Anda di halaman 1dari 17

Makalah

Evaluasi Program Pendidikan

Tentang:
Manajemen Evaluasi Strategis Satuan Pendidikan

Oleh :

Dina Ratna Sari


NIM. 212012010

Dosen:
Prof. Dr. Zulmuqim, M.A
Dr. Hj. Demina, M.Pd

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS
BATUSANGKAR
1444 H /2022 M
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillahirobbil a’lamin, puji syukur peneliti ucapkan atas kehadirat Allah SWT,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan nikmat kepada peneliti. Sehingga, peneliti
mampu menyelesaikan tugas kelompok ini dengan judul “Manajemen Evaluasi
Strategis Satuan Pendidikan”. Salawat beriringkan salam tak lupa pula hadiahkan buat
Nabi Muhammad SAW yang merupakan suri tauladan bagi seluruh umat manusia.
Penulisan makalah ini merupakan bentuk tugas kelompok yang diselesaikan oleh
penulis dalam Mata Kuliah Evaluasi Program Pendidikan di Program Pascasarja Jurusan
Manajemen Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Mahmud Yunus
Batusangkar. Penulis mengucapkan terimakasi kepada dosen pengampu Mata Kuliah
Evaluasi Program Pendidikan yang telah membina kegiatan perkuliahan, dan berbagai
pihak yang telah berpartisipasi.
Akhirnya kepada Allah penulis berserah diri, memohon ampunan, semoga bantuan,
motivasi dan bimbingan serta nasehat dari berbagai pihak menjadi amal ibadah yang
ikhlas hendaknya dan diberikan balasan oleh Nya, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada kita semua. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Batusangkar, 12 Oktober 2022


