilaksanakan
untuk suatu organisasi. Visi sebagai arah pijakan melaksanakan kebijakan
sekolah dikomunikasikan kepada stakeholders.
Misi merupakan tugas sekolah untuk mewujudkan visi lembaga yayasan
dan sekolah, yang umumnya ditandai dengan kata mewujudkan. Perumusan
visi dan misi sekolah berfungsi sebagai acuan dan mempermudah penetapan
kebijakan sekolah, karena visi dan misi merupakan gambaran atau cita-cita ke
depan sekolah. Visi dan misi sebagai arah pijakan melaksanakan kebijakan
sekolah.

F. Manajemen Strategik sebagai Proses


Manajemen strategi sebagai proses terdiri dari tiga tahap pokok yaitu
perumusan strategi, implementasi strategi, dan pengendalian (evaluasi) strategi.
1. Perumusan Strategi
Tahap perumusan strategi perencana eksekutif merumuskan visi misi
organisasi, pembuatan profil organisasi, mengenali peluang dan ancaman
eksternal organisasi, menganalisis alternatif strategi, menetapkan sasaran
jangka panjang, dan memilih strategi induk. Alat manajemen yang potensial
untuk membantu analisis peluang dan ancaman tersebut dapat menggunakan
teknik analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, dan threat).
2. Implementasi Strategi
Tahap implementasi pimpinan melakukan perumusan strategi operasional,
menetapkan sasaran tahunan atau jangka pendek, kebijakan, motivasi dan
pemberdayaan sumber-sumber yang tersedia untuk merealisasikan rencana
strategis, dan melembagakan strategi.
Adapun strategi pengelolaan program dapat ditempuh antara lain
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Memberdayakan komite sekolah/majelis sekolah dalam peningkatan
mutu pembelajaran di sekolah
b. Unsur pemerintah Kab/Kota dalam hal ini instansi yang terkait antara
lain Dinas Pendidikan, Badan Perencanaan Kab/Kota, Departemen
Agama (yang menangani pendidikan SD/MI, SLTP dan SLTA), Dewan
Pendidikan Kab/Kota terutama membantu dalam mengkoordinasikan dan
membuat jaringan kerja (akses) ke dalam siklus kegiatan pemerintahan
dan pembangunan pada umumnya dalam bidang pendidikan.
c. Memberdayakan tenaga kependidikan, baik tenaga pengajar (guru),
kepala sekolah, petugas bimbingan dan penyuluhan (BP) maupun staf
kantor, pejabat-pejabat di tingkat kecamatan, unsur komite sekolah
tentang Manajemen Berbasis Sekolah, pembelajaran yang bermutu dan
peran serta masyarakat.
d. Mengadakan pelatihan dan pendampingan sistematis bagi para kepala
sekolah, guru, unsur komite sekolah pada pelaksanaan peningkatan mutu
pembelajaran
e. Melakukan supervisi dan monitoring yang sistematis dan konsisten
terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah agar diketahui
berbagai kendala dan masalah yang dihadapi, serta segera dapat
diberikan solusi/pemecahan masalah yang diperlukan.
f. Mengelola kegiatan yang bersifat bantuan langsung bagi setiap sekolah
untuk peningkatan mutu pembelajaran, Rehabilitasi/Pembangunan sarana
dan prasarana Pendidikan, dengan membentuk Tim yang sifatnya khusus
untuk menangani dan sekaligus melakukan dukungan dan pengawasan
terhadap Tim bentukan sebagai pelaksana kegiatan tersebut.
Dua aspek penting yang harus diperhatikan dalam kegiatan ini adalah
kondisi alamiah total sumber daya yang tersedia dan prioritas untuk
melaksankan program. Oleh karena itu, sehubungan dengan keterbatasan
sumber daya dimungkinkan bahwa program tertentu lebih penting dari program
lainnya dalam memenuhi kebutuhan siswa untuk belajar. Kondisi ini
mendorong sekolah untuk menentukan skala prioritas dalam melaksanakan
program tersebut. Seringkali prioritas ini dikaitkan dengan pengadaan
preralatan bukan kepada output pembelajaran. Oleh karena itu dalam rangka
pelaksanaan konsep manajemen tersebut sekolah harus membuat skala prioritas
yang mengacu kepada program-program pembelajaran bagi siswa. Sementara
persetujuan dari proses pendanaan harus bukan semata-mata berdasarkan
pertimbangan keuangan melainkan harus merefleksikan kebijakan dan prioritas
tersebut. Anggaran harus jelas terkait dengan program yang mendukung
pencapaian target mutu. Hal ini memungkinkan terjadinya perubahan pada
perencanaan sebelum sejumlah program dan pendanaan disetujui atau
ditetapkan
Dua aspek penting yang harus diperhatikan dalam strategi pelaksanaan di
sekolah adalah kondisi alamiah total sumber daya yang tersedia dan prioritas
untuk melaksanakan program. Oleh karena itu, sehubungan dengan
keterbatasan sumber daya dimungkinkan bahwa program tertentu lebih penting
dari program lainnya dalam memenuhi kebutuhan siswa untuk belajar.