Penulis

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
A. Pembaharuan Organisasi...............................................................................
B. Pelatihan Kerjasama Dan Rancangan Non Profit..........................................
C. Gambaran Evaluasi Ke Depan ......................................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Satuan pendidikan sebagai salah satu pusat pelaksana kegiatan pendidikan
merupakan lembaga terstruktur yang memiliki peran dalam meningkatkan mutu
pendidikan. Satuan pendidikan berperan langsung dalam mencetak generasi
Indonesia yang berkualitas yang sudah seharusnya memperoleh perhatian yang
besar dari pemerintah dan masyarakat. Satuan pendidikan akan berfungsi dengan
maksimal jika didukung oleh sistem manajemen yang terencana yang didukung
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sarana-prasarana serta dana/biaya
pendidikan yang tepat.
Penerapan peraturan dan sistem manajemen yang baku dalam lembaga
pendidikan tentunya sangat dibutuhkan dalam upaya pemaksimalan potensi satuan
pendidikan sehingga terciptalah pendidikan yang bermutu. Satuan pendidikan
yang bermutu berkolerasi terhadap peningkatan sumber daya manusia yang
berkualitas. Semakin baik mutu satuan pendidikan idealnya akan menghasilkan
input, proses dan output yang baik pula (Fadhli, 2020).
Pemerintah memberikan acuan dalam pengelolaan pendidikan yang
berkualitas dengan adanya Standar Nasional Pendidikan (SNP). Lingkup Standar
Nasional Pendidikan Indonesia diatur oleh pemerintah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 sebagai pengganti Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005. Standar Nasional Pendidikan mencakup delapan standar
yaitu (1) Standar Isi, (2) Standar Proses, (3) Standar Kelulusan, (4) Standar
Pendidik dan Tenaga Kependidikan, (5) Standar Sarana dan Prasarana, (6) Standar
Pengelolaan, (7) Standar Pembiayaan, (8) Standar Penilaian Pendidikan. Upaya
pemerintah dalam meningkatkan mutu Pendidikan juga diperjelas lagi dengan
adanya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan
Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Dimana setiap lembaga
pendidikan dasar dan menengah dalam pengelolaan pendidikan wajib
melaksanakan perencanaan program, pelaksanaan rencana kerja, pengawasan dan
evaluasi, kepemimpinan sekolah/madrasah, system informasi manajemen, serta
penilaian khusus (Fadhli, 2020).
Pengelolaan pendidikan oleh satuan lembaga pendidikan dilaksanakan
dengan adanya manajemen strategik. Manajemen strategik dalam manajemen
satuan pendidikan adalah suatu pendekatan yang sistematik dalam
menyelenggarakan programnya untuk mencapai tujuan satuan pendidikan. Unsur-
unsur strategi dalam manajemen satuan pendidikan tentu bertitik tolak pada ruang
lingkup atau batasan dimana satuan pendidikan itu bergerak, menetapkan mutu
layanan belajar, mutu lulusan yang dihasilkan, memenuhi keinginan masyarakat
akan mutu pendidikan yang diselenggarakan di satuan pendidikan. Dalam konteks
masa kini, melalui manajemen strategik, pimpinan puncak dalam suatu organisasi,
terutama organisasi pendidikan, harus mampu merumuskan dan menentukan
strategik organisasi yang tepat sehingga organisasi yang bersangkutan tidak hanya
mampu mempertahankan eksistensinya, akan tetapi tangguh melakukan
penyesuaian dan perubahan yang diperlukan sehingga organisasi semakin
meningkat efektivitas dan produktivitasnya.
Salah satu fungsi manajemen strategik adalah evaluasi strategik. Evaluasi
strategik merupakan proses menilai sejauh mana strategi yang dijalankan
mempengaruhi kinerja. Evaluasi strategik harus diterapkan pada satuan
pendidikan, karena lembaga pendidikan juga membutuhkan ketercapaian tujuan
pendidikan disatuannyanya. Sedangkan untuk mengetahui tercapainya tujuan
pendidikan di suatu satuan pendidikan, maka harus dilakukan evaluasi proses dan
hasil belajar pada tiap satuan pendidikan (Kharisma, 2020).
Evaluasi pada setiap satuan pendidikan dilaksanakan oleh guru, sekolah, dan
pemerintah. Evaluasi yang dilaksanakan oleh seorang guru adalah untuk
mengukur ketercapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar sesuai dalam
silabus atau kurikulum mata pelajaran. Evaluasi yang dilaksanakan oleh sekolah
adalah sebagai sarana mengukur tercapaianya satndar kompetensi kelulusan untuk
seluruh mata pelajaran dan juga penilaian akhir untuk menentukan kelulusan dari
sekolah.
Sedangkan pemerintah yang juga melaksanakan evaluasi bertujuan untuk
penilaian kompetensi lulusan secara nasional dalam bentuk ujian nasional
(Kharisma, 2020).
Evaluasi pada satuan pendidikan menuntut guru untuk mengetahui serta
memahami bagaimana prosedur melaksanakan penilaian dan evaluasi hasil belajar
dengan benar. Evaluasi yang dilaksanakan oleh guru dapat dijadikan bahan untuk
meningkatkan kualitas belajar mengajar guru. Oleh karena itu, dengan
meningkatkan kualitas belajar guru diharapkan dapat meningkatkan mutu
pendidikan yang diterima oleh siswa (Kharisma, 2020).
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk membahas mengenai
manajemen evaluasi strategis satuan pendidikan. Makalah ini berfokus pada
manajemen evaluasi strategis satuan pendidikan berupa pembaharuan organisasi,
pelatihan kerjasama dan rancangan non-profit, dan gambaran evaluasi ke depan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembaharuan Organisasi
Suatu kehidupan organisasi tidak terlepas dari pengaruh lingkungan
eksternal, karena organisasi sebagai suatu sistem selalu berinteraksi dengan
lingkungannya. Organisasi yang tidak responsif dan adaptif terhadap
perkembangan lingkungan yang kompleks dan penuh ketidakpastian sudah tentu
tidak menguntungkan organisasi di dalam menghadapi dunia persaingan yang
makin ketat. Organisasi harus mengembangkan kapasitasnya untuk mempelajari
pola, tata nilai dan strategi kerja baru sehingga unsur-unsur tersebut dapat
ditransformasikan kedalam kehidupan organisasi yang lebih mampu menjawab
setiap tantangan organisasi. Kebutuhan untuk melakukan pembaharuan organisasi
merupakan pergeseran yang fundamental antara hubungan organisasi, individu
dan masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, pembaharuan organisasi
merupakan tantangan utama bagi para pimpinan organisasi.
Pembaharuan organisasi dapat dilakukan melalui pendekatan 4R, yaitu
Reframing, Restructure, Revitalization dan Renewal. Pendekatan tersebut dapat
digunakan untuk mengetahui bagaimana strategi dan visi organisasi dapat
ditransformasikan kedalam program-program yang ada di setiap tingkatan
organisasi. Selain itu pendekatan tersebut juga berguna untuk melihat bagaimana
peran kepemimpinan dalam proses pembaharuan organisasi tersebut (Soetjitro,
2011).
a. Pendekatan Reframing
merupakan pergeseran konsepsi organisasi tentang bagaimana suatu
organisasi bisa mencapai tujuannya. Suatu organisasi kadang-kadang
terhalang dengan suatu pola pikir tertentu sehingga organisasi kehilangan
kemampuan untuk mengembangkan model mental (mental model) yang
sesuai dengan tuntutan organisasi. Melalui pendekatan "Reframing" akan
membuka pola pikir baru dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Dimensi
"Reframing" terdiri atas 3 unsur seperti (1) mencapai mobilisasi (achieve
mobilization), (2) menciptakan visi (create vision) dan (3) membangun
sistem pengukuran (build a measurement system) (Soetjitro, 2011).
Mencapai mobilisasi merupakan proses yang mendorong tumbuhnya energi
mental yang dibutuhkan untuk memfasilitasi proses transformasi.
Menciptakan visi organisasi akan mempersiapkan arah organisasi pada masa
depan. Membangun sistem pengukuran dilakukan dengan menterjemahkan
visi kedalam seperangkat ukuran-ukuran dan target, dan mendefinisikan
tindakan-tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai target yang telah
ditetapkan (Soetjitro, 2011).
b. Pendekatan Restrukturisasi
Pendekatan ini berkaitan dengan bentuk organisasi dan tingkat kompetisi
yang dapat dicapai organisasi. Bentuk organisasi yang ramping, datar dan
sesuai dengan kebutuhan organisasi merupakan pertimbangan yang utama
dalam melakukan restrukturisasi. Didalam pendekatan restrukturisasi
terkandung 3 unsur yang meliputi: (1) construct an economic model (2)
align the physical infrastructure dan (3) redesign the work architecture
(Soetjitro, 2011).
Membangun model ekonomi (construct an economic model) dapat
memberikan pandangan bagi organisasi secara rinci tentang dimana dan
bagaimana suatu nilai diciptakan atau dihilangkan dalam organisasi. Teknik
mengintegrasikan infrastruktur fisik (align the physical infrastructure)
merupakan salah satu ukuran yang sangat penting terhadap arah dan strategi
suatu organisasi. Komponen terakhir dari pendekatan strukturisasi adalah
mendesain kembali arsitektur pekerjaan (redesign the work architecture)
melalui proses jaringan yang kompleks (Soetjitro, 2011).
c. Pendekatan Revitalisasi
merupakan usaha mendorong pertumbuhan dengan mengkaitkan
keseluruhan organisasi dengan lingkungannya. Setiap orang dalam
organisasi ingin berkembang tetapi sumber pertumbuhan dan perkembangan
itu sering sulit dipahami. Sistem revitalisasi organisasi terdiri dari 3
komponen seperti (a) achieve market focus (b) invent new business dan (c)
change the rules through information technology (Soetjitro, 2011).
Strategi memfokuskan kepada pasar "achieve market focus" merupakan
usaha menghubungkan pola pikir organisasi secara keseluruhan kepada
lingkungannya dengan menumbuhkan dan memusatkan kepada kepentingan
pelanggan sehingga diharapkan dapat membawa pertumbuhan bagi
organisasi. Strategi menemukan busines baru (invent new business)
merupakan strategi untuk membangun kemampuan perusahaan melalui
berbagai pendekatan seperti kemitraan (partnership), merger dan akusisi.
Strategi merubah aturan melalui teknologi informasi (change the rules
through information technology) merupakan usaha memanfaatkan teknologi
sebagai dasar untuk mencari jalan baru menghadapi kompetisi (Soetjitro,
2011).
d. Pendekatan Renewal
Pendekatan ini berkaitan dengan unsur SDM yang mempercepat proses
pembaharuan dan spirit organisasi. Strategi renewal merupakan kekuatan
yang penting dalam dimensi pembaharuan organisasi. Terdapat 3 unsur
dalam pendekatan renewal meliputi (1) Menciptakan struktur reward
(Create a reward structure), (2) Membangun individu belajar (build
individual learning) dan (3) Pengembangan organisasi (develop the
organization) (Soetjitro, 2011).