3. Pengendalian dan Evaluasi


Tahap pengendalian dan evaluasi pimpinan melakukan pengawasan dalam
rangka mendorong kelancaran pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang telah
dilaksanakan. Pimpinan juga perlu mengetahui atau memonitor kemajuan
kegiatan yang telah dilaksanakan. Berdasarkan hasil monitoring itu, jika
diperlukan maka semua strategi yang telah diterapkan dapat dimodifikasi di
masa depan karena faktor-faktor eksternal dan internal selalu berubah. Tiga
macam aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi yaitu a) meninjau
faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi sekarang, b)
mengukur prestasi, dan c) mengambil tindakan korektif.
Posisi formulasi dan implementasi dalam manajemen strategik terdapat
pada Gambar 1.

Gambar 1 Posisi Formulasi dan Implementasi dalam Manajemen


Strategik

Selanjutnya proses formulasi strategik dapat ditunjukkan pada Gambar 2.


Gambar 2 mengilustrasikan proses keutuhan yang disederhanakan untuk
memudahkan pemahaman. Terdapat lima langkah pokok formulasi strategi,
yaitu 1) perumusan misi, 2) asesmen lingkungan eksternal, 3) asesmen
organisasi, 4) perumusan tujuan khusus, dan 5) penentuan strategi.

Gambar 2 Proses Formulasi Strategik

Berdasarkan Gambar 1 dan Gambar 2 disimpulkan bahwa analisis


lingkungan terdiri dari dua unsur, yaitu analisis eksternal dan analisis internal
(analisis organisasi). Analisis lingkungan eksternal meliputi identifikasi dan
evaluasi aspek-aspek sosial, budaya, politis, teknologi, dan kecenderungan
yang mungkin berpengaruh pada organisasi. Kecenderungan ini merupakan
sejumlah faktor yang sukar diramalkan (unpredictable) atau memiliki derajat
ketidakpastian (degree of uncertainly) tinggi. Hasil dari analisis lingkungan
eksternal adalah sejumlah peluang yang harus dimanfaatkan oleh organisasi
(opportunities) dan ancaman yang harus dicegah (threats). Analisis lingkungan
internal dari penentu persepsi yang realistis atas segala kekuatan (strengths)
dan kelemahan (weaknesses) yang dimiliki organisasi. Suatu organisasi harus
mengambil manfaat dari kekuatannya dan berusaha untuk mengatasi
kelemahannya. Analisis organisasi dapat membantu organisasi sekolah dalam
pengalokasian sumber daya yang lebih efektif. Analisis lingkungan eksternal
dan internal ini lazim disebut analisis SWOT.
Analisis SWOT dapat dilakukan dengan membuat matrik SWOT. Matrik
ini terdiri dari sel-sel daftar kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.
Strategi SO menggunakan kekuatan dan memanfaatkan peluang. Strategi WO
memperbaiki kelemahan dan mengambil manfaat dari peluang. Strategi ST
menggunakan kekuatan dan menghindari ancaman. Strategi WT mengatasi
kelemahan dan menghindari ancaman. Secara lebih rinci terlihat pada Gambar
3.