Strategi menciptakan "reward system" tidak selalu merupakan unsur


memotivasi manusia, tetapi system "reward" sangat penting bagi usaha
mendorong terciptanya semangat kerja, produktivitas dan kinerja organisasi secara
keseluruhan. Strategi membangun invidu belajar yaitu dengan berkomitmen untuk
mengembangkan individu dengan meningkatkan keahlian, kemampuan dan
ketrampilan melalui berbagai proses belajar. Mengembangkan organisasi berarti
menciptakan "a sense of community" diantara individu dalam organisasi, sehingga
interaksi sesama individu sangat tergantung kepada struktur suatu organisasi
(Soetjitro, 2011).
B. Pelatihan Kerjasama dan Rancangan Non Profit
Pendidikan nasional terdiri atas tiga subsistem yaitu subsistem pendidikan
formal, informal, dan non formal. Pendidikan formal adalah kegiatan yang
sistimatis, berstruktur, bertingkat, berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai
dengan perguruan tinggi dan yang setaraf denganya, termasuk kedalamnya adalah
kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program spesialisasi, dan
latihan profesional yang dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus. Adapun
pendidikan informal adalah proses yang berlangsung sepanjang usia sehingga
setiap orang memperoleh nilai, sikap, ketrampilan, dan pengetaun yang bersumber
dari pengalaman hidup sehari-hari, pengaruh lingkungan termasuk didalamnya
adalah pengaruh kehidupan keluarga, hubungan dengan tetangga, lingkungan
pekerjaan dan permainan, pasar, perpustakaan, dan media masa.
Sedangkan pendidikan non formal ialah setiap kegiatan terorganisasi dan
sistimatis, diluar sistim persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau
merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan
untuk melayani peserta didik tertentu didalam mencapai tujuan belajarnya (Hesti
Wardhani & Makmur, 2015).
Salah satu awal dari jenis pendidikan non formal adalah pelatihan, kegiatan
pelatihan memberikan manfaat yang cukup besar bagi peserta pelatihan apabila
dikelola dengan baik. Dewasa ini banyak orang telah memanfaatkan pelatihan
untuk membantu mereka dalam melaksanakan berbagai tugas dalam kehidupan,
pada hakikatnya pelatihan merupakan pemberian pengalaman kepada seseorang
untuk mengembangkan tingkah laku dalam hal ini pengetahuan, skill dan sikap
agar mencapai sesuatu yang diinginkan (Hesti Wardhani & Makmur, 2015).
Dalam peningkatan, pengembangan dan pembentukan calon tenaga
pendidik yang berkualitas maka perlu dilakukan berbagai upaya melalui
pembinaan, pendidikan dan pelatihan. Ketiga upaya ini saling terkait, namun
pelatihan pada hakikatnya mengandung unsur-unsur pembinaan dan pendidikan.
Secara operasional pelatihan merupakan suatu proses yang meliputi serangkaian
tindakan atau upaya yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian
bantuan kepada calon tenaga pendidik oleh tenaga professional kepelatihan dalam
satuan waktu tertentu yang bertujan untuk meningkatkan kemampuan kerja
peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektifitas dan
produktifitas dalam suatu organisasi (Efendi, 2017).
Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk
memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang
berlaku dalam waktu yang relatif singkat dengan metode yang lebih
mengutamakan praktek daripada teori. Keterampilan tersebut meliputi pengertian
physical skill, intellectual skill, social skill, managerial skill, dll. Pelatihan secara
singkat dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan kinerja
saat ini dan masa datang. Pelatihan berfungsi untuk menghasilkan tenaga pendidik
professional dan terampil. Pelatihan tersebut sangat dibutuhkan sebagai wahana
pembinaan calon tenaga pendidik siap pakai dan berkualitas (Efendi, 2017).
Program pelatihan adalah sebagai serangkaian kegiatan dengan tujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pelaksanaan program-
program tersebut dilakukan oleh satuan pendidikan atas dasar kerjasama dengan
pihak pemerintah. Terdapat tiga tipe program dalam pelatihan, khususnya
pendidikan luar sekolah. Tipe-tipe program itu adalah tipe program
developmental, tipe program institusional, dan tipe program informasional.
Tipe program developmental ini mengidentifikasi masalah-masalah pokok
klien, masyarakat atau segmen masyarakat. Tipe program institusional berfokus
pada pengembangan dan peningkatan kemampuan dasar seseorang. Program
institusional atau training, yakni upaya pendidikan yang diberikan kepada
perseorangan dengan tujuan penguasaan kemampuan-kemampuan tertentu yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu di satuan pendidikan. Tipe
program informasional ini berupa pertukaran informasi antara pendidik atau
perencana dan warga belajar (Efendi, 2017).
C. Gambaran Evaluasi Ke Depan
Evaluasi terhadap satuan pendidikan dapat dilaksanakan dengan
melaksanakan evaluasi terhadap kurikulum yang digunakan oleh satuan
pendidikan. Kurikulum adalah segala pengalaman pendidikan yang diberikan oleh
satuan pendidikan kepada seluruh anak didiknya, baik dilakukan di dalam satuan
pendidikan maupun di luar satuan pendidikan. Kurikulum tidak terbatas pada isi
mata pelajaran saja tetapi meliputi segala pengalaman baik yang diperoleh di
satuan pendidikan maupun di luar satuan pendidikan. Kurikulum merupakan
aktivitas apa saja yang dilakukan satuan pendidikan dalam rangka mempengaruhi
peserta didik dalam belajar untuk mencapai suatu tujuan, dapat dinamakan
kurikulum, termasuk juga proses belajar mengajar, mengatur strategi dalam
pembelajaran, cara mengevaluasi program pengembangan pengajaran dan
sejenisnya (Yusnaini et al., 2014).
Evaluasi memiliki arti menilai (dilakukan pengukuran terlebih dahulu).
Evaluasi terdapat dua langkah yang harus dilakukan yaitu mengukur dan menilai.
Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran, pengukuran
bersifat kuantitatif. Adapun menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap
sesuatu dengan ukuran baik buruk, penilaian bersifat kualitatif. Evaluasi adalah
proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan
arti) sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka
mengambil keputusan. Evaluasi pembelajaran adalah inti bahasan evaluasi yang
kegiatannya di lingkup proses belajar-mengajar. Evaluasi pembelajaran berkaitan
dengan apa yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran
kepada siswa. Bagi seorang guru, evaluasi pembelajaran adalah media yang tidak
terpisahkan dari kegiatan mengajar, karena melalui evaluasi seorang guru akan
mendapatkan informasi tentang pencapaian hasil belajar. Dengan melakukan
evaluasi, apakah materi yang diajarkan seseuai atau tidak dengan para siswa.
Pendekatan yang tepat dalam evaluasi pembelajaran yakni melalui systems
thinking. Pendekatan systems thinking adalah untuk mengurangi adanya perilaku
keterbatasan rasional yang dimiliki oleh manusia. Systems thinking merupakan
cara memandang sesuatu secara keseluruhan, yang saling berhubungan.
Memandang keseluruhan yakni mempelajari dalam memahami bagian yang
terkait dalam suatu sistem (Usman & Ibrahim, 2014).
Systems thinking adalah sesuatu yang terasa di seluruh elemen dan “saling
terkait” karena mereka saling mempengaruhi diantara yang satu dengan yang
lainnya secara terus menerus di setiap waktu dan bergerak menuju suatu tujuan
secara umum. Oleh karena itu, penting sekali systems tingking untuk mengetahui
masalah yang saling berhubungan antar variabel dalam proses pembelajaran dan
mencari strategi untuk penyelesaian masalah pembelajaran untuk meningkatkan
kualitas proses pembelajaran (Usman & Ibrahim, 2014).
Systems thinking merupakan gambaran sesuatu secara menyeluruh dan
mempunyai keterkaitan diantara variabel , maka hasil dari suatu proses systems
thinking dapat digambarkan dalam suatu model. Model adalah suatu pengganti
dari suatu obyek atau sistem. Model sebagai kerangka kerja, skema yang teratur
atau peta jalan yang dapat membantu kita memahami dan meramalkan perilaku
organisasi. Metodologi pemodelan sistem, mempelajari cara-cara yang digunakan
untuk memperlakukan aspek dinamis dan komplek dari suatu sistem (Usman &
Ibrahim, 2014).
Model merupakan dasar dari penelitian eksperimental yang relatif murah
dan hemat waktu dibandingkan dengan bila mengadakan percobaan pada sistem
yang sesungguhnya. Oleh karena itu, observasi dari suatu permasalah organisasi
dapat dibuatkan dalam model-model sistem. Dengan demikian systems thinking
dapat menghasilkan model yang sering disebut sebagai causal loop diagram
(CLD) (Usman & Ibrahim, 2014).
Systems thinking adalah seperangkat keterampilan analitik sinergis yang
digunakan untuk meningkatkan kemampuan mengidentifikasi dan memahami
sistem, memprediksi perilaku mereka, dan merancang modifikasi untuk mereka
menghasilkan efek yang diinginkan. Ini menjadi hal yang berguna dalam mencoba
memahami pemikiran sistem. Evaluasi pembelajaran memiliki pengaruh penting