Gambar 3 Matrik Analisis SWOT

G. Hierarki Strategi
Penerapan konsep manajemen strategi di lingkungan organisasi nonprofit
seperti lembaga kependidikan dapat digolongkan ke dalam tiga tingkatan,
yakni:
1. Strategi korporasi atau level organisasi Depdiknas,
2. Strategi bisnis atau level Direktorat terkait di lingkungan Depdiknas,
3. Strategi fungsional di jajaran bidang, seksi-seksi, dan sekolah-sekolah.

Secara sederhana hierarki tersebut dapat digambarkan dalam Gambar 4.


Gambar 4 Hierarki Manajemen Strategik Pendidikan

Berdasarkan Gambar 4 disimpulkan ciri-ciri keputusan strategi pendidikan


pada berbagai tingkatan tersebut dijelaskan pada Tabel 1.

Tabel 1 Ciri-Ciri Keputusan Strategi Pendidikan

Strategi tingkat korporasi disusun pada tingkatan tertinggi dalam suatu


organisasi (organisasi induk), membahas tentang pilihan rencana strategis,
pengalokasian sumber daya. Level korporasi seorang pemimpin organisasi
mengoordinasi aktivitas tiap unit kerja yang terpisah secara struktural. Usaha
mengembangkan dan mempertahankan kompetensi inti (core competence)
pada tingkat korporasi cenderung lebih luas dan umum misalnya keuangan,
sumber daya, dan efektivitas organisasi. Sinergi merupakan keunggulan
kompetitif utama bagi lembaga pendidikan dimana kegiatan saling berkaitan
dan memberikan kekuatan pada kegiatan lain dengan melakukan koordinasi
dengan antar personalia.
Strategi tingkat bisnis memfokuskan pada cara sekolah dapat bersaing
dengan sekolah lain sehingga dapat menjadi daya pendorong untuk terus
meningkatkan mutu. Isu utama yang dikaji pada tingkat bisnis adalah cara
mencapai dan mempertahankan keunggulan kompetitif dan menganalisa
kompetensi yang dapat memenuhi kebutuhan organisasi. Sekolah
mengembangkan suatu bagian organisasi sekolah dapat berupa tim kerja yang
menganalisa dan mengembangkan manajemen hubungan sekolah dengan
masyarakat sehingga sekolah mengetahui aspek yang diinginkan layanan oleh
masyarakat sebagai pedoman dan bahan pertimbangan sekolah untuk
menerapkan rencana strategis.
Strategi tingkat fungsional mempunyai ruang lingkup yang lebih sempit
dari strategi bisnis. Strategi fungsional berhubungan dengan aktivitas bidang
fungsional seperti strategi keuangan sekolah. Kepala sekolah mendelegasikan
pengembangan strategi fungsional kepada para wakil kepala sekolah, seperti
kegiatan promosi sekolah. Sekolah menganalisa keunggulan sekolah yang
nantinya dikembangkan menjadi pedoman dalam arah kebijakan sekolah.

H. Kesalahan dalam Proses Manajemen Strategik


Manajemen strategik pada saat sedang dipraktikkan, terdapat dua kategori
penting kesalahan-kesalahan dapat terjadi. Kategori yang pertama mencakup
kesalahan-kesalahan yang ditimbulkan dari cara bagaimana strategi itu
digunakan. Beberapa kesalahan pada kategori pertama ini dapat dihindari dan
berasal dari kesalahan pemahaman proses strategi. Kategori kedua mencakup
kesalahan-kesalahan yang diakibatkan dari ketidakpastian yang mesti terjadi
berhubungan dengan proses strategi.
Kesalahan yang berhubungan dengan penggunaan strategi terdiri dari
beberapa hal yaitu 1) ketidakmampuan berpikir secara strategis, 2)
ketidaktepatan penggunaan pada tingkatan manajemen, 3) terlalu menekankan
pada bentuk dan prosedur, 4) terpisah dari lingkungan, 5) cukup untuk
mencapai waktu jangka pendek, dan 6) ketidaktepatan penggunaan sumber
daya.
Kesalahan selanjutnya adalah ketidakmampuan memprediksi perubahan
atau masalah lingkungan eksternal yang dapat berupa 1) perkembangan inovasi
produk jasa baru, 2) perubahan peraturan pemerintah, 3) perubahan iklim, 4)
kekurangan dan kelangkaan bahan baku, 5) perubahan preferensi dan selera
konsumen, dan 6) kehadiran pesaing baru atau perubahan kemampuan untuk
bersaing.