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan. Penggunaan systems
thinking sangatlah penting juga mampu memberikan gambaran terkait
permasalahan maupun suatu hal yang sedang menjadi pembahasan. Dengan
begitu, evaluasi proses pembelajaran dengan pendekatan systems thinking sangat
penting untuk kemajuan dalam proses pembelajaran (Usman & Ibrahim, 2014).
Pendekatan lainnya yang dapat digunakan untuk evaluasi satuan pendidikan
pendekatan evaluasi orientasi manajemen atau Contex Input Process Product
Model (CIPP). CIPP dikembangkan oleh stufflebeam yang berpandangan evaluasi
adalah proses untuk menggambarkan, memperoleh dan menyiapkan informasi
berguna sebagai acuan untuk menilai suatu program yang dijalankan yang
selanjutnya dapat membantu administrator membuat keputusan-keputusan yang
tepat sebagai pengembangan atau perbaikan suatu program. Sesuai dengan
akronim dari model evaluasi ini, maka tentu saja ada empat jenis kegiatan
evaluasinya, yaitu dari segi konteks, input, proses, dan produk (Usman & Ibrahim,
2014).
Evaluasi konteks adalah penggambaran dan spesifikasi tentang lingkungan
program, kebutuhan yang belum terpenuhi, karakteristik populasi dan sampel dari
individu yang dilayani dan tujuan program itu sendiri. Evaluasi konteks dilakukan
untuk menjawab pertanyaan: (a) kebutuhan apa yang belum dipenuhi oleh
kegiatan program; (b) tujuan pengembangan mana yang berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan; (c) tujuan mana yang paling mudah dicapai.
Evaluasi input menyediakan informasi tentang masukan yang terpilih,
butir-butir kekuatan dan kelemahan, strategi, dan desain untuk merealisasikan
tujuan. Komponen evaluasi input sendiri terdiri dari beberapa, yaitu sumber daya
manusia, sarana dan peralatan pendukung, dana atau anggaran, dan berbagai
prosedur dan aturan yang diperlukan. Evaluasi proses menyediakan informasi
untuk para evaluator melakukan prosedur pengawasan atau monitoring terpilih
yang mungkin baru diimplementasikan sehingga butir yang kuat dapat
dimanfaatkan dan yang lemah dapat dihilangkan. Evaluasi proses menekankan
pada tiga tujuan, yaitu:
1. Mendeteksi atau memprediksi desain prosedural atau pelaksanaannya
selama tahapan implementasinya.
2. Menyediakan informasi untuk keputusan-keputusan yang terprogramkan.
3. Merekam berbagai catatan tentang prosedur yang telah terjadi.
Evaluasi produk berusaha mengakomodasi informasi untuk meyakinkan
ketercapaian tujuan dalam kondisi yang seperti apa pun dan juga untuk
menentukan strategi apa yang digunakan berkaitan dengan prosedur dan metode
yang diterapkan, apakah sebaiknya berhenti melakukan, memodifikasinya, atau
malah melanjutkannya dalam bentuk yang seperti sekarang. Evaluasi produk
berupaya untuk memberikan penilaian terhadap hasil yang diraih sehingga dapat
diukur dan dinilai tingkat keberhasilannya sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembaharuan organisasi dapat dilakukan melalui pendekatan 4R, yaitu
Reframing, Restructure, Revitalization dan Renewal. Pendekatan tersebut dapat
digunakan untuk mengetahui bagaimana strategi dan visi organisasi dapat
ditransformasikan kedalam program-program yang ada di setiap tingkatan
organisasi. Selain itu pendekatan tersebut juga berguna untuk melihat bagaimana
peran kepemimpinan dalam proses pembaharuan organisasi tersebut. Pelatihan
adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan
meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu
yang relatif singkat dengan metode yang lebih mengutamakan praktek daripada
teori.
Terdapat tiga tipe program dalam pelatihan, khususnya pendidikan luar
sekolah. Tipe-tipe program itu adalah tipe program developmental, tipe program
institusional, dan tipe program informasional. Pendekatan yang tepat dalam
evaluasi pembelajaran yakni melalui systems thinking. Pendekatan systems
thinking adalah untuk mengurangi adanya perilaku keterbatasan rasional yang
dimiliki oleh manusia. Pendekatan lainnya yang dapat digunakan untuk evaluasi
satuan pendidikan pendekatan evaluasi orientasi manajemen atau Contex Input
Process Product Model (CIPP).
CIPP adalah proses untuk menggambarkan, memperoleh dan menyiapkan
informasi berguna sebagai acuan untuk menilai suatu program yang dijalankan
yang selanjutnya dapat membantu administrator membuat keputusan-keputusan
yang tepat sebagai pengembangan atau perbaikan suatu program.
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Y. K. (2017). Pelaksanaan Program Pendidikan Pelatihan Di Dinas Tenaga