2.2 Pendekatan-pendekatan Pengelolaan Pendidikan


a. Pendekatan Organisasi Klasik
Pendekatan organisasi klasik ini sering disebut juga dengan gerakan
manajemen ilmiah yang dipelopori oleh Frederick Taylor seorang yang memiliki
latar belakang dan pengalaman sebagai buruh, juru ketik, mekanik, dan akhirnya
berpengalaman sebagai kepala teknik yang hidup antara tahun 1856 sampai
dengan tahun 1915. Gerakan ini mencari upaya untuk dapat menggunakan orang
secara efektif dalam organisasi industri. Konsep dari gerakan ini adalah orang
dapat juga bekerja layaknya sebagai mesin.

b. Pendekatan Hubungan Manusia


Pendekatan hubungan manusia adalah gerakan yang lahir dan berkembang
sebagai reaksi terhadap pendekatan organisasi klasik. Pendekatan hubungan
manusia ini dipelopori oleh Mary Parker Follett (1868-1933) orang yang pertama
kali mengenal pentingnya faktor-faktor manusia dalam administrasi. Mary Follet
juga banyak menulis yang berkenaan dengan sisi manusia dalam administrasi.
Mary Follet percaya bahwa masalah yang mendasar dalam semua organisasi
adalah mengembangkan dan mempertahankan hubungan dinamis dan harmonis.
Walaupun terjadi konflik, menurut pemikiran Mary Follet, konflik tersebut
merupakan suatu proses yang normal bagi pengembangan hal yang
mengakibatkan terjadinya konflik itu
c. Pendekatan Prilaku
Pendekatan prilaku dalam administrasi adalah menggabungkan antara
hubungan sosial dengan struktur formal dan menambahkannya dengan proposisi
yang diambil dari psikologi, sosiologi, ilmu politik dan ekonomi. Pendekatan ini
dipelopori oleh Chester I. Barnard yang hidup antara tahun 1886 sampai dengan
tahun 1961. Bukunya "Functions of the Executive" (1938). Dalam buku ini
Barnard mengulas secara lengkap teori perilaku yang kooperatif dalam organisasi
formal. Barnard menyimpulkan bahwa kontribusi kerjanya berkenaan dengan
konsep struktur dan dinamis. Konsep-konsep struktur yang dianggap penting
adalah individu, sistem kerja sama, organisasi formal, organisasi formal yang
komplek, dan juga organisasi informal. Konsep-konsep dinamis yang penting,
menurut Barnard, adalah kerelaan, kerjasama, komunikasi, otoritas, proses
keputusan, dan keseimbangan dinamik.

Permasalahan dan Pengembangan Pengelolaan Pendidikan “Masalah


Kontemporer Pengelolaan Sistem Pendidikan Nasional” dapat diikhtisarkan
bahwa permasalahan dan pengembangan pengelolaan pendidikan menyangkut
hal-hal sebagai berikut:

1. Sistem Desentralisasi dalam Pengelolaan Pendidikan

Bagaimanakah kita dapat mengoperasikan sistem desentralisasi dalam


pengelolaan pendidikan nasional yang efektif dan efisien bagi semua daerah?
Sebab daerah-daerah tidak semuanya siap untuk dapat menerapkan sistem
desentralisasi dalam pengelolaan pendidikan kita ini. Apakah dengan
menerapkan sistem desentralisasi dalam pengelolaan pendidikan dapat merusak
tatanan kesatuan dan persatuan yang telah terjalin selama ini antar berbagai
daerah di negara kita? Akan tetapi penerapan sistem desentralisasi dalam
pengelolalaan pendidikan adalah salah satu upaya untuk memberikan
kepercayaan kepada daerah dalam mengelola sistem pendidikan yang berada di
daerah tersebut dalam rangka untuk pengembangan sumber daya manusia yang
bervariasi untuk kepentingan pembangunan pendidikan dan juga pembangunan
nasional secara menyeluruh.
2. Penerapan Otonomi dalam Pengelolaan Pendidikan Tinggi

Dalam pengelolaan pendidikan tinggi yang mempercayakan sepenuhnya


kepada perguruan tinggi untuk dapat mengelola dan mengembangkannya
sendiri sesuai dengan kebutuhan dan potensi perguruan tinggi tersebut dan
daerah masing-masing di mana perguruan tinggi itu berada. Setiap perguruan
tinggi akan diberikan kepercayaan dan kewenangan yang luas untuk dapat
mengelola proses pendidikan dengan segala aspek yang ada di dalamnya.