Kerja Transmigrasi Dan Kependudukan Pemerintah Propinsi Jawa Timur.
Khazanah Pendidikan: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 10(2).

Fadhli, M. (2020). Implementasi Manajemen Strategik Dalam Lembaga Pendidikan. In


Continuous Education : Journal Of Science And Research (Vol. 1, Issue 1).
Http://Pusdikra-Publishing.Com/Index.Php/Josr/Home-Free

Hesti Wardhani, C., & Makmur, M. (2015). Manajemen Penyelenggaraan Program


Pelatihan Masyarakat (Studi Di Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat Dan
Desa Kementerian Dalam Negeri Di Malang). 18(1).

Kharisma, R. (2020). Evaluasi Strategik Kepala Sekolah Demi Tercapainya Tujuan


Lembaga Pendidikan. Leadership:Jurnal Mahasiswa Manajemen Pendidikan
Islam, 1(2), 200. Https://Doi.Org/10.32478/Leadership.V1i2.446

Soetjitro, P. (2011). Transformasi Organisasi Menggunakan Pendekatan 4r. Jurnal


Unimus, 8(1), 1–11.

Usman, N., & Ibrahim, S. (2014). Evaluasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Pada Sekolah Dasar Negeri 67 Kota Banda Aceh. Administrasi Pendidikan, 2(1).

Anda mungkin juga menyukai