3. Profesionalisasi Jabatan Tenaga Kependidikan

Supaya tingkat efektivitas dan efisiensi hasil pendidikan nasional dapat


dioptimalkan untuk kepentingan masyarakat dan kepentingan bangsa dalam
mengejar berbagai ketinggalan bangsa Indonesia dengan bangsa lain sehingga
pada akhirnya bangsa Indonesia dapat bersaing secara sehat dengan bangsa-
bangsa lain di dunia.

4. Kendali Mutu Pendidikan Nasional

Mutu proses pengajaran sangat dipengaruhi oleh perilaku guru dalam hal
(1) menyusun desain instruksional, (2) menguasai berbagai macam metode
mengajar dan mampu menerapkan metode tersebut dengan kegiatan siswa di
dalam kelas, (3) berinteraksi dengan siswa untuk menumbuhkan dan
membangkitkan motivasi belajar yang menyenangkan, (4) menguasai bahan dan
menggunakan berbagai macam sumber belajar untuk membangkitkan kegiatan
belajar aktif, (5) mengenal perbedaan individual setiap siswa, dan (6) memilih
proses dan hasil belajar, memberikan umpan balik, dan juga mampu dalam
merancang program belajar remedial (Djam‟an Satori dan Udin S. Saud 1994).
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam Mengelola pendidikan dibutuhkan beberapa analisis strategi
yang dapat memajukan suatu instansi atau sekolah yang ingin
dikembangkan bahkan untuk memajukannya diantaranya terdapat hierarki
strategi, proses dalam penentuan strategi dan harus mengetahui kesalahn-
kesalahan sebelumnya mengenai penyusunan strategi agar tidak terulang.
Dan dalam pengelolaan pendidikan terdapat beberapa pendekatan agar
sekolah dapat mengelola berdasarkan berbagai sudut pandang para peneliti
pendiidkan

B. SARAN

Setelah mempelajari Strategi Pengelolaan Pendidikan serta


beberapa pendekatan diharapkan pendidik bisa menerapkan pengetahuan
ini sebagai awal dari strategi memajukan ataupun mengembangkan
sekolah ke tingkat yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Arcaro, Jarome S., Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-Prinsip Perumusan dan


Tata Langkah Penerapan, terj.Yosai Triantara, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007.
Deradjat, Akhmad “Konsep Dasar Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah” dalam http://pakarbisnisonline.blogspot.com/2010/10/konsep-
dasar-manajemen-peningkatan-mutu.html, diakses tanggal 1 Nopember
2012
Fadilah, Fauzi “Pengertian Manajemen Mutu Berbasis Sekolah”
dalam http://jurnal-sdm.blogspot.com/2010/03/manajemen-peningkatan-
mutu-berbasis.html, diakses tanggal 1 Nopember 2012
Hardi, Kustrini, Implementasi Konsep MBS di Sekolah, diakses
dari http://www.harianbatampos.com/mod.php?
mod=publisher&op=viewarticle&artid=8457, tanggal 8 Oktober 2012
Kadarman, A.M. et.al. 1996. Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta, Gramedia.

Kasan, Tolib. 2004. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta : Studia press.

Mulyasa, E., Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan


MBS dan KBK, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2003.
Rusyan, A. Tabrani. 1992. Manajemen Kependidikan. Bandung: Media Pustaka.

Sudjana D. 2004, Manajemen Program Pendidikan. Bandung, falah production.

Suryadi, Ace, H.A.R. Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar,


Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1993.
Sutisna, Oteng. 1985. Administrasi Pendidikan. Bandung: Angkasa

Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan: Konsep, Strategi dan


Aplikasi, Jakarta: PT Grasindo, 2002.
Usman, Husaini, Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi
Aksara, 2006.

Anda mungkin juga menyukai